Pembuatan dan Optimisasi Formula Roti Tawar dan Roti Manis Skala Kecil
Sungguh kita tidak menginglnkan sama sekall
penqetahuan beku yang hanya berinteraksi dengan
atak dan tersimpan dalam kotak intelektualisme. Kita
menginglnkan agar pengetahuan in1 berubah menjadl
kakuatan yang mendorong terlaksananya petunjuk pengetahuan
tersebut dalam realita (Sayyid QutbJ
Xupersembahkan karya kecil ini feruntuk
Bapak dan ibu fersayang, Mas 'Na, Yudhie, dan Awie
serfa rekan-rekan yang felah banyak memberi dukungan
:7f]-tc::
,.
/
!
f
A
;d.'".
i j J 3
0d* i;f
"fa,
SKRIPSI
PEMBUATAN DAN OPTlMlSASl FORMULA ROT1 TAWAR
DAN ROT1 MANIS SKALA KEClL
Oleh
RINA SULISTIANING
F 27. 0587
1 3 9 5
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANiAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
B O G O R
Rina Sulistianing F27.0587.
Pembuatan dan Optimisasi
Formula Roti Tawar dan Roti manis Skala Kecil. Di bawah
bimbingan Musa Hubeis dan Subarna.
Roti tawar dan roti manis merupakan makanan yang
cukup populer dan telah tersebar luas di berbagai lapisan
masyarakat Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimisasikan
formulasi dan kondisi proses produksi dalam pembuatan roti
tawar dan roti manis skala kecil.
Penelitian ini terdiri
atas penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan.
Dalam penelitian pendahuluan dilakukan penentuan metoda
produksi (metoda babon, adonan langsung dan metoda adonan
cepat) dan ragam suhu pemanggangan terhadap waktu pemanggangan yang akan digunakan untuk penelitian lanjutan.
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang nyata diantara roti yang dihasilkan
dari tiga metoda yang diqunakan.
Ragam suhu pemanggangan
terhadap waktu pemangganqan tergantung pada formulasi dan
ukuran roti.
~enelitianlanjutan bertujuan mencari formu-
la roti yang optimum dengan penggunaan jenis shortening,
terutama untuk mengurangi biaya bahan baku.
Sliortening
yang digunakan adalah mentega "RBS", margarin "Simas",
mentega putih "Australia" dan margarin "Simas" (roti
tawar) dan mentega "Wijsman", mentega "RBS", mar
"Palmboom" dan margarin "Simas" (roti manis).
Formula yang optimal dari segi biaya adalah formula
yang menggunakan margarin "simas" (roti tawar) dan formula
yang menggunakan kombinasi mentega "RBS" dan margarin
"Simas" (roti manis), karena selain masih disukai panelis
(skor 6.3 dan 6,4) , nisbah pengembangan (4,9 dan 7,l) ,
volume spesifik adonan (0,9 dan 0 , 9 ml/g) dan volume
spesifik roti ( 4 , 5 dan 7,l ml/g) tidak berbeda dan biaya
bahan baku (Rp 1,09/g dan Rp 1,8219) relatif lebih murah
dari formula lainnya.
Hasil optimisasi dari program
linear untuk fungsi tujuan minimum biaya bahan baku dari
kedua formula di atas adalah Rp 990,2/ Kg roti (roti
tawar) dan Rp 1.581,2/Kg roti (roti manis).
PEMBUATAN DAN OPTIMISASI FORMULA ROTI TAWAR
DAN ROTI MANIS SKALA KECIL
Oieh :
Rina Sulistianing
F. 270587
SKRLPSI
Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI,
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN,
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
1995
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PEMBUATAN DAN OPTIMISASI FORMULA ROTI TAWAR
DAN ROTI MANIS SKALA KECIL
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI,
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN,
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh :
Rina Sulistianing
E 270587
Dilahirkan pada tanggal 18 Oktober 1971
di Bogor
Tanggal lulus : 30 Januari 1995
Dosen Pembimbin
Dosen Pembimbiilg I
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT.,
karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "Pembuatan dan Optimisasi
Formula Roti Tawar dan Roti Manis Skala Kecil"
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI, FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN,
INSTITUT PERTANIAN BOGOR.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada
1.
Bapak Dr.Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA yang telah
memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam
melaksanakan penelitian, serta penyusunan dan penyelesaian skripsi.
2.
Bapak Ir. Subarna yang telah
memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam melaksanakan penelitian serta penyusunan
3.
Ibu
dan penyelesaian skripsi.
Dr. Ir. Setyo ~ e r t i w i ,MAgr yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam melaksanakan ujian
skripsi.
4.
Staf dan petugas Pilot Plant PAU Pangan dan ~ i z i ,IPB
yang telah membantu dalam pelaksanaan ~enelitian.
5.
Petugas perpustakaan Fateta
-
IPB yang telah
membantu
dalam pengumpulan data dan informasi.
G.
Semua pihak yang turut membantu penyelesaian
skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi
perbaikannya.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak -
pihak yang memerlukannya.
Bogor,
Januari 1995
Penulis,
iii
DAFTAR IS1
..............................
TABEL ................................
GAMBAR ...............................
LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAR
DAFTAR
DAFTAR
DAFTAR
I
I1
.
.
ii
vii
viii
X
.................................
A . LATAR BELAKANG ..........................
B . TUJUAN ..................................
2
TINJAUAN PUSTAKA ............................
4
PENDAHULUAN
.
B.
A
1
3
..........................
4
BAHAN PEMBENTUK ROT1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
FORMULAS1 ROT1
1.
BAHAN UTAMA .........................
.
...................
b . Air .............................
c . Garam ...........................
d . Ragi roti .......................
2 . BAHAN PEMBANTU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
a . Gula ............................
b . Shortening ......................
c . Telur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
d . Susu skim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
e . Bahan pengisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
a
Tepung terigu
iv
5
5
8
9
10
10
10
"
11
13
13
14
.
4.
3
C
.
.
2.
.
14
BAHAN
15
PROSES DAN PERALATAN PRODUKSI ROT1 . . . . . .
1
D
......................
PENGEMAS ......................
BAHAN TAMBAHAN
......
15
.............
19
METODA DAN PROSES PRODUKSI R O T 1
PERALATAN PRODUKSI R O T 1
TEKNIK OPTIMISASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.
.
3.
2
UMUM ................................
......................
LINDO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
PROGRAM LINEAR
............................
A . BAHAN ...................................
BAHAN DAN METODA
.
C.
B
26
27
27
28
.
P E N E L I T I A N PENDAHULUAN
..............
28
.
P E N E L I T I A N LANJUTAN . . . . . . . . . . . . . . . . .
33
PENGAMATAN
.
2.
.
24
METODA PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
E
22
27
2
.
22
ALAT ....................................
1
D
15
..............................
U J I ORGANOLEPTIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.................
3 . VOLUME S P E S I F I K .....................
4 . PERHITUNGAN BIAYA BAHAN BAKU ........
RANCANGAN P E R C O B A M DAN ANALISA DATA . . . .
NISBAH PENGEMBANGAN
35
36
36
37
37
37
IV-
HASIL DAN PEMBAHASAN
A
.
........................
UJI
..............
ORGANOLEPTIK ................
.
Penampakan umum .............
.
Warna
PENELITIAN PENDAHULUAN
1
.
a
.......................
c . Aroma .......................
b
.
46
47
55
.
UJI ORGANOLEPTIK ................
.
.
c.
b
2
.
3
.
.
5.
4
48
50
55
Penampakan umum .............
56
......................
59
Warna.
......................
d . Tekstur .....................
e . Rasa ........................
NISBAH PENGEMBANGAN .............
VOLUME SPESIFIK . . . . . . . . . . . . . . . . .
BIAYA BAHAN BAKU ................
MODEL PENCAMPURAN BAHAN BAKU ....
Aroma.
........................
A . KESIMPUL AN ..............................
B . SARAN ...................................
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA ..............................
LAMPIRAN
45
.................
Tekstur
PENELITIAN LANJUTAN
a
.
44
49
1
V
43
.....................
e . Rasa ........................
2 . SUHU DAN WAKTU PEMANGGANGAN .....
d
B
.
43
....................................
vi
G1
64
66
69
71
73
76
82
82
84
85
87
DAFTAR TABEL
Teks
Halaman
Perbandingan formula untuk produk pangan
yang
dikembangkan dengan Khamir ....................
Standar tepung terigu berdasarkan SII . . . . . . . . .
Ragam suhu pada uji pemanggangan . . . . . . . . . . . . . .
Formulasi roti yang digunakan . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jenis shortening yang digunakan . . . . . . . . . . . . . . .
Model pencampuran bahan baku roti tawar . . . . . . .
Model pencampuran bahan baku roti manis . . . . . . .
Ragam suhu dan waktu pemanggangan . . . . . . . . . . . . .
Waktu proses pembuatan roti tawar dan roti manis ...........................................
Kondisi. biaya dan volume produksilbatch dalam
pembuatan roti tawar dan roti manis . . . . . . . . . . .
Kelebihan dan kekurangan metoda produksi dalam
pembuatan roti tawar dan roti manis . . . . . . . . . . .
Sifat-sifat shortening yang digunakan . . . . . . . . .
Hasil optimal pencampuran bahan baku
roti ta-
war dan roti manis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR GAMBAR
Fraksi protein tepung gandum . . . . . . . . . . . . . . . . .
Skema proses pembuatan roti . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Metoda babon .................................
Metoda adonan langsung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Metoda adonan cepat ..........................
Timbangan ....................................
Mesin pengaduk/pencampur adonan . . . . . . . . . . . . . .
Oven dan proofer .............................
Histogram
penilaian organoleptik
roti tawar
pada penelitian pendahuluan ..................
Histogram
penilaian organoleptik
roti manis
pada penelitian pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis terhadap
penampakan
umum
roti tawar pada berbagai jenis shortening . . . .
Penerimaan panelis terhadap
penampakan
umum
roti manis pada berbagai jenis shortening . . . .
~enerimaanpanelis terhadap
warna roti tawar
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis terhadap
warna roti manis
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis terhadap aroma
roti tawar
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . .
viii
Penerimaan panelis terhadap aroma
roti
manis
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis terhadap tekstur roti tawar
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis terhadap tekstur roti manis
pada berbagai jenis shortening ................
Penerimaan panelis
terhadap
rasa
roti tawar
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis
terhadap
rasa
roti tawar
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . . .
Nisbah pengembangan roti tawar
pada
berbagai
jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Nisbah pengembangan roti manis
pada
berbagai
jenis shortening ..............................
Volume spesifik roti tawar pada berbagai jenis
shortening . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Volume spesifik roti manis pada berbagai jenis
shortening ....................................
Roti tawar hasil perlakuan metoda babon,
ado-
nan langsung dan metoda adonan cepat . . . . . . . . . .
Roti manis hasil perlakuan metoda babon,
ado-
nan langsung dan metoda adonan cepat . . . . . . . . . .
Roti tawar formula
Roti tawar formula
Roti manis formula
Roti manis formula
................
A3 dan A 4 . . . . .
......A l B l dan A1B2 . . . . . . . . . . . . . .
A 2 B 1 dan A 2 8 2 . . . . . . . . . . . . . .
A1
dan A2..
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Teks
No.
Kuesioner
uji organoleptik
halaman
roti tawar
dan
roti manis dengan uji kesukaan.. ............
Daftar harga bahan-bahan digunakan pada saat
penelitian ..................................
Hasil uji organoleptik roti manis pada penelitian pendahuluan ..........................
Sidik ragam penampakan umum roti manis
pada
penelitian lanjutan .........................
Sidik ragam warna roti manis pada penelitian
pendahuluan .................................
Sidik ragam aroma roti manis pada penelitian
pendahuluan .................................
Sidik ragam tekstur roti manis pada
peneli-
tian pendahuluan ............................
Sidik ragam rasa roti manis pada
penelitian
pendahuluan .................................
Hasil uji organoleptik roti tawar pada penelitian pendahuluan ...........................
Sidik ragam penampakan umum roti tawar
pada
penelitian pendahuluan ......................
Sidik ragam warna roti tawar pada penelitian
4c.
Sidik ragam aroma roti tawar pada penelitian
pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4d.
Sidik ragam tekstur roti tawar pada
peneli-
tian pendahuluan ............................
4.e.
Sidik ragam rasa roti tawar
pada penelitian
pendahuluan .................................
5.
Hasil uji organoleptik penampakan
umum roti
manis pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . .
5a.
Sidik ragam penampakan umum roti manis
pada
penelitian lanjutan .........................
5b.
Uji Duncan penampakan umum
roti manis
pada
penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.
Hasil uji organoleptik warna roti manis pada
penelitian lanjutan .........................
Ga.
Sidik ragam warna roti manis pada penelitian
lanjutan ....................................
6b.
~ j Duncan
i
warna roti manis pada
penelitian
lanjutan ....................................
7.
Hasil uji organoleptik aroma roti manis pada
penelitian lanjutan .........................
7a.
sidik ragam aroma roti manis pada penelitian
lanjutan ....................................
7b.
~ j Duncan.aroma
i
roti manis pada
penelitian
lanjutan ....................................
8.
Hasil
uji organoleptik
tekstur
roti manis
pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xi
8a.
Sidik ragam tekstur roti manis pada
peneli-
tian lanjutan ...............................
9.
Hasil uji organoleptik rasa
roti manis pada
penelitian lanjutan ..........................
9a.
Sidik ragam rasa
lanjutan
9b.
roti manis pada penelitian
....................................
Uji Duncan rasa
roti manis pada
penelitian
lanjutan ....................................
10.
Hasil
pengamatan
nisbah pengembangan
roti
manis pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . .
10a.
Sidik ragam nisbah
pengembangan
roti manis
pada penelitian lanjutan ....................
11.
Hasil pengamatan volume spesifik
roti manis
pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
lla.
Sidik ragam volume spesifik adonan
roti ma-
nis pada penelitian lanjutan ................
llb.
