Studi Sistem Informasi Geografis (SIG) Bagi Perencanaan Penghijauan Di Kota Tebing Tinggi

(1)

DI KOTA TEBING TINGGI

SKRIPSI

Oleh:

ANDI SYAHPUTRA 111201003 MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

ABSTRACT

ANDI SYAHPUTRA: Study of Geographic Information Systems (GIS) For Greening Planning In Tebing Tinggi City. Supervised by ANITA ZAITUNAH and DENI ELFIATI

Urban areas known as hot atmosphere accompanied by air pollution, water and soil. Population growth is very large and is followed by the establishment of industrial zones and residential space resulting in a lack of vegetation. The purpose of this study was to identify areas that have the potential to be developed into greening areas using geographic information systems and applications using SPOT 5 satellite imagery.

The greening of vacant land is planned with the form of the greening of settlements with total area of 5,64 hectares. Greening planning on the green line is done with the form of greening the green line with a total length of 169,52 km with a suitable plant species are plant trees (Pterocarous indicus, Pithecelobium dulce, Polyalthia longifolia pendula, Cassiana siamea, Mimusops elengi and

Swetenia mahagoni) and shrubs (Ixora javanica, Codiaeum variegiatum, Bougenville glabra, andAchalypha wilkesiana). The greening planning is done by planting riparian vegetation in the river bank with a total length of 17,27 km to the vegetation on bamboo plants.


(3)

ABSTRAK

ANDI SYAHPUTRA: Studi Sistem Informasi Geografis (SIG) Bagi Perencanaan Penghijauan Di Kota Tebing Tinggi. Dibimbing oleh ANITA ZAITUNAH dan DENI ELFIATI

Kawasan perkotaan lebih dikenal dengan suasana lingkungan yang panas disertai dengan pencemaran udara, air dan tanah. Pertumbuhan penduduk yang sangat besar dan diikuti dengan pendirian kawasan industri dan pemukiman mengakibatkan kurangnya ruang penanaman vegetasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah penghijauan dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografis dan dengan memakai citra satelit SPOT 5.

Penghijauan di lahan kosong direncanakan dengan bentuk berupa penghijauan pemukiman penduduk dengan luas lahan 5,64 Ha. Perencanaan penghijauan di jalur hijau dilakukan dengan bentuk penghijauan jalur hijau dengan panjang total 169,52 km dengan jenis tanaman yang cocok adalah tanaman pepohonan (angsana, asam keranji, glodokan tiang, johar, tanjung dan mahoni ) dan perdu (asoka, puring-puringan, bunga kertas dan teh tahan pangkas). Perencanaan penghijauan di sempadan sungai dilakukan dengan penanaman vegetasi di sempadan sungai dengan panjang total 17,27 km dengan vegetasi rekomendasi tanaman bambu.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Studi Sistem Informasi Geografis (SIG) Bagi Perencanaan Penghijauan Di Kota Tebing Tinggi”.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui peranan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam perencanaan penghijauan di Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam merumuskan kebijakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam perencanaan penghijauan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Anita Zaitunah S.Hut., M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Dr. Deni Elfiati, SP, MP selaku anggota pembimbing, kepada orang tua dan

teman-teman atas waktu, bimbingan, arahan, doa, dukungan dan kesabarannya dalam proses penyelesaian penelitian ini.

Akhir kata, semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya penerapan teknologi penginderaan jarak jauh dan sistem informasi geografis dalam bidang ilmu kehutanan dan sebagainya.

Medan, Juni 2015

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR... . iv

DAFTAR TABEL ... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau ... 5

Lahan ... 6

Penginderaan Jauh ... 7

SIG (Sistem Informasi Geografis) ... 8

Penghijauan Kota ... 10

Manfaat Penghijauan Kota ... 11

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 12

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 13

Bahan dan Data ... 14

Tahapan Penelitian ... 14

Pengumpulan Data ... 14

Pengolahan Citra ... 15

Overlay ... 15

Digitasi Peta Dasar ... 15

Interpretasi Citra... 16

Cek Lapangan (Ground Check) ... 17

Metode Pengambilan Titik Koordinat ... 18

Analisis Citra ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Overlay ... 20

Digitasi Peta ... 21

Interpretasi Citra... 23

Cek Lapangan (Ground Check) ... 24

Analisis Citra ... 26


(6)

Perencanaan Penghijauan di Jalur Hijau ... 29

Perencanaan Penghijauan di Sempadan Sungai ... 31

Jenis Tanaman Penghijauan ... 33

Persepsi Masyarakat Terhadap Penghijauan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian... ... 13

2. Tahapan Penelitian... ... 19

3. Peta Administrasi Kelurahan Satria ... 20

4. Peta Digitasi Perencanaan Penghijauan ... 22

5. Dokumentasi Cek Lapangan (Ground Check)... 25


(8)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Hasil Digitasi Citra... ... 23 2. Penghijauan di Jalur Hijau ... 29 3. Jenis Tanaman yang Sesuai di Jalur Hijau ... 34


(9)

ABSTRACT

ANDI SYAHPUTRA: Study of Geographic Information Systems (GIS) For Greening Planning In Tebing Tinggi City. Supervised by ANITA ZAITUNAH and DENI ELFIATI

Urban areas known as hot atmosphere accompanied by air pollution, water and soil. Population growth is very large and is followed by the establishment of industrial zones and residential space resulting in a lack of vegetation. The purpose of this study was to identify areas that have the potential to be developed into greening areas using geographic information systems and applications using SPOT 5 satellite imagery.

The greening of vacant land is planned with the form of the greening of settlements with total area of 5,64 hectares. Greening planning on the green line is done with the form of greening the green line with a total length of 169,52 km with a suitable plant species are plant trees (Pterocarous indicus, Pithecelobium dulce, Polyalthia longifolia pendula, Cassiana siamea, Mimusops elengi and

Swetenia mahagoni) and shrubs (Ixora javanica, Codiaeum variegiatum, Bougenville glabra, andAchalypha wilkesiana). The greening planning is done by planting riparian vegetation in the river bank with a total length of 17,27 km to the vegetation on bamboo plants.


(10)

ABSTRAK

ANDI SYAHPUTRA: Studi Sistem Informasi Geografis (SIG) Bagi Perencanaan Penghijauan Di Kota Tebing Tinggi. Dibimbing oleh ANITA ZAITUNAH dan DENI ELFIATI

Kawasan perkotaan lebih dikenal dengan suasana lingkungan yang panas disertai dengan pencemaran udara, air dan tanah. Pertumbuhan penduduk yang sangat besar dan diikuti dengan pendirian kawasan industri dan pemukiman mengakibatkan kurangnya ruang penanaman vegetasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah penghijauan dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografis dan dengan memakai citra satelit SPOT 5.

Penghijauan di lahan kosong direncanakan dengan bentuk berupa penghijauan pemukiman penduduk dengan luas lahan 5,64 Ha. Perencanaan penghijauan di jalur hijau dilakukan dengan bentuk penghijauan jalur hijau dengan panjang total 169,52 km dengan jenis tanaman yang cocok adalah tanaman pepohonan (angsana, asam keranji, glodokan tiang, johar, tanjung dan mahoni ) dan perdu (asoka, puring-puringan, bunga kertas dan teh tahan pangkas). Perencanaan penghijauan di sempadan sungai dilakukan dengan penanaman vegetasi di sempadan sungai dengan panjang total 17,27 km dengan vegetasi rekomendasi tanaman bambu.


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan telah mengalami transformasi lingkungan fisik lahan yang semakin padat oleh berbagai infrastruktur sehingga berdampak terhadap kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan. Transformasi lingkungan fisik lahan tersebut apabila tidak diimbangi dengan pertambahan ruang terbuka hijau dapat menyebabkan menurunnya kualitas air dan udara, berkurangnya daerah tangkapan air (catchment area) dan meningkatnya pencemaran lingkungan, sehingga kota hanya maju secara ekonomi, namun mundur secara ekologi. Tebing Tinggi adalah kota yang sedang berkembang baik dari segi pembangunan, perekonomian, maupun penduduknya, dalam aktifitas pembangunan sejauh ini banyak terlihat penggunaan ruang yang semakin besar sehingga memicu menurunnya keberadaan ruang hijau, dimana pemerintah kota sepertinya kurang memperhatikan keberadaan ruang-ruang hijau di Kota Tebing Tinggi.

Ruang terbuka hijau memiliki manfaat yang sangat besar terhadap lingkungan perkotaan, baik dari segi ekologi maupun segi ekonomi. Hilangnya ekosistem sumberdaya lingkungan merupakan masalah ekonomi, karena hilangnya ekosistem berarti hilangnya kemampuan ekosistem tersebut dalam menyediakan barang dan jasa (Pranoto, 2009).

