Analisis efisiensi pemasaran bunga potong krisan, gerbera, dan anthurium (Studi kasus perusahaan Bunga Winasari, Desa Taman Sari, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA POTONG
KRISAN, GERBERA, DAN ANTHURIUM
(Studi Kasus: Perusahaan Bunga Winasari, Desa Taman Sari,
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh
ALAMSYAH GINTING
A. 27.0044
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANJA.t'l
FAKULTASPERTA}ITAN
INSTITUT PERTANJAN BOGOR
1997
RINGKASAN
ALAMSYAH GINTING.
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA
POTONG KRISAN, GERBERA, DAN ANTHURlUM, Studi Kasus Perusahaan
Bunga Winasari, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Di Bawah
Bimbingan IDQAN FAHMI).
Secara garis besar tujuan penu:.isan skripsi ini adalah mengetahui saluran
pemasaran yang berlaku pada sistem agribisnis bunga potong pada salah satu produsen
bunga (Bogor-Jawa Barat), menganaIisis marjin pemasaran, dan menilai efisiensi
pemasaran yang dikaitkan dengan pola distribusi dari tingkat produsen sampai ke
konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian mulai awal Oktober
sampai akhir November 1996.
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan tabulasi sederhana kemudian
disajikan dalam bentuk analisis deskriptif dan kuantitatif
Analisis yang dilakukan
adalah dengan menganalisis saluran pemasaran, analisis marjin pemasaran, dan analisis
efisiensi pemasaran.
Dari hasil analisis yang dilakukan penjualan bunga potong produsen sampel,
tujuan utamanya adalah pasar Jakarta dengan melibatkan lembaga tataniaga seperti
pedagang pengumpul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer (toko bunga) di
kawasan Tebet, Jakarta. Penjualan terbesar adalah melalui pedagang grosir mencapai
85 persen, sedangkan sisanya melalui pedagang pengumpul (5%) dan penjualan
langsung di kebun sekitar 10 persen.
Dari analisis penyebaran marjin pemasaran pada
lampiran
3,
4,
5
dan
6
memperlihatkan marjin pemasaran ketiga jenis bunga yang diamati tidak merata.
Mrujin terbesar teJjadi pada bunga anthurium di tingkat grosir untuk saluran dua, tiga,
dan empat serta tingkat pengecer saluran dua. Pada Tabe1 larnpiran 6 dapat dilihat
bahwa pola saluran pemasaran dua, mrujin pemasaran pedagang grosir dari ketiga jenis
bunga yang diamati, secara relatifberkisar antara 12.5 sarnpai 18.75 persen sedangkan
marjin pemasaran pedagang pengecer berkisar antara 11.81 sarnpai 16.66 persen.
Perbedaan besamya marjin ini dikarenakan perbedaan biaya yang harus
dikeluarkan dan keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga.
Mrujin
pemasaran terkecil terjadi pada pedagang pengecer krisan (11.81%) sedangkan marjin
pemasaran terbesar terjadi pada pedagang grosir krisan (18.75%), besamya nilai mrujin
ini karena besamya keuntungan yang diambil oleh pedagang grosir (13.75%) serta
biaya pemasaran yang harus dikeluarkan (5.00%) yang didominasi oleh biaya
transportasi. Keuntungan terkecil diperoleh pedagang pengecer krisan yaitu sebesar
8.06 persen sedangkan pedagang grosir krisan memperoleh keuntungan terbesar yaitu
sebesar 13.75 persen (Rp 110/tangkai).
Bila dilihat dari tingginya mrujin pemasaran dan tidak meratanya keuntungan
pemasaran yang di ambil oleh tiap lembaga pemasaran yang terlibat, secara umum
menunjukkan kurang efisiennya sistem pemasaran bunga potong.
Dari rasio total
marjin keuntungan dan biaya yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga pemasaran,
terlihat bahwa bunga krisan pada saluran II memiliki rasio lebih tinggi dibanding
saluran lain pada jenis bunga yang sarna, yakni 5.067. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap Rp 1. 00 biaya yang dikeluarkan oleh semua lembaga pemasaran akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp 5.067. Untuk jenis bunga gerbera lebih tinggi
pada saluran ill, yakni 4.229 sedangkan bunga anthurium pada saluran II sebesar
13.204.
Dari hasH analisis maIjin pemasaran di atas, dapat dikatakan bahwa sistem
pemasaran bunga potong krisan, gerbera, dan anthurium pada perusahaan bunga
secara keseluruhan belum efisien. Hal ini ditunjukkan dari tingginya biaya pemasaran
yang ditanggung oleh lembaga pemasaran yang terlibat terutama transportasi, dan
penyusutan.
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA POTONG
KRISAN, GERBERA, DAN ANTHURIUM
(Studi kasus: Perusahaan Bunga Winasari, Desa Taman Sari,
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh
Alamsyah Ginting
A 27.0044
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTASPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
FAKULTASPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:
Nama
A1amsyah Ginting
Nrp
A.27.0044
Judul
Analisis Efisiensi Pemasaran Bunga Potong Krisan, Gerbera,
dan Anthurium
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Srujana Pertanian pada Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
セ⦅ッ@
Dosen Pembimbing
セZ・⦅NャM@
Ketua Jurusan
__
Ir. Idqan Fahmi, MEc
NIP. 131 803 657
Tanggal kelulusan: 28 Januari 1997
. Yayah K. Wagiono, MEc
NIP. 130 350 044
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA .MENYATAKAN BAHWA KARYA ILMIAH INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAlT LEMBAGA
MANAPUN
Bogor, Januari 1997
Alamsvah Ginting
A. 27.0044
RIWAYATHIDUP
Penulis dilahirkan di Sidorejo (Sumut) pada tanggal 24 Mei 1970, sebagai putra
pertarna dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak A. Ginting dan lbu Saliyah.
