BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu sistem yang mengolah data keuangan menjadi suatu informasi yang digunakan unuk pengambilan keputusan bagi pemakainya adalah
akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua kategori, pertama adalah “pemakai internal”, yaitu pihak manajemen dan
karyawan dan kedua “pemakai eksternal”, diantaranya pemerintah, bank, kreditor, dan investor atau calon investor.
Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan harus diperiksa oleh eksternal auditor untuk memenuhi
kebutuhan pemakai eksternal. Pemeriksaan laporan keuangan bagi perusahaan swasta dilakukan oleh akuntan publik, sedangkan bagi perusahaan
milik negara atau departemen pemeriksaaan laporan keuangan dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan BPKP, dan Inspektorat Jenderal Itjen. Badan Pemeriksa Keuangan BPK merupakan suatu lembaga negara
yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan BPK adalah pejabat negara yang dipilih oleh DPR dan diresmikan dengan keputusan
presiden. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan BPK.
Seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan Indonesia dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa auditor,. Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia IAI, kode etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan,dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik
sebagai akuntan publik, bekerja di dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab
profesionalnya. Auditor diharapkan untuk bertindak pada tingkat yang lebih tinggi
daripada anggota masyarakat. Istilah profesional berarti tanggung jawab yang dibebankan kepada auditor lebih dari sekedar memenuhi undang-undang dan
peraturan yang berlaku. Masyarakat yakin akan independensi dan kompetensi auditor sehingga mempercayai laporan-laporan yang dihasilkannya walaupun
masyarakat tidak dapat menilai tiap-tiap pelaksanaan audit yang terjadi. Auditor yang profesional juga harus memiliki etika kode perilaku dan
etika profesi kode etik selain independensi dan kompetensi,. Hal ini bertujuan untuk dapat menjaga mutu dan kualitas auditor yang mewujudkan standar
kerja dan perilaku yang tinggi. Prinsip etika profesi akuntan menyebutkan bahwa seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri
melebihi yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan yang berlaku. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan
pengorbanan keuntungan pribadi.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Tanggung jawab etis seorang auditor kepada masyarakat non-profesional harus sedemikian rupa sehingga
masyarakat atau kelompok tertentu yang berkepentingan tidak disesalkan oleh suatu laporan audit yang menyesatkan yaitu birokrasi, militer, dan akuntan
publik. Profesi akuntan publik mendapat tempat kehormatan sebagai pelaku dan konstributor dalam kebangkrutan ekonomi Indonesia.
Etika akuntan menjadi isu yang sanagat menarik. Di Indonesia isu ini berkembang seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang
terjadi baik yang dilakukan auditor independen, auditor internal, maupun auditor pemerintah yaitu tidak memenuhi standar profesional akuntan publik,
tidak menerapkan sistem pengendalian mutu, tidak mematuhi kode etik, dan tidak mematuhi praturan perundang-undangan. Contoh kasus yang
menunjukkan pelanggaran kode etik Badan Pemeriksa Keuangan BPK adanya pelanggaran azaz independensi dan integritas yang terjadi di instansi
Badan Pemeriksa Keuangan BPK Jawa Barat oleh seorang pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Tempo, 28 Juni 2010.
Pelanggaran-pelanggaran ini seharusnya tidak terjadi apabila setiap auditor mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan menerapkan kode etik
secara memadai dalam pekerjaan profesionalnya. Pekerjaan seorang professional harus dikerjakan dengan sikap profesional, dan sepenuhnya
melandaskan pada standar moral dan etika tertentu. Kemampuan seorang
Universitas Sumatera Utara
professional untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada.
Penelitian yang dilakukan oleh Ananto 2002 berhasil membuktikan bahwa persepsi auditor independen dan auditor internal mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kode etik akuntan Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada kantor akuntan publik yang berada di Surakarta. Penelitian
yang dilakukan oleh Siek Yen 2003 bertentangan dengan penelitian Ananto, dan membuktikan bahwa akuntan publik dan akuntan non publik di kota
Medan tidak memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik akuntan Indonesia.Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis ingin melakukan
penelitian pada obyek penelitian yang berbeda yaitu auditor pemerintah.Penelitian di lakukan terhadap auditor Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia BPK wilayah Sumatera Utara untuk memahami kode etik yang tertuang dalam Peraturan Badan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
B. Perumusan Masalah