Areal lahan hijau di perkotaan merupakan bagian penataan ruang kawasan perkotaan yang memiliki manfaat kehidupan yang sangat tinggi, tidak saja dapat menjaga dan mempertahankan kualitas lingkungan tapi juga dapat menjadi kebanggaan identitas kota. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007


(12)

tentang Penataan Ruang, menyatakan bahwa penataan ruang perkotaan diselenggarakan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan dengan :

1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan ; 2. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber

daya buatan dengan memperhatikan sumber manusia ; dan

3. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negartif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Penghijauan kota dapat menciptakan suasana hutan di kawasan perkotaan karena penghijauan kota dapat memberikan beberapa manfaat yang sama dengan manfaat hutan seperti manfaat estetis, orologis, hidrologis, klimatologis, edaphis, ekologi, protektif, hygienis dan edukatif. Adapun tujuan penghijauan kota adalah untuk kelestarian, dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Dengan terciptanya suasana hutan di kawasan perkotaan melalui pelaksanaan penghijauan kota, maka permasalahan seperti suhu lingkungan yang panas dan sarat pencemaran dapat segera diatasi (Nazaruddin,1996).

Untuk mendapatkan sasaran dan tujuan yang maksimal, penghijauan kota harus dilaksanakan dengan yang terarah dan terpadu. Berdasarkan PP No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, penyelenggaraan penghijauan kota meliputi penunjukan, pembangunan, penetapan dan pengelolaan. Agar perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan berbagai sarana media yang mendukung kesuksesan rencana tersebut.

Pada saat ini telah banyak teknologi yang diciptakan dan diterapkan sebagai sarana serta media dalam mendukung suatu perencanaan. Sistem


(13)

Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu teknologi yang banyak digunakan dalam bidang kehutanan terutama dalam perencanaan kehutanan. Dalam menggunakan data berupa citra satelit, peta dasar dan data penunjang lainnya yang dikelola dengan menggunakan sistem berbasis komputer menjadikan sistem informasi geografis (SIG) sebagai teknologi yang memberikan kemudahan dan pemahaman yang baik bagi setiap perencana yang menggunakannya.

Sistem Informasi Geografis (SIG) akan mempermudah perencanaan penghijauan kota terutama dalam menentukan posisi geografis suatu lokasi dan menyajikan tampilan dari kawasan perkotaan tersebut. Pemanfaatan sistem informasi geografis (SIG) akan mendukung kelancaran perencanaan penghijauan kota, sehingga tujuan dan sasarannya akan tercapai.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penggunaan lahan Kota Tebing Tinggi sebagai lahan terbuka hijau 2. Bagaimana perencanaan penghijauan Kota Tebing Tinggi

Tujuan Penelitian

Secara lebih terperinci tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Memetakan lahan yang sesuai bagi ruang terbuka hijau di Kota Tebing Tinggi. 2. Membuat perencanaan penghijauan Kota Tebing Tinggi dengan analisis


(14)

Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam merumuskan kebijakan dalam perencanaan penghijauan

2. Sebagai sumber rujukan bagi kalangan akademisi dan dunia ilmu pengetahuan yaitu diperolehnya data-data perencanaan penghijauan di Kota Tebing Tinggi.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau adalah ruang terbuka baik dalam bentuk area kawasan maupun dalam bentuk area memanjang atau jalur yang penggunaanya lebih bersifat terbuka tanpa bangunan. Ruang terbuka hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian tanaman dan tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan lain sebagainya (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008).

Ruang terbuka hijau dengan fungsi ekologisnya bertujuan untuk menunjang keberlangsungan fisik suatu kawasan dimana ruang terbuka hijau tersebut merupakan suatu bentuk ruang terbuka hijau yang berlokasi, berukuran dan memiliki bentuk yang pasti di dalam suatu kawasan. Sedangkan ruang terbuka hijau untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan ruang terbuka hijau pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kawasan tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur (Syahriar, 2013).

Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun seara tidak terbatas dalam kurun waktu yang tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka hijau seperti taman kota, hutan dan sebagainya (Utomo, 2004).

Kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hijau tidak dapat dipungkiri terlebih bagi masyarakat perkotaan dengan tingkat berbagai macam polusi dan tingkat kehidupan penduduk yang tinggi. Undang-undang No 26 Tahun 2007


(16)

menyebutkan bahwa luas ideal Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) minimal 30% dai luas kawasan kota.

Lahan

Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaanya, sedangkan tanah hanya merupakan satu aspek dari lahan. Konsep lahan meliputi iklim, tanah, hidrologi, bentuk lahan, vegetasi, dan fauna, termasuk di dalamnya akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas manusia baik masa lampau maupun masa yang akan datang (Young, 1981 dalam Hafidzh, 2013).

Karakteristik lahan tidak dapat berperan secara sendiri-sendiri, akan tetapi lebih sering merupakan gabungan antara karakteristik secara berkaitan. Kombinasi berbagai karakteristik lahan menentukan atau mempengaruhi perilaku lahan (kualitas lahan), yakni bagaimana ketersediaan air, perkembangan akar, peredaran udara, kepekaan terhadap erosi, ketersediaan hara dan sebagainya (Arsyad, 1989)

Penggunaan lahan (land use) merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan dan terkait dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan tertentu. Menurut pendapat Muyani (2010) mengenai penutupan lahan, yaitu perwujudan secara visual dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap objek tersebut.

Menurut Arsyad (1989) penggunaan lahan diartikan seagai bentuk invervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kehidupannya baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan dibagi kedalam dua kelompok utama yaitu penggunaan lahan pertanian dan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam tegakan, sawah, kebun karet, hutan


(17)

produksi dan sebagainya. Sedangkan pengguanaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya.

Penggunaan lahan secara umum (major kinds of land use) adalah penggunaan lahan secara umum, seperti pemukiman, lahan pertanian, padang rumput, kehutanan, ataupun daerah rekreasi. Penggunaan lahan secara umum biasanya digunakan untuk evaluasi lahan secara kualitatif atau dalam survey tinjau (reconaissance). Klasifikasi kesesuaian lahan atau kemampuan merupakan pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaian lahan atau kemampuannya untuk tujuan penggunaan tertentu (Rayes, 2007)

Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data berupa informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jauh tanpa sentuhan fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna menghasilkan data yang bermanfaat untuk aplikasi dibidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan dan bidang-bidang lainnya (Wolf, 1993).

Tujuan penginderaan jauh ialah untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan.Informasi tentang objek disampaikan pengamat melalui energi elektromagnetik yang merupakan pembawa informasi dan sebagai penghubung komunikasi. Oleh karena itu menganggap bahwa data penginderaan jauh pada dasaranya merupakan informasi intensitas panjang gelombang yang perlu diberikan kodenya sebelum informasi tersebut dapat dipahami secara penuh. Proses pengkodean ini setara dengan interpretasi citra penginderaan jauh yang


(18)

sangat sesuai dengan pengetahuan secara umum mengenai sifat-sifat radiasi elektromagnetik (Wolf, 1993).

Pada berbagai hal, penginderaan jauh dapat diartikan sebagai suatu proses membaca. Dengan menggunakan berbagai sensor dapat mengumpulkan data dari jarak jauh yang dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang objek, daerah atau fenomena yang diteliti. Pengumpulan data dari jarak jauh dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk variasi agihan daya, agihan gelombang bunyi atau agihan energi elektromagnetik (Howard,1996).

Dalam penginderaan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh permukaan bumi. Rekaman tenaga ini setelah diproses membuahkan data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh tersebut dapat berupa data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer, namun dapat berupa data visual yang pada umumnya dianalisis dengan menggunakan komputer, namun dapat berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data visual ini dibedakan lagi menjadi data citra dan non citra.Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya atau paling tidak gambaran planimetrik. Sedangkan data non citra pada umumnya berupa garis atau grafik (Wibowo dkk, 1994)

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan seperangkat sistem atau alat untuk membuat, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menvisualisasikan, men-query, mentransformasi, memanggil kembali, menampilkan dan menganalisis informasi dikaitkan dengan posisi pada permukaan bumi (georeferensi). Sistem Informasi Geografis (SIG) juga dapat dikatakan sebagai sistem pendukung keputusan (decision support system) yang computerized, yang


(19)

melibatkan integrasi data spasial dalam memecahkan masalah lingkungan. Sistem Informasi Geografis (SIG) juga mempunyai kemampuan untuk melakukan teknik analisis spasial misalnya buffering, overlaying, dan lain-lain (Howard, 1996).

Dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) terdapat berbagai peran dari berbagai unsur, baik manusia sebagai ahli dan sekaligus operator, perangkat alat (lunak/keras) maupun objek permasalahan. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer untuk melakukan pengolahan data seperti :

1. Perolehan dan verifikasi 2. Kompilasi

3. Penyimpanan

4. Pembaruan dan perubahan 5. Manajemen dan pertukaran 6. Manipulasi

7. Penyajian 8. Analisis (Wolf, 1993)

Sistem Informasi Geografi membantu mengurangi kesalahan oleh manusia dan menghilangkan tugas-tugas pemetaan dan penggambaran, lebih cepat dan efisien dalam memberikan informasi spasial termasuk beberapa jenis peta. Selanjutnya dikatakan walaupun dalam pengoperasiannya lebih mudah, sistem ini memerlukan keperluan yang mendasar yang membuatnya mahal, dalam hal ini pembuatan data dasarnya karena biasanya data spasial yang siap dipakai tidak tersedia. Penggunaan setiap Sistem Informasi Geografi akan tergantung terutama pada jenis, ketelitian dan detail masukan data yang dimiliki (Howard, 1996)


(20)

Penghijauan Kota

Penghijauan kota dapat didefenisikan sebagai penghijauan yang dilaksanakan di daerah perkotaan yang menjadi usaha dari masyarakat sendiri yang bekerjasama dengan pihak pemerintah setempat. Penghijauan kota dapat juga diartikan sebagai suatu upaya untuk menanggulangi berbagai penurunan kualitas lingkungan (Nazaruddin, 1996).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2002 tentang dana reboisasi, penghijauan dapat didefenisikan sebagai upaya pemulihan lahan kritis di luar kawasan hutan secara vegetatif dan sipil teknis untuk mengembalikan fungsi lahan. Menurut Setiawan (2000), penghijauan adalah suatu usaha yang meliputi kegiatan-kegiatan penanaman tanaman keras, rerumputan, serta pembuatan teras dan bangunan pencegah erosi lainnya diareal yang tidak termasuk areal hutan negara atau areal lain yang berdasarkan rencana tata guna lahan diperuntukkan sebagai hutan.

Pelaksanaan penghijauan di perkotaan bukan asal jadi, tujuan pelaksanaannya harus jelas sehingga diperlukan suatu pemikiran dan kerja keras perencana penghijauan di perkotaan agar terwujud suatu kota yang berwawaskan lingkungan. Penghijauan kota bertujuan mewujudkan sutau kawasan hunian yang berwawasan lingkungan, suasana yang asri, serasi dan sejuk berusaha ditampilkan kembali. Gedung perkantoran, rumah hunian, sarana umum, daerah aliran sungai, jalan raya, dan tempat lain di kota ditanami dengan aneka pepohonan. Hal ini dapat terjadi bila ada keseimbangan antara ketersediaan ruang terbuka hijau dengan ketersediaan ruang terbangun (Nazaruddin, 1996).


(21)

Manfaat Penghijauan Kota

Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (2008), manfaat ruang terbuka hijau adalah:

1. Sebagai areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan keserasian penyangga kehidupan.

2. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan kehidupan lingkungan.

3. Sebagai sarana rekreasi.

4. Sebagai pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam pencemaran baik di darat, perairan maupun udara termasuk limbah cair yang dihasilkan manusia.

5. Sebagai sarana pendidikan maupun penelitian serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan.

6. Sebagai tempat perlindungan plasma nutfah.

7. Sebagai sarana untuk mempengaruhi maupun memperbaiki iklim mikro. 8. Sebagai pengatur tata air karena dapat menyimpan air tanah 900 m3/ tahun/

hektar dan mampu mentransfer 4000 liter air / hari / hektar yang berarti dapat mengurangi suhu udara 50C – 80C.

9. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah yang rusak akibat pembangunan maupun bencana alam.

10. Sebagai sumber oksigen sebesar 0.6 ton/hektar/hari yang cukup untuk konsumsi 1500 jiwa


(22)

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kota Tebing Tinggi berada posisi 3019’ 00” - 30 21’ 00” Lintang Utara dan 908’ 11” - 908’ 21’’ Bujur Timur, dengan ketinggian 18-34 m dari permukaan laut dan berada jalur lalu lintas Sumatera. Luas Kota Tebing Tinggi adalah 38,438 km2 dengan batas sebagai berikut :

Utara : PTPN III, Kabupaten Serdang Bedagai

Timur : PT. Socfindo, Kebun Tanah Besi, Kabupaten Sedrdang Bedagai Selatan : PTPN IV, Kebun Pabatu, Kabupaten Serdang Bedagai

Barat : PTPN III, Kebun Bandar Jambu, Kabupaten Serdang Bedagai

Kota Tebing Tinggi adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Suamtera Utara, yang berjarak 78 kilometer dari Kota Medan. Hingga Desember 2012 Kota Tebing Tinggi terbagi atas 35 Kelurahan dan 5 Wilayah Kecamatan, Yaitu Kecamatan Padang Hilir, Kecamatan Padang Hulu, Kecamatan Rambutan, Kecamatan Bajenis, Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Kecamatan Padang Hilir merupakan kecamatan terluas dengan luas 11,441 km2 atau 29,7 persen dari luas Kota Tebing Tinggi. Sebagian besar (45,55 persen) lahan di Kota Tebing Tinggi digunakan sebagai lahan pertanian (BPS, 2013).


(23)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian di lapangan, pengolahan data dan penyajian hasil. Penelitian dilaksanakan di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara. Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Bahan dan Data

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Citra Satelit SPOT (Satellite Pour l’Observtion de la Terre) tahun rekaman 2013 2. Peta administrasi Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara.

3. Data dasar yaitu kondisi umum wilayah penelitian, yang mencakup kondisi fisik lapangan (letak geografis, luas wilayah, tanah) kondisi sosial masyarakat (kepadatan penduduk, sarana dan prasarana, penggunaan lahan, sosial budaya).

Data yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Personal Computer (PC) dengan perangkat lunak (software) Arc GIS 10.1 version

sebagi alat untuk membantu dalam mendisplay dan mengolah data.

2. Global Positioning System (GPS) sebagai alat bantu dalam menentukan titik koordinat di lapangan.


(24)

4. Kamera sebagai alat bantu dalam melihat kondisi umum di lapangan. 5. Alat tulis menulis sebagai alat bantu dalam hal pencatatan data.

Tahapan Penelitian 1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder, yaitu :

1. Pengumpulan data primer

Diperoleh dari pengambilan 54 titik koordinat yang tersebar di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara.

2. Data-data sekunder

Diperoleh dari berbagai instansi dan studi literatur, terdiri dari:

1. Data spasial : Citra Satelit SPOT 5 yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Sumatera Utara dan peta digital Kota Tebing Tinggi yang diperoleh dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Provinsi Sumatera Utara.

2. Data non spasial : Data kondisi umum Kota Tebing Tinggi yang diperoleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tebing Tinggi dan studi literatur dari berbagai sumber.


(25)

(26)

2. Pengolahan Citra - Overlay

Setelah dilakukan digitasi pada citra langkah selanjutnya adalah overlay yaitu, penggabungan citra (overlay) dengan peta digital Kota Tebing Tinggi untuk memperoleh tampilan obyek pada citra yang disertai dengan informasi koordinat lokasi objek. Pada tahap ini akan diperoleh peta geografis yang disertai dengan atribut-atributnya. Kegiatan dari penggabungan (overlay) ini menggunakan teknologi komputer dengan perangkat lunak Arc Gis 10.1

- Digitasi Peta Dasar

Citra yang sudah dikoreksi kemudian dapat diklasifikasikan dengan metode

digitasi on screen untuk mengelompokkan dan mengenali kembali segala kenampakan obyek yang berhasil ditangkap oleh alat sensor citra satelit. Langkah selanjutnya setelah citra dikoreksi adalah dengan mendigit daerah-daerah yang dianggap masih berpotensi untuk dihijaukan kembali ataupun daerah yang sudah ada dan tetap untuk dipertahankan.

Digitasi ini dilakukan untuk mengubah data spasial analog dari peta dasar yang digunakan ke dalam format peta digital yaitu penerjemah dalam koordinat. Peta Kota Tebing Tinggi kemudian di identifikasi secara visual. Kemudian diamati daerah yang masih kosong atau belum ada tanamannya. Daerah ini dapat diketahui dengan tanda berwarna coklat. Kemudian diamati seluruh wilayah Kota Tebing Tinggi dan di lakukan pendigitasian citra daerah yang berwarna coklat.