Pada tahun 1978 penulis masuk pendidikan dasar di sekolah Dasar Negeri Serapit
hingga menarnatkan pada tahun 1984. Dari SD serapit penulis melanjutkan pendidikan
ke Sekolah Menegah Pertarna Negeri Tanjung Langkat hingga menarnatkan pada
tahun 1987.
Pada tahun yang sarna penulis rnelanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Binjai sampai menarnatkan tahun 1990.
Pada tahun yang sarna, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Kernudian pada tahun 1992 penulis diterima di
Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Surnberdaya.
KATAPENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW,
keluarga, sahabat, dan ummat-Nya hingga akhir jaman. Amin.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SaIjana
Pertanian pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan llmu-ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucakan terirna kasih yang tidak terhingga
kepada:
1. Bapak Ir. Idqan Fahmi, MEc selaku Dosen Pembirnbing yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran dan dengan tekun memberikan masukan &
komentar perbaikan dalam menyelesaikan tulisan ini.
2. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS selaku Dosen Penguji yang meluangkan waktunya
ditengah kesibukan yang lain.
3. Bapak Ir. Umar A.S. Tuanaya selah.'U Dosen Komdik dan juga pembimbing
akademik yang memberikan semangat bagi penulis.
4. Bapak Prof Dr. Ir. Kuntjoro dan !bu yang telah banyak memberikan perhatian,
semangat dan segalanya yang tak terhingga bagi penulis.
5. Bapak Drs. Iman Firmansyah yang meluangkan waktunya menjadi moderator
dalam seminar.
6. Ayah, !bu, Alwin dan Elvi dirumah atas perhatian dan doanya yang terus menerus
serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyeiesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kata "sempuma",
karenanya penulis senantiasa mengharapkan saran dan masukkan dari semua pihak.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat dalam memberikan khasanah informasi
dan kegunaan bagi para pembacanya.
Bogor,
Januari 1997
Penulis
DAFTARISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................
I
DAFTARISI ................................................................................................
111
DAFTAR TABEL ........................................................................................
v
DAFTARGAMBAR ....................................................................................
VI
DAFTAR LAMPIRAN
VII
1. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
1
l.2. Perumusan Masalah ..................................................................... .
3
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
4
II. KERANGKA PEMIKIRAN
2.l. Pemasaran .................... .
6
2.2. Fungsi-fungsi Pemasaran
7
2.3. Lembaga dan Saluran Pemasaran
8
2.4. Margin Pemasaran ................... .
9
2.5. Efisiensi Pemasaran ....................................................................... .
10
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
12
3.2. Metode dan Pengumpulan Data ... ....................................................
12
3.3. Analisis Data .............................
13
............................................
3 .3 . 1. Analisis saluran P emasaran
13
3.3 .1. Analisis Margin Pemasaran
13
3.3.l. Analisis Efisiensi Pemasaran .....
14
3.4. Batasan dan Definisi Operasional .........
.................................
15
IV. GA..>vIBARAN UMUM SISTEM AGRIBISNIS BUNGA POTONG
4.1. Keragaan Sistem Agribisnis Bunga Potong .... ....................................
16
4.2. Permintaan Bunga Potong .. .
17
4.3. Produksi Bunga Potong .............. ..
21
4.4. Sistem Pemasaran ............................................................................
23
4.5. Gambaran Umum Produsen Yang Bergerak Dalam Sistem Agribisnis
24
Bunga Potong ................................................................................... .
4.5.1. Sejarah Perkembangan Perusahaan .......................................
25
4.5.2. Lokasi Perusahaan ................................................................
26
4.5.3. Struktur Organisasi dan Karyawan ............................... ..
27
4.5.4. Hasil Produksi ......................................................... ..
28
V. ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA POTONG
5.1. Lembaga dan Saluran Pemasaran ................................... ..
31
5.1. 1. Lembaga Pemasaran .............. .
31
5.1.2. Saluran Pemasaran .............. ..
38
5.2. Margin Pemasaran dan Analisis Penyebaran Margin Pemasaran
40
5.2.1. Margin Pemasaran
40 .
5.2.2. Analisis Penyebaran Margin Pemasaran
48
51
5.3. Analisis Efisiensi Pemasaran
VI. KESIMPULA.N DAl"\f SARAN
6.1. Kesimpulan
.
....................................
54
6.2. Saran ....
55
DAFTAR PUSTAKA
56
LAMPIRA."N ..................... .
58
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
Teks
Jumlah Bunga Potong Yang Terjual Setiap Minggu di Beberapa
Kota di Indonesia ...................................................................
19
2.
Ekspor Bunga Potong Indonesia, Tahun 1990-1994
20
3.
Konsumen Bunga Potong di Beberapa Wilayah ..................... .
20
4.
Hasil Produksi Bunga Potong Winasari
30
5.
Penjualan Bunga Potong Winasari via Pemasar Windy'z
Periode April- September 1996 ............. ................. ..............
35
6.
Analisis Margin Pemasaran Bunga Krisan, November 1996.......
42
7.
Analisis Margin Pemasaran Bunga Gerbera, November 1996..
45
8.
Analisis Margin Pemasaran Bunga Anthurium, November 1996
47
1.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
No.
l.
Konsep Marjin Pemasaran
9
2.
Saluran Pemasaran Bunga Potong Winasari di Jakarta ......................
39
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
No.
1.
Proyeksi Konsumsi Bunga Potong di DKi Jakarta
(ribuan tangkai) ....................................................................................
58
2.
Struktur Organisasi Perusahaan Winasari
59
3.
Saluran Pemasaran Bunga Potong Winasari di Jakarta ...
60
4.