Sidik ragam volume spesifik roti manis
pada
penelitian lanjutan .........................
12.
Hasil uji organoleptik penampakan
umum roti
tawar pada penelitian lanjutan ..............
12a.
sidik ragam penampakan umum roti tawar
pada
penelitian lanjutan .........................
12b.
Uji Duncan penampakan umum
roti tawar
pada
penelitian lanjutan .........................
13.
Hasil uji organoleptik warna roti tawar pada
penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xii
Sidik ragam warna roti tawar pada penelitian
lanjutan ....................................
Hasil uji organoleptik aroma roti tawar pada
penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sidik ragam aroma roti tawar pada penelitian
lanjutan ....................................
Hasil
uji organoleptik
tekstur
roti tawar
pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sidik ragam tekstur roti tawar pada
peneli-
tian lanjutan ...............................
Uji Duncan tekstur roti tawar pada penelitian lanjutan .................................
Hasil uji organoleptik rasa
roti tawar pada
penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sidik ragam rasa
roti tawar pada penelitian
lanjutan ....................................
Uji Duncan rasa
roti tawar pada
penelitian
lanjutan ....................................
Hasil
pengamatan
nisbah pengembangan
roti
tawar pada penelitian lanjutan ..............
sidik ragam nisbah
pengembangan
roti tawar
pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hasil pengamatan volume spesifik
roti tawar
pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sidik ragam volume spesifik adonan
roti ta-
war pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . .
xiii
18b.
Sidik raqam volume spesifik roti tawar
pada
penelitian lanjutan .........................
19.
Bahan baku roti manis dan biaya
lukan
untuk
tiap
formula pada
yang diperpenelitian
lanjutan ....................................
20.
Bahan baku roti tawar dan biaya
lukan
untuk
tiap
formula pada
penelitian
Urutan analisa dari data optimisasi
puran
dengan
bahan
87
yang diper-
lanjutan ....................................
21.
87
87
pencam-
baku roti tawar dan roti manis
program
linear
(program
komputer
LINDO) ......................................
87
22.
Standar Industri Indonesia - Roti ...........
87
23.
Data teknis mentega "RBS" . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
87
24.
Data teknis menteqa putih "Australia" . . . . . . .
87
I. PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Roti adalah' produk pangan olahan
yang merupakan
hasil proses pemanggangan adonan yang telah difermentasi.
Bahan utama dalam pembuatan roti terdiri dari
tepung, air, ragi roti dan garam.
Sedangkan bahan
pembantu dan tambahannya antara lain gula, susu skim,
shortening, telur dan bread improver (Pomeranz dan
Shellenberger, 1971).
Jenis
dan bentuk roti tergantung dari formulasi
adonan dan cara membuatnya.
Menurut U.S. Wheat Asso-
ciates (1983), berdasarkan formulasi r o t i , adonan
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu adonan roti
manis, adonan leanfroti tawar dan adonan soft rolls.
Adonan roti manis adalah adonan yang dibuat dari
formulasi yang banyak menggunakan gula, lemak dan
telur.
Adonan lean adalah adonan roti yang mengguna-
kan sedikitltanpa gula, susu skim dan lemak.
Sedang-
kan adonan soft rolls adalah adonan roti yang dibuat
dari formula yang menggunakan gula dan lemak relatif
lebih banyak dari adonan roti tawar.
Saat ini teknologi pengolahan roti berkembang mulai dari teknologi sederhana (manual) sampai ke teknologi yang menggunakan mesin otomatis,
sehingga pembu-
atan roti bukan hanya mengandalkan pada "keterampilan"
dan senill, tetapi telah
melibatkan
ilmu
pengetahuan
dan teknologi.
Menurut Subarna (1992), di Indonesia, produk roti
merupakan makanan yang cukup populer dan telah tersebar luas d i berbagai lapisan masyarakat.
Walaupun
demikian, fungsi roti sebagai makanan utama masih
terbatas dikonsumsi (makanan pengganti).
Jenis dan
mutu roti disesuaikan dengan selera dan daya beli
konsumen.
Selain mempunyai cita rasa yang disukai,
roti mempunyai daya tarik yang cukup kuat dan memiliki
nilai psikologis yang tinggi bagi masyarakat (status
sosial lebih tinggi).
Pertumbuhan
industri
bakery
yang
pesat telah
mendorong upaya efisiensi produksi dengan cara menghemat energi dan menurunkan biaya penggunaan bahan baku.
Hal tersebut membutuhkan pengetahuan yang sistematik
mengenai fungsi-fungsi bahan baku dan pembantu, proses
yang digunakan serta jenis dan produk yang dihasilkan.
Oleh
karena itu industri roti perlu menetapkan
kondisi proses produksi dan memilih bahan-bahan baku
yang diperlukan untuk menghasilkan roti bermutu baik,
dengan biaya produksi yang ekonomis.
Untuk mempela-
jari formulasi dan kondisi proses yang optimal dalam
proses pembuatan roti tawar dan roti manis digunakan
teknik riset operasional.
B.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian pembuatan dan optimisasi formula
roti
tawar dan roti manis skala kecil bertujuan untuk
1.
Mempelajari
formula
roti
yang
optimal,
yaitu
dengan cara meminimalkan biaya bahan baku selama
proses pengolahan, dengan tanpa mengurangi mutu
roti yang dihasilkan.
2.
Menentukan kondisi proses yang optimum,
khususnya
proses pemanggangan.
3.
Menggunakan teknik
optimisasi riset
operasional
(program linear) untuk mencari, memilih dan menentukan alternatif produksi dengan biaya bahan baku
dan mutu roti yang optimal.
11. TINJAUAN PUSTAKA
Desrosier
(1988) mengemukakan bahwa perbedaan
dari berbagai produk bakery yang dikembangkan dengan
khamir hanyalah pada kandungan
gula, shortening,
padatan susu dan padatan telur yang digunakan.
bandingan beberapa formulasi
yang
Per-
untuk produk pangan
dikembangkan dengan khamir
dapat
dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1.
Bahan
Perbandingan formulasi untuk produk pangan yang
dikembangkan dengan khamir (berdasarkan persen
tepung)
-
bahan
Craker
(%)
Roti
Roti
Gandum Tawar
(%)
(%)
Roll
Tawar
Roll
Manis
(2)
(2)
Tepung (berdiastase)
Air
Khamir
Garam
Telur (utuh)
Pelembab adonan
Sumber : Cathcart di dalam Desrosier (1988)
Pada umumnya, ada dua jenis formula adonan roti,
yaitu
"Rich Formula" dan "Lean Formulau . "Rich Dough"
mengandung pemanis, produk susu, shortening dan telur
yang ditambahkan dalam jumlah besar (lebih dari 8%)
k e dalam tepung, ragi roti, air dan garam.
Dalam
"Lean Dough1', 90-95 % adonan berupa tepung, air, ragi
dan garam, sisanya terdiri dari kombinasi
gula dan susu.
shortening,
Menurut U.S. Wheat Associates (1983), adonan roti
manis adalah adonan yang dibuat dari formula yang
banyak memakai gula, lemak dan telur ("Rich Formula"),
sedangkan adonan roti tawar adalah adonan yang dibuat
dari adonan yang sedikit/tanpa telur dan lemak ("Lean
Formula").
B.
BAHAN PEMBENTUK ROT1
Bahan pembentuk (formulasi) adonan roti dapat
digolongkan menjadi bahan
bahan tambahan.
Bahan
utama, bahan
pembantu dan
utama terdiri dari
terigu, air, ragi roti dan garam.
tepung
Bahan pembantu
adalah bahan-bahan yang menyertai bahan utama dalam
pembuatan roti untuk mendapatkan aroma, rasa dan
tekstur yang diinginkan.
Bahan
pembantu terdiri dari
shortening, susu skim, telur, gula dan bahan pengisi.
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan untuk
meningkatkan
improver.
mutu
dari
produk akhir, misalnya bread
Bahan pengemas adalah bahan
yang dibutuh-
kan untuk mendapatkan penampilan produk yang optimum
untuk dipasarkan.
1.
BAHAN
a.
Tepung Terigu
Menurut Pomeranz dan Shellenberger (1971)
seluruh jenis gandum dapat dibuat menjadi
beberapa tipe dari produk-produk yang dikembangkan oleh khamir.
Kualitas pembuatan roti
dari tepung sangat tergantung dari kualitas
protein tepungnya.
Protein tepung gandum (Gambar 1) memiliki
sifat pembentukan gluten yang unik setelah
dibasahi dan diaduk dengan air.
Gluten gandum
menunjukkan sifat-sifat fisik adonan yang
berbeda dari adonan-adonan yang dibuat dari
serealia lainnya.
Ketika air ditambahkan pada
tepung gandum dan diaduk, protein-protein yang
tidak larut dalam air akan mengikat air dan
membentuk gluten.
penyusun
Gluten berfungsi sebagai
adonan dan penahan gas pengembang
yang dihasilkan oleh ragi roti (Pomeranz dan
Shellenberger, 1971).
Protein gluten terdiri dari gliadin yang
larut dalam alkohol 70% dan glutenin yang
tidak larut dalam alkohol, tetapi larut dalam
asam dan alkali.
nin
Kombinasi gliadin dan glute-
1 : 1 dapat memberikan sifat gluten yang
diinginkan dalam pembuatan roti.
Selain
protein gluten, tepung t e r i g u mengandung
protein yang larut dalam air (Pomeranz dan
Shellenberger, 1971).
Protein tepung
1
1
Non-Gluten(l5%)
bukan pembentuk adonan
I
1
1
Albumin(GO%)
Globulin(40%)
Peptida
Asam amino
1
BM rendah
(25.000-100.000)
BM tinggi
(>loo.000)
I
I
1
1
Gliadin
I
-
Gluten (85%)
pembentuk adonan
Glutenin
I
I
i
i
i
enzim tepung
Spesies gliadin
- larut air,
- ekstensibel
protein pembusa
- protein koagu- - elastisitas
lan
rendah
- larut dalam
asam, basa,
pelarut pengikat hidrogen
Gambar 1.
Spesies Glutenin
- daya ekstensibilitas rendah
- elastis
- tersuspensi
dalam asam,
basa, pelarut
pengikat hidrogen
Fraksi protein tepung gandum (Holme
dan Shellenberger, 1971)
di dalam Pomeranz
-
Tepunq
terigu
yang dihasilkan
Indocement Tunggal Perkasa
Mill Development
-
P. T.
Bogasari Flour
dapat dibedakan
berdasarkan
kadar protein, yaitu tepung lemah (weak flour
: 8-9% protein) yang dihasilkan dari gandum
lunak (soft wheat) untuk membuat makanan yang
tidak membutuhkan pengembangan, seperti kue,
biscuit dan wafer; tepung untuk segala keperluan (all purpose flour
:
lo-11% protein) yang
dihasilkan dari gandum keras (hard wheat) dan
gandum lunak; serta tepung kuat (strong flour
atau baking flour :
11- 13% protein) yang
dihasilkan dari gandum keras
untuk membuat
makanan yang membutuhkan adanya proses pengembangan yang tinggi seperti roti halus.
Tabel 2.
I
Standar tepung terigu berdasarkan SII
I
Kriteria Mutu
Kadar air
Kadar . al?u
Kadar sllikat
Derajat asam/pH
Keadaan
Bau dan
Seran qa sisa
s e er?l lelur,
Ba?i an Pengawet
Rasa
- sisa serangga
larva, kepompong
dan/atau pemanis
Spesifikasi
maksimum 1 6 , 5 %
maksimum 2 , 2 %
maksimum 0,1%
maksimum 4
harus baik, tidak
rusak/berjamur
normal
tidak ada
I
tidak ada
Sumber : Departemen Perindustrian (1977)
b.
Air
Menurut U.S. Wheat Associates ( 1 9 8 3 ) ,
hidrasi adalah fungsi utama dari air dalam
pembuatan roti.
Air bersenyawa dengan protein
membentuk gluten.
Dalam ha1 ini air sangat
menentukan konsistensi d a n k a r a k t e r i s t i k
rheologi adonan selama proses
pembuatan roti.
Dengan kata lain air akan menentukan mutu
produk yang dihasilkan, di samping
berfungsi
sebagai pelarut bahan-bahan seperti garam,
gula, susu dan mineral.
Sebagai ilustrasi,
jumlah air yang ditambahkan selama pengadukan
adonan tergantung pada
(1)
daya serap air dari jenis tepung yang digunakan untuk membuat dan mengolah adonan
(2)
metoda dan peralatan yang digunakan untuk
membuat dan mengolah adonan
(3)
karakteristik
-
karakteristik yang
di-
inginkan pada produk akhir roti
Secara umum, daya serap air meningkat dengan
semakin tingginya kandungan protein.
digunakan
Air yang
adalah air yang bebas dari bakteri
patogen dan mikroba yang membahayakan kesehatan, tidak berwarna dan tidak berbau.
c.
Garam
Menurut U.S. Wheat Associates (1983),
pemakaian garam dalam bakery berkisar antara
1,75
-
3,5%
berdasarkan berat tepung.
Penam-
bahan garam ditujukan untuk memberikan rasa
gurih pada roti, mengontrol aktivitas ragi,
waktu fermentasi dan mengontrol umur adonan.
Garam dapat meningkatkan keliatan gluten dan
daya absorpsi air dari tepung, sehingga dengan
waktu fermentasi yang cukup akan memungkinkan
volume roti yang lebih besar.
Kualitas garam yang dikehendaki dalam
pembuatan roti antara lain
bersih (bebas dari
bahan-bahan yang tidak dapat larut), bebas
dari zat-zat kimia yang akan mengganggu fermentasi, halus dan tidak bergumpal-gumpal
serta cepat larut.
d.
Ragi Roti
Ragi roti atau yeast adalah mikroorganisme (Saccharomyces cerevisiae) yang memfermentasi adonan untuk menghasilkan gas karbondioksida yang dapat mengembangkan
adonan.
