Pemahaman Auditor Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Akuntan Pada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

PEMAHAMAN AUDITOR PEMERINTAH TERHADAP PELAKSANAAN KODE ETIK AKUNTAN PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN SUMATERA UTARA OLEH :

GLORY N 070503222

PROGRAM STUDI STRATA SATU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Pemahaman

Auditor Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Akuntan Pada Badan

Pemeriksa Keuangan Perwakilan Sumatera Utara” adalah benar hasil karya

saya sendiri dan judul ini belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti

mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S1 Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data

yang diperoleh telah jelas dan benar, apa adanya apabila di kemudian hari

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan

Universitas Sumatera Utara.

Medan. 4 Juli 2011 Yang membuat pernyataan,

Glory N


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemahaman Auditor Pemerintah

Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Akuntan Pada Badan Pemeriksa Keuangan

Perwakilan Sumatera Utara” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Depatemen Akuntansi Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan,

dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil

dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan

yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak

selaku sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing, atas

bimbingan dan arahan Bapak dalam penyelesaian proses skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs.

Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji II atas segala saran yang


(4)

5. Kedua orang tua saya, Bapak T. R Lumban Toruan dan Ibu D. Pangaribuan

yang memberikan dorongan semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis

belumlah cukup untuk menyempurnakan skripsi ini sehingga masih terdapat

banyak kekurangan-kekurangan baik dalam penggunaan bahasa maupun

penyajian data. Dengan demikian penulis mengharapakan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Saya berharap skripsi ini akan

bermanfaat bagi semua pihak. Semoga damai sejahtera akan selalu menyertai kita.

Medan, Juli 2011 Penulis

Glory N


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman auditor pemerintah terhadap kode etik.Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahu perbedaan pemahaman auditor pemerintah yaitu auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) dan auidtor senior (anggota tim senior, ketua tim senior dan pengendali teknis) terhadap kode etik. Analisisnya didasarkan pada jawaban responden yang diperoleh melalui kuesioner yang didistribusikan pada Badan Pemeriksa Keuangan Indonesia RI Perwakilan Sumatera Utara,

Penelitian ini menggunakan metode sampling. Sampel yang dipilih adalah auditor BPK RI sebanyak 62 responden yang telah memnuhi kriteria. Untuk menguji reabilitas data digunakan Cronbach Alpha sedangkan untuk menguji normalitas data digunakan Kolmogorov-Smirnov. Untuk menguji perbedaan homogenitas variance data digunakan Independent Sample T-Test.

Hasil dari penelitisn ini menunjukkan pemahaman auditor BPK terhadap kode etik sudah baik. Hasil peenlitian ini juga memperlihatkan tidak adanya perbedaan pemahaman antara anggota tim yunior, anggota tim senior, ketua tim yunior, ketua tim senior dan pengendali teknis.

Kata Kunci : Auditor Pemerintah, Auditor Senior, Auditor Yunior, Kode Etik.


(6)

ABSTRACT

This study aims to determine the goverment auditor's understanding of the code of ethics. This study is also aimed at the understanding differences in the auditor determines that yunior auditors (the junior team members, team leader of the junior) senior auditors (senior team members, senior team leader and technical control) of the code of ethics. The analysis is based on respondents' answers obtained through questionnaires distributed in Supreme Audit Board of Indonesia Representative of North Sumatra.

This study used sampling methods. The sample selected was the

auditor of BPK RI were 62 respondents who have fulfilled

the criteria. To test the reliability of data used while the Cronbach's Alpha to test the normality of the data used Kolmogorov-Smirnov . To examine differences in homogeneity of variance of data used Independent Sampel T-Test

The results of this study demonstrate an understanding of the BPK auditor code of ethics is good. The results also showed no difference in

understanding between members of the junior team, senior team

members, team leader of the junior, senior team leader and technical control.

Key Word: Government Auditor, Yunior Auditor, Senior Auditors, Code Ethic


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Teoritis ... 6

1. Jenis Auditor ... 6

2. Pemahaman Auditor ... 9

3. Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan ... 12

4. Etika Profesi ... 13

5. Hambatan Penegakan Kode Etik ... 15


(8)

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 20

1. Kerangka Konseptual ... 20

2. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Jenis Data ... 22

C. Teknik Penentuan Sampel ... 22

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 24

E. Skala Pengukuran ... 25

F. Metode Analisis Data ... 26

1. Statistik Deskriptif ... 26

2. Pengujian Asumsi ... 26

3. Pengujian Hipotesis ... 26

G. Jadwal Penelitian ... 27

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 29

A. Gambaran Responden ... 29

B. Analisi Penelitian ... 32

1. Statistik Deskriptif ... 32

2. Pengujian Asumsi ... 48

3. Pengujian Hipotesis ... 49

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52


(9)

B. Keterbatasan Penelitian ... 53

C. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Persepsi 11


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Jenis Auditor 7

Tabel 2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu 16

Tabel 3.1 Tingkat Indikator Skala Likert 25

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian 27

Tabel 4.1 Persentase Responden Berdasarkan Umur 29

Tabel 4.2 Persentase Responden Berdasarkan Jabatan 30

Tabel 4.3 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 30

Tabel 4.4 Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Formal 31

Tabel 4.5 Persentase Responden Berdasarkan Jabatan 31

Tabel 4.6 Persentase Responden Berdasarkan Status Keluarga 32

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Mematuhi dan

Melaksanakan Peraturan Perundang-Undangan

Yang Belaku 33

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Mendahulukuan

Kepentingan Negara daripada Kepentingan Pribadi

atau Golongan 34

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara Jabatan Jabatan dan Menjunjung

Tinggi Independensi, Itegritas, dan Profesionalitas 35

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menjaga


(12)

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Memegang

Sumpah Janji dan Jabatan 37

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Bersikap Netral

dan Tidak Berpihak 38

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menghindari

Benturan Kepentingan 39

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menghindari

Hal-Hal yang Mempengaruhi Obyektifitas 40

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Antara Jabatan dalam Menerapkan Prinsip,

Nilai, dan Keputusan 41

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Antara Jabatan Bersikap Tegas

Dalam Mengemukakan dan atau Melakukan Hal-Hal

Menurut Pertimbangan dan Keyakinan Perlu Dilakukan 42

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Bersikap Jujur

dengan Tetap Memegang Rahasia yang Diperiksa 43

Tabel 4.18 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menerapkan Prinsip

Kehati-hatian, Ketelitian, dan Kecermatan 44

Tabel 4.19 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menyimpan Rahasia

Negara dan Jabatan 45

Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menghindari

Pemanfaatan Rahasia Negara yang Diketahui karena

Kredibilitas atau Jabatannya untuk Kepentingan Pribadi,


(13)

Tabel 4.21 Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menghindari

Perbutan diluar Tugas dan Kewenangan 47

Tabel 4.22 One-Sample Kolmogrov Smirnov Test 48


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran I Permohonan Pengisian Kuesioner ……… 59

Lampiran II Daftar Pertanyaan Tentang Pemahaman Auditor Terhadap Kode Etik Akuntan………… 61

Lampiran III Perhitungan Hasil Kuesioner ………. 65

Lampiran IV Frequenncies ……… 67

Lampiran V T-Test ……… 68

Reability ……… 69

Non Parametrik ……….. 70


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman auditor pemerintah terhadap kode etik.Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahu perbedaan pemahaman auditor pemerintah yaitu auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) dan auidtor senior (anggota tim senior, ketua tim senior dan pengendali teknis) terhadap kode etik. Analisisnya didasarkan pada jawaban responden yang diperoleh melalui kuesioner yang didistribusikan pada Badan Pemeriksa Keuangan Indonesia RI Perwakilan Sumatera Utara,

Penelitian ini menggunakan metode sampling. Sampel yang dipilih adalah auditor BPK RI sebanyak 62 responden yang telah memnuhi kriteria. Untuk menguji reabilitas data digunakan Cronbach Alpha sedangkan untuk menguji normalitas data digunakan Kolmogorov-Smirnov. Untuk menguji perbedaan homogenitas variance data digunakan Independent Sample T-Test.

Hasil dari penelitisn ini menunjukkan pemahaman auditor BPK terhadap kode etik sudah baik. Hasil peenlitian ini juga memperlihatkan tidak adanya perbedaan pemahaman antara anggota tim yunior, anggota tim senior, ketua tim yunior, ketua tim senior dan pengendali teknis.