Rasio Marjin Keuntungan Terhadap Biaya Dalam Empat
Saluran Pemasaran ...............................................................................
61
5.
Rekomendasi Penyimpanan Bunga Potong ......................................... .
62
6.
Standar Grading Bunga Potong
63
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Beiakang
Indonesia sebagai negeri yang beriklim tropis dengan kondisi ikIim, fisik tanah
dan topografi serta lingkungan lainnya (agroekologi), memungkinkan keanekaragaman
flora tropis dan subtropis tumbuh subur. Oleh karena itu, Indonesia memiliki kekayaan
flora yang cukup beragam.
Hal ini menjadi keunggulan komperatif yang dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi petaniJpengusaha dalam pengembangan sistem
agribisnis bunga potong.
Pengembangan usaha di bidang hortikultura merniliki prospek yang cerah,
khususnya pengembangan bunga potong dalam skala besar agar menjadi industri yang
dapat memberikan kontribusi terhadap sektor pertanian di Indonesia. Hal ini diduh.,mg
pula oleh tersedianya tenaga keIja, nilai ekonorni yang tinggi dan terbukanya peluang
pasar yang besar baik dalam pasar domestik maupun pasar luar negeri (Abidin dan
Rosana, 1991).
Perrnintaan pasar dunia akan bunga potong terus mengalarni peningkatan. Dari
laporan BPEN (1993), imp or dunia tahun 1987-1991 terhadap bunga potong
mempunyai tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 11.5 persen per taJlUn.
Pasar
utamanya adalah negara-negara Eropa Barat, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan
Hongkong. Meskipun kontribusi Indonesia dalam perdagangan bunga potong dunia
masih relatif kecil yakni hanya sebesar 0.03 persen (Widayani, 1994), dalam periode
lima tahun terakhir (1990-1994) ekspor bunga potong Indonesia mampu menghasilkan
2
devisa sebesar US $ 7.749.385 dengan pasar tujuan utama Singapura, Hongkong dan
Taiwan (Biro Pusat Statistik, 1995).
Permintaan bunga potong di dalam negeri, khususnya kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Denpasar, Malang dan Medan terus
meningkat. Konsumsi untuk kota-kota tersebut didominasi oleh Jakarta sebesar 66.52
persen dari total konsumsi nasional di daerah survei setiap minggunya (BCI dan
Nehem dalam BPEN, 1993).
Jenis bunga yang disenangi konsumen antara lain:
Anggrek, Mawar, Krisan, Gladiol, Carnation, Anthurium, Gerbera, dan Alstromeria.
Konsumen terbesar berasal dari rumah tangga, hotel dan restoran, kemudian diikuti
oleh perkantoran.
Dari hasil proyeksi Jakarta Plant Research and Study (1987),
diperkirakan konsumsi bunga potong di Jakarta mulai tahun 1983 hingga tahun 1999
mengalami peningkatan sebesar 9.76 persen setiap tahunnya (Abidin dan Rosana,
1991).
Meskipun, permintaan bunga di Indonesia mengalami fluktuasi sepanjang
tahun. Permintaan bunga meningkat 20-30 kali dari pada biasanya, yaitu pada bulanbulan ramai seperti:
Natal dan Tahun Baru, Imlek, Valentin, Lebaran, hari
kemerdekaan, dan bulan-bulan penyelenggaraan perkawinan.
Meningkatnya permintaan bunga potong di kota-kota besar tersebut (khususnya
Jakarta), merupakan peluang bisnis di bidang hortih.-ultura untuk memenuhi kebutuhan
konsumen bunga didalam negeri. Tidak samanya keh.-uatan tawar menawar, apalagi
untuk produk bunga potong yang dimanfaatkan dalam keadaan segar mengharuskan
penanganan pasca panen dan pemasaran yang lebih efisien.
3
1.2. Perumusan Masalah
Bunga potong memiliki karakteristik spesifik agribisnis yang berbeda dengan
bisnis lain, diantaranya yakni membutuhkan ruangan yang luas (voluminous), mudah
rusak (perishable), serta produk tidak tersedia secara kontinu.
Agribisnis bunga
potong menjadi usaha yang memerlukan penanganan lebih teliti, cepat, dan biaya
tataniaga serta tingkat resiko usaha yang besar akibat ketergantungan yang tinggi
terhadap faktor ekstemal seperti iklim, keadaan alam, struktur pasar dan fluktuasi
harga.
Distribusi dan pemasaran bunga potong dari produsen sampai ke tangan
konsumen cukup panjang. Saluran pemasaran bunga potong di beberapa tempat di
Indonesia terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen.
Pedagang pengumpul membeli bunga langsung dari kebun petani dan dipasarkan ke
pasar bunga, toko bunga atau pengecer lokal.
Petani selain menjual ke pedagang
pengumpul juga menjual langsung kepada konsumen.
Saluran pemasaran ini tidak
terlalu berbeda dengan saluran pemasaran bunga potong dari kebun Winasari yang
memiliki distributor tersendiri untuk pemasaran bunga di Jakarta.
Perusahaan bunga Winasari yang bergerak dalam agribisnis bunga potong cukup
berperan dalam memenuhi permintaan bunga potong terutama untuk wilayah
pemasaran Jabotabek. Hal yang menarik untuk dianalisis dari sisi pemasaran pada
perusahaan bunga Winasari, diantaranya keberadaan pedagang perantara baik
pedagang besar (wholesaler) maupun pedagang kecil (pedagang pengecerlretailer)
4
memiliki kekuatan yang besar dalam penentuan harga dan perolehan keuntungan dari
masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Mengacu kepada latar belakang di
atas, maka perumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sistem dan saluran pemasaran yang berlaku pada sistem agribisnis
bunga potong krisan, gerbera, dan anthurium?