Dalam ha1 ini proses fermentasi yang
terkendali akan menghasilkan roti dengan volume dan tekstur yang baik, serta cita rasa dan
aroma yang lezat.
Selain itu ragi roti ber-
Eungsi memperlunak gluten
dengan asam yang
,dihasilkannya (Rose, 1982).
Jenis ragi roti komersial adalah ragi
segar yang telah dipres membentuk lempenyan
(compressed yeast) dan ragi kering berbentuk
granula-granula (active dry yeast/instant dry
yeast)
.
Suhu yang ideal untuk menyimpan ragi roti
kering agar awet dalam jangka waktu panjang
adalah 45'~
(7'~).
Ragi kering berbentuk
butiran kecil dan biasanya dibungkus dengan
kemasan timah yang mengandung nitrogen.
Ragi
kering aktiE diperkirakan terdiri dari 92% zat
padat dan 8% zat cair.
2.
BAHAN PEMBANTU
a. Gula
Menurut U.S. Wheat Associates (1983)
diperlukan gula pasir atau sukrosa (kadar
99,9%)
untuk membuat adonan roti.
Pada pembu-
atan adonan roti manis, gula yang digunakan
sebanyak 10 - 30% dan optimum pada kisaran 15
-
25% dari berat tepung.
Gula yang diberikan pada pembuatan roti
merupakan
fermentasi.
makanan untuk yeast di dalam proses
Gula yang tersisa setelah proses
fermentasi disebut sisa gula, akan memberikan
warna pada kulit roti dan rasa pada roti.
Gula bersifat higroskopis (kemampuan menahan
air) , sehingga dapat' memperbaiki daya tahan
roti dalam penyimpanan (U.S. Wheat Associates,
1983).
Gula harus hemenuhi persyaratan seperti
berbentuk k r i s t a l , b e r w a r n a p u t i h
(gula
pasir) , bebas dari serangga, infestasi jamur
dan kontaminan lainnya, mempunyai aroma khas
dan mengandung 70% gula pereduksi.
b.
Shortening
Menurut U . S. Nheat Associates
(1983),
shortening didefinisikan sebagai lemak atau
minyak yang dipergunakan untuk nielembutkan
roti, kue dan sebaqainya.
Sifat fungsional lemak antara lain sebagai emulsifier dan media pertukaran panas.
Minyak d a n lemak tersedia dalam beberapa
bentuk, antara lain mentega, margarin, minyak
masak, minyak salad dan mentega putih (Meyer,
L.H, 1982)
Mentega dibuat dengan cara penumbukan
krim susu (proses c h u r n i i l g ) d a n merupakan
emulsi air dalam minyak yang mengandung 80-81%
lemak susu.
Komponen lain d a l a m mentega
antara lain k a s e i n , l a k t o s a , f o s f o l i p i d ,
kolesterol, garam kalsium, garam NaCl , vitamin A , D, E dan K serta flavor (asam butirat)
dan zat warna.
Sedangkan margarin dibuat dengan mencampurkan minyak atau lemak dengan susu padat,
garam, flavor serta vitamin A dan D.
Margarin
harus mengandung lemak tidak kurang dari 80%
dan merupakan emulsi air dalam minyak.
Pada umumnya, mentega putih dibuat dari
minyak nabati seperti minyak biji k a p a s ,
minyak kacang kedelai dan minyak kacang tanah
melalui proses hidrogenasi (Winarno, 1992).
Shortening berfungsi untuk memberikan
nilai gizi, kelezatan r a s a , sebagai bahan
pengempuk dan membantu pengembangan susunan
fisik makanan yang dibakar.Dalam produksi
roti, lemak berfungsi sebagai pengempuk dan
membantu menahan gas, sehingga gluten
mengi-
kat udara dan akhirnya membuat volume roti
menjadi lebih baik.
Dalam ha1 ini disyaratkan
bahwa lemak yang digunakan antara lain bersih,
segar, memiliki aroma dan rasa yang baik,
bebas dari ketengikan dan memiliki konsistensi
yang lunak, tekstur plastis dan berwarna putih
atau kekuningan.
c.
Telur
Fungsi telur dalam pembuatan roti adalah
untuk membentuk Parna, penahan air, rasa, gizi
dan pelunak.
Pemakaian telur dalam adonan
roti manis berkisar 8 - 30 % (optimum
%).
Bagian telur yang
lo
- 24
digunakan berupa telur
utuh, kuning telur dan putih telur.
Pemakaian
telur lebih besar dari 15% menghasilkan warna
roti sukar dibedakan (U.S. Wheat Associates,
1983).
d.
Susu skim
Tujuan pemakaian susu dalam pembuatan
roti adalah untuk mendapatkan status gizi,
karena susu mengandung protein (kasein) , gula
laktosa dan kalsium.
Susu juga memberikan
pengaruh terhadap warna kulit (protein dan
gula) dan juga memperkuat gluten karena kandungan kalsiumnya (U.S.CJheat Associates, 1983).
e.
Bahan Pengisi
Bahan pengisi digunakan
sebagai bahan
pembantu dalam pembuatan roti manis, agar
meningkatkan cita rasa dari roti manis yang
dihasilkan.
Bahan pengisi yang sering diguna-
kan dalam pembuatan roti antara lain keju,
coklat, kismis, selai nenas, pisang dan lain lain.
3.
BAHAN TAMBAHAN
Bahan tambahan yang sering digunakan dalam
pembuatan roti adalah bread i m p r o v e r s e p e r t i
"DimodanU,"~errol-500"dan "supermix", enlulsifier
dan bahan ragi mineral.
Bahan-ragi mineral ter-
diri dari tiga macam zat conditioning, yaitu
a.
Kondisioner untuk air seperti kalsium
(karbo-
nat atau sulfat) dan magnesium (fosfat atau
klorida) ,
b.
Kondisioner
untuk yeast seperti garam amonium
untuk makanan yeast,
c.
Kondisioner
untuk adonan seperti bahan
oksidasi (potasium bromat, vitamin C
peng-
dan
se-
bagainya) yang dapat memperkuat gluten.
Menurut U.S. Wheat Associates ( 1 9 8 3 ) , bahan
ragi
mineral adalah suatu kombinasi
seimbang
dari garam-garam mineral yang telah dibersihkan
dan dapat dimakan, serta pada umumnya didapatkan
dari tumbuh-tumbuhan.
Fungsi utama bahan ragi
mineral adalah melengkapi ragi dengan zat makanan
(gizi), mengatur kegiatan enzim, mengatur bekerjanya gluten, menyesuaikan ragam mutu tepung dan
membantu mengatur berbagai jenis air yang tersedia.
4.
BAHAN PENGEMAS
Bahan pengemas
seperti plastik dibutuhkan
dalam produksi roti manis.
Maksud utama dari
penggunaan pengemas pada produk roti ialah untuk
mencegah terjadinya perubahan cita rasa, warna dan
penampakan yang tidak dikehendaki(Desrosier,1388).
C.
PROSES DAN PERALATAN PRODUKSI ROT1
1.
METODA DAN PROSES PRODUKSI ROTI
Desrosier (1988) mengemukakan bahwa produk
roti yang dikembangkan oleh khamir dapat dibuat
dengan metoda langsung (straight dough method) dan
metoda
spon dan adonan (sponge and d o u g h methot?).
Metoda adonan langsung me;upakan
suatu proses
langkah tunggal dimana semua bahan dicampur bersama-sama dalam s u a t u campuran.
D a l a m h a 1 ini
pencampuran dilakukan sampai massa adonan mencapai
kehalusan dan didapatkan penampakan yang dikehendaki, serta mencapai elastisitas yang diperlukan.
Menurut Pyler
a
dalam Desrosier (1988), Suhu
adonan pada saat pencampuran sekitar
82OF.
78°F dan
Keuntungan metoda ini adalah kebutuhan tenaga
minimum dan waktu fermentasi lebih pendek daripada
metoda spon dan adonan (kehilangan karena fermentasi dikurangi) .
Pengadukan/pencampuran
dalam metoda spon dan
adonan terdiri dari dua tahap, pertama pembentukan
spon dan kedua pembentukan adonan.
Tahap pemben-
tukan spon meliputi pencampuran sebagian bahan
adonan yang diikuti dengan suatu fermentasi pendahuluan.
Dalam tahap pembentukan adonan, spon yanq
difermentasikan dijadikan satu
dengan
bahan yang
tersisa, dicampur, dan dibiarkan untuk fermentasi
yang kedua kalinya dalam waktu yang singkat.
Pada umumnya spon mengandunq kurang lebih 50
-
75% dari jumlah tepung yang digunakan, seluruh
jumlah khamir dan air yang cukup untuk menghasilkan adonan yang agak keras.
Suhu adonan pada saat
pencampuran adalah 72°F - 78OF.
Keuntungan metoda ini ialah
terdapat suatu
penghematan kebutuhan khamir, roti yang dipanggang
cenderung memiliki volume yang lebih besar dan
tekstur yang lebih baik.
Sedangkan kerugiannya
I
adalah tenaga dan biaya pengolahan lebih banyak,
serta adanya kehilangan fermentasi dan penquapan
yang lebih banyak.
Proses pembuatan roti dapat dibagi dalam dua
bagian utama, yaitu pembuatan
dan pemanggangan
adonan. Pembuatan adonan meliputi pengadukan
adonan, pembentukan dan pengembangan (Pomeranz dan
Shellenberger, 1971).
Keseluruhan proses dapat
dilihat pada Gambar 2.
Menurut Pomeranz dan Shellenberger (1971),
pencampuran adonan memiliki dua fungsi, yaitu
mendistribusikan secara homogen dari komponen komponen bahan penyusun roti (protein, karbohidrat, lemak dan lain-lain) dan pembentukan matriks
gluten dalam menghasilkan roti yang baik.
Waktu
pencampuran bervariasi dengan jenis tepung, suhu
adonan , konsistensi adonan dan alat pencarnpur.
Kelebihan waktu pencampuran dapat mengakibatkan
berkurangnya elastisitas dan ekstensibilitas adonan.
Bahan baku utama:
(a=1.444,b=1630 g)
tepung (a=b=1.000 g)
air (a=400,b=600 g)
garam (a=b=2O g)
ragi roti (a=22,b=10 g)
pencampuran adonan
menggunakan mixer
Bahan baku Dembantu:
(a=610,b=17k g)
aula la=250.b=75 a< ).
shortening(a=160,b=80 g)
susu skim (a=50,b=20 a1
1 telur (a=150 9).
I
I-
+
fermentasi di
-I
pembentukan dan
pemhagian
I
i
pengembangan d i
dalam proofer
I
pengemasane pengirisane pendinginane
I
1
Gambar 2.
pemanggangan
di dalam oven
Skema proses pembuatan roti yang telah diadaptasi
lebih lanjut dari Pomeranz dan Shellenberger, 1971
Shellenberger, 1971).
Keseluruhan proses dapat
dilihat pada Gambar 2.
Menurut Pomeranz dan Shellenberger (1971),
pencampuran adonan memiliki dua fungsi, yaitu
mendistribusikan secara homogen dari komponen komponen bahan penyusun roti (protein, karbohidrat, lemak dan lain-lain) dan pembentukan matriks
gluten dalam menghasilkan roti yang baik.
Waktu
pencampuran bervariasi dengan jenis tepung, suhu
adonan
, konsistensi adonan dan alat pencampur.
Kelebihan waktu pencampuran dapat mengakibatkan
berkurangnya elastisitas dan ekstensibilitas adonan.
Bahan baku utama:
(a=1.444,b=1630 g)
tepung (a=b=1.000 g)
air (a=400,b=600 g)
garam (a=b=20 g)
ragi roti (a=22,b=10 g)
4
pencampuran
adonan
menggunakan mixer
Bahan baku uembantu:
(a=610,b=175 g)
gula (a=250,b=75 g)
shortening(a=l60,b=80 g)
susu skim (a=50,b=20 g)
telur (a=150 g)
J
fermentasi di
-4
i
pembentukan dan
pembagian
I
L
<
a
dalam pr'oofer
I
I
pengemasan-
I
Gambar 2.
pengirisant- pendinginanc-
pernanggangan
di dalam oven
Skema proses pembuatan roti yang telah diadaptasi
lebih lanjut dari Pomeranz dan Shellenberger, 1971
Pada s a a t fermentasi, diharapkan produkproduk metabolisme ragi memodifikasi adonan clalam
rangka
menghasilkan roti yang empuk, poros, dan
bercita rasa. Perubahan utama yang terjadi selama
fermentasi (Pomeranz dan Shellenberger, 1 9 7 1 )
adalah
fermentasi karbohidrat menjadi
(1)
COZ,
dan sejumlah kecil senyawa-senyawa
mempengaruhi protein
alkohol
lain yang
dan aktivitas sebagai
prekursor flavor
(2)
modifikasi
dari matrik gluten untuk pemhen-
tukan adonan yang optimum dan retensi gas
selama
tahap pembakaran.
Desrosier (1988) mengemukakan bahwa
gangan merupakan aspek
kritis dari seluruh urutan
proses untuk menghasilkan produk roti
tinggi.
pemang-
berkualitas
Sebagai ilustrasi pemanggangan yang
berlebihan dapat mengakibatkan k e k e r a s a n dan
penampakan yang tidak baik.
Matz
dalam Pomeranz dan
Shellenberger
( 1 9 7 1 ) , mengemukakan bahwa proses produksi roti
dapat
dilakukan secara
kontinyu dan tidak konti-
nyu.
Dalam proses kontinyu, sistem dirancang
untuk dapat menerima bahan-bahan adonan
mixer
secara kontinyu.
Massa
yang
ke clalam
telah
homogen
selanjutnya dilewatkan melalui pompa adonan dan
dimasukkan ke dalam peralatan pembentuk.
Di dalam
alat pembentuk, adonan dibentuk sampai mencapai
struktur yang optimum dan memiliki karakteristik
retensi gas yang dikehendaki.