Kata Kunci : Auditor Pemerintah, Auditor Senior, Auditor Yunior, Kode Etik.


(16)

ABSTRACT

This study aims to determine the goverment auditor's understanding of the code of ethics. This study is also aimed at the understanding differences in the auditor determines that yunior auditors (the junior team members, team leader of the junior) senior auditors (senior team members, senior team leader and technical control) of the code of ethics. The analysis is based on respondents' answers obtained through questionnaires distributed in Supreme Audit Board of Indonesia Representative of North Sumatra.

This study used sampling methods. The sample selected was the

auditor of BPK RI were 62 respondents who have fulfilled

the criteria. To test the reliability of data used while the Cronbach's Alpha to test the normality of the data used Kolmogorov-Smirnov . To examine differences in homogeneity of variance of data used Independent Sampel T-Test

The results of this study demonstrate an understanding of the BPK auditor code of ethics is good. The results also showed no difference in

understanding between members of the junior team, senior team

members, team leader of the junior, senior team leader and technical control.

Key Word: Government Auditor, Yunior Auditor, Senior Auditors, Code Ethic


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu sistem yang mengolah data keuangan menjadi suatu informasi

yang digunakan unuk pengambilan keputusan bagi pemakainya adalah

akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua

kategori, pertama adalah “pemakai internal”, yaitu pihak manajemen dan

karyawan dan kedua “pemakai eksternal”, diantaranya pemerintah, bank,

kreditor, dan investor atau calon investor.

Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan yang dihasilkan

oleh perusahaan harus diperiksa oleh eksternal auditor untuk memenuhi

kebutuhan pemakai eksternal. Pemeriksaan laporan keuangan bagi

perusahaan swasta dilakukan oleh akuntan publik, sedangkan bagi perusahaan

milik negara atau departemen pemeriksaaan laporan keuangan dilakukan oleh

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP), dan Inspektorat Jenderal (Itjen).

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan suatu lembaga negara

yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah

pejabat negara yang dipilih oleh DPR dan diresmikan dengan keputusan


(18)

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dan atas nama Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK).

Seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan Indonesia dalam

menjalankan profesinya sebagai pemeriksa (auditor),. Menurut Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI), kode etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan

sebagai panduan,dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik

sebagai akuntan publik, bekerja di dunia usaha, pada instansi pemerintah,

maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab

profesionalnya.

Auditor diharapkan untuk bertindak pada tingkat yang lebih tinggi

daripada anggota masyarakat. Istilah profesional berarti tanggung jawab yang

dibebankan kepada auditor lebih dari sekedar memenuhi undang-undang dan

peraturan yang berlaku. Masyarakat yakin akan independensi dan kompetensi

auditor sehingga mempercayai laporan-laporan yang dihasilkannya walaupun

masyarakat tidak dapat menilai tiap-tiap pelaksanaan audit yang terjadi.

Auditor yang profesional juga harus memiliki etika kode perilaku dan

etika profesi kode etik selain independensi dan kompetensi,. Hal ini bertujuan

untuk dapat menjaga mutu dan kualitas auditor yang mewujudkan standar

kerja dan perilaku yang tinggi. Prinsip etika profesi akuntan menyebutkan

bahwa seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri

melebihi yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan yang berlaku. Prinsip

ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan


(19)

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan

standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan

orientasi kepada kepentingan publik. Tanggung jawab etis seorang auditor

kepada masyarakat non-profesional harus sedemikian rupa sehingga

masyarakat atau kelompok tertentu yang berkepentingan tidak disesalkan oleh

suatu laporan audit yang menyesatkan yaitu birokrasi, militer, dan akuntan

publik. Profesi akuntan publik mendapat tempat kehormatan sebagai pelaku

dan konstributor dalam kebangkrutan ekonomi Indonesia.

Etika akuntan menjadi isu yang sanagat menarik. Di Indonesia isu ini

berkembang seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang

terjadi baik yang dilakukan auditor independen, auditor internal, maupun

auditor pemerintah yaitu tidak memenuhi standar profesional akuntan publik,

tidak menerapkan sistem pengendalian mutu, tidak mematuhi kode etik, dan

tidak mematuhi praturan perundang-undangan. Contoh kasus yang

menunjukkan pelanggaran kode etik Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

adanya pelanggaran azaz independensi dan integritas yang terjadi di instansi

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jawa Barat oleh seorang pegawai Badan

Pemeriksa Keuangan (Tempo, 28 Juni 2010).

Pelanggaran-pelanggaran ini seharusnya tidak terjadi apabila setiap

auditor mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan menerapkan kode etik

secara memadai dalam pekerjaan profesionalnya. Pekerjaan seorang

professional harus dikerjakan dengan sikap profesional, dan sepenuhnya


(20)

professional untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika juga

sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada.

Penelitian yang dilakukan oleh Ananto (2002) berhasil membuktikan

bahwa persepsi auditor independen dan auditor internal mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kode etik akuntan Indonesia. Penelitian ini

dilakukan pada kantor akuntan publik yang berada di Surakarta. Penelitian

yang dilakukan oleh Siek Yen (2003) bertentangan dengan penelitian Ananto,

dan membuktikan bahwa akuntan publik dan akuntan non publik di kota

Medan tidak memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik akuntan

Indonesia.Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis ingin melakukan

penelitian pada obyek penelitian yang berbeda yaitu auditor

pemerintah.Penelitian di lakukan terhadap auditor Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia (BPK) wilayah Sumatera Utara untuk

memahami kode etik yang tertuang dalam Peraturan Badan Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas tersebut maka masalah

pokok yang akan dibahas adalah untuk menentukan apakah terdapat

perbedaan pemahaman antara auditor senior dan auditor yunior dalam

pelaksanaan kode etik akuntan.


(21)

Tujuan dari penelitian ini adalh untuk mengetahui perbedaan pemahaman

antara auditor senior dan auditor yunior dalam pelaksanaan kode etik akuntan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat atau keinginan bagi berbagai

pihak, diantaranya:

1. Bagi peneliti, peneliti diharapkan dapat menambah wawasan tentang

pemahaman kode etik di kalangan akuntan.

2. Bagi civitas akademik dan peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan

dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.

3. Bagi instansi Badan Pemeriksa Keuangan, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi bahan referensi dan masukan bagi pihak yang terkait dalam


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Jenis Auditor

Siti

dan Eli (2009) menyatakan bahwa auditor dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

(a) auditor independen, (b) auditor pemerintah, (c) auditor internal.

Auditor Independen berasal dari kantor akuntan publik, bertanggung

jawab atas audit laporan keuangan historis auditeenya. Independen

dimaksudkan sebagai sikap mental auditor yang memiliki integritas tinggi,

objektif pada permasalahan yang timbul dan tidak memihak pada kepentingan

manapun.

Auditor pemerintah adalah auditor yang berasal dari lembaga pemeriksa

pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab secara fungsional

atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara adalah Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga pada tingkat tertinggi, Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal

(Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah.

Auditor Internal adalah pegawai dari suatu organisasi/perusahaan yang

bekerja di organisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentingan

manajemen perusahaan yang bersangkutan dengan tujuan untuk membantu


(23)

operasional organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan

perusahaan.

Tabel 2.1

Perbandingan Jenis Auditor

Jenis Auditor Pelaksana Jenis Pekerjaan

Auditor

Independen

Akuntan Publik

registered berdasarkan perikatan kerja

a. Assurance Services

b. Attestation Services

c. Accounting &

Compilation Service

d. Other Services

Auditor

Pemerintah

Pegawai berasal dari

lembaga pemeriksa

pemerintah

a. Financial Audits

b. Audit Kinerja

1. Audit ekonomis dan

efisiensi organisasi

2. Audit atas Program

Pemerintah dan

BUMN (Efektivitas)

Auditor

Internal

Pegawai dari suatu

organisasi perusahaan

yang bekerja di

organisasi

Audit Kepatuhan

(Compliance Audit)

dan Audit Operasional

(Management atau


(24)

secara rutin

Sumber: Siti dan Eli (2009)

Menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 entang BPK, pemeriksa

adalah orang yang melaksankan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara dan atas nama BPK. Oleh karena itu, Jabatan

Fungsional Pemeriksa (JFP) adalah jabatan yang mempunyai lingkup, tugas,

tanggung jawab, da wewenang untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara yang didudukli oleh Pegawai Negri

Sipil di instansi BPK.