2. Bagaimana margin pemasaran diantara lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran bunga potong serta fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga
pemasaran?
3. Bagaimana efisiensi pemasaran yang dikaitkan dengan pola distribusi mulai dari
produsen sampai ke konsumen akhir?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Mengetahui sistem dan saluran pemasaran yang berlaku pada sistem agribisnis
bunga potong.
2. Menganalisis margin pemasaran diantara lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran bunga potong serta fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga
pemasaran.
3. Menilai efisiensi pemasaran yang dikaitkan dengan pola distribusi dari produsen
sampai ke konsumen akhir.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen perusahaan sebagai
tambahan masukkan atau pertimbangan dalam membuat kebijakan, serta dapat berguna
bagi penelitian lebih lanjut.
II. KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Pemasaran
Mubyarto (1977), mengemukakan bahwa di Indonesia istilah tataniaga disamakan
dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang membawa
atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Disebut tataniaga, karena
niaga identik dengan dagang sehingga tataniaga berarti segala sesuatu yang
menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan barang-barang.
Karena
perdagangan itu biasanya dijalankan melalui pasar maka tataniaga disebut juga
pemasaran (marketing).
Tataniaga adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan
perpindahan dan pengerahan barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen,
berdasarkan kegunaan waktu, kegunaan tempat dan kegunaan bentuk (Azzaino, 1983).
Pengertian tataniaga pertanian menurut Limbong dan Sitorus (1987) adalah segala
kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik barangbarang hasil pertanian dari produsen ke konsumen, termasuk di dalamnya kegiatankegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan-perubahan bentuk dari barang, yang
ditujukan untuk mempermudah penyaluran dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi
kepada konsumen.
Lebih lanjut, Downey dan Erickson (1989) mendefinisikan bahwa pemasaran
adalah telaah terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomik, dari produsen melalui
pedagang perantara ke konsumen.
Hal ini menunjukkan bahwa pemasaran juga
7
2. Fungsi Fisik, adalah semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang
dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan
waktu. Fungsi ini meliputi: (a) fungsi penyimpanan, (b) fungsi pengolahan dan (c)
fungsi pengangkutan.
3. Fungsi Fasilitas, adalah semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan
pertukaran yang teIjadi antara produsen dan konsumen.
dari:
Fungsi fasilitas terdiri
(a) fungsi standarisasi dan grading, (b) fungsi penanggungan resiko, (c)
fungsi pembayaran dan (d) fungsi informasi pasar.
2.3. Lembaga dan Salurau Pemasaran
Dalam penyaluran barang dan jasa, terlibat beberapa lembaga mulai dari produsen
hingga ke konsumen akhir. Lembaga-lembaga yang berusaha di bidang pemasaran ini
diharapkan dapat memperlancar arus barang dari produsen sampai ke konsumen
melalui berbagai aktivitas atau kegiatan yang dikenal sebagai perantara (midleman).
Lembaga-lembaga ini dapat berbentuk perorangan, perserikatan atau perseroan, dan
melak-ukan fungsi-fungsi pemasaran, baik fungsi pertukaran, fungsi fisik maupun fungsi
fasilitas.
Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah saluran yang digunakan
produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen. Beberapa faktor penting
yang harus dipertimbangkan bila hendak memilih pola saluran pemasaran, yaitu:
1. Pertimbangan pasar, yang meliputi konsumen sasaran akhir, mencakup potensi
pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeJi dan volume pesanan.
8
2. Pertimbangan barang, yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang,
tingkat kerusakan, sifat telcnis barang, apakah barang tersebut untuk memenuhi
pesanan atau pasar.
3. Pertimbangan intern perusahaan, yang meliputi besarnya ITt0dal dan sumber
permodalan, pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran dan pelayanan.
4. Pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai pemasaran, yang meliputi segJ
kemarnpuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan
kebijaksanaan perusahaan.
2.4. Marjin Pemasaran
Merujuk pada Hammond dan Dahl (1977), MaIjin tataniaga merupakan
perbedaan harga pada tiap tingkatan yang berbeda dari suatu sistem pemasaran. MaIjin
tataniaga didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen
dengan harga yang diterima produsen (Robinson and Tomek, 1972). MaIjin tataniaga
dapat juga dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak
dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen.
Perbedaan rantai tataniaga dan
perlakuan dari lembaga dalam sejumlah saluran tataniaga menyebabkan perbedaan
harga jual. Semakin banyak lembaga yang terlibat dalam penyaluran komoditas, maka
semakin banyak perbedaan harga yang harus dibayar konsumen dengan harga yang
diterima produsen, karena setiap lembaga tataniaga yang mau melibatkan diri dalam
sistem tataniaga tertentu pada dasarnya mempunyai tujuan untuk memperoleh
keuntungan.
9
P
Sr
Dr
Qr.f
Q
Gambar 1. Konsep Marjin Pemasaran
Sumber: Hammond dan Dahl, 1977
Keterangan:
(Pr - Pt). Qr.f = Nilai marjin pemasaran
Pr
Pf
Sr
Sf
Dr
Df
Qr.f:
Harga di tingkat pedagang pengecer
Harga di tingkat petani
Supply tingkat pengecer (derived supply)
Supply tingkat petani (primary supply)
Demand tingkat pengecer (derived demand)
Demand tingkat petani (primary demand)
Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan tingkat eceran
Konsep marjin pemasaran mengandung pengertian primary dan derived
demand/supply.
Fungsi permintaan di tingkat pengecer merupakan turunan fungsi
permintaan di tingkat petani, dan fungsi penawaran di tingkat pengecer merupakan
turunan fungsi penawaran di tingkat petani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
garnbar 1, bahwa yang dimaksud dengan marjin pemasaran adalah perbedaan atau
jarak vertikal antara J...