(27)

- Interpretasi citra

Interpretasi citra dilakukan dengan metode penafsiran visual yang didasarkan pada kunci interpretasi visual yang menggunakan elemen-elemen interpretasi citra yaitu: warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, lokasi dan asosiasi. Gedung besar dan kecil dapat dibedakan dengan memperhatikan ukuran dan bentuknya. Perumahan dapat ditentukan dengan memperhatikan bentuk, asosiasi dan pola dari penyusunan letaknya yang terdapat dipinggir jalan besar maupun jalan kecil. Jalan besar dan kecil ditentukan dengan memperhatikan bentuk, ukuran dan asosiasinya yang berada di dekat gedung maupun perumahan.

Sungai memiliki tekstur permukaan air yang seragam dengan rona yang gelap jika airnya jernih, atau cerah jika keruh. Arah aliran sungai ditandai oleh bentuk sungai yang lebar pada bagian muara, pertemuan sungai memiliki sudut lancip sesuai arah aliran. Sungai besar dan kecil dapat dilihat diidentifikasi dengan memperhatikan warnanya yang biasa berwarna biru dengan bentuk yang memanjang dengan ukuran lebar yang berbeda-beda. Sungai dapat melintas di daerah perumahan, jalan besar dan kecil maupun di daerah yang bervegetasi. Setiap obyek yang melintas diatas sungai dapat dipastikan adalah jembatan. Hal ini dapat ditentukan dengan menggunakan elemen lokasi atau situs.

Pohon dan vegetasi kecil dapat ditentukan dengan memperhatikan warnanya yang berwarna hijau, bentuk tajuknya yang bulat dan polanya yang menyebar atau mengumpul membentuk hutan ataupun mengumpul membentuk suatu perkebunan. Pohon dan vegetasi kecil dapat dibedakan dari teksturnya, dimana tekstur vegetasi kecil lebih halus daripada tekstur pepohonan. Sedangkan lahan kosong diidentifikasi


(28)

dengan memperhatikan warnanya yang coklat yang membuktikan tidak adanya vegetasi atau tumbuhan hijau yang tumbuh disekitarnya.

Kegiatan penafsiran ini bertujuan untuk mendapatkan lokasi penghijauan yang sesuai dengan syarat penghijauan dilaksanakan. Pada tahap ini ditentukan posisi koordinat dari setiap objek yang diinterpretasi.

- Cek lapangan (Ground Check)

Dari hasil interpretasi citra harus disesuaikan dengan kondisi lapangan yang sebenarnya sehingga perlu dilakukan pengecekan lapangan. Pengecekan lapangan ini dilakukan dengan menggunakan alat Global Positioning System (GPS), dimana fungsinya dapat menetukan keberadaan lokasi contoh tersebut. Kesesuaian lokasi hasil interpretasi dapat diketahui dengan mencocokkan koordinat lokasi hasil interpretasi citra dengan koordinat pada GPS.

3. Metode Pengambilan Titik Koordinat

Mengingat populasi penelitian tersebar tidak merata, maka perlu dilakukan pengambilan sampel guna mengatasi keterbatasan sumber daya yang digunakan dalam penelitian ini (tenaga, waktu, biaya). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang bersumber dari populasi penelitian.

Purposive sampling adalah pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Metode purposive sampling ini digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu penelitian. Langkah penarikan sampel dalam penelitian ini selengkapnya adalah sebagai berikut:


(29)

1. Menentukan areal (kelurahan) yang dijadikan daerah penelitian. Penentuan dilakukan secara purposive sampling dengan desain judgement sampling yaitu dengan melihat sebaran kawasan yang potensial untuk dihijaukan dan kawasan hijau yang sudah ada agar tetap dipertahankan yang diketahui dari hasil analisis secara visual pada citra tutupan lahan Kota Tebing Tinggi. Hasil analisis ditetapkan Kelurahan Satria menjadi areal yang dijadikan daerah penelitian.

2. Dari areal yang terpilih sebagai daerah penelitian, diambil data koordinat lokasi dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) diambil 50 titik sampel yang tersebar di Kelurahan Satria, 3 titik di Kelurahan Sri Padang, dan 1 titik di Kelurahan Tambangan. Pengambilan titik diluar kelurahan didasari oleh pertimbangan lokasi tersebut potensial untuk dilakukan penghijauan.

- Analisis citra

Citra satelit SPOT 5 yang telah di overlay, kemudian diinterpretasi secara penafsiran visual dan telah dicek kebenaran objek-objeknya dalam cek lapangan, dianalisis untuk mendapatkan kesesuaian koordinat dan lokasi penghijauan dengan bentuk-bentuk penghijauan. Pada tahap ini juga dilakukan perhitungan luas dari keseluruhan lokasi tersebut. Lokasi penghijauan yang telah ditentukan dianalisis bentuk-bentuk penghijauan yang sesuai dengan lokasi tersebut berdasarkan persyaratan penentuan lokasi penghijauan Kota Tebing Tinggi. Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 2.


(30)

.

Gambar 2. Tahapan Penelitian Kota Tebing Tinggi

Survei

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

- Peta Administrasi - Buku-buku, - Literatur, - Jurnal-jurnal Overlay

Interpretasi Digitasi

Ground Check

Analisis Citra


(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Overlay

Pengolahan citra diawali dengan menentukan areal kelurahan yang akan dijadikan daerah penelitian. Setelah ditentukan daerah penelitian tahap selanjutnya dilakukan penggabungan (overlay) yang dilakukan adalah dengan menggabungkan citra satelit SPOT 5 Kelurahan Satria dengan peta digital administrasi Kota Tebing Tinggi. Penggabungan peta dilakukan dengan tujuan untuk menyesuaikan nilai geografis yang ada pada kedua peta tersebut. Penggabungan (overlay) dilakukan dengan menggunakan software ArcGis 10.1. Pada penggabungan citra satelit dan peta administrasi. Hasil dari penggabungan ini menghasilkan peta geografis Kelurahan Satria, Kota Tebing Tinggi beserta atributnya. Hasil penggabungan peta administrasi Kelurahan Satria dan Citra Satelit SPOT 5 disajikan pada Gambar 3.

Digitasi Peta

Citra yang sudah dikoreksi kemudian dapat diklasifikasikan dengan metode

digitasi on screen untuk mengelompokkan dan mengenali kembali segala kenampakan obyek yang berhasil ditangkap oleh alat sensor citra satelit. Kenampakan citra dalam penyajian data dipengaruhi oleh resolusi. Citra satelit SPOT 5 mempunyai resolusi 10x 10 m, oleh karena itu obyek yang ukurannya lebih kecil dari 10 m tidak dapat dikenali. Langkah selanjutnya setelah citra dikoreksi adalah dengan mendigit daerah-daerah yang dianggap masih berpotensi untuk dihijaukan kembali ataupun daerah yang sudah ada dan tetap untuk dipertahankan.


(32)

(33)

Digitasi ini dilakukan untuk mengubah data spasial analog dari peta dasar yang digunakan ke dalam format peta digital yaitu penerjemah dalam koordinat (x,y). Peta Kelurahan Satria, Kota Tebing Tinggi di identifikasi secara visual. Kemudian diamati daerah yang masih kosong atau belum ada tanamannya. Daerah ini dapat diketahui dengan tanda berwarna coklat. Kemudian diamati seluruh Kelurahan Satria dan di digit di citra daerah yang berwarna coklat.

Menurut pendapat Muyani (2010) mengenai penutupan lahan, yaitu perwujudan secara visual dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap objek tersebut. Pengamatan citra secara visual dilakukan untuk mengenali kembali tutupan lahan yang ada di Kelurahan Satria. Secara visual citra Kelurahan Satria dikelompokan menjadi 3 jenis tutupan lahan utama yaitu pemukiman (bangunan), vegetasi (pohon, semak belukar, perkebunan campuran dan sawah) dan tanah kosong (areal tanah yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan produktif, baik kegiatan non pertanian maupun pertanian). Hasil dari proses digitasi dapat dilihat pada Gambar 4.