Jenjang jabatan dalam JFP adalah (a) Pemeriksa Pertama, (b) Pemeriksa

Muda, (c) Pemeriksa Madya, (d) Pemeriksa Utama. Pemeriksa pertama

memiliki pangkat Penata Muda golongan/ruang III/a atau Penata Muda

Tingkat I golongan/ruang III/b. Pemeriksa Muda memiliki golongan/ruang

III/c atau Penata Tingkat I golongan/ ruang III/d. Pemeriksa Madya memiliki

pangkat Pembina golongan/ ruang IV/a atau pangkat Pembina Tingkat I

golongan/ ruang IV/b atau Pembina Utama Muda golongan/ruang IV/c.

Pemeriksa Utama memiliki pangkat Pembina Utama Madya golongan/ ruang

IV/d atau Pembina Utama golongan/ ruang IV/e.

Peran Pemeriksa dalam JFP dari yang terendah hingga ke yang tertinggi


(25)

a. anggota tim yang terdiri dari dua jenjang peran yaitu anggota tim yunior, dan

anggota tim senior,

b. ketua tim terdiri dari dua jenjang peran yaitu ketua tim yunior dan ketua tim

senior,

c. pengendali teknis,

d. pengendali mutu.

Pengertian masing-masing peran tersebut di atas adalah sebagai berikut:

a. anggota tim yunior adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan

tanggung jawab melaksanakan pemeriksaan dengan kompleksitas rendah dan

dapat dapat disandang oleh pemeriksa pertama,

b. anggota tim senior adalah peran yang dimiliki oleh peeriksa dengan tanggung

jawab melaksanakan pemeriksaan dengan kompleksitas tinggi dan dapat

disandang oleh pemeriksa pertama atau pemeriksa muda,

c. ketua tim yunior adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung

jawab memimpin pelaksanaan tugas pemeriksaan dengan kompleksitas rendah

dan dapat disandang oleh pemeriksa pertama atau pemeriksa muda,

d. ketua tim senior adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung

jawab memimpin pelaksanaan tugas pemeriksaan dengan kompleksitas tinggi

serta dapat disandang oleh pemeriksa muda atau pemeriksa madya,

e. pengendali teknis adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung

jawab terhadap teknis pelaksanaan dan dapat disandang oleh pemeriksa muda


(26)

f. pengendali mutu adalah peran yang dimiliki oleh pemeriksa dengan tanggung

jawab terhadap mutu hasil pemeriksaan dan dapat disandang oleh pemeriksa

mdaya atau pemeriksa utama.

2. Pemahaman Auditor

Pemahaman sering juga dikatakan dengan persepsi. Persepsi

mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang.

Persepsi dapat juga dikatakan bagaimana individu melihat dan menafsirkan

suatu objek. Individu akan bertindak berdasarkan persepsi mereka terhadap

suatu objek, tanpa memperhatikan apakah persepsi tersebut menggambarkan

realitas sesungguhnya.

Menurut Mahmud (1990), di dalam ilmu psikologi pengertian persepsi

ataupun pemahaman adalah menafsirkan stimulus yang telah ada dalam otak.

Meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap individu, tetapi

interpretasinya bisa berbeda-beda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1995) pemahaman didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung

dari sesuatu atau proses seorang mengetahui beberapa hal melalui panca

indranya. Walgito dan Bimo (1997) agar individu dapat menyadari dan

membuat persepsi, ada bebrapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:

a. adanya obyek yang dipersepsikan,

b. alat indera atau reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus (fisisologis),

c. adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan


(27)

Robins (1996) secara tegas menyatakan bahwa persepsi seorang

individu terhadap suatu objek sangat mungkin berbeda dengan persepsi

individu orang lain terhadap objek yang sama. Fenomena ini menurutnya

dikarenakan oleh beberapa faktor yang digambarkan pada gambar di bawah.

Gambar 2.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Sumber: Stephen P. Robins, 1996

Persepsi merupakan suatu proses, dengan demikian apabila stimulus yang

diterima bersifat kompleks maka proses yang berlangsung juga akan semakin

Faktor pada Pemersepsi

• Sikap

• Motif

• Kepentingan

Faktor dalam Situasi

• Waktu

• Keadaan/ Tempat Kerja

• Keadaan Sosial Faktor pada Target

• Hal baru; Gerakan;

Bunyi; Ukuran; Latar Belakang kedekatan


(28)

kompleks. Jika stimulus itu kompleks, maka persepsi merupakan reaksi

terhadap keseluruhan situasi dari lingkungan. Jadi dapat dikatakan apabila

proses terbentuknya persepsi berhubungan dengan berbagai rangkaian

kejadian dan pengalaman, serta pengharapan dan penilaian terhadap sesuatu.

Auditor mempunyai kewajiban untuk melihat dan menafsirkan kode etik

dalam lingkup instansi mereka bekerja. Dengan adanya pemahaman terhadap

kode etik, auditor mampu untuk berperilaku etik sesuai dengan peraturan

yang ada dalam kode etik. Untuk menghasilkan perilaku terbaik, auditor akan

selalu dihadapkan dengan masalah etik yaitu situasi yang dihadapi bila harus

membuat pilihan diantara berbagai alternatif.

3. Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan

Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia dan

dapat dipergunakan oleh akuntan yang bukan atau belum menjadi anggota

Ikatan akuntan Indonesia (IAI). Menurut Sriwahjoeni (2000) kode etik adalah

norma atau perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan

kliennya, antara akuntan dengan sejawat, dan antara profesi dan masyarakat.

Di dalam kode etik terdapat muatan-muatan etik, yang pada dasarnya

bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat menggunakan jasa

profesi. Menurut Keraf (1998) terdapat dua sasaran pokok dari kode etik ini


(29)

a. kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan

oleh kelalaian baik secara sengaja ataupun tidak sengaja dari kaum

professional,

b. kode etik bertujuan melindungi keluhuran profesi tersebut dari

perilaku-perilaku buruk orang-orang tertentu yang mengaku dirinya professional.

Di Indonesia, penegakan kode etik dilaksanakan oleh

sekurang-kurangnya enam unit organisasi yaitu: (a) Kantor Akuntan Publik, (b) Unit

Peer Review Kompartemen Akuntan Publik-IAI, (c) Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik-IAI, (d) Dewan Pertimbangan Profesi IAI, (e)

Departemen Keuangan RI, (f) Badan Pemeriksa Keuangan.

Selain keenam unit di atas organisasi di atas, pengawasan terhadap kode

etik juga dapat dilakukan sendiri oleh para anggota pimpinan KAP.

Menurut Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia adalah“Kode Etik BPK, yang selanjutnya disebut Kode

Etik, adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan

Pemeriksa menjalankan tugasnya.”

Menu

rut Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2007 Pasal 2 Setiap Anggota BPK dan Pemeriksa wajib:

a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang


(30)

b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau

golongan.

c. Menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalitas

d. Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas BPK

4. Etika Profesi

Etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti “karakter”.

Kata lain untuk etika dalah moralitas (morality), yang berasal dari bahasa

latin yaitu mores yang berarti “kebiasaan”. Moralitas berpusat pada “benar’

dan “salah” dalam perilaku manusia. Istilah Etika dilihat dalam kamus besar

Bahasa Indonesia (2007), memiliki arti adalah nilai mengenai benar dan salah

yang dianut suatu golongan masyarakat.

Dalam hal etika profesi, sebuah profesi memilki memiliki komitmen

moral yang tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus

yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang

bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau

mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang

harus dipenuhi setiap profesi. Menurut Chua dkk(1994) menyatakan bahwa

etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas

pada pola kekhasan pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu.

Etika merupakan konsepsi yang paling mendasar dari tekstur kehidupan

manusia. Etika memberikan pola didik dan pola asuh kepada individu untuk

bertindak, berbuat, atau tidak berbuat. Etika dapat juga memberikan kerangka


(31)

Dalam etika terdapat komponen-komponen moral, martabat, kultural,

kemajemukan kaidah serta nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat

Indonesia.

Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang

membedakannya dengan profesi lain yang berfungsi untuk mengatur tingkah

laku anggotanya (Boynton dan Kell, 2001). Kode etik berkaitan dengan

prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi, terdapat empat prinsip

dalam etika profesi (Keraf, 1998) yaitu:

a. prinsip tanggung jawab,

b. prinsip keadilan,

c. prinsip otonomi,

d. prinsip integritas moral.

Arens, Elder dan Beasley (2000) etika secara garis besar dapat

didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai-nilai moral. Setiap orang

memiliki rangkaian nilai tersebut, walaupun kita memperhatikannya secara

eksplisit. Menurut Arens dan Lobbecke (2000) karakteristik tertentu yang

harus dipenuhi oleh seorang akuntan dan prinsip perilaku etika yaitu (a)

tanggung jawab, (b) kepentingan masyarakat, (c) integritas, (d) Objektifitas

dan independensi, (e) keseksamaan, (f) lingkup dan sifat jasa.

Akuntan harus mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan

moral dalam semua aktivitas mereka dalam melaksanakan tanggung jawab

sebagai profesional. Akuntan harus menerima kewajiban untuk melakukan


(32)

kepentingan masyarakat dan mewujudkan komitmen pada profesionalisme.

Akuntan harus melaksanakan semua tanggung jawab professional dan

integritas tinggi untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan

masyarakat,. Akuntan harus mempertahankan objektifitas dan bebas dari

benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab professional.

Akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik yang harus bersikap

independensi dalam kenyataan dan penampilan pada waktu melaksanakan

audit dan jasa atestasi lainnya. Akuntan harus mematuhi standar teknik dan

etika profesi, berusaha keras untuk meningkatkan kompetensi dan mutu jasa

dan melaksanakan tanggung jawab professional dengan melakukan

kemampuan terbaik. Seorang akuntan dalam menjalankan praktik sebagai

akuntan publik harus mematuhi prinsip-prinsip perlaku profesional dalam

menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan.

5. Hambatan Penegakan Kode Etik

Ada dua alasan mengapa orang bertindak tidak etis, yang pertama adalah

standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum, dan alasan yang

kedua seseorang memilih bertindak semaunya. Baik alasan pertama maupun

alasan yang kedua tetap saja bahwa tindakan seseorang tersebut tidak etis dan

perlu adanya penanganan atas tindakan etis tersebut.

Pelanggaran serupa banyak dilakukan oleh anggota masyarakat atau

anggota profesi perlu dipertanyakan apakah aturan-aturan yang berlaku masih

perlu tetap dipertahankan atau dipertimbangkan untuk dikembangkan dan


(33)

Beberapa hambatan dalam penegakan kode etik antara lain:

a. sikap anggota profesi yang mendua, pada satu sisi menolak setiap

pelanggaran terhadap kode etik tetapi pada sisi lain memberikan pembenaran

atas pelanggaran tersebut,

b. adanya sifat sungkan dari sesama anggota profesi untuk saling mengadukan

pelanggaran kode etik,

c. belum jelasnya tentang mekanisme pemberian sanksi dan proses peradilan

atas kasus-kasus baik dalam anggran dasar maupun anggaran rumah tangga.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Variabel yang digunakan Hasil Penelitian

Ananto

(2002)

Independen

Persepsi auditor Independen,

auditor Internal

Dependen

Kode Etik IkatanAkuntan

Indonesia

Auditor memahami kode

etik Ikatan Akunta

Indonesia

Siek Yen

(2003)

Independen

Persepsi akuntan publik,

akuntan non-publik

Dependen

Akuntan tidak memiliki

persepsi positif terhadap

kode etik akuntan


(34)

kode etik akuntan

Indonesia

Sumber: Penulis, 2011

Penelitian yang dilakukan Ananto (2002) bertujuan untuk

membandingkan pendapat atau persepsi secara empiris terhadap kode etik

umum akuntan Indonesia antara auditor independen yang bekerja pada KAP

(Kantor Akuntan Publik) dengan auditor intern perusahaan manufaktur

maupun dagang yang beroperasi di wilayah Surakarta.

Adapun instrumen kode etik yang dipakai mengadopsi dari kode etik

berdasarkan kongres tahun 1994, yaitu kode etik untuk akuntan secara umum

yang mempunyai lima faktor yaitu: kepribadian, kecakapan profesional,

tanggung jawab, pelaksanaan kode etik, dan penafsiran dan penyempurnaan

kode etik. Sehubungan dengan masalah tersebut, hipotesis yang diajukan

untuk penelitian ini adalah Ho: tidak terdapat perbedaan persepsi yang

signifikan antara auditor independen dan auditor intern terhadap kode etik

akuntan Indonesia dan H1: terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara

dua kelompok responden tersebut.

Alat analisis instrumen yang digunakan adalah Pearson Correlation

Product Moment untuk uji validitas, cronbach alpha untuk uji reliabilitas,One Sample Kolmogorov Smirnov untuk melihat normalitas data. Untuk mengetahui bahwa varian antar kelompok tidak berbeda secara signifikan

(homogen) menggunakan Levene’s Test of Equality of Variances. Sedangkan


(35)

data yang dihasilkan terdistribusi normal dan terdiri dari dua kelompok

sampel yang diuji secara independen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara

signifikan persepsi auditor independen dan auditor intern di wilayah

penelitian di Surakarta atau Ho diterima. Sedangkan hasil perhitungan untuk

mean menunjukkan bahwa mean auditor independen dan mean auditor intern perusahaan sama-sama mempunyai mean positif. Dengan hasil tersebut dapat

dikatakan bahwa persepsi kedua kelompok responden tersebut baik.

Penelitian ini masih mempunyai banyak keterbatasan diantaranya adalah

kemungkinan kesalahan interpretasi dari instrumen pernyataan yang disajikan

sehingga respon bias kemungkinan terjadi dalam penelitian ini. Keterbatasan

yang lain adalah mengenai teknik pengambilan sampel sebaiknya

menggunakan metode convenience sampling karena peneliti mempermudah

dalam pengambilan sampel tersebut. Implikasi dari penelitian ini, meskipun

secara umum hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa etika auditor

independen dan auditor intern sudah baik, namun ada juga temuan yang

menunjukkan beberapa auditor baik independen maupun intern perusahaan

yang masih memiliki etika yang kurang sesuai dengan aturan yang ada.

Harapan dari penelitian ini agar supaya para auditor dalam melaksanakan

profesinya tetap mengacu kepada aturan yang sudah ada yaitu kode etik

akuntan Indonesia dan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik).

Penelitian yang dilakukan Siek Yen (2003) bertujuan untuk menguji


(36)

etik akuntan Indonesia,apakah terdapat perbedaan persepsi terhadap kode etik

antara akuntan publik dan akuntan non publik. Penelitian ini dilakukan pada

akuntan publik dan akuntan non publik yang berada di kota Medan.

Adapun instrument kode etik yang dipakai dalam penelitian ini adalah

kode etik akuntan Indonesia yang telah disusun oleh Ikatan Akuntan

Indonesia pada tanggal 22 September 1990. Hipotesis yang dipakai dalam

penelitian ini H1: Akuntan di kota Medan memiliki persepsi yang positif

terhadap kode etik, H2: Akuntan di kota Medan tidak memiliki persepsi yang

positif terhadap kode etik.

Alat analisis instruen yang digunakan adalah reliabilitas dengan

menggunakan teknik analisis varians (Anova) Hyot , One Sample

Kolmogorov Smirnov untuk melihat normalitas data, uji homogenitas, dan uji t. Sedangkan alat uji hipotesis menggunakan Independent Sample T Test, hal

ini karena data yang dihasilkan terdistribusi normal dan terdiri dari dua

kelompok sampel yang diuji secara independen.