KRISAN, GERBERA, DAN ANTHURIUM
(Studi Kasus: Perusahaan Bunga Winasari, Desa Taman Sari,
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh
ALAMSYAH GINTING
A. 27.0044
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANJA.t'l
FAKULTASPERTA}ITAN
INSTITUT PERTANJAN BOGOR
1997
RINGKASAN
ALAMSYAH GINTING.
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA
POTONG KRISAN, GERBERA, DAN ANTHURlUM, Studi Kasus Perusahaan
Bunga Winasari, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Di Bawah
Bimbingan IDQAN FAHMI).
Secara garis besar tujuan penu:.isan skripsi ini adalah mengetahui saluran
pemasaran yang berlaku pada sistem agribisnis bunga potong pada salah satu produsen
bunga (Bogor-Jawa Barat), menganaIisis marjin pemasaran, dan menilai efisiensi
pemasaran yang dikaitkan dengan pola distribusi dari tingkat produsen sampai ke
konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian mulai awal Oktober
sampai akhir November 1996.
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan tabulasi sederhana kemudian
disajikan dalam bentuk analisis deskriptif dan kuantitatif
Analisis yang dilakukan
adalah dengan menganalisis saluran pemasaran, analisis marjin pemasaran, dan analisis
efisiensi pemasaran.
Dari hasil analisis yang dilakukan penjualan bunga potong produsen sampel,
tujuan utamanya adalah pasar Jakarta dengan melibatkan lembaga tataniaga seperti
pedagang pengumpul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer (toko bunga) di
kawasan Tebet, Jakarta. Penjualan terbesar adalah melalui pedagang grosir mencapai
85 persen, sedangkan sisanya melalui pedagang pengumpul (5%) dan penjualan
langsung di kebun sekitar 10 persen.
Dari analisis penyebaran marjin pemasaran pada
lampiran
3,
4,
5
dan
6
memperlihatkan marjin pemasaran ketiga jenis bunga yang diamati tidak merata.
Mrujin terbesar teJjadi pada bunga anthurium di tingkat grosir untuk saluran dua, tiga,
dan empat serta tingkat pengecer saluran dua. Pada Tabe1 larnpiran 6 dapat dilihat
bahwa pola saluran pemasaran dua, mrujin pemasaran pedagang grosir dari ketiga jenis
bunga yang diamati, secara relatifberkisar antara 12.5 sarnpai 18.75 persen sedangkan
marjin pemasaran pedagang pengecer berkisar antara 11.81 sarnpai 16.66 persen.
Perbedaan besamya marjin ini dikarenakan perbedaan biaya yang harus
dikeluarkan dan keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga.
Mrujin
pemasaran terkecil terjadi pada pedagang pengecer krisan (11.81%) sedangkan marjin
pemasaran terbesar terjadi pada pedagang grosir krisan (18.75%), besamya nilai mrujin
ini karena besamya keuntungan yang diambil oleh pedagang grosir (13.75%) serta
biaya pemasaran yang harus dikeluarkan (5.00%) yang didominasi oleh biaya
transportasi. Keuntungan terkecil diperoleh pedagang pengecer krisan yaitu sebesar
8.06 persen sedangkan pedagang grosir krisan memperoleh keuntungan terbesar yaitu
sebesar 13.75 persen (Rp 110/tangkai).
Bila dilihat dari tingginya mrujin pemasaran dan tidak meratanya keuntungan
pemasaran yang di ambil oleh tiap lembaga pemasaran yang terlibat, secara umum
menunjukkan kurang efisiennya sistem pemasaran bunga potong.
Dari rasio total
marjin keuntungan dan biaya yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga pemasaran,
terlihat bahwa bunga krisan pada saluran II memiliki rasio lebih tinggi dibanding
saluran lain pada jenis bunga yang sarna, yakni 5.067. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap Rp 1. 00 biaya yang dikeluarkan oleh semua lembaga pemasaran akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp 5.067. Untuk jenis bunga gerbera lebih tinggi
pada saluran ill, yakni 4.229 sedangkan bunga anthurium pada saluran II sebesar
13.204.
Dari hasH analisis maIjin pemasaran di atas, dapat dikatakan bahwa sistem
pemasaran bunga potong krisan, gerbera, dan anthurium pada perusahaan bunga
secara keseluruhan belum efisien. Hal ini ditunjukkan dari tingginya biaya pemasaran
yang ditanggung oleh lembaga pemasaran yang terlibat terutama transportasi, dan
penyusutan.
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA POTONG
KRISAN, GERBERA, DAN ANTHURIUM
(Studi kasus: Perusahaan Bunga Winasari, Desa Taman Sari,
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh
Alamsyah Ginting
A 27.0044
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTASPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997
FAKULTASPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:
Nama
A1amsyah Ginting
Nrp
A.27.0044
Judul
Analisis Efisiensi Pemasaran Bunga Potong Krisan, Gerbera,
dan Anthurium
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Srujana Pertanian pada Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
セ⦅ッ@
Dosen Pembimbing
セZ・⦅NャM@
Ketua Jurusan
__
Ir. Idqan Fahmi, MEc
NIP. 131 803 657
Tanggal kelulusan: 28 Januari 1997
. Yayah K. Wagiono, MEc
NIP. 130 350 044
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA .MENYATAKAN BAHWA KARYA ILMIAH INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAlT LEMBAGA
MANAPUN
Bogor, Januari 1997
Alamsvah Ginting
A. 27.0044
RIWAYATHIDUP
Penulis dilahirkan di Sidorejo (Sumut) pada tanggal 24 Mei 1970, sebagai putra
pertarna dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak A. Ginting dan lbu Saliyah.