Adonan yang telah
terbentuk dipindahkan k e mesin-mesin secara kontinyu untuk dibagi dalam berat yang sesuai dan
selanjutnya dikeluarkan untuk dimasukkan k e pan
yang bergerak pada ban berjalan menuju tempat
pengembanyan.
Menurut Albert (1978), proses pembuatan roti
yang tidak kontinyu dikenal denyan "Proses Batchu.
Di dalam proses batch, peralatan - peralatan untuk
masiny-masing lini proses tidak langsung saliny
dihubunykan dengan pompa atau pipa seperti pada
sistem proses kontinyu.
2.
PERALATAN PRODUKSI ROTI
a.
Pencampur Adonan (Hiker)
Peralatan pencampuran yang paling sederhana berupa kotak
kayu masih digunakan di
industri rumah tangga.
Sedangkan penyadukan,
penekanan, dan pembanting adonan masih dilakukan secara manual.
Beberapa jenis pengaduk adonan berupa
mesin pencampurlmixer digunakan di industri
roti, tetapi pada umumnya dapat dibaqi atas
penqaduk vertikal (banyak diqunakan di industri menenqah) dan penqaduk horizontal (banyak
diqunakan di industri besar).
b.
Ruang Fermentasi
Ruanq
fermentasi diperlukan pada
atan roti untuk proses fermentasi.
pembu-
Industri
besar menqqunakan pasu baja tahan karat dalam
ruanq yanq suhu dan kelembabannya relatif
terkontrol untuk fermentasi.
Industri kecil
atau rumah tanqqa melakukan fermentasi adonan
pada ember plastik dalam inkubator atau ruanq
terkontrol, bahkan ada juqa meletakkan saja
adonan di atas meja fermentasi.
c.
Pembagi Adonan ( D i v i d e r )
Pembaqian adonan dapat dilakukan dengan
menqqunakan pemotonq adonan dari bahan baja
tahan karat atau senq.
Industri besar menqgu-
nakan mesin pembagi yanq prinsip kerjanya
membaqi adonan menjadi potonqan-potonqan
denqan volume tertentu yanq memiliki
berat
yang konsisten.
d.
Intermediate P r w f e r
Intermediate Proofing adalah proses
penqistirahatan adonan setelah proses pembaqian dan pembulatan adonan, agar adonan mudah
ditanqani pada proses selanjutnya.
Pada alat
ini suhu adonan dipertahankan hangat (f 38Oc).
e.
Alat Pemulungan (Moulder)
Proses
pemulungan adalah
takan adonan
yang terdiri dari
proses
proses
pencepemi-
pihan, penggulungan dan perekatan sisi-sisi
adonan. Pemulungan dapat dilakukan secara
manual maupun menggunakan mesin pulung atau
moulder.
Mesin pengisi adonan ke dalam 1-oyanq
biasanya dirangkaikan dengan mesin pulunq.
Konveyor mengangkut loyang kosong d i bawah
mesin pulung, kemudian adonan dimasukkan k e
dalamnya dengan mesin pengisi adonan.
f.
Oven
Dalam pemanggangan roti digunakan
oven
batu bata, oven dek, oven rotari, oven terowongan (Tunnel oven).
banyak digunakan
D i industri besar
oven terowonqan.
Ruang pe-
manggangan memiliki panjang antara 3 0 - 90 m.
Di dalam oven terowongan terdapat kohveyor baja untuk menqangkut roti selama pemahgqanqan.
Pada oven rotari, loyanq berisi adonan
akan dirotasi selama pemangqangan, agar pemanasan merata.
Untuk meningkatkan pemerataan
dan pemindahan panas diqunakan blower, agar
g.
Alat Pengeluaran dan Alat Pendinginan Roti
Roti hasil proses pemanggangan dikeluarkan dari loyang dan selanjutnya didinginkan
pada konveyor atau rak pendinginan.
Di indus-
tri kecil yang belum memiliki mesin pengeluaran roti dari loyangnya, roti dikeluarkan
dengan cara dihentakkan.
Sedangkan di indus-
tri yang modern, roti dalam loyang dikeluarkan
melalui penyemprotan udara bertekanan tinggi
di sekitar sudut loyang.
D.
TEKNIK OPTIMISASI
Tujuan riset operasional ialah memberikan
suatu landasan ilmiah untuk menyelesaikan persoala n yang mencakup interaksi dari beberapa unsur,
agar dapat dicapai hasil yang terbaik bagi organisasi secara keseluruhan.
Riset operasional
menggunakan metoda kuantitatif dalam memecahkan
suatu masalah (Siagian, 1987).
optimisasi dapat diterangkan pada tingkat
individual atau perusahaan dan juga pada tingkat
komunitas secara keseluruhan.
Beberapa pertanyaan
y a n g terlibat dalam ha1 ini, antara lain (J.
Hirshleifer, 1970)
1.
Aturan
keputusan
apa
yanq akan
menunjukkan
secara tepat, yanq mana dari beberapa proyek
yanq memungkinkan atau kesempatan-kesempatan
investasi mana yanq seharusnya diambil.
2.
Sete!ah
dipilih investasi yanq produktif,
toda terbaik
me-
apa yanq diqunakan untuk membia-
yai investasi tersebut.
Menurut Harper, J.M. dan W a n n i q e r , L.A.
(1970),
persoalan optimisasi'dapat didefinisikan
sebaqai persoalan yanq mencari penyelesaian untuk
memaksimumkan atau meminimumkan sebuah fungsi
numerik dari beberapa peubah atas beberapa funqsi
kendala yang ditetapkan.
Salah satu persoalan manajemen yanq selalu
dihadapi adalah bagaimana menqalokasikan sumber
daya yanq terbatas untuk mencapai tujuan yanq
diinqinkan.
Sebuah perusahaan berusaha untuk
menqgunakan inputlsumber daya
menghasilkan outputlluaran
yanq tersedia untuk
berupa produk barang
dan jasa, sehinqqa menqhasilkan laba yanq maksimal
(Supranto, J.,
1988).
Pada kenyataannya ada beberapa ha1 yang menibatasi industri untuk memperoleh laba yang maksimal, diantaranya sumber bahan mentah yanq terbatas/kuranq ataupun daya beli masyarakat yang
rendah terhadap produk tersebut. Oleh karena itu
perlu dipilih salah satu dari beberapa alternatif
untuk mendapatkan hasil yang optimum (Supranto,
J., 1988).
2.
PROGRAM LINEAR
Menurut Supranto, J. (1988) program linear
adalah salah satu teknik riset operasional untuk
memecahkan persoalan optimisasi
(niaksimisasi/
minimisasi) dengan menggunakan p e r s a m a a n d a n
ketidaksamaan linear untuk mendapatkan hasil yang
optimum dari berbagai alternatif pemecahan yang
ada .
Model program linear adalah sebuah model
matematik untuk menjelaskan persoalan optimasi.
Istilah linear menunjukkan bahwa seluruh fungsi
m a t e m a t i k d i dalam model h a r u s berupa f u n g s i
linear.
Model program linear memiliki tiga unsur
dasar, yaitu (Siswanto, 1990)
1.
Peubah keputusan, yaitu peubah yang akan dicari dan memberi nilai yang kerbaik bagi tujuan
yang hendak dicapai.
2.
Fungsi tujuan
menunjukkan
fungsi matematik
yang harus dimaksimumkan atau diminimumkan dan
mencerminkan tujuan yang hendak dicapai.
3.
Fungsi kendala
adalah fungsi matematik yang
menjadi kendala bagi usaha untuk memaksimumkan
atau meminimumkan fungsi tujuan dan mewakili
kendala-kendala yang harus dihadapi oleh organisasi.
Bentuk standar persamaan linear dapat dirumuskan sebagai berikut
n
Z = G C.X
j=1 I j r
untuk j=1,2, . . . , n (Fungsi Tujuan)
yang memenuhi persamaan fungsi kendala :
Untuk :
Z
C
j
X
j
aij
bi
=
nilai fungsi tujuan
=
parameter-parameter fungsi tujuan
=
peubah keputusan
=
parameter-parameter kendala (koefisien)
= parameter-parameter kendala (kapasitas)
Sedangkan interpretasi terhadap peubah x yang
diperoleh, yaitu nilai peubah x yang memaksimumkan
atau meminimumkan fungsi tujuan disebut solusi
optimum dan nilai peubah x yang memenuhi persamaan
kendala tetapi tidak memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan disebut solusi fisibel.
3.
LINDO
LINDO (Linear Interactive and Discrete
Optimizer) adalah sebuah paket program yang di
desain oleh Prof.
Linus Scharge, Graduate School
of Business Chicago, untuk menyelesaikan soal
pemrograman linear, termasuk pemrograman linear
integer biner.
Dari sudut pandang teori sistem, program ini
menghendaki masukan model matematik pemrograman
linear dengan format standar. Masukan tersebut
kemudian akan diolah dengan proses tertentu agar
menghasilkan luaran.
Program LINDO mampu mengolah kasus pemrograman linear yang memiliki ukuran matriks maksimum
119 kolom dan 59 baris.
Ukuran kolom menunjukkan
jumlah maksimum peubah keputusan dan ukuran baris
menunjukkan jumlah maksimum fungsi kendala ditambah satu fungsi tujuan (siswanto, 1990).
A.
111. BAHAN DAN METODA
BAHAN
Bahan-bahan
yang digunakan dalam p e n e l i t i a n i n i
a n t a r a l a i n t e r i g u ("Cakra Kembaru), garam ( " J e m p o l " ) ,
a i r , r a g i r o t i i n s t a n ("Fermipan"),
Wangi")
,
susu skim ( " S a r i
t e l u r , m e n t e g a (llWijsman" d a n "RBS")
r i n ("Palmboom" d a n "Simas")
l i a " dan "Pusaka"),
,
mentega p u t i h
g u l a dan bread improver
,
marga-
("Austra("Baker's
Bonus").
Bahan-bahan
baku t e r s e b u t ( k e c u a l i a i r ) d i p e r o l e h
d a r i t o k o bahan-bahan
Anyar
-
Bogor.
k u e "Aneka L o y a n g " d i P a s a r
A i r yang digunakan b e r a s a l d a r i i n s t a -
l a s i a i r y a n g a d a d i P i l o t P l a n t PAU Pangan d a n G i z i ,
IPB.
B.
ALAT
P e r a l a t a n yang d i p e r l u k a n a d a l a h meja p e r s i a p a n
untuk p e r s i a p a n bahan,
automatic ice machine untuk
membuat e s , p l a n e t a r y m i x i n g k n e a d i n g m a c h i n e u n t u k
pencampur/pengaduk adonan, e l e c t r i c b a k i n g oven u n t u k
memanggang r o t i , proofer u n t u k f i n a l p r o o f i r l g ( f e r m e n -
t a s i a k h i r ) , roller untuk pemipihan adonan, timbangan
u n t u k menimbang b a h a n , pemotong a d o n a n u n t u k memotong
adonan, k u a s h a l u s untuk mengoles r o t i , dan a l a t - a l a t
l a i n s e p e r t i waskom d a n s e n d o k p l a s t i k .
Semua peralatan tersebut berada di Pilot Plant
PAU Pangan dan Gizi, IPB.
C.
METODA PENELITIAN
Penelitian
ini dibagi ke dalam dua
tahap
yaitu
penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan.
1.
PENELITIAN PENDAHULUAN
Pada penelitian pendahuluan dilakukan optimisasi pembuatan roti tawar dan roti manis skala
k e c i l dengan
menentukan metoda produksi d a n
kondisi proses produksi, khususnya proses pemanggangan roti.
Menurut Subarna (1992) secara tradisional ada
dua cara pencampuran adonan roti, adalah metoda
sponge and dough
(metoda babon) d a n m e t o d a
straight douqh (metoda adonan langsung).
Metoda
lainnya yaitu metoda no time douqh (metoda adonan
cepat) dan metoda babon cair yang disebut juga
"brew" atau "broth".
Berdasarkan hasil praktek
kerja d i HERO Home Bakery
-
Cabang Bogor metoda
babon cair belum dilakukan di perusahaan tersebut.
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan roti
dengan menggunakan metoda babon (Gambar 3), metoda
adonan langsung (Gambar 4) dan metoda adonan cepat
(Gambar 5), karena berpengaruh terhadap waktu
produksi.
- - - - - - - - - - - - Proses pembentukan babon
I
I
I
I
I
I
I
I
terigu (a=b=700 g)
alr.(a=280, b=420 g)
rag1 (a=15, b=7,5 g)
aram a=b=20 g)
2otal a=1.022 g,
b=1.150 g)
I
I
pengadukan babon
fgrmentasi babon
(27-30 C,RH 80-85%, 3 jam)
di dalam ember bertutup
~ e n c a m ~ u r a n / ~ & n g a d u k adonan
an
menggunakan mlxer
I
L
Fermentasi awal
(27-30°c, 80-85% RH, selama 20 menit)
di dalam ember bertutup
I
pembentukan
dividing, rounding, il~terniediate
proofing dan moulding)
I
1
Fermentasi akhir
(38Oc, 7 5 - S ~ % R H ,selama G O menit)
di dalam proofer
I
Pemanggangan
di
Oven
Roti manis
Gambar 3.
Roti tawar
Metoda babon (Subarna, 1992)
Keterangan: a
b
=
=
roti manis
roti tawar
terigu (a=b=1.000 g)
air (a=400, b=600 g)
ragi roti (a=22, b=10 g)
garam (a=b=20 g)
telur (a=150 g)
gula (a=250, b=75)
susu skim (a=50, b=20 g)
shortening (a=160, b=80 g)
bread improver (a=b=7)
1
1
Pencampuran/pengadukan adonan
menggunakan mixer
I
1
Fermentasi awal
(27-30°c, 80-85% RH, selama 6 0 menit)
di dalam ember bertutup
I
i
Pembentukan
(dividing, rounding, intermediate
proofing dan moulding)
I
1
Fermentasi akhir
( 3 8 O ~ ,75-85%RH, selama 60
penqetahuan beku yang hanya berinteraksi dengan
atak dan tersimpan dalam kotak intelektualisme. Kita
menginglnkan agar pengetahuan in1 berubah menjadl
kakuatan yang mendorong terlaksananya petunjuk pengetahuan
tersebut dalam realita (Sayyid QutbJ
Xupersembahkan karya kecil ini feruntuk
Bapak dan ibu fersayang, Mas 'Na, Yudhie, dan Awie
serfa rekan-rekan yang felah banyak memberi dukungan
:7f]-tc::
,.