Hasil dari penelitian yang dilakukan Siek Yen menunjukkan bahwa

akuntan di Medan tidak memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik dan

tidak adanya perbedaan persepsi antara akuntan publik dan akuntan non

publik terhadap kode etik. Akuntan publik dan akuntan non publik memiliki

persepsi yang negative terhadap kode etik. Harapan dari penelitian ini adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi antara akuntan publik


(37)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ananto dan Siek Yen memiliki

perbedaan dalam hal teknik pengambilan sampel, item kode etik yang

berbeda antara yang satu dengan yang lain, dan obyek penelitian yang

berbeda. Perbedaan ini disebabkan kemampuan responden untuk menjawab

kuesioner yang ciukur dari pengalaman, motif, sikap dan pengetahuan

responden. Alat instrument untuk menganalisis data juga terdapat perbedaan

yang tidak terlalu signifikan.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah uatu model yang menjelaskan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam

suatu maslah tertentu. Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan

sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

BPK

Perwakilan

Auditor

Pelaksanaan Kode


(38)

Bada

n Pemeriksa Keuangan di setiap provinsi hanya mempunyai satu perwakilan.

Setiap anggota BPK adalah seorang auditor ataupun pemeriksa. Dalam

melaksanakan tugas auditor harus berpedoman kepada kode etik. Pemahaman

Auditor berpengaruh terhadap pelaksanaan kode etik sehingga tidak terjadi

pelanggaran seperti tidak menerapkan sistem pengendalian mutu, tidak

mematuhi kode etik, dan tidak mematuhi peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan kode etik menunjukkan bagaimana seorang auditor

berperilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku yang ada di instansi Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK).

2. Hipotesis

Berd

asarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah

dikemukakan di atas maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan pemahaman antara auditor yunior dan senior

dalam pelaksanaan kode etik akuntan

H1 : Terdapat perbedaan pemahaman antara auditor yunior dan senior dalam


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif yang

merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang

diperoleh peneliti dari subyek berupa: individu, organisasional, industry atau

perspektif yang lain, dimana penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan

karakter subyek yang diteliti, megkaji bebrapa aspe dalam fenomena tertentu

dan menawarkan ide masalah untuk pengujian atau penelitian selanjutnya.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu

data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau penelitian, yang diperoleh

melalui wawancara dengan pihak perusahaan yang berkaitan dengan bagian

akuntansi dan observasi, dan diolah lebih lanjut oleh penulis.

C. Teknik Penentuan Sampel

Menurut Surhayadi (2003), populasi adalah kumpulan dari semua

kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain yang menjadi objek

yang menjadi perhatian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

karyawan yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


(40)

populasi tertentu yang menjadi perhatian sampel yang digunakan dalam

penelitian ini. Jumlah karyawan yang terdapat di BPK RI Perwakilan

Sumatera Utara sebanyak 163 orang. Penempatan jabatan terbagi menjadi tiga

bagian yaitu (a) pejabat struktural, (b) staf fungsional/teknis, dan (c) staff

pendukung dan penunjang. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel yang

digunakan adalah:

a. karyawan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Wilayah Sumatera

Bagian Utara yang mempunyai Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP) yaitu

auditor yunior yang terdiri dari anggota tim yunior dan ketua tim yunior, dan

auditor senior yang terdiri dari anggota tim senior, ketua sim senior, dan

pengendali teknis,

b. memiliki pendidikan formal minimal S1,

c. mempunyai masa kerja lebih dari 3 tahun.

Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin ( Umar: 2004),

yaitu:

n = N

1+Ne²

Dimana:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi


(41)

Sehingga: n = 163

1+163 (0,1)2

n = 61,9 maka digenapkan menjadi 62 orang

D. Prosedur Pungumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data primer

sehingga tekniks yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan adalah

data adalah penelitian lapangan yang menggunakan kuesioner. Penulis

melakukan penyebaran suatu daftar pertanyaan (kuesioner) kepada

pihak-pihak yang terkait yang berhubungan dengan penelitian untuk dijawab secara

jujur sehingga diharapkan penulis memperoleh data yang sebenarnya.

Langkah- langkah pengumpulan data primer atau pengiriman kuesioner

adalah sebagai berikut :

a. persiapan dan penggandaan kuesioner dan surat-surat terlampir yang akan

dibagikan kepada para responden,

b. para responden mendapat kuesioner dan diberikan waktu pengisian maksimal

7 hari,

c. dalam batas waktu tersebut ada responden yang belum mengembalikan

kuesioner sehingga diberikan waktu tambahan selama 7 hari,

d. dalam 7 hari tersebut belum terpenuhi syarat pengolahan data, sehingga

kuesioner dikirim lagi ke responden tambahan oleh penulis dan diberi waktu


(42)

e. setelah terkumpul lebih dari 30 maka hasil perolehan data tersebut

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing,

f. tahap pengolahan data, yaitu setelah terkumpul lebih dari 30 dan terlebih

dahulu mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk syarat

pengolahan data.

E. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran dalam penelitian ini adalah skala likert ataupun

skala ordinal sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam melakukan

penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban

akan diberikan skor (Sugiono, 2005). Skala likert menggunakan 5 (lima)

tingkatan untuk menyatakan sikap atau jawaban responden sbb:

Tabel 3.1

Tingkat Indikator dengan Skala Likert

No Jawaban Skala

1

2

3

4

5

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Ragu-Ragu (R)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5

4

3

2

1


(43)

F. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2006) Statistik deskriptif memberikan gambaran atau

deskripsi data yang dilihat dari nilai rata-rata(mean), standar deviasi, varian,

maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan

distribusi).

2. Pengujian Asumsi

Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengujian asumsi yang

berhubungan dengan model yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis.

Uji asumsi ini meliputi uji normalitas dengan menggunakan metode

Kolmogrov Smirnov untuk memenuhi kriteria sebaran normal sebaran dan uji

homogenitas varians. Pengujian homogenitas varians dengan menggunakan

Metode Statistical Packages for Social Science (SPSS) Test of Homogenity of

Variances.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian ini dilakukan sesuai dengan model analisis yang akan

digunakan dalam pengujian hipotesis yaitu Independent Sample T-test (uji

statistik t) yang mensyaratkan karena untuk membandingkan rata-rata dari


(44)

kelompok tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau tidak secara

signifikan.

Menurut Ghozali (2006) “Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variable penjelas/independen secara individual

menerangkan variable-variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah:

H0 : b1,b2 = 0 artinya tidak terdapat perbedaan pemahaman antara auditor

yunior dan senior dalam pelaksanaan kode etik akuntan

H1 : b1,b2 ≠ 0 artinya terdapat perbedaan pemahaman antara auditor yunior

dan senior dalam pelaksanaan kode etik akuntan

G. Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Kegiata

n

No v 201 1

Jan 201 1

Feb 201 1

M ar 20 11

A pr 20 11

M ei 20 11

Jun 201 1

Penyusu

nan

proposal

Pengajua


(45)

proposal

Survei

awal

Bimbing

an

Proposal

Seminar

proposal

Pengirim

an

kuesione

r

Pengum

pulan

kuesione

r

Analisis

data

Penyeles

aian

penelitia


(46)

Meja

hijau

Sumber: Penulis, 2011

Penelitian dilakukan di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Perwakilan Suamtera Bagian Utara yang beralamat di Jl. Imam Bonjol No.22

Medan. Jadwal penelitian dilakukan untuk membantu penulis menyelesaikan data

secara sistematis yang dimulai dari penyusunan proposal pada awal bulan

November 2010, pengajuan proposal pada akhir bulan November 2010. Survey

awal dilakukan penulis pada awal bulan Januari untuk melihat prosedur

pengambilan data yang diperlukan. Bimbingan Proposal dilakuakn penulis pada

bulan Februari samapai dengan bulan Maret 2011, seminar proposal dilakukan

minggu ke-2 (dua) bulan april 2011, pengiriman kuesioner dilakukan pada akhir

bulan April dan pengumpulan kuesioner dan analisis data pada bulan Mei 2011.

Peneyelesaian penelitian dilakukan di akhir bulan Mei sampai dengan meja hijau


(47)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Responden

Setelah dilakukan pengisian kuesioner terhadap 62 responden auditor

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1

Persentase Responden Auditor BPK Berdasarkan Umur

No Kelompok Umur Jumlah Persen (%)

1. 20-29 tahun 6 9.7

2. 30-39 tahun 26 41.9

3. 40-49 tahun 19 30.6

4. ≥50 tahun 11 17.7

Total 62 100.00

Sumber: Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat dari 62 responden, 6 responden

(9.7%) berumur 20-29 tahun, 26 responden (41.9%) berumur 39-39 tahun, 19

responden (30.6%) berumur 40-49 tahun, dan 11 responden (17.7%) sudah

berumur lebih besar dan sama dengan 50 tahun.