Pada tahun 1978 penulis masuk pendidikan dasar di sekolah Dasar Negeri Serapit
hingga menarnatkan pada tahun 1984. Dari SD serapit penulis melanjutkan pendidikan
ke Sekolah Menegah Pertarna Negeri Tanjung Langkat hingga menarnatkan pada
tahun 1987.
Pada tahun yang sarna penulis rnelanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Binjai sampai menarnatkan tahun 1990.
Pada tahun yang sarna, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Kernudian pada tahun 1992 penulis diterima di
Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Surnberdaya.
KATAPENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW,
keluarga, sahabat, dan ummat-Nya hingga akhir jaman. Amin.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SaIjana
Pertanian pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan llmu-ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucakan terirna kasih yang tidak terhingga
kepada:
1. Bapak Ir. Idqan Fahmi, MEc selaku Dosen Pembirnbing yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran dan dengan tekun memberikan masukan &
komentar perbaikan dalam menyelesaikan tulisan ini.
2. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS selaku Dosen Penguji yang meluangkan waktunya
ditengah kesibukan yang lain.
3. Bapak Ir. Umar A.S. Tuanaya selah.'U Dosen Komdik dan juga pembimbing
akademik yang memberikan semangat bagi penulis.
4. Bapak Prof Dr. Ir. Kuntjoro dan !bu yang telah banyak memberikan perhatian,
semangat dan segalanya yang tak terhingga bagi penulis.
5. Bapak Drs. Iman Firmansyah yang meluangkan waktunya menjadi moderator
dalam seminar.
6. Ayah, !bu, Alwin dan Elvi dirumah atas perhatian dan doanya yang terus menerus
serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyeiesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kata "sempuma",
karenanya penulis senantiasa mengharapkan saran dan masukkan dari semua pihak.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat dalam memberikan khasanah informasi
dan kegunaan bagi para pembacanya.
Bogor,
Januari 1997
Penulis
DAFTARISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................
I
DAFTARISI ................................................................................................
111
DAFTAR TABEL ........................................................................................
v
DAFTARGAMBAR ....................................................................................
VI
DAFTAR LAMPIRAN
VII
1. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
1
l.2. Perumusan Masalah ..................................................................... .
3
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
4
II. KERANGKA PEMIKIRAN
2.l. Pemasaran .................... .
6
2.2. Fungsi-fungsi Pemasaran
7
2.3. Lembaga dan Saluran Pemasaran
8
2.4. Margin Pemasaran ................... .
9
2.5. Efisiensi Pemasaran ....................................................................... .
10
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
12
3.2. Metode dan Pengumpulan Data ... ....................................................
12
3.3. Analisis Data .............................
13
............................................
3 .3 . 1. Analisis saluran P emasaran
13
3.3 .1. Analisis Margin Pemasaran
13
3.3.l. Analisis Efisiensi Pemasaran .....
14
3.4. Batasan dan Definisi Operasional .........
.................................
15
IV. GA..>vIBARAN UMUM SISTEM AGRIBISNIS BUNGA POTONG
4.1. Keragaan Sistem Agribisnis Bunga Potong .... ....................................
16
4.2. Permintaan Bunga Potong .. .
17
4.3. Produksi Bunga Potong .............. ..
21
4.4. Sistem Pemasaran ............................................................................
23
4.5. Gambaran Umum Produsen Yang Bergerak Dalam Sistem Agribisnis
24
Bunga Potong ................................................................................... .
4.5.1. Sejarah Perkembangan Perusahaan .......................................
25
4.5.2. Lokasi Perusahaan ................................................................
26
4.5.3. Struktur Organisasi dan Karyawan ............................... ..
27
4.5.4. Hasil Produksi ......................................................... ..
28
V. ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA POTONG
5.1. Lembaga dan Saluran Pemasaran ................................... ..
31
5.1. 1. Lembaga Pemasaran .............. .
31
5.1.2. Saluran Pemasaran .............. ..
38
5.2. Margin Pemasaran dan Analisis Penyebaran Margin Pemasaran
40
5.2.1. Margin Pemasaran
40 .
5.2.2. Analisis Penyebaran Margin Pemasaran
48
51
5.3. Analisis Efisiensi Pemasaran
VI. KESIMPULA.N DAl"\f SARAN
6.1. Kesimpulan
.
....................................
54
6.2. Saran ....
55
DAFTAR PUSTAKA
56
LAMPIRA."N ..................... .
58
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
Teks
Jumlah Bunga Potong Yang Terjual Setiap Minggu di Beberapa
Kota di Indonesia ...................................................................
19
2.
Ekspor Bunga Potong Indonesia, Tahun 1990-1994
20
3.
Konsumen Bunga Potong di Beberapa Wilayah ..................... .
20
4.
Hasil Produksi Bunga Potong Winasari
30
5.
Penjualan Bunga Potong Winasari via Pemasar Windy'z
Periode April- September 1996 ............. ................. ..............
35
6.
Analisis Margin Pemasaran Bunga Krisan, November 1996.......
42
7.
Analisis Margin Pemasaran Bunga Gerbera, November 1996..
45
8.
Analisis Margin Pemasaran Bunga Anthurium, November 1996
47
1.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
No.
l.
Konsep Marjin Pemasaran
9
2.
Saluran Pemasaran Bunga Potong Winasari di Jakarta ......................
39
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
No.
1.
Proyeksi Konsumsi Bunga Potong di DKi Jakarta
(ribuan tangkai) ....................................................................................
58
2.
Struktur Organisasi Perusahaan Winasari
59
3.
Saluran Pemasaran Bunga Potong Winasari di Jakarta ...
60
4.
Rasio Marjin Keuntungan Terhadap Biaya Dalam Empat
Saluran Pemasaran ...............................................................................