/
!
f
A
;d.'".
i j J 3
0d* i;f
"fa,
SKRIPSI
PEMBUATAN DAN OPTlMlSASl FORMULA ROT1 TAWAR
DAN ROT1 MANIS SKALA KEClL
Oleh
RINA SULISTIANING
F 27. 0587
1 3 9 5
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANiAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
B O G O R
Rina Sulistianing F27.0587.
Pembuatan dan Optimisasi
Formula Roti Tawar dan Roti manis Skala Kecil. Di bawah
bimbingan Musa Hubeis dan Subarna.
Roti tawar dan roti manis merupakan makanan yang
cukup populer dan telah tersebar luas di berbagai lapisan
masyarakat Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimisasikan
formulasi dan kondisi proses produksi dalam pembuatan roti
tawar dan roti manis skala kecil.
Penelitian ini terdiri
atas penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan.
Dalam penelitian pendahuluan dilakukan penentuan metoda
produksi (metoda babon, adonan langsung dan metoda adonan
cepat) dan ragam suhu pemanggangan terhadap waktu pemanggangan yang akan digunakan untuk penelitian lanjutan.
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang nyata diantara roti yang dihasilkan
dari tiga metoda yang diqunakan.
Ragam suhu pemanggangan
terhadap waktu pemangganqan tergantung pada formulasi dan
ukuran roti.
~enelitianlanjutan bertujuan mencari formu-
la roti yang optimum dengan penggunaan jenis shortening,
terutama untuk mengurangi biaya bahan baku.
Sliortening
yang digunakan adalah mentega "RBS", margarin "Simas",
mentega putih "Australia" dan margarin "Simas" (roti
tawar) dan mentega "Wijsman", mentega "RBS", mar
"Palmboom" dan margarin "Simas" (roti manis).
Formula yang optimal dari segi biaya adalah formula
yang menggunakan margarin "simas" (roti tawar) dan formula
yang menggunakan kombinasi mentega "RBS" dan margarin
"Simas" (roti manis), karena selain masih disukai panelis
(skor 6.3 dan 6,4) , nisbah pengembangan (4,9 dan 7,l) ,
volume spesifik adonan (0,9 dan 0 , 9 ml/g) dan volume
spesifik roti ( 4 , 5 dan 7,l ml/g) tidak berbeda dan biaya
bahan baku (Rp 1,09/g dan Rp 1,8219) relatif lebih murah
dari formula lainnya.
Hasil optimisasi dari program
linear untuk fungsi tujuan minimum biaya bahan baku dari
kedua formula di atas adalah Rp 990,2/ Kg roti (roti
tawar) dan Rp 1.581,2/Kg roti (roti manis).
PEMBUATAN DAN OPTIMISASI FORMULA ROTI TAWAR
DAN ROTI MANIS SKALA KECIL
Oieh :
Rina Sulistianing
F. 270587
SKRLPSI
Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI,
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN,
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
1995
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PEMBUATAN DAN OPTIMISASI FORMULA ROTI TAWAR
DAN ROTI MANIS SKALA KECIL
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI,
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN,
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh :
Rina Sulistianing
E 270587
Dilahirkan pada tanggal 18 Oktober 1971
di Bogor
Tanggal lulus : 30 Januari 1995
Dosen Pembimbin
Dosen Pembimbiilg I
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT.,
karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "Pembuatan dan Optimisasi
Formula Roti Tawar dan Roti Manis Skala Kecil"
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI, FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN,
INSTITUT PERTANIAN BOGOR.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada
1.
Bapak Dr.Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA yang telah
memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam
melaksanakan penelitian, serta penyusunan dan penyelesaian skripsi.
2.
Bapak Ir. Subarna yang telah
memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam melaksanakan penelitian serta penyusunan
3.
Ibu
dan penyelesaian skripsi.
Dr. Ir. Setyo ~ e r t i w i ,MAgr yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam melaksanakan ujian
skripsi.
4.
Staf dan petugas Pilot Plant PAU Pangan dan ~ i z i ,IPB
yang telah membantu dalam pelaksanaan ~enelitian.
5.
Petugas perpustakaan Fateta
-
IPB yang telah
membantu
dalam pengumpulan data dan informasi.
G.
Semua pihak yang turut membantu penyelesaian
skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi
perbaikannya.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak -
pihak yang memerlukannya.
Bogor,
Januari 1995
Penulis,
iii
DAFTAR IS1
..............................
TABEL ................................
GAMBAR ...............................
LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAR
DAFTAR
DAFTAR
DAFTAR
I
I1
.
.
ii
vii
viii
X
.................................
A . LATAR BELAKANG ..........................
B . TUJUAN ..................................
2
TINJAUAN PUSTAKA ............................
4
PENDAHULUAN
.
B.
A
1
3
..........................
4
BAHAN PEMBENTUK ROT1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
FORMULAS1 ROT1
1.
BAHAN UTAMA .........................
.
...................
b . Air .............................
c . Garam ...........................
d . Ragi roti .......................
2 . BAHAN PEMBANTU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
a . Gula ............................
b . Shortening ......................
c . Telur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
d . Susu skim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
e . Bahan pengisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
a
Tepung terigu
iv
5
5
8
9
10
10
10
"
11
13
13
14
.
4.
3
C
.
.
2.
.
14
BAHAN
15
PROSES DAN PERALATAN PRODUKSI ROT1 . . . . . .
1
D
......................
PENGEMAS ......................
BAHAN TAMBAHAN
......
15
.............
19
METODA DAN PROSES PRODUKSI R O T 1
PERALATAN PRODUKSI R O T 1
TEKNIK OPTIMISASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.
.
3.
2
UMUM ................................
......................
LINDO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
PROGRAM LINEAR
............................
A . BAHAN ...................................
BAHAN DAN METODA
.
C.
B
26
27
27
28
.
P E N E L I T I A N PENDAHULUAN
..............
28
.
P E N E L I T I A N LANJUTAN . . . . . . . . . . . . . . . . .
33
PENGAMATAN
.
2.
.
24
METODA PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
E
22
27
2
.
22
ALAT ....................................
1
D
15
..............................
U J I ORGANOLEPTIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.................
3 . VOLUME S P E S I F I K .....................
4 . PERHITUNGAN BIAYA BAHAN BAKU ........
RANCANGAN P E R C O B A M DAN ANALISA DATA . . . .
NISBAH PENGEMBANGAN
35
36
36
37
37
37
IV-
HASIL DAN PEMBAHASAN
A
.
........................
UJI
..............
ORGANOLEPTIK ................
.
Penampakan umum .............
.
Warna
PENELITIAN PENDAHULUAN
1
.
a
.......................
c . Aroma .......................
b
.
46
47
55
.
UJI ORGANOLEPTIK ................
.
.
c.
b
2
.
3
.
.
5.
4
48
50
55
Penampakan umum .............
56
......................
59
Warna.
......................
d . Tekstur .....................
e . Rasa ........................
NISBAH PENGEMBANGAN .............
VOLUME SPESIFIK . . . . . . . . . . . . . . . . .
BIAYA BAHAN BAKU ................
MODEL PENCAMPURAN BAHAN BAKU ....
Aroma.
........................
A . KESIMPUL AN ..............................
B . SARAN ...................................
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA ..............................
LAMPIRAN
45
.................
Tekstur
PENELITIAN LANJUTAN
a
.
44
49
1
V
43
.....................
e . Rasa ........................
2 . SUHU DAN WAKTU PEMANGGANGAN .....
d
B
.
43
....................................
vi
G1
64
66
69
71
73
76
82
82
84
85
87
DAFTAR TABEL
Teks
Halaman
Perbandingan formula untuk produk pangan
yang
dikembangkan dengan Khamir ....................
Standar tepung terigu berdasarkan SII . . . . . . . . .
Ragam suhu pada uji pemanggangan . . . . . . . . . . . . . .
Formulasi roti yang digunakan . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jenis shortening yang digunakan . . . . . . . . . . . . . . .
Model pencampuran bahan baku roti tawar . . . . . . .
Model pencampuran bahan baku roti manis . . . . . . .
Ragam suhu dan waktu pemanggangan . . . . . . . . . . . . .
Waktu proses pembuatan roti tawar dan roti manis ...........................................
Kondisi. biaya dan volume produksilbatch dalam
pembuatan roti tawar dan roti manis . . . . . . . . . . .
Kelebihan dan kekurangan metoda produksi dalam
pembuatan roti tawar dan roti manis . . . . . . . . . . .
Sifat-sifat shortening yang digunakan . . . . . . . . .
Hasil optimal pencampuran bahan baku
roti ta-
war dan roti manis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR GAMBAR
Fraksi protein tepung gandum . . . . . . . . . . . . . . . . .
Skema proses pembuatan roti . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Metoda babon .................................
Metoda adonan langsung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Metoda adonan cepat ..........................
Timbangan ....................................
Mesin pengaduk/pencampur adonan . . . . . . . . . . . . . .
Oven dan proofer .............................
Histogram
penilaian organoleptik
roti tawar
pada penelitian pendahuluan ..................
Histogram
penilaian organoleptik
roti manis
pada penelitian pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis terhadap
penampakan
umum
roti tawar pada berbagai jenis shortening . . . .
Penerimaan panelis terhadap
penampakan
umum
roti manis pada berbagai jenis shortening . . . .
~enerimaanpanelis terhadap
warna roti tawar
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis terhadap
warna roti manis
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis terhadap aroma
roti tawar
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . .
viii
Penerimaan panelis terhadap aroma
roti
manis
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis terhadap tekstur roti tawar
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis terhadap tekstur roti manis
pada berbagai jenis shortening ................
Penerimaan panelis
terhadap
rasa
roti tawar
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan panelis
terhadap
rasa
roti tawar
pada berbagai jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . . .
Nisbah pengembangan roti tawar
pada
berbagai
jenis shortening . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Nisbah pengembangan roti manis
pada
berbagai
jenis shortening ..............................
Volume spesifik roti tawar pada berbagai jenis
shortening . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Volume spesifik roti manis pada berbagai jenis
shortening ....................................
Roti tawar hasil perlakuan metoda babon,
ado-
nan langsung dan metoda adonan cepat . . . . . . . . . .
Roti manis hasil perlakuan metoda babon,
ado-
nan langsung dan metoda adonan cepat . . . . . . . . . .
Roti tawar formula
Roti tawar formula
Roti manis formula
Roti manis formula
................
A3 dan A 4 . . . . .
......A l B l dan A1B2 . . . . . . . . . . . . . .
A 2 B 1 dan A 2 8 2 . . . . . . . . . . . . . .
A1
dan A2..
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Teks
No.
Kuesioner
uji organoleptik
halaman
roti tawar
dan
roti manis dengan uji kesukaan.. ............
Daftar harga bahan-bahan digunakan pada saat
penelitian ..................................
Hasil uji organoleptik roti manis pada penelitian pendahuluan ..........................
Sidik ragam penampakan umum roti manis
pada
penelitian lanjutan .........................
Sidik ragam warna roti manis pada penelitian
pendahuluan .................................
Sidik ragam aroma roti manis pada penelitian
pendahuluan .................................
Sidik ragam tekstur roti manis pada
peneli-
tian pendahuluan ............................
Sidik ragam rasa roti manis pada
penelitian
pendahuluan .................................
Hasil uji organoleptik roti tawar pada penelitian pendahuluan ...........................
Sidik ragam penampakan umum roti tawar
pada
penelitian pendahuluan ......................
Sidik ragam warna roti tawar pada penelitian
4c.
Sidik ragam aroma roti tawar pada penelitian
pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4d.
Sidik ragam tekstur roti tawar pada
peneli-
tian pendahuluan ............................
4.e.
Sidik ragam rasa roti tawar
pada penelitian
pendahuluan .................................
5.
Hasil uji organoleptik penampakan
umum roti
manis pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . .
5a.
Sidik ragam penampakan umum roti manis
pada
penelitian lanjutan .........................
5b.
Uji Duncan penampakan umum
roti manis
pada
penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.
Hasil uji organoleptik warna roti manis pada
penelitian lanjutan .........................
Ga.
Sidik ragam warna roti manis pada penelitian
lanjutan ....................................
6b.
~ j Duncan
i
warna roti manis pada
penelitian
lanjutan ....................................
7.
Hasil uji organoleptik aroma roti manis pada
penelitian lanjutan .........................
7a.
sidik ragam aroma roti manis pada penelitian
lanjutan ....................................
7b.
~ j Duncan.aroma
i
roti manis pada
penelitian
lanjutan ....................................
8.
Hasil
uji organoleptik
tekstur
roti manis
pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xi
8a.
Sidik ragam tekstur roti manis pada
peneli-
tian lanjutan ...............................
9.
Hasil uji organoleptik rasa
roti manis pada
penelitian lanjutan ..........................
9a.
Sidik ragam rasa
lanjutan
9b.
roti manis pada penelitian
....................................
Uji Duncan rasa
roti manis pada
penelitian
lanjutan ....................................
10.
Hasil
pengamatan
nisbah pengembangan
roti
manis pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . .
10a.
Sidik ragam nisbah
pengembangan
roti manis
pada penelitian lanjutan ....................
11.
Hasil pengamatan volume spesifik
roti manis
pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
lla.
Sidik ragam volume spesifik adonan
roti ma-
nis pada penelitian lanjutan ................
llb.