(34)

(35)

Dari hasil pengamatan secara visual Kelurahan Satria terbagi menjadi 3 kelas tutupan lahan dominan. Luas tutupan lahan Kelurahan Satria yang telah di digitasi dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Hasil Digitasi Citra

No Tutupan Lahan Luas (Ha)

1 Vegetasi 52,44

2 Pemukiman 31,78

3 Tanah Kosong 5,64

Total 90,20

Interpretasi Citra

Interpretasi citra satelit SPOT 5 Kelurahan Satria dilakukan dengan metode penafsiran visual yang didasarkan pada kunci interpretasi visual yang menggunakan elemen-elemen interpretasi citra yaitu: warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, lokasi dan asosiasi. Proses Interpretasi menghasilkan kenampakan yang jelas dari citra sehingga pengelompokan objek yang terekam dapat dikenali. Adapun obyek-obyek pada citra SPOT 5 yang dapat diinterpretasi adalah :

a. Perkantoran f. Sungai

b. Rumah Sakit g. Jembatan

c. Perumahan h. Pepohonan

d. Jalan Besar i. Lahan Kosong


(36)

Cek Lapangan (Ground Check)

Resolusi spasial citra satelit SPOT 5 yang mencapai 10 x 10 m, memberikan kenampakan obyek pada citra hampir sama dengan yang ada di lapangan. Oleh karena itu, kegiatan cek lapangan menjadi lebih mudah karena lokasi pada peta yang akan dicek kelihatan dengan jelas. Lokasi yang dicek menjadi lebih tepat dengan melakukan penyesuaian koordinat lokasi pada peta dengan koordinat lokasi di lapangan pada GPS.

Citra satelit SPOT 5 Kelurahan Satria, Kota Tebing Tinggi ini direkam dengan tahun pengambilan pada tahun 2013. Setelah dilakukan pengecekan lapangan di tahun 2015, situasi dan kondisinya ada perubahan dengan keadaan yang ada pada citra. Terdapat 3 lokasi tanah kosong yang telah dikonversi menjadi perumahan tetapi perubahan tidak terjadi secara signifikan. Pengecekan lapangan dilakukan dengan mencocokan nilai koordinat lokasi pada peta dengan nilai koordinat di lapangan pada GPS. Selain itu hal lain yang sangat diperhatikan adalah keberadaan vegetasi pada lokasi yang akan dibuat sebagai tempat penghijauan. Hasil kegiatan cek lapangan disajikan pada Gambar 5.


(37)

(iii) (iv) Gambar 5. Dokumentasi Ground Check

(i). Tanah Kosong . (ii). Ruang Terbuka Hijau. (iii) Bantaran Sungai (iv) Pemukiman

Berdasarkan fakta di lapangan, umumnya lokasi yang dicek adalah jalan, bantaran sungai, RTH dan pemukiman. Pada jalan umum masih sedikit yang ditanami vegetasi berpohon yang tumbuh di sekitar jalan maupun di median jalan. Ada juga beberapa jalur hijau yang vegetasinya sudah tidak berdaun dan mati. Selain itu dapat juga dijumpai pada sempadan jalan, dan median jalan yang sama sekali belum ada ditanami tumbuhan hijau. Vegetasi pada lokasi jalur hijau yang sudah ada (existing) didominasi oleh pohon mahoni, tanjung dan bunga kertas. Pada lokasi penghijauan sempadan sungai tidak banyak ditemukan vegetasi. Hanya di dominasi rumput dan semak belukar.

Lokasi penelitian masih tergolong daerah yang cukup seimbang dari segi kehijauannya. Tetapi seiring berjalannya waktu dan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan membuat daerah-daerah yang dulunya hijau semakin terancam berubah menjadi daerah pemukiman atau daerah industri. Keterbatasan luasan kota versus kemajuan pembangunan kota. Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang


(38)

terus tumbuh sering mengubah konfigurasi alami lahan / bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kondisi seperti ini di lapangan didokumentasikan dengan menggunakan kamera digital.

Analisis Citra

Dalam melakukan analisis citra, dapat dilakukan secara digital dan visual, Howard (1996) mendefenisikan analisis citra visual sebagai aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi yang tergambar di dalam citra tersebut untuk tujuan identifikasi objek.

Pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua proses yaitu proses penemuan identitas objek dan elemen yang dideteksi pada citra dan proses untuk menemukan arti pentingnya objek dan elemen tersebut. Sedangkan unsur-unsur interpretasi citra terdiri dari rona, warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi dan konvergensi bukti (Lo, 1996) dalam Susanto (1994).

Citra SPOT 5 tahun 2013 merupakan citra yang belum diolah dan bukan hanya mencakup kelurahan Satria saja, tetapi juga mencakup seluruh kelurahan yang ada di Kota Tebing Tinggi dan sebagian Kabupaten Deli Serdang. Untuk memperoleh citra Kelurahan Satria sebagai lokasi penelitian, dilakukan pemotongan citra (subset) dengan menggunakan software Arcgis 10.1. Tahap selanjutnya dilakukan koreksi geometris untuk mendapatkan tampilan citra yang lebih jelas. Perlu dilakukan pengamatan kondisi lapangan (ground check) untuk mengamati setiap obyek yang ada di citra dan membuktikan bahwa kondisi di lapangan sesuai dengan kondisi yang ada di citra ataupun untuk mendapatkan kesesuaian koordinat dan lokasi penghijauan


(39)

serta bentuk-bentuk penghijauan. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 54 titik yang tersebar di Kelurahan Satria yang dianggap dapat mewakili daerah yang masih berpotensi untuk dilakukan penghijauan.

Dari analisis citra satelit dan pengecekan lapangan (ground check) yang telah dilakukan. Perencanaan penghijauan di sarankan dilakukan pada 3 lokasi yaitu perencanaan penghijauan di tanah kosong, penghijauan di jalur hijau dan penghijuan di sempadan sungai.

Perencanaan Penghijauan Di Tanah Kosong

Daerah hijau merupakan daerah yang sangat penting pada saat ini untuk dikembangkan. Karena daerah hijau sangat banyak manfaatnya dirasakan pada saat ini mengingat daerah perkotaan yang semakin lama bertambah padat oleh karena jumlah penduduk yang semakin bertambah. Saat ini suhu permukaan bumi sudah sangat panas diakibatkan karena semakin sedikitnya daerah hijau di bumi dan semakin sulitnya ditemukan lahan yang ingin dihijaukan kembali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nazaruddin (1996), penghijauan kota bertujuan mewujudkan sutau kawasan hunian yang berwawasan lingkungan, suasana yang asri, serasi dan sejuk berusaha ditampilkan kembali. Oleh karena itu perencanaan penghijauan ini perlu dicanangkan. Peta perencanaan penghijauan disajikan pada Gambar 6.


(40)

(41)

Hasil dari identifikasi penelitian ini diketahui lahan kosong 5,64 ha dan lahan hijau (vegetasi) 52,48 ha. Dari lahan kosong yang didapat berupa tanah lapang, lahan non pertanian serta lahan tidur yang tidak terurus. Begitu juga dengan lahan hijau yang ada di daerah penelitian yang masih ada berupa lahan budidaya seperti ladang dan kebun campuran. Daerah-daerah di Kelurahan Satria ini masih tergolong daerah yang berkembang. Hal ini dilihat dari kondisi umum masyarakat setempat yang memiliki tanah yang ingin dikonversi menjadi tempat pemukiman yaitu berupa rumah maupun dijadikan kompleks perumahan.

Bentuk penghijauan yang cocok untuk dibuat di daerah lokasi adalah bentuk penghijauan pemukiman penduduk. Karena daerah lahan kosong yang ada di daerah penelitian merupakan daerah dekat pemukiman penduduk dan terpisah-pisah di berbagai tempat. Adapun daerah yang lain berada di pekarangan rumah penduduk dan di belakang rumah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nazaruddin (1996) yang mengatakan halaman atau pekarangan rumah penduduk merupakan ruang terbuka hijau yang cocok untuk dilakukan penghijauan. Lokasi ini sesuai apabila ruang terbuka tersebut memadai untuk dilakukan penanaman pepohonan atau tanaman hias. Pemukiman penduduk yang padat dan sarat tanpa ada halaman atau pekarangan dapat melakukan penghijauan dengan cara melakukan penanaman tanaman di dalam pot.

Perencanaan Penghijauan Di Jalur Hijau

Penghijauan di jalur hijau maksudnya adalah penghijauan yang dilakukan di sekitar jalan seperti median jalan sempadan jalan. Dari hasil penelitian terdapat


(42)

beberapa jalan utama yang kondisi tanaman dan kondisi penghijauannya sudah perlu diperbaiki dan ditambah lagi. Dan terdapat beberapa jalan yang tidak memiliki penghijauan. Kelurahan Satria memiliki 3 jalan utama yang ramai dilalui oleh pengguna jalan. Hasil pengukuran jalan yang dapat dilakukan kegiatan penghijauan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Penghijauan di jalur Hijau

No Nama Jalan Panjang Jalan (km) Keterangan

1 Jalan Sudirman 14,07 Jalan Besar

2 Jalan Juanda 96,70 Jalan Besar

3 Jalan Setia Budi 58,75 Jalan Besar

Total 169,52

Penghijauan di jalur hijau penting dilakukan karena manfaatnya yang banyak. Dari tabel 2 di atas, hasil penelitian ini di dapat panjang jalan 169,52 km. yang terdiri dari jalan Sudirman 14,07 km, jalan Juanda 96,70 km, dan jalan Setia Budi 58,75 km

Bentuk penghijauan yang cocok untuk jalan adalah bentuk penghijauan jalur hijau ini sesuai dengan pernyataan Nazaruddin (1996), Penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon dibagian jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di tengah jalan untuk jalan raya maupun di kanan kiri jalan. Jalan protokol umumnya lebar dan terang dengan pandangan tidak terhalang. Biasanya di jalan protokol dilengkapi lampu jalan yang tidak boleh terhalangi oleh pepohonan yang terlalu rimbun, sehingga jalan protokol tidak boleh ditanami dengan vegetasi


(43)

secara penuh. Jenis tanaman yang biasa di lokasi ini dapat berupa rumput, bunga-bungaan, atau tanaman hias kecil.