61
5.
Rekomendasi Penyimpanan Bunga Potong ......................................... .
62
6.
Standar Grading Bunga Potong
63
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Beiakang
Indonesia sebagai negeri yang beriklim tropis dengan kondisi ikIim, fisik tanah
dan topografi serta lingkungan lainnya (agroekologi), memungkinkan keanekaragaman
flora tropis dan subtropis tumbuh subur. Oleh karena itu, Indonesia memiliki kekayaan
flora yang cukup beragam.
Hal ini menjadi keunggulan komperatif yang dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi petaniJpengusaha dalam pengembangan sistem
agribisnis bunga potong.
Pengembangan usaha di bidang hortikultura merniliki prospek yang cerah,
khususnya pengembangan bunga potong dalam skala besar agar menjadi industri yang
dapat memberikan kontribusi terhadap sektor pertanian di Indonesia. Hal ini diduh.,mg
pula oleh tersedianya tenaga keIja, nilai ekonorni yang tinggi dan terbukanya peluang
pasar yang besar baik dalam pasar domestik maupun pasar luar negeri (Abidin dan
Rosana, 1991).
Perrnintaan pasar dunia akan bunga potong terus mengalarni peningkatan. Dari
laporan BPEN (1993), imp or dunia tahun 1987-1991 terhadap bunga potong
mempunyai tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 11.5 persen per taJlUn.
Pasar
utamanya adalah negara-negara Eropa Barat, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan
Hongkong. Meskipun kontribusi Indonesia dalam perdagangan bunga potong dunia
masih relatif kecil yakni hanya sebesar 0.03 persen (Widayani, 1994), dalam periode
lima tahun terakhir (1990-1994) ekspor bunga potong Indonesia mampu menghasilkan
2
devisa sebesar US $ 7.749.385 dengan pasar tujuan utama Singapura, Hongkong dan
Taiwan (Biro Pusat Statistik, 1995).
Permintaan bunga potong di dalam negeri, khususnya kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Denpasar, Malang dan Medan terus
meningkat. Konsumsi untuk kota-kota tersebut didominasi oleh Jakarta sebesar 66.52
persen dari total konsumsi nasional di daerah survei setiap minggunya (BCI dan
Nehem dalam BPEN, 1993).
Jenis bunga yang disenangi konsumen antara lain:
Anggrek, Mawar, Krisan, Gladiol, Carnation, Anthurium, Gerbera, dan Alstromeria.
Konsumen terbesar berasal dari rumah tangga, hotel dan restoran, kemudian diikuti
oleh perkantoran.
Dari hasil proyeksi Jakarta Plant Research and Study (1987),
diperkirakan konsumsi bunga potong di Jakarta mulai tahun 1983 hingga tahun 1999
mengalami peningkatan sebesar 9.76 persen setiap tahunnya (Abidin dan Rosana,
1991).
Meskipun, permintaan bunga di Indonesia mengalami fluktuasi sepanjang
tahun. Permintaan bunga meningkat 20-30 kali dari pada biasanya, yaitu pada bulanbulan ramai seperti:
Natal dan Tahun Baru, Imlek, Valentin, Lebaran, hari
kemerdekaan, dan bulan-bulan penyelenggaraan perkawinan.
Meningkatnya permintaan bunga potong di kota-kota besar tersebut (khususnya
Jakarta), merupakan peluang bisnis di bidang hortih.-ultura untuk memenuhi kebutuhan
konsumen bunga didalam negeri. Tidak samanya keh.-uatan tawar menawar, apalagi
untuk produk bunga potong yang dimanfaatkan dalam keadaan segar mengharuskan
penanganan pasca panen dan pemasaran yang lebih efisien.
3
1.2. Perumusan Masalah
Bunga potong memiliki karakteristik spesifik agribisnis yang berbeda dengan
bisnis lain, diantaranya yakni membutuhkan ruangan yang luas (voluminous), mudah
rusak (perishable), serta produk tidak tersedia secara kontinu.
Agribisnis bunga
potong menjadi usaha yang memerlukan penanganan lebih teliti, cepat, dan biaya
tataniaga serta tingkat resiko usaha yang besar akibat ketergantungan yang tinggi
terhadap faktor ekstemal seperti iklim, keadaan alam, struktur pasar dan fluktuasi
harga.
Distribusi dan pemasaran bunga potong dari produsen sampai ke tangan
konsumen cukup panjang. Saluran pemasaran bunga potong di beberapa tempat di
Indonesia terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen.
Pedagang pengumpul membeli bunga langsung dari kebun petani dan dipasarkan ke
pasar bunga, toko bunga atau pengecer lokal.
Petani selain menjual ke pedagang
pengumpul juga menjual langsung kepada konsumen.
Saluran pemasaran ini tidak
terlalu berbeda dengan saluran pemasaran bunga potong dari kebun Winasari yang
memiliki distributor tersendiri untuk pemasaran bunga di Jakarta.
Perusahaan bunga Winasari yang bergerak dalam agribisnis bunga potong cukup
berperan dalam memenuhi permintaan bunga potong terutama untuk wilayah
pemasaran Jabotabek. Hal yang menarik untuk dianalisis dari sisi pemasaran pada
perusahaan bunga Winasari, diantaranya keberadaan pedagang perantara baik
pedagang besar (wholesaler) maupun pedagang kecil (pedagang pengecerlretailer)
4
memiliki kekuatan yang besar dalam penentuan harga dan perolehan keuntungan dari
masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Mengacu kepada latar belakang di
atas, maka perumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sistem dan saluran pemasaran yang berlaku pada sistem agribisnis
bunga potong krisan, gerbera, dan anthurium?
2. Bagaimana margin pemasaran diantara lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran bunga potong serta fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga
pemasaran?
