12. Perjanjian Royalti adalah antara pengarang dan penerbit, sedangkan Hak
Cipta adalah Hak Pengarang yang bisa diurus oleh pengarang dengan mendaftarkannya ke Departement Kehakiman dan HAM, Direktorat Hak
Cipta. Penerbit tidak mengurus Hak Cipta karena Hak Cipta adalah urusan pengarang kecuali naskah tersebut telah dibeli oleh Penerbit dan sepenuhnya
menjadi hak milik penerbit. Tidak banyak buku yang didaftarkan Hak Ciptanya oleh pengarang, biasanya buku-buku yang sangat terkenal atau buku
yang bakal dibutuhkan terus yang didaftarkan Hak Ciptanya oleh pengarang.
2.7 Pengadaan Naskah
Penerbitan buku akan berjalan dengan lancar bila ada naskah. Naskah merupakan bahan baku penerbit yang utama. Naskah, tentu saja ditulis oleh penulis
oleh penulis atau pengarang. Dengan demikian, pengarang, naskah, dan penerbitan merupakan tiga bagian yang tak terpisahkan. Ketiganya merupakan degup jantung
yang menghidupkan penerbit. Penerbit harus mengetahui buku-buku apa saja yang dibutuhkan oleh
pembaca, karena itu penerbit membutuhkan langkah-langkah yang berarti, dimana langkah yang pertama adalah mencari buku yang harus diterbitkan dalam bidangnya,
contohnya adalah buku-buku sekolah dasar, maka dari itu buku yang dibutuhkan adalah buku banyak menunjang pelajaran , naskah yang ditulis harus dapat
disesuiakan apabila terjadi penyempurnaan kurikulum, keluesan peyajian isi naskah perlu diperhatikan, dsatu segi kedalaman dan keluasan badan. Metodologi dan sistem
evaluasinya harus sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku serta urutan penyajian bahan disesuiakan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Langkah kedua adalah mencari pengarang yang mampu menulis buku yang dimaksud. Menurut Paembonan 1990: 30 pengarang yang ditunjuk setidak-tidaknya
memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1.
Menguasai ilmu dan materi pelajaran yang akan ditulis. 2.
Memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologi belajar, didaktik, dan metodik pengajaran yang bersangkutan .
Universitas Sumatera Utara
3. Memiliki pengalaman mengajar dalam mata pelajaran yang akan ditulisnya.
4. Memiliki kemahiran dan pengalaman menulis buku.
Akan tetapi, sejalan dengan semakin ketatnya persaingan antar penerbit, maka cara lama dengan menunggu naskah ini sudah mulai ditinggalkan. Penerbit
sudah mulai gesit mencari gagasan dan mewujudkannya menjadi buku. Dalam badan penerbitan, tugas mengadakan naskah ini dibedakan kepada penyunting, khususnya
penyunting pengada naskah. Adapun yang harus diperhatikan dalam pengadaan naskah ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber Naskah
Naskah yang terbaru harus dicari oleh seorang penyunting, ia dapat menemukan gagasan naskah melalui pameran buku, reuni, pertemuan antar pakar
bidang ilmu tertentu dan lain sebagainya. Maka dicarilah penulis yang mampu menuangkan gagasannya itu dalam bentuk tertulis. Penulis dapat diketahui dari daftar
nma pengarang yang sesui dengan daftar penulispengarang yang dimiliki penerbit. Selain itu dapat pula dengan cara mencari pengrang buku sejenis yang telah beredar.
Cara lain untuk mendapatkan naskah adalah penerbit melakukan seyembara mengarang ataupun menghubungi langsung orang yang ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan yang tertentu. Penggunaan buku berbahasa asing dibutuhkan penerjemah naskah. Seorang
penerjemah harus menguasai bahasa asing tersebut dengan baik. Penerbitan harus pandai memilih judul serta memilih penerjemah yang berkemampuan baik dan
mendapatkan izin penerjemahan dari pemilik hak cipta buku yang asli. 2.
Penilain Naskah Penyunting bertugas menentukan apakah sebuah naskah akan diterima untuk
diterbitkan atau ditolak. Penyunting menilai naskah antara lain dari isinya, cakupannya, penyusunan isi, cara penyajian dan bahasa. Bila penyunting tidak dapat
member penilain tentang isi dan cakupan naskah, maka ia dapat meminta bantuan
Universitas Sumatera Utara
seorang penelaah ataupun pakar dalam bidang ilmu yang berhubungan dengan buku tersebut.
2.8 Penyuntingan