Dengan adanya data diatas, maka akan didapatkan pula suatu bentuk penghijauan di tengah kota dengan bentuk penghijauan di jalur hijau. Karena penghijauan yang direncanakan berbentuk jalur maka sesuai dengan pernyataan Iwan (2005) yang menyatakan bentuk penghijauan kota dikelompokkan dalam 3 bentuk yaitu :

1. Bergerombol atau menumpuk, yaitu hutan kota dengan komunitas vegetasinya terkonsentrasi pada suatu areal dengan jalan vegetasinya minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan.

2. Menyebar, yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu, dengan komunitas vegetasinya tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk rumput atau gerombolan-gerombolan kecil.

3. Berbentuk jalur, yaitu komunitas vegetasinya tumbuh pada lahan yang berbentuk jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentuk sungai, jalan, dan pantai.

Perencanaan Penghijauan Di Sempadan Sungai

Sempadan sungai adalah kawasan tertentu sepanjang kiri atau kanan sungai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007). Pada lokasi penelitian dilalui oleh sungai padang yang bermuara ke selat malaka dengan panjang aliran sungai yang melalui Kelurahan Satria 17,27 km dan lebar yang bervariatif dari 34 meter


(44)

hingga 50 meter. Dari hasil identifikasi di lapangan di dapatkan kondisi bantaran sungai yang minim vegetasi hanya ada rumput dan tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Spesies) seperti pisang, mangga, dan tanaman ubi kayu.

Upaya perencanaan penghijauan di sepadan sungai sangat perlu dilakukan dikarenakan fungsi buffer dari bahaya banjir. Penyempitan alur sungai akibat bantaranya banyak digunakan untuk pemukiman penduduk juga menjadi salah satu penyebab banjir. Idealnya lahan di sepanjangan daerah aliran sungai (DAS) ini ditertibkan dan diperuntukannya kembali sebagai jalur area terbuka hijau minimal paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 meter (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai).

Menurut Rahma (2011), penanaman pohon peneduh dan tanaman bambu bisa dipertimbangkan, mengingat vegetasi jenis ini sangat potensial untuk dikembangkan. Bambu dapat menyerap karbon dioksida lebih banyak dari tumbuhan lainnya yaitu sekitar 35% karena bambu merupakan tumbuhan paling aktif yang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat sehingga bisa mencapai dua atau sampai tiga kali perhari. Selama pertumbuhan, bambu tidak membutuhkan penyubur atau pestisida supaya berkembang lebih baik, sehingga bambu dapat menstabilkan tanah dan menahan erosi ketika tumbuh di daerah pinggiran sungai. Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat. Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini menjaga sistem


(45)

hidrologis sebagai pengijat tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi.

Disamping fungsi ekologi pemilihan bambu sebagai tanaman penghijauan di sempadan sungai juga memberi manfaat lain pada masyarkat yang ada disekitaran bantaran sungai. Bambu dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan rumah tangga yang dapat di pasaran dan menjadi tambahan sampingan bagi masyarakat sekitar sungai. Pengelolaan sungai dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan fungsi sungai yang berkelanjutan.

Jenis Tanaman Penghijauan

Dilihat dari tanaman yang ditanam (existing) di jalan daerah penelitian didominasi oleh tanaman pepohonan seperti mahoni, tanjung, dan tanaman hias. Jika diamati dari fungsinya tanaman yang ditanam pada jalur hijau baik di tepi kiri jalan maupun di tepi kanan jalan mengarah pada fungsi pelindung dan keindahan. Pohon mahoni dan tanjung yang memiliki cabang yang banyak dan kayu yang keras serta tajuk yang lebar banyak ditemukan di daerah Jalan Setia budi dan Jalan Juanda. Tanaman jenis ini mampu melindungi dari cahaya matahari dan juga mampu menapis bau dan menyerap partikel timbal yang sesuai menurut Peraturan Menteri Kehutanan (2004). Pemilihan jenis ini sangatlah cocok karena fakta di lapangan ditemukan bahwa akar mahoni tidak merusak bahu jalan. Ini merupakan bukti bahwa jenis tanaman ini sudah disarankan untuk jenis tanaman penghijauan di pinggir jalan.


(46)

Tanaman hias banyak dijumpai di median jalan Sudirman. Pemilihan jenis ini sudah sesuai dikarenakan penanaman dilakukan di median jalan, sehingga tidak mengganggu pengguna jalan dan tetap memberikan kesan indah dan teduh.

Penentuan jenis tanaman sangat perlu diperhatikan dengan tipe dan fungsi serta penghijauan dari tanaman itu sendiri. Adapun fungsi penghijauan akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan itu sendiri. Oleh karena itu Rizal (2002) membuat suatu tabulasi jenis tanaman yang sesuai untuk dibuat penghijauan di jalur hijau yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Tanaman Penghijauan Yang Sesuai Di Jalur Hijau

(Sumber : Rijal, 2002)

No Jenis tanaman Nama Latin Tinggi (m) Fungsi A Perdu

1. Asoka Ixora javanica 0,5 – 2,0 Estetika 2. Bunga kertas Bougenville

glabra

0,5 – 2,0 Estetika 3. Puring puringan Codiaeum

variegiatum

0,5 – 2,0 Estetika 4. Teh-tahan pangkas Achalypha

wilkesiana

0,5 -2,0 Estetika B. Pohon

1. Angsana Pterocarous indicus

4,0 – 7,0 Pelindung 2. Asam keranji Pithecelobium

dulce

8,0 – 11 Estetika 4. Glondongan tiang Polyalthia

longifolia pendula

0,5 – 9,0 Estetika

5. Johar Cassiana

siamea

4,0 – 7,0 Pelindung

6. Tanjung Mimusops

elengi

7,0 – 10 Pelindung

7. Mahoni Swetenia

mahagoni


(47)

Berdasarkan hasil tabulasi jenis tanaman penghijaun yang sesuai di jalur hijau pada Tabel 3. Diketahui bahwa tanaman berpohon jenis ini mempunyai fungsi lain Haryani (2011), pohon angsana selain mampu menyerap polusi udara dalam kapasitas yang tinggi, pohon angsana juga dapat dimanfaat lain seperti menjadi tanaman obat untuk penderita diare dengan mengekstrak daun mudanya dan meminumnya. Tanaman angsana yang selama ini telah ditanam di lingkungan perkotaan, sudah berfungsi baik sebagai tanaman peneduh jalan, penyejuk, penyaman dan dapat mengurangi pencemaran udara khususnya NO dan SO2.

Pemilihan jenis pohon penghijauan yang sesuai juga dilihat sisi ekologi nya seperti pada pohon mahoni, tanjung dan johar adalah pohon yang memiliki tingkat perawatan yang rendah dan memiliki kemampuan penyerapan polusi udara yang tinggi. Disamping fungsi utama yang didapat pemilihan juga ditentukan berdasarkan manfaat lain yang didapat dari pohon penghijauan. Pohon penghijauan diatas juga memiliki perakaran yang baik dalam mempertahankan air sehingga jenis pohon diatas sesuai dikembangkan di jalur hijau.

Pada pemilihan pohon yang tidak memiliki pemanfaatan ganda, pemilihan didasari pada fungsi estetika. Dari hasil penelitian (Putri,dkk 2013) pohon glodokan mampu mengabsorsi massa CO2 (32,90 mg / 50 ml). Selain kemampuan penyerapan karbon pohon glodokan juga memiliki kenampakan bentuk yang indah sehingga dapat menciptakan kesan asri pada jalur hijau. Pada pohon asam keranji pemilihan didasarkan atas fungsi estetika dan kemudahan dalam perawatannya.