3. Bagaimana efisiensi pemasaran yang dikaitkan dengan pola distribusi mulai dari
produsen sampai ke konsumen akhir?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Mengetahui sistem dan saluran pemasaran yang berlaku pada sistem agribisnis
bunga potong.
2. Menganalisis margin pemasaran diantara lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran bunga potong serta fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga
pemasaran.
3. Menilai efisiensi pemasaran yang dikaitkan dengan pola distribusi dari produsen
sampai ke konsumen akhir.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen perusahaan sebagai
tambahan masukkan atau pertimbangan dalam membuat kebijakan, serta dapat berguna
bagi penelitian lebih lanjut.
II. KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Pemasaran
Mubyarto (1977), mengemukakan bahwa di Indonesia istilah tataniaga disamakan
dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang membawa
atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Disebut tataniaga, karena
niaga identik dengan dagang sehingga tataniaga berarti segala sesuatu yang
menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan barang-barang.
Karena
perdagangan itu biasanya dijalankan melalui pasar maka tataniaga disebut juga
pemasaran (marketing).
Tataniaga adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan
perpindahan dan pengerahan barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen,
berdasarkan kegunaan waktu, kegunaan tempat dan kegunaan bentuk (Azzaino, 1983).
Pengertian tataniaga pertanian menurut Limbong dan Sitorus (1987) adalah segala
kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik barangbarang hasil pertanian dari produsen ke konsumen, termasuk di dalamnya kegiatankegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan-perubahan bentuk dari barang, yang
ditujukan untuk mempermudah penyaluran dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi
kepada konsumen.
Lebih lanjut, Downey dan Erickson (1989) mendefinisikan bahwa pemasaran
adalah telaah terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomik, dari produsen melalui
pedagang perantara ke konsumen.
Hal ini menunjukkan bahwa pemasaran juga
7
2. Fungsi Fisik, adalah semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang
dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan
waktu. Fungsi ini meliputi: (a) fungsi penyimpanan, (b) fungsi pengolahan dan (c)
fungsi pengangkutan.
3. Fungsi Fasilitas, adalah semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan
pertukaran yang teIjadi antara produsen dan konsumen.
dari:
Fungsi fasilitas terdiri
(a) fungsi standarisasi dan grading, (b) fungsi penanggungan resiko, (c)
fungsi pembayaran dan (d) fungsi informasi pasar.
2.3. Lembaga dan Salurau Pemasaran
Dalam penyaluran barang dan jasa, terlibat beberapa lembaga mulai dari produsen
hingga ke konsumen akhir. Lembaga-lembaga yang berusaha di bidang pemasaran ini
diharapkan dapat memperlancar arus barang dari produsen sampai ke konsumen
melalui berbagai aktivitas atau kegiatan yang dikenal sebagai perantara (midleman).
Lembaga-lembaga ini dapat berbentuk perorangan, perserikatan atau perseroan, dan
melak-ukan fungsi-fungsi pemasaran, baik fungsi pertukaran, fungsi fisik maupun fungsi
fasilitas.
Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah saluran yang digunakan
produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen. Beberapa faktor penting
yang harus dipertimbangkan bila hendak memilih pola saluran pemasaran, yaitu:
1. Pertimbangan pasar, yang meliputi konsumen sasaran akhir, mencakup potensi
pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeJi dan volume pesanan.
8
2. Pertimbangan barang, yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang,
tingkat kerusakan, sifat telcnis barang, apakah barang tersebut untuk memenuhi
pesanan atau pasar.
3. Pertimbangan intern perusahaan, yang meliputi besarnya ITt0dal dan sumber
permodalan, pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran dan pelayanan.
4. Pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai pemasaran, yang meliputi segJ
kemarnpuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan
kebijaksanaan perusahaan.
2.4. Marjin Pemasaran
Merujuk pada Hammond dan Dahl (1977), MaIjin tataniaga merupakan
perbedaan harga pada tiap tingkatan yang berbeda dari suatu sistem pemasaran. MaIjin
tataniaga didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen
dengan harga yang diterima produsen (Robinson and Tomek, 1972). MaIjin tataniaga
dapat juga dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak
dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen.
Perbedaan rantai tataniaga dan
perlakuan dari lembaga dalam sejumlah saluran tataniaga menyebabkan perbedaan
harga jual. Semakin banyak lembaga yang terlibat dalam penyaluran komoditas, maka
semakin banyak perbedaan harga yang harus dibayar konsumen dengan harga yang
diterima produsen, karena setiap lembaga tataniaga yang mau melibatkan diri dalam
sistem tataniaga tertentu pada dasarnya mempunyai tujuan untuk memperoleh
keuntungan.
9
P
Sr
Dr
Qr.f
Q
Gambar 1. Konsep Marjin Pemasaran
Sumber: Hammond dan Dahl, 1977
Keterangan:
(Pr - Pt). Qr.f = Nilai marjin pemasaran
Pr
Pf
Sr
Sf
Dr
Df
Qr.f:
Harga di tingkat pedagang pengecer
Harga di tingkat petani
Supply tingkat pengecer (derived supply)
Supply tingkat petani (primary supply)
Demand tingkat pengecer (derived demand)
Demand tingkat petani (primary demand)
Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan tingkat eceran
Konsep marjin pemasaran mengandung pengertian primary dan derived
demand/supply.
Fungsi permintaan di tingkat pengecer merupakan turunan fungsi
permintaan di tingkat petani, dan fungsi penawaran di tingkat pengecer merupakan
turunan fungsi penawaran di tingkat petani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
garnbar 1, bahwa yang dimaksud dengan marjin pemasaran adalah perbedaan atau
jarak vertikal antara J...