Sidik ragam volume spesifik roti manis
pada
penelitian lanjutan .........................
12.
Hasil uji organoleptik penampakan
umum roti
tawar pada penelitian lanjutan ..............
12a.
sidik ragam penampakan umum roti tawar
pada
penelitian lanjutan .........................
12b.
Uji Duncan penampakan umum
roti tawar
pada
penelitian lanjutan .........................
13.
Hasil uji organoleptik warna roti tawar pada
penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xii
Sidik ragam warna roti tawar pada penelitian
lanjutan ....................................
Hasil uji organoleptik aroma roti tawar pada
penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sidik ragam aroma roti tawar pada penelitian
lanjutan ....................................
Hasil
uji organoleptik
tekstur
roti tawar
pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sidik ragam tekstur roti tawar pada
peneli-
tian lanjutan ...............................
Uji Duncan tekstur roti tawar pada penelitian lanjutan .................................
Hasil uji organoleptik rasa
roti tawar pada
penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sidik ragam rasa
roti tawar pada penelitian
lanjutan ....................................
Uji Duncan rasa
roti tawar pada
penelitian
lanjutan ....................................
Hasil
pengamatan
nisbah pengembangan
roti
tawar pada penelitian lanjutan ..............
sidik ragam nisbah
pengembangan
roti tawar
pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hasil pengamatan volume spesifik
roti tawar
pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sidik ragam volume spesifik adonan
roti ta-
war pada penelitian lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . .
xiii
18b.
Sidik raqam volume spesifik roti tawar
pada
penelitian lanjutan .........................
19.
Bahan baku roti manis dan biaya
lukan
untuk
tiap
formula pada
yang diperpenelitian
lanjutan ....................................
20.
Bahan baku roti tawar dan biaya
lukan
untuk
tiap
formula pada
penelitian
Urutan analisa dari data optimisasi
puran
dengan
bahan
87
yang diper-
lanjutan ....................................
21.
87
87
pencam-
baku roti tawar dan roti manis
program
linear
(program
komputer
LINDO) ......................................
87
22.
Standar Industri Indonesia - Roti ...........
87
23.
Data teknis mentega "RBS" . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
87
24.
Data teknis menteqa putih "Australia" . . . . . . .
87
I. PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Roti adalah' produk pangan olahan
yang merupakan
hasil proses pemanggangan adonan yang telah difermentasi.
Bahan utama dalam pembuatan roti terdiri dari
tepung, air, ragi roti dan garam.
Sedangkan bahan
pembantu dan tambahannya antara lain gula, susu skim,
shortening, telur dan bread improver (Pomeranz dan
Shellenberger, 1971).
Jenis
dan bentuk roti tergantung dari formulasi
adonan dan cara membuatnya.
Menurut U.S. Wheat Asso-
ciates (1983), berdasarkan formulasi r o t i , adonan
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu adonan roti
manis, adonan leanfroti tawar dan adonan soft rolls.
Adonan roti manis adalah adonan yang dibuat dari
formulasi yang banyak menggunakan gula, lemak dan
telur.
Adonan lean adalah adonan roti yang mengguna-
kan sedikitltanpa gula, susu skim dan lemak.
Sedang-
kan adonan soft rolls adalah adonan roti yang dibuat
dari formula yang menggunakan gula dan lemak relatif
lebih banyak dari adonan roti tawar.
Saat ini teknologi pengolahan roti berkembang mulai dari teknologi sederhana (manual) sampai ke teknologi yang menggunakan mesin otomatis,
sehingga pembu-
atan roti bukan hanya mengandalkan pada "keterampilan"
dan senill, tetapi telah
melibatkan
ilmu
pengetahuan
dan teknologi.
Menurut Subarna (1992), di Indonesia, produk roti
merupakan makanan yang cukup populer dan telah tersebar luas d i berbagai lapisan masyarakat.
Walaupun
demikian, fungsi roti sebagai makanan utama masih
terbatas dikonsumsi (makanan pengganti).
Jenis dan
mutu roti disesuaikan dengan selera dan daya beli
konsumen.
Selain mempunyai cita rasa yang disukai,
roti mempunyai daya tarik yang cukup kuat dan memiliki
nilai psikologis yang tinggi bagi masyarakat (status
sosial lebih tinggi).
Pertumbuhan
industri
bakery
yang
pesat telah
mendorong upaya efisiensi produksi dengan cara menghemat energi dan menurunkan biaya penggunaan bahan baku.
Hal tersebut membutuhkan pengetahuan yang sistematik
mengenai fungsi-fungsi bahan baku dan pembantu, proses
yang digunakan serta jenis dan produk yang dihasilkan.
Oleh
karena itu industri roti perlu menetapkan
kondisi proses produksi dan memilih bahan-bahan baku
yang diperlukan untuk menghasilkan roti bermutu baik,
dengan biaya produksi yang ekonomis.
Untuk mempela-
jari formulasi dan kondisi proses yang optimal dalam
proses pembuatan roti tawar dan roti manis digunakan
teknik riset operasional.
B.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian pembuatan dan optimisasi formula
roti
tawar dan roti manis skala kecil bertujuan untuk
1.
Mempelajari
formula
roti
yang
optimal,
yaitu
dengan cara meminimalkan biaya bahan baku selama
proses pengolahan, dengan tanpa mengurangi mutu
roti yang dihasilkan.
2.
Menentukan kondisi proses yang optimum,
khususnya
proses pemanggangan.
3.
Menggunakan teknik
optimisasi riset
operasional
(program linear) untuk mencari, memilih dan menentukan alternatif produksi dengan biaya bahan baku
dan mutu roti yang optimal.
11. TINJAUAN PUSTAKA
Desrosier
(1988) mengemukakan bahwa perbedaan
dari berbagai produk bakery yang dikembangkan dengan
khamir hanyalah pada kandungan
gula, shortening,
padatan susu dan padatan telur yang digunakan.
bandingan beberapa formulasi
yang
Per-
untuk produk pangan
dikembangkan dengan khamir
dapat
dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1.
Bahan
Perbandingan formulasi untuk produk pangan yang
dikembangkan dengan khamir (berdasarkan persen
tepung)
-
bahan
Craker
(%)
Roti
Roti
Gandum Tawar
(%)
(%)
Roll
Tawar
Roll
Manis
(2)
(2)
Tepung (berdiastase)
Air
Khamir
Garam
Telur (utuh)
Pelembab adonan
Sumber : Cathcart di dalam Desrosier (1988)
Pada umumnya, ada dua jenis formula adonan roti,
yaitu
"Rich Formula" dan "Lean Formulau . "Rich Dough"
mengandung pemanis, produk susu, shortening dan telur
yang ditambahkan dalam jumlah besar (lebih dari 8%)
k e dalam tepung, ragi roti, air dan garam.
Dalam
"Lean Dough1', 90-95 % adonan berupa tepung, air, ragi
dan garam, sisanya terdiri dari kombinasi
gula dan susu.
shortening,
Menurut U.S. Wheat Associates (1983), adonan roti
manis adalah adonan yang dibuat dari formula yang
banyak memakai gula, lemak dan telur ("Rich Formula"),
sedangkan adonan roti tawar adalah adonan yang dibuat
dari adonan yang sedikit/tanpa telur dan lemak ("Lean
Formula").
B.
BAHAN PEMBENTUK ROT1
Bahan pembentuk (formulasi) adonan roti dapat
digolongkan menjadi bahan
bahan tambahan.
Bahan
utama, bahan
pembantu dan
utama terdiri dari
terigu, air, ragi roti dan garam.
tepung
Bahan pembantu
adalah bahan-bahan yang menyertai bahan utama dalam
pembuatan roti untuk mendapatkan aroma, rasa dan
tekstur yang diinginkan.
Bahan
pembantu terdiri dari
shortening, susu skim, telur, gula dan bahan pengisi.
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan untuk
meningkatkan
improver.
mutu
dari
produk akhir, misalnya bread
Bahan pengemas adalah bahan
yang dibutuh-
kan untuk mendapatkan penampilan produk yang optimum
untuk dipasarkan.
1.
BAHAN
a.
Tepung Terigu
Menurut Pomeranz dan Shellenberger (1971)
seluruh jenis gandum dapat dibuat menjadi
beberapa tipe dari produk-produk yang dikembangkan oleh khamir.
Kualitas pembuatan roti
dari tepung sangat tergantung dari kualitas
protein tepungnya.
Protein tepung gandum (Gambar 1) memiliki
sifat pembentukan gluten yang unik setelah
dibasahi dan diaduk dengan air.
Gluten gandum
menunjukkan sifat-sifat fisik adonan yang
berbeda dari adonan-adonan yang dibuat dari
serealia lainnya.
Ketika air ditambahkan pada
tepung gandum dan diaduk, protein-protein yang
tidak larut dalam air akan mengikat air dan
membentuk gluten.
penyusun
Gluten berfungsi sebagai
adonan dan penahan gas pengembang
yang dihasilkan oleh ragi roti (Pomeranz dan
Shellenberger, 1971).
Protein gluten terdiri dari gliadin yang
larut dalam alkohol 70% dan glutenin yang
tidak larut dalam alkohol, tetapi larut dalam
asam dan alkali.
nin
Kombinasi gliadin dan glute-
1 : 1 dapat memberikan sifat gluten yang
diinginkan dalam pembuatan roti.
Selain
protein gluten, tepung t e r i g u mengandung
protein yang larut dalam air (Pomeranz dan
Shellenberger, 1971).
Protein tepung
1
1
Non-Gluten(l5%)
bukan pembentuk adonan
I
1
1
Albumin(GO%)
Globulin(40%)
Peptida
Asam amino
1
BM rendah
(25.000-100.000)
BM tinggi
(>loo.000)
I
I
1
1
Gliadin
I
-
Gluten (85%)
pembentuk adonan
Glutenin
I
I
i
i
i
enzim tepung
Spesies gliadin
- larut air,
- ekstensibel
protein pembusa
- protein koagu- - elastisitas
lan
rendah
- larut dalam
asam, basa,
pelarut pengikat hidrogen
Gambar 1.
Spesies Glutenin
- daya ekstensibilitas rendah
- elastis
- tersuspensi
dalam asam,
basa, pelarut
pengikat hidrogen
Fraksi protein tepung gandum (Holme
dan Shellenberger, 1971)
di dalam Pomeranz
-
Tepunq
terigu
yang dihasilkan
Indocement Tunggal Perkasa
Mill Development
-
P. T.
Bogasari Flour
dapat dibedakan
berdasarkan
kadar protein, yaitu tepung lemah (weak flour
: 8-9% protein) yang dihasilkan dari gandum
lunak (soft wheat) untuk membuat makanan yang
tidak membutuhkan pengembangan, seperti kue,
biscuit dan wafer; tepung untuk segala keperluan (all purpose flour
:
lo-11% protein) yang
dihasilkan dari gandum keras (hard wheat) dan
gandum lunak; serta tepung kuat (strong flour
atau baking flour :
11- 13% protein) yang
dihasilkan dari gandum keras
untuk membuat
makanan yang membutuhkan adanya proses pengembangan yang tinggi seperti roti halus.
Tabel 2.
I
Standar tepung terigu berdasarkan SII
I
Kriteria Mutu
Kadar air
Kadar . al?u
Kadar sllikat
Derajat asam/pH
Keadaan
Bau dan
Seran qa sisa
s e er?l lelur,
Ba?i an Pengawet
Rasa
- sisa serangga
larva, kepompong
dan/atau pemanis
Spesifikasi
maksimum 1 6 , 5 %
maksimum 2 , 2 %
maksimum 0,1%
maksimum 4
harus baik, tidak
rusak/berjamur
normal
tidak ada
I
tidak ada
Sumber : Departemen Perindustrian (1977)
b.
Air
Menurut U.S. Wheat Associates ( 1 9 8 3 ) ,
hidrasi adalah fungsi utama dari air dalam
pembuatan roti.
Air bersenyawa dengan protein
membentuk gluten.
Dalam ha1 ini air sangat
menentukan konsistensi d a n k a r a k t e r i s t i k
rheologi adonan selama proses
pembuatan roti.
Dengan kata lain air akan menentukan mutu
produk yang dihasilkan, di samping
berfungsi
sebagai pelarut bahan-bahan seperti garam,
gula, susu dan mineral.
Sebagai ilustrasi,
jumlah air yang ditambahkan selama pengadukan
adonan tergantung pada
(1)
daya serap air dari jenis tepung yang digunakan untuk membuat dan mengolah adonan
(2)
metoda dan peralatan yang digunakan untuk
membuat dan mengolah adonan
(3)
karakteristik
-
karakteristik yang
di-
inginkan pada produk akhir roti
Secara umum, daya serap air meningkat dengan
semakin tingginya kandungan protein.
digunakan
Air yang
adalah air yang bebas dari bakteri
patogen dan mikroba yang membahayakan kesehatan, tidak berwarna dan tidak berbau.
c.
Garam
Menurut U.S. Wheat Associates (1983),
pemakaian garam dalam bakery berkisar antara
1,75
-
3,5%
berdasarkan berat tepung.
Penam-
bahan garam ditujukan untuk memberikan rasa
gurih pada roti, mengontrol aktivitas ragi,
waktu fermentasi dan mengontrol umur adonan.
Garam dapat meningkatkan keliatan gluten dan
daya absorpsi air dari tepung, sehingga dengan
waktu fermentasi yang cukup akan memungkinkan
volume roti yang lebih besar.
Kualitas garam yang dikehendaki dalam
pembuatan roti antara lain
bersih (bebas dari
bahan-bahan yang tidak dapat larut), bebas
dari zat-zat kimia yang akan mengganggu fermentasi, halus dan tidak bergumpal-gumpal
serta cepat larut.
d.
Ragi Roti
Ragi roti atau yeast adalah mikroorganisme (Saccharomyces cerevisiae) yang memfermentasi adonan untuk menghasilkan gas karbondioksida yang dapat mengembangkan
adonan.