(48)

Tabel 4.2

Persentase Responden Auditor BPK Berdasarkan Jabatan

No Jabatan Jumlah Persen (%)

1. Auditor Yunior 21 28.4

2. Auditor Senior 41 55.4

Total 62 100.00

Sumber: Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat dari 62 responden, 21 responden

(28.4%) berjabatan sebagai auditor yunior, dan 41 responden (55.40%)

berjabatan sebagai auditor senior.

Selanjutnya, hasil penelitian pada auditor Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) dapat dilihat sebagai berikut:

4. Jenis Kelamin

Tabel 4.3

Persentase Responden Auditor BPK Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)

1.

Laki-Laki 33 53.2

2. Perempuan 29 46.8

Total 62 100.00


(49)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat dari 62 responden, 33 responden

a(53.2%) adalah berjenis kelamin laki-laki, dan 29 responden(46.8%) berjenis

kelamin perempuan. Dengan demikian mayoritas responden adalah laki-laki.

5. Pendidikan Formal

Tabel 4.4

Persentase Responden Auditor BPK Berdasarkan Pendidikan Formal

No Pendidikan

Formal

Jumlah Persen (%)

1.

S1 44 71.00

2. S2 18 29.00

Total 62 100.00

Sumber: Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat dari 62 responden, 44 responden

(71%) berpendidikan formal S1, 18 responden (29%) berpendidikan formal

S2. Hal ini berarti lebih banyak responden berpendidikan S1.

6. Lama Bekerja

Tabel 4.5

Persentase Responden Auditor BPK Berdasarkan Jabatan

No Lama Bekerja Jumlah Persen (%)

1. 3-5 tahun 10 16.1


(50)

3. 11-15 tahun 16 25.8

4. >15 tahun 25 40.3

Total 62 100.00

Sumber: Data Primer, 2011

Berdasarkan table 4.5 dapat dilihat dari 62 responden, 1responden

(16.1%) sudah bekerja dalam jangka waktu 3 sampai dengan 5 tahun, 11

responden(17.7%)sudah bekerja dalam jangka waktu 6 sampai dengan

1tahun, 16 responden (25.8%) sudah bekerja dalam jangka waktu 11 sampai

dengan 15 tahun, dan 25 responden (40.3%) sudah bekerja di atas 15 tahun.

7. Status Keluarga

Tabel 4.6

Persentase Responden Auditor BPK Berdasarkan Status Keluarga

No Status Keluarga Jumlah Persen (%)

1. Ya 40 64.5

2. Tidak 22 35.5

Total 62 100.00

Sumber: Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat dari 62 responden, 4responden

(64.5%) sudah menikah dan 22 responden(35.5%) belum menikah.

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif


(51)

dengan menggunakan analisis dengan melihat tabulasi silang (cross-tab)

pemahaman auditor terhadap pelaksanaan kode etik.

1. Mematuhi dan Melaksanakan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku

Tabel 4.7

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Mematuhi dan Melaksanakan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat

Setuju Total

Perse

n Sig p

N % N % N %

0.50 2

Auditor Yunior 9 14.52 2 19.35 21 33.87

Auditor Senior 14 22.58 27 43.55 41 66.13

Total 23 37.10 39 62.90 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.7 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 9 responden (14.52%) dan sangat setuju

terdapat 2 responden (19.35%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan

kuesioner yang bersikap setuju terdapat 14 responden (22.58%) dan sangat

setuju terdapat 27 responden (43.55%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.502 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada


(52)

2. Mendahulukan Kepentingan Negara daripada Kepentingan Pribadi atau

Golongan

Tabel 4.8

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Mendahulukan Kepentingan Negara daripada Kepentingan Pribadi atau Golongan

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat Setuju

Tot al

Pers en

Si g p

N % N % N % 0.722

Auditor

Yunior 6 9.68 15 24.19 21 33.87

Auditor

Senior 10 22.58 27 43.55 41 66.13

Total 16 32.26 39 67.74 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.8 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 6 responden (9.68%) dan sangat setuju terdapat

15 responden (24.19%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki jabatan

auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner yang

bersikap setuju terdapat 10 responden (16.13%) dan sangat setuju terdapat 31

responden (50.00%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.722 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada

perbedaan pemahaman tehadap kode etik.


(53)

Tabel 4.9

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menjunjung Tinggi Independensi, Integritas dan Profesionalitas

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat Setuju

Tot al

Pers en

Si g p

N % N % N % 0.037

Auditor

Yunior 13 20.97 8 12.90 21 33.87

Auditor

Senior 14 22.58 27 43.55 41 66.13

Total 27 43.55 35 56.45 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.9 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 13 responden (20.97%) dan sangat setuju

terdapat 8 responden (12.90%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan

kuesioner yang bersikap setuju terdapat 14 responden (22.58%) dan sangat

setuju terdapat 27 responden (43.55%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.037 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada


(54)

4. Menjaga Martabat, Kehormatan, Citra, dan Kredibilitas

Tabel 4.10

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menjaga Martabat, Kehormatan, Citra, dan Kredibilitas

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat Setuju

Tot al

Pers en

Sig p

N % N % N %

0.14 4 Auditor

Yunior 12 19.35 9 14.52 21 33.87

Auditor Senior 15 24.19 26 41.94 41 66.13

Total 27 43.54 35 56.46 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 12 responden (19.35%) dan sangat setuju

terdapat 9 responden (14.52%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan

kuesioner yang bersikap setuju terdapat 15 responden (24.19%) dan sangat

setuju terdapat 26 responden (41.94%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.144 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada

perbedaan pemahaman tehadap kode etik.


(55)

Tabel 4.11

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Memegang Sumpah Janji dan Jabatan

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat Setuju

Tot al

Pers en

Si g p

N % N % N % 0.652

Auditor

Yunior 10 16.13 11 17.74 21 33.87

Auditor

Senior 22 35.48 19 30.65 41 66.13

Total 27 51.61 35 48.39 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.11 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 10 responden (16.13%) dan sangat setuju

terdapat 11 responden (17.74%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan

kuesioner yang bersikap setuju terdapat 22 responden (35.48%) dan sangat

setuju terdapat 19 responden (30.65%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.652 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada


(56)

6. Bersikap Netral dan Tidak Berpihak

Tabel 4.12

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Bersikap Netral dan Tidak Berpihak

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat

Setuju Total

Perse

n Sig p

N % N % N %

0.79 8

Auditor Yunior 13 20.97 8 12.90 21 33.87

Auditor Senior 24 35.48 17 27.42 41 66.13

Total 37 59.68 25 40.32 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.12 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 13 responden (20.97%) dan sangat setuju

terdapat 8 responden (12.90%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan

kuesioner yang bersikap setuju terdapat 24 responden (38.71%) dan sangat

setuju terdapat 17 responden (27.42%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.798 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada


(57)

7. Menghindari Benturan Kepentingan

Tabel 4.13

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menghindari Benturan Kepentingan

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat

Setuju Total

Perse

n Sig p

N % N % N %

0.40 2

Auditor Yunior 10 16.13 11 17.74 21 33.87

Auditor Senior 15 24.19 26 41.94 41 66.13

Total 25 40.32 37 59.68 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.13 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 10 responden (16.13%) dan sangat setuju

terdapat 11 responden (17.74%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan

kuesioner yang bersikap setuju terdapat 15 responden (24.19%) dan sangat

setuju terdapat 26 responden (41.94%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.402 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada


(58)

8. Menghindari Hal-Hal yang Mempengaruhi Obyektifitas

Tabel 4.14

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menghindari Hal-Hal yang Mempengaruhi Obyektifitas

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat

Setuju Total

Perse

n Sig p

N % N % N %

0.50 2

Auditor Yunior 9 14.52 12 19.35 21 33.87

Auditor Senior 14 22.58 27 43.55 41 66.13

Total 23 37.10 39 62.90 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.14 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 9 responden (14.52%) dan sangat setuju

terdapat 12 responden (19.35%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan

kuesioner yang bersikap setuju terdapat 14 responden (22.58%) dan sangat

setuju terdapat 27 responden (43.55%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.502 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada


(59)

9. Bersikap Tegas dalam Menerapkan Prinsip, Nilai, dan Keputusan

Tabel 4.15

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Bersikap Tegas dalam Menerapkan Prinsip, Nilai, dan Keputusan

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat Setuju

Tot al

Pers en

Si g p

N % N % N % 0.246

Auditor

Yunior 7 11.29 14 22.58 21 33.87

Auditor

Senior 20 32.26 21 33.87 41 66.13

Total 27 43.55 35 56.45 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.15 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 7 responden (11.29%) dan sangat setuju

terdapat 14 responden (22.58%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan

kuesioner yang bersikap setuju terdapat 20 responden (32.26%) dan sangat

setuju terdapat 21 responden (33.87%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.246 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada


(60)

10. Bersikap Tegas Dalam Mengemukakan dan atau Melakukan Hal-Hal

Menurut Pertimbangan dan Keyakinan Perlu Dilakukan

Tabel 4.16

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Bersikap Tegas Dalam Mengemukakan dan atau Melakukan Hal-Hal Menurut Pertimbangan

dan Keyakinan Perlu Dilakukan

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat

Setuju Total

Perse

n Sig p

N % N % N %

0.30 3

Auditor Yunior 10 16.13 11 17.74 21 33.87

Auditor Senior 14 22.58 27 43.55 41 66.13

Total 27 38.71 38 61.29 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.16 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 10 responden (16.13%) dan sangat setuju

terdapat 11 responden (17.74%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan

kuesioner yang bersikap setuju terdapat 14 responden (22.58%) dan sangat

setuju terdapat 27 responden (43.55%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.303 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada


(61)

11. Bersikap Jujur dengan Tetap Memegang Rahasia yang Diperiksa

Tabel 4.17

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Bersikap Jujur dengan Tetap Memegang Rahasia yang Diperiksa

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat

Setuju Total

Perse

n Sig p

N % N % N %

0.53 4

Auditor Yunior 7 11.29 14 22.58 21 33.87

Auditor Senior 17 27.42 24 38.71 41 66.13

Total 27 38.71 38 61.29 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.17 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 7 responden (11.29%) dan sangat setuju

terdapat 14 responden (22.58%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan

kuesioner yang bersikap setuju terdapat 17 responden (27.42%) dan sangat

setuju terdapat 24 responden (38.71%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.534 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada


(62)

12. Menerapkan Prinsip Kehati-hatian, Ketelitian dan Kecermatan

Tabel 4.18

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menerapkan Prinsip Kehati-hatian, Ketelitian dan Kecermatan

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat Setuju

Tot al

Pers en

Si g p

N % N % N % 0.303

Auditor

Yunior 11 17.74 10 16.13 21 33.87

Auditor

Senior 27 43.55 14 22.58 41 66.13

Total 38 61.29 24 38.71 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.18 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 11 responden (17.74%) dan sangat setuju

terdapat 10 responden (16.13%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 27 responden (43.55%) dan sangat setuju

terdapat 14 responden (22.58%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.303 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada


(63)

13. Menyimpan Rahasia Negara dan Jabatan

Tabel 4.19

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menyimpan Rahasia Negara dan Jabatan

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat

Setuju Total

Perse

n Sig p

N % N % N % ~

Auditor Yunior 21 33.87 21 33.87

Auditor Senior 41 66.13 41 66.13

Total 62 100 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.19 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian sangat setuju terdapat 21

responden (33.87%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki jabatan

auditor senior yang memiliki penilaian sangat setuju terdapat 41 responden

(66.13%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = ~ atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada

perbedaan pemahaman tehadap kode etik.

14. Menghindari Pemanfaatan Rahasia Negara yang Diketahui karena Kedudkan


(64)

Tabel 4.20

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menghindari Pemanfaatan Rahasia Negara yang Diketahui karena Kedudkan atau Jabatannya untuk

Kepentingan Pribadi, Golongan atau Pihak Lain

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat

Setuju Total

Perse

n Sig p

N % N % N %

0.32 3

Auditor Yunior 9 14.52 12 19.35 21 33.87

Auditor Senior 23 37.10 18 29.03 41 66.13

Total 32 51.62 30 48.38 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.20 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 9 responden (14.52%) dan sangat setuju

terdapat 12 responden (19.35%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 23 responden (37.10%) dan sangat setuju

terdapat 18 responden (29.03%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.323 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada

perbedaan pemahaman tehadap kode etik.


(65)

Tabel 4.21

Tabulasi Silang Antara Jabatan dan Menghindari Perbuatan di Luar Tugas dan Kewenangannya

Jabatan

Penilaian

Setuju

Sangat

Setuju Total

Perse

n Sig p

N % N % N %

0.42 4

Auditor Yunior 8 12.90 13 20.97 21 33.87

Auditor Senior 20 32.26 21 33.87 41 66.13

Total 28 45.16 34 54.84 62 100

Sumber: Data Primer, 2011

Dari Tabel 4.21 terlihat bahwa dari 21 responden(33.87%) yang memiliki

jabatan auditor yunior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 8 responden (12.90%) dan sangat setuju

terdapat 13 responden (20.97%). Dari 41 responden (66.13%) yang memiliki

jabatan auditor senior yang memiliki penilaian terhadap pertanyaan kuesioner

yang bersikap setuju terdapat 20 responden (32.26%) dan sangat setuju

terdapat 21 responden (33.87%).

Hasil uji statistik menggunakan chi-square memperlihatkan bahwa nilai

signifikansi p = 0.424 atau> sig (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antara auditor senior (anggota tim senior, ketua tim senior, pengendali

teknis) dan auditor yunior (anggota tim yunior, ketua tim yunior) tidak ada

perbedaan pemahaman tehadap kode etik.

2. Pengujian Asumsi

Pengujian asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah


(66)

Pengujian ini dilakukan sesuai dengan model analisis yang akan digunakan

dalam pengujian hipotesis.

Pengujian normalitas sebaran dilakukan mengetahui bahwa:

1. Sampel telah dipilih dari populasi

2. Variabel yang dianalisis memenuhi criteria sebaran normal (distribusi

normal)

Tabel 4.22

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

NewKS2

N 62

Normal

Parametersa,,b

Mean .2642

Std. Deviation .00281

Most Extreme

Differences

Absolute .182

Positive .182

Negative -.173

Kolmogorov-Smirnov Z 1.431

Asymp. Sig. (2-tailed) .033


(67)

Pengujian ini menggunakan teknik analisis Kolmogrov Smirnov

Goodness of Fit Test. Hasil perhitungan computer menggunakan K-S.Z adalah 1,431 dengan mean sebesar 0,26 dan standar deviasi sebesar 0,00281.

Angka-angka perbedaan tertinggi untuk nilai positif adalah 0,182 dan untuk

nilai negative adalah -0,173. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

sebaran variable dependen yang dibandingkan dengan nilai reratanya

mengikuti distribusi normal.

Pengujian asumsi homogenitas varian antara kelompok ditujukan untuk

mengetahui masing-masing kelompok sampel berasal dari populasi yang

sama dan varian dari masing-masing kelompok adalah homogen atau tidak

berbeda secara signifikan. Hasil komputer menunjukkan nilai maksimum

varian 1,236, sedangkan uji F antar kelompok menunjukkan nilai 335,803

dengan p = 0,000.

Dengan membandingkan nilai p dari uji F suatu kelompok yang ternyata

lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa varians kedua sampel tersebut

adalah homogen.

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis di atas sebagaimana yang telah diuraikan, diuji dengan uji

rerata (distribusi t) dua arah untuk melihat perbedaan pemahaman antara

auditor yunior dan auditor senior dalam pelaksanaan kode etik. Adapun nilai


(68)

Tabel 4.23

Hasil Perhitungan Nilai Rerata Masing-Masing Kelompok

Jabatan Nilai

Rerata

Standar

Deviasi

Minimum Maksimum

Auditor

Yunior

4.63 0.49 92 105

Auditor

Senior

4.74 0.44 178 205

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2011

Dari table tersebut tampak bahwa kelompok auditor yunior memiliki nilai

rerata 4,63 dengan standar deviasi 0,49. Skor minimum adalah 92 dan skor

maksimum adalah 105. Kelompo auditor senior memiliki nilai rerata 4,74 dan

standar deviasi 0,44 dengan nilai minimum 178 dan nilai maksimum adalah

205.