(48)

Pada jenis perdu sangat cocok di tanam di median jalan disamping memberi kesan indah dan sejuk. Pemilihan jenis perdu ini cocok dikarenakan tidak mengganggu para penggguna jalan, tanaman jenis tersebut adalah bunga kertas, asoka, puring puringan serta teh tahan pangkas. Jenis perdu ini juga tidak memerlukan begitu perawatan yang rumit.

Persepsi Masyarakat Terhadap Penghijauan

Peran Masyarakat menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri ditengah masyarakat sesuai dengan hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan penataan ruang.

Berdasarkan data statistik pada tahun 2013 jumlah kepala keluarga yang berada di Kelurahan Satria berjumlah 1090 Kepala Keluarga (KK). Perolehan data persepsi masyarakat terhadap penghijauan didapat dengan melakukan wawancara kepada 30 orang masyarakat yang ada di Kelurahan Satria yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepedulian masyarakat Kelurahan Satria secara khusus terhadap penghijauan.

Setelah dilakukan wawancara ringan kepada masyarakat didapat beberapa kesimpulan yaitu:

1. Tingkat kepedulian masyrakat di kelurahan cukup tinggi, hal ini dibenarkan dengan keadaan lingkungan yang asri dan tertata rapi di beberapa lokasi


(49)

2. Keantusiasan masyarakat terhadap penghijauan lebih didasarkan tingkat komersialisasi vegetasi yang di tanam.

3. Perencanaan penghijauan dalam bentuk jalur hijau lebih di minati oleh masyarakat Kelurahan Satria, dikarenakan manfaat ekologi dan estetika lebih dirasakan oleh masyarakat.


(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perencanaan penghijauan di Kelurahan Satria berupa perencanaan penghijauan di lahan kosong, perencanaan penghijauan di jalur hijau dan perencanaan pengijauan di sempadan sungai

2. Perencanaan penghijauan di lahan kosong direncanakan dalam dengan bentuk berupa pemukiman penduduk dengan luas lahan 5,64 ha. Perencanaan penghijauan di jalur hijau direncanakan pada 3 jalan utama kelurahan dengan panjang total 169,52 km. Dengan jenis pepohonan yang sesuai (angsana, glodokan tiang, tanjung dan mahoni) dan jenis perdu (asoka, puring puringan, bunga kertas, dan teh tahan pangas). Perencanaan penghijauan di sempadan sungai direncanakan dengan panjang total 17,27 km dengan rekomendasi tanaman bambu

Saran

Diharapkan dalam melakukan penelitian dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan bantuan perangkat lunak seperti Arc Gis harus didukung dengan Personal Computer (PC) spesifikasi tinggi. Penelitian perencanaan tingkat perkotaan harus membutuhkan citra yang detail dengan cakupan yang luas dan sumber yang memadai.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Swadaya Informasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Tebing Tinggi Dalam Angka. Tebing Tinggi Budianto, E. 2002. System Informasi Geografis Menggunakan Arc View GIS.

Penerbit Andi. Yogyakarta

Hafidzh, M. 2013. Evaluasi Tutupan Kota Pematang Siantar. Skripsi. Manajemen Hutan. Universitas Sumatera Utara

Haryani, D. 2011. Pohon Ramah Lingkungan dan Anti Polusi. E-journal. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

Howard, J. A. 1996. Penginderaan Jauh Untuk Sumber Daya Hutan Teori dan Aplikasi. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Iwan. 2005. Penghijaun Perkotaan dan Manfaatnya Bagi Lingkungan Kota. Bogor Rahma, I. 2011. Upaya Penghijauan dan Pelestarian. Diakses dari

ht

Rayes, L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi. Yogyakarta

Rijal, S. 2002. Inventarisasi Dan Evaluasi Kesesuaian Jenis Tanaman Dengan Bentuk Dan Tipe Hutan Kota. Universitas Hasanuddin Press. Makasar

Muyani, M. 2010. Konversi Lahan Pertanian dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya di Kabupaten Bandung Utara. Skripsi. Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 38 Tahun 2011 Tentang Sungai

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan


(52)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2002. Tentang Dana Reboisasi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002. Tentang Hutan

Putri, AR. Lila, KA. Dan Nyoman GA. 2013. Studi Tanaman Penghijauan Glodokan Tiang (Polythea longifolia),Kasia Emas (Cassia surattensis), Kelapa (Cocos nucifera) sebagai Penyerap Emisi Gas Karbondioksida E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Universitas Udayana. Denpasar

Pranoto S. A. 2009. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Setiawan, A. I. 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penerbit Penebar

Swadaya. Jakarta

Susanto. 1994. Penginderaan Jauh. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Syahriar, H. 2013. Analisis Ruang Terbuka Hijau Pada Wilayah Perkotaan. Penerbit Cipta Pustaka. Jakarta

Undang-Undang No 26 tahun 2007 Tentang Penataaan Ruang

Utomo. H. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap. Bumi Aksara. Jakarta Wibowo, A, Djamaluddin, R. Dan Hendrato ,G. 1994. Remote Sensing And Geografic

Information System. BPPT AgencyFor Assesment and Application of Technology. Jakarta


(53)

LAMPIRAN

Lampiran1. Titik Koordinat Berdasarkan Pengecekan Lapangan (Ground Check)

Dengan GPS

No Latitude Longitude Y_Proj X_Proj Tutupan Lahan Altitude

0. 3.335508 99.16146 95645274.2 239365022.9 Sempadan Sungai 45.35

1. 3.335032 99.16187 95630421.5 239363705.5 Sempadan Sungai 41.04

2. 3.335957 99.16107 95659326.4 239366346.7 Sempadan Sungai 38.73

3. 3.336107 99.16001 95667804.7 239374176.4 Pertanian Campur 38.34

4. 3.336027 99.15882 95670491.1 239384074.3 Pemukiman 38.02

5. 3.333354 99.15701 95603918.5 239409579.9 Pertanian Campur 38.58

6. 3.332031 99.15859 95560795.6 239402327.6 Tanah Terbuka 35.79

7. 3.333787 99.16021 95602757.9 239382108.6 Pemukiman 33.31

8. 3.336901 99.16091 95686091.7 239363703.3 Sempadan Sungai 31.87

9. 3.336605 99.1627 95670572.2 239350619.1 Pertanian Campur 32.17

10. 3.338284 99.15917 95731557.3 239372031 Kebun Cacao 33.89

11. 3.340899 99.15495 95821275.8 239395060.4 Badan Jalan 34.95

12. 3.341208 99.15445 95831921.2 239397863.7 Badan Jalan 34.6

13. 3.342382 99.15551 95860056.9 239384520.9 Kebun Karet 34.49

14. 3.342364 99.15553 95859455.6 239384394.5 Kebun Karet 33.69

15. 3.342474 99.15603 95860446.8 239379939.1 Pemukiman 34.54

16. 3.342159 99.15543 95854183.8 239386024.4 Badan Jalan 34.84

17. 3.344162 99.1572 95902377.2 239363644.5 Pemukiman 35.2

18. 3.341052 99.15908 95808535.2 239361336.4 Pemukiman 36.1

19. 3.340808 99.16136 95792381.1 239344014.2 Badan Jalan 39.98

20. 3.340454 99.16268 95777186.6 239334948.5 Pertanian Campur 38.61

21. 3.343864 99.16028 95881446.2 239340170 Pertanian Campur 35.03

22. 3.344001 99.16184 95878794.2 239327055.5 Badan Jalan 36.91

23. 3.345375 99.16105 95920081.2 239327747.9 Pemukiman 23

24. 3.346389 99.15938 95955019.9 239336954.5 Badan Jalan 23.23

25. 3.34842 99.16249 95998406.4 239303644.3 Tanah Terbuka 24.78

26. 3.345641 99.16265 95920835.5 239313789.7 Pemukiman 26.63

27. 3.345545 99.1634 95915106.2 239308203.2 Tanah Terbuka 27.38

28. 3.345542 99.1643 95911308 239300982.9 Pertanian Campur 32.29

29. 3.344641 99.16577 95880344.1 239292946.7 Badan Jalan 30.99

30. 3.346129 99.16596 95920725 239285278.8 Badan Jalan 33.23

31. 3.343703 99.16577 95854381.1 239296792.6 Pemukiman 32.58

32. 3.342728 99.16561 95828068.4 239302104.7 Pemukiman 34.7

33. 3.341715 99.16545 95800694.7 239307556 Tanah Terbuka 33.63


(54)