Dalam ha1 ini proses fermentasi yang
terkendali akan menghasilkan roti dengan volume dan tekstur yang baik, serta cita rasa dan
aroma yang lezat.
Selain itu ragi roti ber-
Eungsi memperlunak gluten
dengan asam yang
,dihasilkannya (Rose, 1982).
Jenis ragi roti komersial adalah ragi
segar yang telah dipres membentuk lempenyan
(compressed yeast) dan ragi kering berbentuk
granula-granula (active dry yeast/instant dry
yeast)
.
Suhu yang ideal untuk menyimpan ragi roti
kering agar awet dalam jangka waktu panjang
adalah 45'~
(7'~).
Ragi kering berbentuk
butiran kecil dan biasanya dibungkus dengan
kemasan timah yang mengandung nitrogen.
Ragi
kering aktiE diperkirakan terdiri dari 92% zat
padat dan 8% zat cair.
2.
BAHAN PEMBANTU
a. Gula
Menurut U.S. Wheat Associates (1983)
diperlukan gula pasir atau sukrosa (kadar
99,9%)
untuk membuat adonan roti.
Pada pembu-
atan adonan roti manis, gula yang digunakan
sebanyak 10 - 30% dan optimum pada kisaran 15
-
25% dari berat tepung.
Gula yang diberikan pada pembuatan roti
merupakan
fermentasi.
makanan untuk yeast di dalam proses
Gula yang tersisa setelah proses
fermentasi disebut sisa gula, akan memberikan
warna pada kulit roti dan rasa pada roti.
Gula bersifat higroskopis (kemampuan menahan
air) , sehingga dapat' memperbaiki daya tahan
roti dalam penyimpanan (U.S. Wheat Associates,
1983).
Gula harus hemenuhi persyaratan seperti
berbentuk k r i s t a l , b e r w a r n a p u t i h
(gula
pasir) , bebas dari serangga, infestasi jamur
dan kontaminan lainnya, mempunyai aroma khas
dan mengandung 70% gula pereduksi.
b.
Shortening
Menurut U . S. Nheat Associates
(1983),
shortening didefinisikan sebagai lemak atau
minyak yang dipergunakan untuk nielembutkan
roti, kue dan sebaqainya.
Sifat fungsional lemak antara lain sebagai emulsifier dan media pertukaran panas.
Minyak d a n lemak tersedia dalam beberapa
bentuk, antara lain mentega, margarin, minyak
masak, minyak salad dan mentega putih (Meyer,
L.H, 1982)
Mentega dibuat dengan cara penumbukan
krim susu (proses c h u r n i i l g ) d a n merupakan
emulsi air dalam minyak yang mengandung 80-81%
lemak susu.
Komponen lain d a l a m mentega
antara lain k a s e i n , l a k t o s a , f o s f o l i p i d ,
kolesterol, garam kalsium, garam NaCl , vitamin A , D, E dan K serta flavor (asam butirat)
dan zat warna.
Sedangkan margarin dibuat dengan mencampurkan minyak atau lemak dengan susu padat,
garam, flavor serta vitamin A dan D.
Margarin
harus mengandung lemak tidak kurang dari 80%
dan merupakan emulsi air dalam minyak.
Pada umumnya, mentega putih dibuat dari
minyak nabati seperti minyak biji k a p a s ,
minyak kacang kedelai dan minyak kacang tanah
melalui proses hidrogenasi (Winarno, 1992).
Shortening berfungsi untuk memberikan
nilai gizi, kelezatan r a s a , sebagai bahan
pengempuk dan membantu pengembangan susunan
fisik makanan yang dibakar.Dalam produksi
roti, lemak berfungsi sebagai pengempuk dan
membantu menahan gas, sehingga gluten
mengi-
kat udara dan akhirnya membuat volume roti
menjadi lebih baik.
Dalam ha1 ini disyaratkan
bahwa lemak yang digunakan antara lain bersih,
segar, memiliki aroma dan rasa yang baik,
bebas dari ketengikan dan memiliki konsistensi
yang lunak, tekstur plastis dan berwarna putih
atau kekuningan.
c.
Telur
Fungsi telur dalam pembuatan roti adalah
untuk membentuk Parna, penahan air, rasa, gizi
dan pelunak.
Pemakaian telur dalam adonan
roti manis berkisar 8 - 30 % (optimum
%).
Bagian telur yang
lo
- 24
digunakan berupa telur
utuh, kuning telur dan putih telur.
Pemakaian
telur lebih besar dari 15% menghasilkan warna
roti sukar dibedakan (U.S. Wheat Associates,
1983).
d.
Susu skim
Tujuan pemakaian susu dalam pembuatan
roti adalah untuk mendapatkan status gizi,
karena susu mengandung protein (kasein) , gula
laktosa dan kalsium.
Susu juga memberikan
pengaruh terhadap warna kulit (protein dan
gula) dan juga memperkuat gluten karena kandungan kalsiumnya (U.S.CJheat Associates, 1983).
e.
Bahan Pengisi
Bahan pengisi digunakan
sebagai bahan
pembantu dalam pembuatan roti manis, agar
meningkatkan cita rasa dari roti manis yang
dihasilkan.
Bahan pengisi yang sering diguna-
kan dalam pembuatan roti antara lain keju,
coklat, kismis, selai nenas, pisang dan lain lain.
3.
BAHAN TAMBAHAN
Bahan tambahan yang sering digunakan dalam
pembuatan roti adalah bread i m p r o v e r s e p e r t i
"DimodanU,"~errol-500"dan "supermix", enlulsifier
dan bahan ragi mineral.
Bahan-ragi mineral ter-
diri dari tiga macam zat conditioning, yaitu
a.
Kondisioner untuk air seperti kalsium
(karbo-
nat atau sulfat) dan magnesium (fosfat atau
klorida) ,
b.
Kondisioner
untuk yeast seperti garam amonium
untuk makanan yeast,
c.
Kondisioner
untuk adonan seperti bahan
oksidasi (potasium bromat, vitamin C
peng-
dan
se-
bagainya) yang dapat memperkuat gluten.
Menurut U.S. Wheat Associates ( 1 9 8 3 ) , bahan
ragi
mineral adalah suatu kombinasi
seimbang
dari garam-garam mineral yang telah dibersihkan
dan dapat dimakan, serta pada umumnya didapatkan
dari tumbuh-tumbuhan.
Fungsi utama bahan ragi
mineral adalah melengkapi ragi dengan zat makanan
(gizi), mengatur kegiatan enzim, mengatur bekerjanya gluten, menyesuaikan ragam mutu tepung dan
membantu mengatur berbagai jenis air yang tersedia.
4.
BAHAN PENGEMAS
Bahan pengemas
seperti plastik dibutuhkan
dalam produksi roti manis.
Maksud utama dari
penggunaan pengemas pada produk roti ialah untuk
mencegah terjadinya perubahan cita rasa, warna dan
penampakan yang tidak dikehendaki(Desrosier,1388).
C.
PROSES DAN PERALATAN PRODUKSI ROT1
1.
METODA DAN PROSES PRODUKSI ROTI
Desrosier (1988) mengemukakan bahwa produk
roti yang dikembangkan oleh khamir dapat dibuat
dengan metoda langsung (straight dough method) dan
metoda
spon dan adonan (sponge and d o u g h methot?).
Metoda adonan langsung me;upakan
suatu proses
langkah tunggal dimana semua bahan dicampur bersama-sama dalam s u a t u campuran.
D a l a m h a 1 ini
pencampuran dilakukan sampai massa adonan mencapai
kehalusan dan didapatkan penampakan yang dikehendaki, serta mencapai elastisitas yang diperlukan.
Menurut Pyler
a
dalam Desrosier (1988), Suhu
adonan pada saat pencampuran sekitar
82OF.
78°F dan
Keuntungan metoda ini adalah kebutuhan tenaga
minimum dan waktu fermentasi lebih pendek daripada
metoda spon dan adonan (kehilangan karena fermentasi dikurangi) .
Pengadukan/pencampuran
dalam metoda spon dan
adonan terdiri dari dua tahap, pertama pembentukan
spon dan kedua pembentukan adonan.
Tahap pemben-
tukan spon meliputi pencampuran sebagian bahan
adonan yang diikuti dengan suatu fermentasi pendahuluan.
Dalam tahap pembentukan adonan, spon yanq
difermentasikan dijadikan satu
dengan
bahan yang
tersisa, dicampur, dan dibiarkan untuk fermentasi
yang kedua kalinya dalam waktu yang singkat.
Pada umumnya spon mengandunq kurang lebih 50
-
75% dari jumlah tepung yang digunakan, seluruh
jumlah khamir dan air yang cukup untuk menghasilkan adonan yang agak keras.
Suhu adonan pada saat
pencampuran adalah 72°F - 78OF.
Keuntungan metoda ini ialah
terdapat suatu
penghematan kebutuhan khamir, roti yang dipanggang
cenderung memiliki volume yang lebih besar dan
tekstur yang lebih baik.
Sedangkan kerugiannya
I
adalah tenaga dan biaya pengolahan lebih banyak,
serta adanya kehilangan fermentasi dan penquapan
yang lebih banyak.
Proses pembuatan roti dapat dibagi dalam dua
bagian utama, yaitu pembuatan
dan pemanggangan
adonan. Pembuatan adonan meliputi pengadukan
adonan, pembentukan dan pengembangan (Pomeranz dan
Shellenberger, 1971).
Keseluruhan proses dapat
dilihat pada Gambar 2.
Menurut Pomeranz dan Shellenberger (1971),
pencampuran adonan memiliki dua fungsi, yaitu
mendistribusikan secara homogen dari komponen komponen bahan penyusun roti (protein, karbohidrat, lemak dan lain-lain) dan pembentukan matriks
gluten dalam menghasilkan roti yang baik.
Waktu
pencampuran bervariasi dengan jenis tepung, suhu
adonan , konsistensi adonan dan alat pencarnpur.
Kelebihan waktu pencampuran dapat mengakibatkan
berkurangnya elastisitas dan ekstensibilitas adonan.
Bahan baku utama:
(a=1.444,b=1630 g)
tepung (a=b=1.000 g)
air (a=400,b=600 g)
garam (a=b=2O g)
ragi roti (a=22,b=10 g)
pencampuran adonan
menggunakan mixer
Bahan baku Dembantu:
(a=610,b=17k g)
aula la=250.b=75 a< ).
shortening(a=160,b=80 g)
susu skim (a=50,b=20 a1
1 telur (a=150 9).
I
I-
+
fermentasi di
-I
pembentukan dan
pemhagian
I
i
pengembangan d i
dalam proofer
I
pengemasane pengirisane pendinginane
I
1
Gambar 2.
pemanggangan
di dalam oven
Skema proses pembuatan roti yang telah diadaptasi
lebih lanjut dari Pomeranz dan Shellenberger, 1971
Shellenberger, 1971).
Keseluruhan proses dapat
dilihat pada Gambar 2.
Menurut Pomeranz dan Shellenberger (1971),
pencampuran adonan memiliki dua fungsi, yaitu
mendistribusikan secara homogen dari komponen komponen bahan penyusun roti (protein, karbohidrat, lemak dan lain-lain) dan pembentukan matriks
gluten dalam menghasilkan roti yang baik.
Waktu
pencampuran bervariasi dengan jenis tepung, suhu
adonan
, konsistensi adonan dan alat pencampur.
Kelebihan waktu pencampuran dapat mengakibatkan
berkurangnya elastisitas dan ekstensibilitas adonan.
Bahan baku utama:
(a=1.444,b=1630 g)
tepung (a=b=1.000 g)
air (a=400,b=600 g)
garam (a=b=20 g)
ragi roti (a=22,b=10 g)
4
pencampuran
adonan
menggunakan mixer
Bahan baku uembantu:
(a=610,b=175 g)
gula (a=250,b=75 g)
shortening(a=l60,b=80 g)
susu skim (a=50,b=20 g)
telur (a=150 g)
J
fermentasi di
-4
i
pembentukan dan
pembagian
I
L
<
a
dalam pr'oofer
I
I
pengemasan-
I
Gambar 2.
pengirisant- pendinginanc-
pernanggangan
di dalam oven
Skema proses pembuatan roti yang telah diadaptasi
lebih lanjut dari Pomeranz dan Shellenberger, 1971
Pada s a a t fermentasi, diharapkan produkproduk metabolisme ragi memodifikasi adonan clalam
rangka
menghasilkan roti yang empuk, poros, dan
bercita rasa. Perubahan utama yang terjadi selama
fermentasi (Pomeranz dan Shellenberger, 1 9 7 1 )
adalah
fermentasi karbohidrat menjadi
(1)
COZ,
dan sejumlah kecil senyawa-senyawa
mempengaruhi protein
alkohol
lain yang
dan aktivitas sebagai
prekursor flavor
(2)
modifikasi
dari matrik gluten untuk pemhen-
tukan adonan yang optimum dan retensi gas
selama
tahap pembakaran.
Desrosier (1988) mengemukakan bahwa
gangan merupakan aspek
kritis dari seluruh urutan
proses untuk menghasilkan produk roti
tinggi.
pemang-
berkualitas
Sebagai ilustrasi pemanggangan yang
berlebihan dapat mengakibatkan k e k e r a s a n dan
penampakan yang tidak baik.
Matz
dalam Pomeranz dan
Shellenberger
( 1 9 7 1 ) , mengemukakan bahwa proses produksi roti
dapat
dilakukan secara
kontinyu dan tidak konti-
nyu.
Dalam proses kontinyu, sistem dirancang
untuk dapat menerima bahan-bahan adonan
mixer
secara kontinyu.
Massa
yang
ke clalam
telah
homogen
selanjutnya dilewatkan melalui pompa adonan dan
dimasukkan ke dalam peralatan pembentuk.
Di dalam
alat pembentuk, adonan dibentuk sampai mencapai
struktur yang optimum dan memiliki karakteristik
retensi gas yang dikehendaki.