Dari hasil pengolahan data, menunjukkan nilai t hitung 1,47 < t table

-1,671. Nilai p = 0,15 yang berarti lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan pemahaman kode


(69)

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor senior dan auditor yunior

memiliki perbedaan pemahamana terhadap kode etik, meskipun secara

deskriptif kedua kelompok tersebut memiliki pemahaman yang baik terhadap

kode etik yang ada di instansi Badan Pemeriksa Keuangan. Hal ini sudah

menunjukkan langkah yang baik perilaku akuntan untuk mencapai tanggung

jawab, kepentingan masyarkat, objektifitas dan independensi, keseksamaan,

lingkup dan sifat jasa.

Dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa adanya perbedaan pemahaman

antara auditor yunior dengan auditor senior, dimana auditor senior memiliki

pemahaman yang lebih besar mengenai penerapan kode etik akuntan yang

ada di instansi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)., dan profesionalisme.

Dengan demikian harapan dari visi BPK dapat tercapai yaitu menjadi

lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi

nilai – nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata

kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. Dalam hal ini

nilai-nilai dasar yang ada yaitu independensi, integritas

Adanya perbedaan tersebut lebih banyak dipengaruhi karena faktor

perbedaan pandangan antara auditor senior dan yunior mengenai pelaksanaan

kodeetik dalam penerapannya di lapangan.Perbedaan pemahaman terhadap

pelaksanaan kode etik ini juga disebabkan karena adanya sikap, motif,

kepentingan, pengalaman, dan pengharapan yang ingin dicapai oleh


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data diambil kesimpulan yang dapat menjawab

hipotesis penelitian sebelumnya. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut

hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pemahaman antara

auditor yunior dan senior terhadap pelaksanaan kode etik akuntan dalam hal

ini diterima. Perbedaan pemahaman tersebut lebih banyak dipengaruhi karena

faktor perbedaan sudut pandang antara praktisi dan akademisi mengenai

pelaksanaan kode etik dalam penerapannya di lapangan.

Perbedaan pemahaman antara auditor seior dan yunior dalam

pelaksanaan kode etik yaitu:

1. Melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Mendahulukan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi atau

golongan.

3. Menjunjung tinggi independensi, integritas, dan profesionalitas.

4. Menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas tempat bekerja.

5. Memegang sumpah dan janji jabatan.

6. Bersikap netral dan tidak berpihak.

7. Menghindari benturan kepentingan.

8. Menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi obyektivitas.


(71)

10. Melakukan hal-hal menurut pertimbangan dan keyakinannya perlu

dilakukan

11. Bersikap jujur dengan tetapmemgang rahasia yang diperiksa.

12. Menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan.

13. Menyimpan rahasia dan jabatan.

14. Menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan

atau jabatannya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain.

15. Menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti hanya melakukan objek penelitian hanya pada satu obyek

peneltian yaitu auditor badan pemeriksa keuangan.

2. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini belum mampu mewakili

keseluruhan auditor BPK Perwakilan SUMUT

C. Saran

1. Pada peneliti selanjutna diharapkan mampu menambah obyek penelitian

pada auditor pemerintah seperrti BPKP dan Inspektorat Jendral.

2. Peneliti berikutnya juga perlu memperluas populasi dan sampel sehingga


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Ananto, 2002. Persepsi Auditor Independen Terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia. Jurnal

Arens, Alvin A, James K. Loebbeck, 2000. Auditing: An Integrated Approach, Sixth Edition, Prentice Hall, New Jersey

Agoes, Sukrisno, 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan Oleh Kantor Akuntan Publik), Jilid I. Edisi Ketiga, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Indonesia, Jakarta

Aren, Elder, Beasley, 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Edisi Kesembilan, Terjemahan Tim Dejacarta, PT.Indeks, JilidI, Jakarta

Chua, F.C., M. H. B. Perera dan M. R. Mathews., 1994. Integration of Ethics into Tertiary Accounting Programmes in New Zealand and Australia. Dalam Accounting Education for the 21st Century : the Global Challenge, edited by Jane O. Burns dan Beivesd E. Needles Jr. Edition 1. Sn : International Association for Accounting Education and Research

Dimyati, Mahmud. M., 1990, Psikologi Suatu Pengantar, BPFE, Yogyakarta

Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis, Terbitan Pertama, USU Press, Medan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Departemen Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penelitian Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Medan.

Ghozali, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program Aplikasi SPSS, Undip, Semarang


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .387a 1 .534

Continuity Correctionb .120 1 .729

Likelihood Ratio .391 1 .532

Fisher's Exact Test .591 .367

Linear-by-Linear Association

.381 1 .537

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,13. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N

Perce

nt N

Perce

nt N

Perce nt

Golongan * Soal12

62 100.0 %

0 .0% 62 100.0


(2)

Golongan * Soal12 Crosstabulation Count

Soal12

Setuju

Sangat

Setuju Total

Golong an

Auditor Yunior

11 10 21

Auditor Senior

27 14 41

Total 38 24 62

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.062a 1 .303

Continuity Correctionb .570 1 .450

Likelihood Ratio 1.053 1 .305

Fisher's Exact Test .410 .224

Linear-by-Linear Association

1.045 1 .307

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,13. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N

Perce

nt N

Perce

nt N

Perce nt

Golongan * Soal13

62 100.0 %

0 .0% 62 100.0

%

Golongan * Soal13 Crosstabulation Count

Soal13

Sangat

Setuju Total

Golong an

Auditor Yunior

21 21

Auditor Senior

41 41

Total 62 62

Chi-Square Tests

Value

Pearson Chi-Square

.a N of Valid Cases 62

a. No statistics are computed because Soal13 is a constant.


(4)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N

Perce

nt N

Perce

nt N

Perce nt

Golongan * Soal14

62 100.0 %

0 .0% 62 100.0

%

Golongan * Soal14 Crosstabulation Count

Soal14

Setuju

Sangat

Setuju Total

Golong an

Auditor Yunior

9 12 21

Auditor Senior

23 18 41

Total 32 30 62

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .975a 1 .323


(5)

Likelihood Ratio .977 1 .323

Fisher's Exact Test .423 .236

Linear-by-Linear Association

.959 1 .327

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,16. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N

Perce

nt N

Perce

nt N

Perce nt

Golongan * Soal15

62 100.0 %

0 .0% 62 100.0

%

Golongan * Soal15 Crosstabulation Count

Soal15

Setuju

Sangat

Setuju Total

Golong an

Auditor Yunior

8 13 21

Auditor Senior

20 21 41


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .640a 1 .424

Continuity Correctionb .281 1 .596

Likelihood Ratio .645 1 .422

Fisher's Exact Test .590 .299

Linear-by-Linear Association

.630 1 .427

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,48. b. Computed only for a 2x2 table


Dokumen yang terkait

Penggunaan Aplikasi Perpustakaan SIPUSPA Pada Perpustakaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Sumatera Utara

7 115 43

PENGARUH SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR MENDETEKSI KECURANGAN (Studi pada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan DIY).

0 2 15

PERSEPSI AUDITOR TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA DITINJAU DARI LEVEL HIERARKIS AUDITOR PERSEPSI AUDITOR TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA DITINJAU DARI LEVEL HIERARKIS AUDITOR DALAM KANTOR AKUNTAN PUBLIK (Survei Pada Kantor Akuntan

0 0 16

PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIK PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN JAWA BARAT.

1 4 85

PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIK PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN JAWA BARAT.

0 1 40

PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIK PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN JAWA BARAT.

0 0 40

Pengaruh Penerapan Standar Auditing, Kode Etik, Kualitas Auditor Terhadap Pelaksanaan Audit Dan Implikasinya Pada Pendeteksian Fraud (Penelitian Pada Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat) The Effect Of Auditin

0 1 2

KODE ETIK, KARAKTERISTIK DAN PERTIMBANGAN ETIS AUDITOR(STUDI PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN).

0 0 16

KODE ETIK AKUNTAN ETIK AKUNTAN

0 4 5

PEMAHAMAN KODE ETIK PROFESI AKUNTAN ISLA

0 0 26