Metode Menghafal Al-quran. Sistem Pembinaan Menghafal Al-Quran a.

xxxvii yang dihafal. Asumsi ini didukung oleh perkataan Imam Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan bahwa anak merupakan amanat bagi kedua orang tuanya, hatinya yang masih bersih murni merupakan mutiara yang bening dan indah bersih dari segala coretan, lukisan maupun tulisan. 2 Manajemen waktu, adapun waktu-waktu yang dianggap sesuai dan baik untuk menghafal dapat diklasifikasikan sebagai berikut: waktu sebelum terbit fajar, setelah fajar sehingga terbit matahari, setelah bangun dari tidur siang, setelah shalat, waktu di antara magrib dan isya. 3 Tempat menghafal. Situasi tempat dan kondisi suatu tempat ikut mendukung tercapainya program menghafal Al-quran. Suasana yang bising, kondisi lingkungan yang tak sedap dipandang mata, oleh karena itu untuk menghafal diperlukan tempat yang ideal untuk terciptanya konsentrasi. 23

d. Metode Menghafal Al-quran.

Ada bebarapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-quran dan bisa memberi bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal Al-quran. Metode-metode tersebut antara lain. 1 Metode wahdah yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam banyangannya, akan tetapi hingga benar-benar repleks pada 23 Ahsin .W Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, h. 56-61 xxxviii lisannya setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama. 2 Metode kitabah yang artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain dari pada metode yang pertama. Pada metode I penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibaca sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-kali menuliskannya sehingga dengan berkali-kali menulisnya ia dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalkannya dalam hati. Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan penghafal. Munkin cukup sekali, dua kali atau tiga kali atau mungkin sampai sepuluh kali atau lebih sehingga ia benar-benar hafal terhadap ayat yang dihafalnya. 3 Metode Sima’i yang artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini adalah mendengar sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-quran. Metode ini dapat dilakukan dengan dua alternatif: pertama mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak. Dalam hal seperti ini, intruktur dituntut untuk lebih berperan aktif, sabar dan teliti dalam membacanya dan membimbingnya, karena ia harus membacakan satu per satu ayat untuk dihafalnya, sehingga penghafal mampu menghafalnya secara sempurna. Yang kedua merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya ke dalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Kemudian kaset diputar dan didengar secara seksama sambil mengikutinya xxxix secara perlahan-lahan. Kemudian diulang lagi dan diulang lagi, dan seterusnya menurut kebutuhan sehingga ayat-ayat tersebut benar-benar hafal di luar kepala. Setelah hafalan dianggap cukup mapan barulah berpindah kepada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama. Metode ini akan sangat efektif untuk anak-anak, tunanetra atau penghafal mandiri. 4 Metode Gabungan. Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan metode kedua, yaitu metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah di sini lebih memilki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya, maka dalam hal ini, setelah penghafal selesai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula. Jika ia telah mampu mereproduksi kembali ayat-ayat berikutnya, tatapi jika penghafal belum mampu mereproduksi hafalannyake dalam tulisan secar baik, maka ia kembali menghafalnya sehingga ia benar-benar mencapai nilai hafalan yang valid. Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni berfungsi untuk menghafal dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan hafalan. 5 Metode Jama’. Yang dimaksud dengan metode ini adalah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang intruktur. Pertama instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian intruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf tanpa melihat mushaf dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat yang xl sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam bayangannya. Setelah semua siswa hafal, barulah kemudian diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama. 24

6. Kaligrafi Arab