35. 3.336827 99.164 95671343.3 239339216.8 Badan Jalan 29.32

36. 3.338091 99.16037 95721257 239363151.5 Tanah Terbuka 28.75

37. 3.342259 99.16842 95803504.2 239281455.4 Badan Jalan 28.88

38. 3.340431 99.16662 95760321.7 239303399.7 Pemukiman 29.33

39. 3.339255 99.1667 95727465.7 239307625.8 Pemukiman 29.84

40. 3.339243 99.16671 95727072 239307554.9 Badan Jalan 29.99

41. 3.339242 99.16671 95727052.5 239307575 Pemukiman 29.99

42. 3.338223 99.16691 95698026.7 239310151.8 Pemukiman 27.92

43. 3.339525 99.1656 95739451.7 239315320.5 Pemukiman 28.86

44. 3.342604 99.16051 95845592.8 239343448.6 Pemukiman 29.08

45. 3.334587 99.16265 95614891.5 239359260.8 Badan Jalan 38.32

46. 3.335191 99.16319 95629389.9 239352441.4 Tanah Terbuka 36.05

47. 3.334381 99.16412 95603145.5 239348300.7 Pemukiman 35.48

48. 3.334247 99.16468 95597133.2 239344351.5 Tanah Terbuka 36.47

49. 3.335704 99.16364 95641746.2 239346733.4 Pemukiman 32.61

50. 3.336467 99.16484 95657928.2 239333959.2 Pemukiman 33.06

51. 3.336997 99.16443 95674286.2 239335077.8 Pemukiman 34.03

52. 3.337796 99.16473 95695188.5 239329428.7 Pemukiman 34.1


(55)

Lampiran 2. Gambaran Lokasi Penutupan Lahan Kelurahan Satria

No Tutupan Lahan Koordinat Keterangan

1. 03020’07,88”N,099009’41,3”E Sempadan

Sungai

2. 03020’03,3”N, 099009’52,8”E Pertanian

Campur


(56)

Lampiran 2. Lanjutan

No Tutupan Lahan Koordinat Keterangan

4. 03020’12,6”N, 099009’50,4”E Tanah

Terbuka

5. 03020’38,4”N, 099009’42,6”E Jalan

6. 03020’32,5”N, 099009’19,9”E Kebun


(57)

Lampiran 2. Lanjutan

No Tutupan Lahan Koordinat Keterangan

7. 03020’16,9”N,099009’26,0”E Kebun

Sawit

8. 03020’17,8”N, 099009’33,0”E Kebun

Cacao

9. 03020’17,1”N, 099009’37,3”E Tanah


(58)

(1)

LAMPIRAN

Lampiran1. Titik Koordinat Berdasarkan Pengecekan Lapangan (Ground Check) Dengan GPS

No Latitude Longitude Y_Proj X_Proj Tutupan Lahan Altitude

0. 3.335508 99.16146 95645274.2 239365022.9 Sempadan Sungai 45.35

1. 3.335032 99.16187 95630421.5 239363705.5 Sempadan Sungai 41.04

2. 3.335957 99.16107 95659326.4 239366346.7 Sempadan Sungai 38.73

3. 3.336107 99.16001 95667804.7 239374176.4 Pertanian Campur 38.34

4. 3.336027 99.15882 95670491.1 239384074.3 Pemukiman 38.02

5. 3.333354 99.15701 95603918.5 239409579.9 Pertanian Campur 38.58

6. 3.332031 99.15859 95560795.6 239402327.6 Tanah Terbuka 35.79

7. 3.333787 99.16021 95602757.9 239382108.6 Pemukiman 33.31

8. 3.336901 99.16091 95686091.7 239363703.3 Sempadan Sungai 31.87

9. 3.336605 99.1627 95670572.2 239350619.1 Pertanian Campur 32.17

10. 3.338284 99.15917 95731557.3 239372031 Kebun Cacao 33.89

11. 3.340899 99.15495 95821275.8 239395060.4 Badan Jalan 34.95

12. 3.341208 99.15445 95831921.2 239397863.7 Badan Jalan 34.6

13. 3.342382 99.15551 95860056.9 239384520.9 Kebun Karet 34.49

14. 3.342364 99.15553 95859455.6 239384394.5 Kebun Karet 33.69

15. 3.342474 99.15603 95860446.8 239379939.1 Pemukiman 34.54

16. 3.342159 99.15543 95854183.8 239386024.4 Badan Jalan 34.84

17. 3.344162 99.1572 95902377.2 239363644.5 Pemukiman 35.2

18. 3.341052 99.15908 95808535.2 239361336.4 Pemukiman 36.1

19. 3.340808 99.16136 95792381.1 239344014.2 Badan Jalan 39.98

20. 3.340454 99.16268 95777186.6 239334948.5 Pertanian Campur 38.61

21. 3.343864 99.16028 95881446.2 239340170 Pertanian Campur 35.03

22. 3.344001 99.16184 95878794.2 239327055.5 Badan Jalan 36.91

23. 3.345375 99.16105 95920081.2 239327747.9 Pemukiman 23

24. 3.346389 99.15938 95955019.9 239336954.5 Badan Jalan 23.23

25. 3.34842 99.16249 95998406.4 239303644.3 Tanah Terbuka 24.78

26. 3.345641 99.16265 95920835.5 239313789.7 Pemukiman 26.63

27. 3.345545 99.1634 95915106.2 239308203.2 Tanah Terbuka 27.38

28. 3.345542 99.1643 95911308 239300982.9 Pertanian Campur 32.29

29. 3.344641 99.16577 95880344.1 239292946.7 Badan Jalan 30.99

30. 3.346129 99.16596 95920725 239285278.8 Badan Jalan 33.23

31. 3.343703 99.16577 95854381.1 239296792.6 Pemukiman 32.58

32. 3.342728 99.16561 95828068.4 239302104.7 Pemukiman 34.7

33. 3.341715 99.16545 95800694.7 239307556 Tanah Terbuka 33.63


(2)

35. 3.336827 99.164 95671343.3 239339216.8 Badan Jalan 29.32

36. 3.338091 99.16037 95721257 239363151.5 Tanah Terbuka 28.75

37. 3.342259 99.16842 95803504.2 239281455.4 Badan Jalan 28.88

38. 3.340431 99.16662 95760321.7 239303399.7 Pemukiman 29.33

39. 3.339255 99.1667 95727465.7 239307625.8 Pemukiman 29.84

40. 3.339243 99.16671 95727072 239307554.9 Badan Jalan 29.99

41. 3.339242 99.16671 95727052.5 239307575 Pemukiman 29.99

42. 3.338223 99.16691 95698026.7 239310151.8 Pemukiman 27.92

43. 3.339525 99.1656 95739451.7 239315320.5 Pemukiman 28.86

44. 3.342604 99.16051 95845592.8 239343448.6 Pemukiman 29.08

45. 3.334587 99.16265 95614891.5 239359260.8 Badan Jalan 38.32

46. 3.335191 99.16319 95629389.9 239352441.4 Tanah Terbuka 36.05

47. 3.334381 99.16412 95603145.5 239348300.7 Pemukiman 35.48

48. 3.334247 99.16468 95597133.2 239344351.5 Tanah Terbuka 36.47

49. 3.335704 99.16364 95641746.2 239346733.4 Pemukiman 32.61

50. 3.336467 99.16484 95657928.2 239333959.2 Pemukiman 33.06

51. 3.336997 99.16443 95674286.2 239335077.8 Pemukiman 34.03

52. 3.337796 99.16473 95695188.5 239329428.7 Pemukiman 34.1


(3)

Lampiran 2. Gambaran Lokasi Penutupan Lahan Kelurahan Satria

No Tutupan Lahan Koordinat Keterangan

1. 03020’07,88”N,099009’41,3”E Sempadan

Sungai

2. 03020’03,3”N, 099009’52,8”E Pertanian

Campur


(4)

Lampiran 2. Lanjutan

No Tutupan Lahan Koordinat Keterangan

4. 03020’12,6”N, 099009’50,4”E Tanah

Terbuka

5. 03020’38,4”N, 099009’42,6”E Jalan

6. 03020’32,5”N, 099009’19,9”E Kebun


(5)

Lampiran 2. Lanjutan

No Tutupan Lahan Koordinat Keterangan

7. 03020’16,9”N,099009’26,0”E Kebun

Sawit

8. 03020’17,8”N, 099009’33,0”E Kebun

Cacao

9. 03020’17,1”N, 099009’37,3”E Tanah


(6)

Dokumen yang terkait

Perencanaan Penghijauan Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) (Studi Kasus Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

6 84 63

Perencanaan Lokasi Pendidikan Slta Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Kota Tanjungbalai

1 40 103

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

3 29 65

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 11

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 2

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 4

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 14

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 2

Studi Sistem Informasi Geografis (SIG) Bagi Perencanaan Penghijauan Di Kota Tebing Tinggi

0 0 8

STUDI PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA TEBING TINGGI

0 1 12