PENJAMINAN MUTU KERJASAMA KETENTUAN PIDANA SANKSI ADMINISTRASI PENYIDIKAN

f. sekolah yang memiliki program khusus dapat melakukan seleksi calon peserta didik baru sesuai dengan karakteristik program dari sekolah tersebut. 3 Sekolah akan menerima calon peserta didik wajib mengumumkan seluas luasnya kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan penerimaan peserta didik tersebut. 4 Biaya pendaftaran penerimaan peserta didik baru pada jenjang TK, SDMI, SMPMTs, SMAMA dan SMK negeri dibebankan kepada anggaran Pemerintah Daerah. 5 Peserta didik yang berasal dari luar daerah, mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk dapat mengikuti pendidikan pada satuan pendidikan dan jalur pendidikan lain yang setara. Bagian Kedua Perpindahan Peserta Didik Pasal 134 Peserta didik SD, SMP, SMA dan SMK atau bentuk lain yang sederajat dapat: a. pindah satuan atau program pendidikan sejenis; b. mengambil program atau mata pelajaran pada jenis danatau jalur pendidikan yang sama atau berbeda sesuai persyaratan akademik satuan pendidikan penerima. Pasal 135 1 Perpindahan peserta didik dapat dilakukan dalam jenjang pendidikan yang sejenis dan setara oleh pengelolapenyelenggara satuan pendidikan di bawah kordinasi Dinas Pendidikan danatau Kementrian Agama. 2 Perpindahan peserta didik di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan dengan ketentuan : a. rekomendasi dari dinas pendidikan dan atau departemen agama; b. daya tampung sekolah yang dituju masih memadai menerima peserta didik pindahan; c. seleksi khusus dari sekolah yang dituju. Pasal 136 1 Peserta didik SD, SMP, SMA dan SMK atau bentuk lain yang sederajat dapat mengambil mata pelajaran atau program pendidikan pada satuan pendidikan non formal yang terakreditasi untuk memenuhi ketentuan kurikulum pendidikan formal yang bersangkutan. 2 Peserta didik pada satuan pendidikan nonformal dapat mengambil mata pelajaran atau program pendidikan pada satuan pendidikan formal untuk memenuhi beban belajar pendidikan non formal yang bersangkutan. Pasal 137 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan mata pelajaran atau program pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 diatur oleh Walikota.

BAB XXXI PENJAMINAN MUTU

Pasal 138 1 Setiap satuan pendidikan wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. 2 Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, bertujuan untuk melampaui standar nasional pendidikan menuju standar internasional. Pasal 139 Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pembinaan penjaminan mutu satuan pendidikan serta dapat bekerja sama dengan lembaga penjamin mutu pendidikan dan Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan LPTK.

BAB XXXII KERJASAMA

Pasal 140 1 Penyelenggara danatau pengelola pendidikan dapat melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan, dunia usaha dan dunia industri, asosiasiorganisasi profesi, danatau perguruan tinggi dalam negeri danatau luar negeri. 2 Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dalam rangka meningkatkan mutu, relevansi dan pelayanan pendidikan.

BAB XXXIII KETENTUAN PIDANA

Pasal 141 1 Setiap orang danatau pengelola danatau penyelenggara pendidikan yang dengan sengaja menyelenggarakan pendidikan secara melawan hukum dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh Tahun danatau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,- satu milyar rupiah. 2 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah tindak pidana pelanggaran.

BAB XXXIV SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 142 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123, 124, dan 125 dikenakan sanksi administrasi berupa: a. peringatan tertulis; b. pembatalan izin prinsip dan izin operasional; c. pencabutan izin operasional.

BAB XXXV PENYIDIKAN

Pasal 143 1 Selain pejabat penyidik polri yang bertugas menyidik tindak pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. 2 Dalam melaksanakan tugas penyidikan, pejabat Penyidik Pegawai Negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat 1, berwenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari sesorang tentang adanya pelanggaran; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pelanggaran dan selanjutnya memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum tersangka atau keluarganya; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. 3 Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang melakukan penangkapan dan penahanan. 4 Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara setiap tindakan tentang : a. pemeriksaan tersangka; b. pemasukan rumah; c. penyitaan benda; d. pemeriksaan surat; e. pemeriksaan saksi; f. pemeriksaan ditempat kejadian; g. mengirimkan berkasnya kepada Pengadilan Negeri dan tembusannya kepada Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

BAB XXXVI KETENTUAN PERALIHAN