Adonan yang telah
terbentuk dipindahkan k e mesin-mesin secara kontinyu untuk dibagi dalam berat yang sesuai dan
selanjutnya dikeluarkan untuk dimasukkan k e pan
yang bergerak pada ban berjalan menuju tempat
pengembanyan.
Menurut Albert (1978), proses pembuatan roti
yang tidak kontinyu dikenal denyan "Proses Batchu.
Di dalam proses batch, peralatan - peralatan untuk
masiny-masing lini proses tidak langsung saliny
dihubunykan dengan pompa atau pipa seperti pada
sistem proses kontinyu.
2.
PERALATAN PRODUKSI ROTI
a.
Pencampur Adonan (Hiker)
Peralatan pencampuran yang paling sederhana berupa kotak
kayu masih digunakan di
industri rumah tangga.
Sedangkan penyadukan,
penekanan, dan pembanting adonan masih dilakukan secara manual.
Beberapa jenis pengaduk adonan berupa
mesin pencampurlmixer digunakan di industri
roti, tetapi pada umumnya dapat dibaqi atas
penqaduk vertikal (banyak diqunakan di industri menenqah) dan penqaduk horizontal (banyak
diqunakan di industri besar).
b.
Ruang Fermentasi
Ruanq
fermentasi diperlukan pada
atan roti untuk proses fermentasi.
pembu-
Industri
besar menqqunakan pasu baja tahan karat dalam
ruanq yanq suhu dan kelembabannya relatif
terkontrol untuk fermentasi.
Industri kecil
atau rumah tanqqa melakukan fermentasi adonan
pada ember plastik dalam inkubator atau ruanq
terkontrol, bahkan ada juqa meletakkan saja
adonan di atas meja fermentasi.
c.
Pembagi Adonan ( D i v i d e r )
Pembaqian adonan dapat dilakukan dengan
menqqunakan pemotonq adonan dari bahan baja
tahan karat atau senq.
Industri besar menqgu-
nakan mesin pembagi yanq prinsip kerjanya
membaqi adonan menjadi potonqan-potonqan
denqan volume tertentu yanq memiliki
berat
yang konsisten.
d.
Intermediate P r w f e r
Intermediate Proofing adalah proses
penqistirahatan adonan setelah proses pembaqian dan pembulatan adonan, agar adonan mudah
ditanqani pada proses selanjutnya.
Pada alat
ini suhu adonan dipertahankan hangat (f 38Oc).
e.
Alat Pemulungan (Moulder)
Proses
pemulungan adalah
takan adonan
yang terdiri dari
proses
proses
pencepemi-
pihan, penggulungan dan perekatan sisi-sisi
adonan. Pemulungan dapat dilakukan secara
manual maupun menggunakan mesin pulung atau
moulder.
Mesin pengisi adonan ke dalam 1-oyanq
biasanya dirangkaikan dengan mesin pulunq.
Konveyor mengangkut loyang kosong d i bawah
mesin pulung, kemudian adonan dimasukkan k e
dalamnya dengan mesin pengisi adonan.
f.
Oven
Dalam pemanggangan roti digunakan
oven
batu bata, oven dek, oven rotari, oven terowongan (Tunnel oven).
banyak digunakan
D i industri besar
oven terowonqan.
Ruang pe-
manggangan memiliki panjang antara 3 0 - 90 m.
Di dalam oven terowongan terdapat kohveyor baja untuk menqangkut roti selama pemahgqanqan.
Pada oven rotari, loyanq berisi adonan
akan dirotasi selama pemangqangan, agar pemanasan merata.
Untuk meningkatkan pemerataan
dan pemindahan panas diqunakan blower, agar
g.
Alat Pengeluaran dan Alat Pendinginan Roti
Roti hasil proses pemanggangan dikeluarkan dari loyang dan selanjutnya didinginkan
pada konveyor atau rak pendinginan.
Di indus-
tri kecil yang belum memiliki mesin pengeluaran roti dari loyangnya, roti dikeluarkan
dengan cara dihentakkan.
Sedangkan di indus-
tri yang modern, roti dalam loyang dikeluarkan
melalui penyemprotan udara bertekanan tinggi
di sekitar sudut loyang.
D.
TEKNIK OPTIMISASI
Tujuan riset operasional ialah memberikan
suatu landasan ilmiah untuk menyelesaikan persoala n yang mencakup interaksi dari beberapa unsur,
agar dapat dicapai hasil yang terbaik bagi organisasi secara keseluruhan.
Riset operasional
menggunakan metoda kuantitatif dalam memecahkan
suatu masalah (Siagian, 1987).
optimisasi dapat diterangkan pada tingkat
individual atau perusahaan dan juga pada tingkat
komunitas secara keseluruhan.
Beberapa pertanyaan
y a n g terlibat dalam ha1 ini, antara lain (J.
Hirshleifer, 1970)
1.
Aturan
keputusan
apa
yanq akan
menunjukkan
secara tepat, yanq mana dari beberapa proyek
yanq memungkinkan atau kesempatan-kesempatan
investasi mana yanq seharusnya diambil.
2.
Sete!ah
dipilih investasi yanq produktif,
toda terbaik
me-
apa yanq diqunakan untuk membia-
yai investasi tersebut.
Menurut Harper, J.M. dan W a n n i q e r , L.A.
(1970),
persoalan optimisasi'dapat didefinisikan
sebaqai persoalan yanq mencari penyelesaian untuk
memaksimumkan atau meminimumkan sebuah fungsi
numerik dari beberapa peubah atas beberapa funqsi
kendala yang ditetapkan.
Salah satu persoalan manajemen yanq selalu
dihadapi adalah bagaimana menqalokasikan sumber
daya yanq terbatas untuk mencapai tujuan yanq
diinqinkan.
Sebuah perusahaan berusaha untuk
menqgunakan inputlsumber daya
menghasilkan outputlluaran
yanq tersedia untuk
berupa produk barang
dan jasa, sehinqqa menqhasilkan laba yanq maksimal
(Supranto, J.,
1988).
Pada kenyataannya ada beberapa ha1 yang menibatasi industri untuk memperoleh laba yang maksimal, diantaranya sumber bahan mentah yanq terbatas/kuranq ataupun daya beli masyarakat yang
rendah terhadap produk tersebut. Oleh karena itu
perlu dipilih salah satu dari beberapa alternatif
untuk mendapatkan hasil yang optimum (Supranto,
J., 1988).
2.
PROGRAM LINEAR
Menurut Supranto, J. (1988) program linear
adalah salah satu teknik riset operasional untuk
memecahkan persoalan optimisasi
(niaksimisasi/
minimisasi) dengan menggunakan p e r s a m a a n d a n
ketidaksamaan linear untuk mendapatkan hasil yang
optimum dari berbagai alternatif pemecahan yang
ada .
Model program linear adalah sebuah model
matematik untuk menjelaskan persoalan optimasi.
Istilah linear menunjukkan bahwa seluruh fungsi
m a t e m a t i k d i dalam model h a r u s berupa f u n g s i
linear.
Model program linear memiliki tiga unsur
dasar, yaitu (Siswanto, 1990)
1.
Peubah keputusan, yaitu peubah yang akan dicari dan memberi nilai yang kerbaik bagi tujuan
yang hendak dicapai.
2.
Fungsi tujuan
menunjukkan
fungsi matematik
yang harus dimaksimumkan atau diminimumkan dan
mencerminkan tujuan yang hendak dicapai.
3.
Fungsi kendala
adalah fungsi matematik yang
menjadi kendala bagi usaha untuk memaksimumkan
atau meminimumkan fungsi tujuan dan mewakili
kendala-kendala yang harus dihadapi oleh organisasi.
Bentuk standar persamaan linear dapat dirumuskan sebagai berikut
n
Z = G C.X
j=1 I j r
untuk j=1,2, . . . , n (Fungsi Tujuan)
yang memenuhi persamaan fungsi kendala :
Untuk :
Z
C
j
X
j
aij
bi
=
nilai fungsi tujuan
=
parameter-parameter fungsi tujuan
=
peubah keputusan
=
parameter-parameter kendala (koefisien)
= parameter-parameter kendala (kapasitas)
Sedangkan interpretasi terhadap peubah x yang
diperoleh, yaitu nilai peubah x yang memaksimumkan
atau meminimumkan fungsi tujuan disebut solusi
optimum dan nilai peubah x yang memenuhi persamaan
kendala tetapi tidak memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan disebut solusi fisibel.
3.
LINDO
LINDO (Linear Interactive and Discrete
Optimizer) adalah sebuah paket program yang di
desain oleh Prof.
Linus Scharge, Graduate School
of Business Chicago, untuk menyelesaikan soal
pemrograman linear, termasuk pemrograman linear
integer biner.
Dari sudut pandang teori sistem, program ini
menghendaki masukan model matematik pemrograman
linear dengan format standar. Masukan tersebut
kemudian akan diolah dengan proses tertentu agar
menghasilkan luaran.
Program LINDO mampu mengolah kasus pemrograman linear yang memiliki ukuran matriks maksimum
119 kolom dan 59 baris.
Ukuran kolom menunjukkan
jumlah maksimum peubah keputusan dan ukuran baris
menunjukkan jumlah maksimum fungsi kendala ditambah satu fungsi tujuan (siswanto, 1990).
A.
111. BAHAN DAN METODA
BAHAN
Bahan-bahan
yang digunakan dalam p e n e l i t i a n i n i
a n t a r a l a i n t e r i g u ("Cakra Kembaru), garam ( " J e m p o l " ) ,
a i r , r a g i r o t i i n s t a n ("Fermipan"),
Wangi")
,
susu skim ( " S a r i
t e l u r , m e n t e g a (llWijsman" d a n "RBS")
r i n ("Palmboom" d a n "Simas")
l i a " dan "Pusaka"),
,
mentega p u t i h
g u l a dan bread improver
,
marga-
("Austra("Baker's
Bonus").
Bahan-bahan
baku t e r s e b u t ( k e c u a l i a i r ) d i p e r o l e h
d a r i t o k o bahan-bahan
Anyar
-
Bogor.
k u e "Aneka L o y a n g " d i P a s a r
A i r yang digunakan b e r a s a l d a r i i n s t a -
l a s i a i r y a n g a d a d i P i l o t P l a n t PAU Pangan d a n G i z i ,
IPB.
B.
ALAT
P e r a l a t a n yang d i p e r l u k a n a d a l a h meja p e r s i a p a n
untuk p e r s i a p a n bahan,
automatic ice machine untuk
membuat e s , p l a n e t a r y m i x i n g k n e a d i n g m a c h i n e u n t u k
pencampur/pengaduk adonan, e l e c t r i c b a k i n g oven u n t u k
memanggang r o t i , proofer u n t u k f i n a l p r o o f i r l g ( f e r m e n -
t a s i a k h i r ) , roller untuk pemipihan adonan, timbangan
u n t u k menimbang b a h a n , pemotong a d o n a n u n t u k memotong
adonan, k u a s h a l u s untuk mengoles r o t i , dan a l a t - a l a t
l a i n s e p e r t i waskom d a n s e n d o k p l a s t i k .
Semua peralatan tersebut berada di Pilot Plant
PAU Pangan dan Gizi, IPB.
C.
METODA PENELITIAN
Penelitian
ini dibagi ke dalam dua
tahap
yaitu
penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan.
1.
PENELITIAN PENDAHULUAN
Pada penelitian pendahuluan dilakukan optimisasi pembuatan roti tawar dan roti manis skala
k e c i l dengan
menentukan metoda produksi d a n
kondisi proses produksi, khususnya proses pemanggangan roti.
Menurut Subarna (1992) secara tradisional ada
dua cara pencampuran adonan roti, adalah metoda
sponge and dough
(metoda babon) d a n m e t o d a
straight douqh (metoda adonan langsung).
Metoda
lainnya yaitu metoda no time douqh (metoda adonan
cepat) dan metoda babon cair yang disebut juga
"brew" atau "broth".
Berdasarkan hasil praktek
kerja d i HERO Home Bakery
-
Cabang Bogor metoda
babon cair belum dilakukan di perusahaan tersebut.
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan roti
dengan menggunakan metoda babon (Gambar 3), metoda
adonan langsung (Gambar 4) dan metoda adonan cepat
(Gambar 5), karena berpengaruh terhadap waktu
produksi.
- - - - - - - - - - - - Proses pembentukan babon
I
I
I
I
I
I
I
I
terigu (a=b=700 g)
alr.(a=280, b=420 g)
rag1 (a=15, b=7,5 g)
aram a=b=20 g)
2otal a=1.022 g,
b=1.150 g)
I
I
pengadukan babon
fgrmentasi babon
(27-30 C,RH 80-85%, 3 jam)
di dalam ember bertutup
~ e n c a m ~ u r a n / ~ & n g a d u k adonan
an
menggunakan mlxer
I
L
Fermentasi awal
(27-30°c, 80-85% RH, selama 20 menit)
di dalam ember bertutup
I
pembentukan
dividing, rounding, il~terniediate
proofing dan moulding)
I
1
Fermentasi akhir
(38Oc, 7 5 - S ~ % R H ,selama G O menit)
di dalam proofer
I
Pemanggangan
di
Oven
Roti manis
Gambar 3.
Roti tawar
Metoda babon (Subarna, 1992)
Keterangan: a
b
=
=
roti manis
roti tawar
terigu (a=b=1.000 g)
air (a=400, b=600 g)
ragi roti (a=22, b=10 g)
garam (a=b=20 g)
telur (a=150 g)
gula (a=250, b=75)
susu skim (a=50, b=20 g)
shortening (a=160, b=80 g)
bread improver (a=b=7)
1
1
Pencampuran/pengadukan adonan
menggunakan mixer
I
1
Fermentasi awal
(27-30°c, 80-85% RH, selama 6 0 menit)
di dalam ember bertutup
I
i
Pembentukan
(dividing, rounding, intermediate
proofing dan moulding)
I
1
Fermentasi akhir
( 3 8 O ~ ,75-85%RH, selama 60