Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina dan Kontribusinya Terhadap Nutrisi di Perairan Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP NUTRISI DI PERAIRAN PANTAI SERAMBI DELI KECAMATAN PANTAI LABU
SKRIPSI
RONALD FADLI NAIBAHO 100302064
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP NUTRISI DI PERAIRAN PANTAI SERAMBI DELI KECAMATAN PANTAI LABU
SKRIPSI
OLEH :
RONALD FADLI NAIBAHO 100302064
Skripsi Sebagai Salah Satu diantara beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina dan Kontribusinya Terhadap Nutrisi di Perairan Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu


Nama Mahasiswa : Ronald Fadli Naibaho

NIM

: 100302064

Program Studi

: Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua
Mengetahui

Ani Suryanti, S.Pi, M.Si Anggota

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RONALD FADLI NAIBAHO. Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina dan Kontribusinya Terhadap Nutrisi di Perairan Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu. Dibimbing oleh YUNASFI dan ANI SURYANTI. Serasah mangrove yang mengalami dekomposisi memberikan sumbangan bahan organik yang merupakan sumber pakan bagi berbagai jenis ikan dan organisme lain di ekosistem mangrove. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui laju dekomposisi daun serasah mangrove A.marina dan mengetahui kandungan unsur hara karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) pada serasah A.marina yang dilepas selama proses dekomposisi. Penelitian dilakukan di Pantai Serambi Deli Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014. Penentuan stasiun penelitian menggunakan metode purposive sampling pada tiga stasiun dengan penentuan stasiun berdasarkan ketersediaan jenis mangrove A.marina di Pantai Serambi Deli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju dekomposisi serasah daun A.marina pada hari ke 105 yaitu pada stasiun I bernilai 9,76 stasiun II bernilai 6,24 dan stasiun III bernilai 7,28. Laju dekomposisi tercepat ialah pada stasiun I dengan nilai 9,76 dan laju dekomposisi terlama terdapat pada stasiun II dengan nilai 6,24. Kandungan unsur hara karbon selama proses dekomposisi 105 hari yaitu stasiun I sebesar 20,45%, stasiun II sebesar 15,15% dan stasiun III sebesar 26,5%. Unsur hara nitrogen yang terdekomposisi pada hari ke 105 yaitu stasiun I sebesar 0,29%, stasiun II sebesar 0,51% dan stasiun III sebesar 0,38%. Kandungan unsur hara fosfor selama proses dekomposisi 105 hari yaitu stasiun I 0,19%, stasiun II 0,23% dan stasiun III 0,26%. Kata kunci : Pantai Serambi Deli, Dekomposisi, Avicennia marina
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RONALD FADLI NAIBAHO. The Rate of Leaf Litter Decomposition Avicennia marina Litter Leaf and The Contibution of the nutrition in Serambi Deli Beach Pantai Labu Sub-distric. Under supervision of YUNASFI and ANI SURYANTI. The Litter mangrove which has been decomposed gave organic matter contributes a food source for many species of fish and other organisms in the mangrove ecosystem. The purpose of this research is to know the rate of leaf litter decomposition A.marina and to know the nutrient content of carbon (C), nitrogen (N) and phosphorus (P) in the A.marina litter leaf which been released during the decomposition time. This research was done at Serambi Deli Beach Deli Serdang Regency, North Sumatera Province during July until November 2014. This research used purposive sampling method at three stations and the determination of the station is done by seeing the availability of A.marina at the Serambi Deli Beach. The results showed that the decomposition rate of A.marina litter leaf on day 105 are 9,76 in stasiun I 6,24 in station II and 7,28 in III station. The fastest decomposition rate is the station I with 9.76 and the slowest decomposition rate is the station II with 6,24. The nutrient of carbon during decomposition in 105 days are 20,45% at station I, 15,15% at station II and 26,5% at station III. Nutrient of nitrogen which been decomposed on day 105 are 0,29% in station I, 0,51% in station II and 0,38% in station III. Nutrient of phosphorus during decomposition in 105 days are 0,19% in station I, 0,23% in station II and 0,26% in station III. Keywords : Serambi Deli Beach, Decomposition, Avicennia marina
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 3 Oktober 1992. Anak dari pasangan Bapak Achmad Naibaho dan Ibu Roslenny Piliang merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara.
Pendidikan formal pertama diawali di TK-A Asy-Syakirin, Medan pada tahun 1997 dan dilanjutkan di SD Swasta Markus Medan pada tahun 1998-2004. Bersamaan dengan berakhirnya pendidikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP N 18 Medan dan selesai pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMK Telkom Sandhy Putra Medan dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif sebagai pengurus PEMA (Pemerintahan Mahasiswa) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara sebagai anggota bidang Kemahasiswaan tahun 2014 dan sebagai anggota bidang Humas IMASPERA (Ikatan Mahasiswa Manajeman Sumberdaya Perairan) periode tahun 2011/2012 dan 2012/2013. Penulis pernah menjadi asisten Laboratorium Dasar Oseanografi dan Pengelolaan Lingkungan Pesisir pada tahun 2012, penulis pernah magang di UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan dan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Karantina
Universitas Sumatera Utara

Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I pada tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dengan baik. Hasil penelitian ini membahas tentang Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina dan Kontribusinya Terhadap Nutrisi di Perairan Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu dengan tujuan untuk mengetahui laju dekomposisi serasah daun A. marina dan mengetahui kandungan unsur hara karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) yang terdapat pada serasah daun A. marina.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Ayahanda Achmad Naibaho, Ibunda Roslenny Piliang serta Abangda Rizky Kurniawan, Kakanda Sherty Ardiani, S.ST. Keb., Adinda Rinald Fahmi Naibaho, Abangda Dimas Ponco Widodo dan Kakanda Syaprida Andriani Naibaho, AMK. yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ani Suryanti, S.Pi. M.Si sebagai anggota komisi pembimbing. Semua teman-teman seperjuangan MSP 2010 khususnya Albino Bornok Panjaitan, Fatimah Murni, T. Irfan Lizda Setiady, M. Khairul Saleh, Atikah Asry, S.Pi., Navisa Fairuz, Dwi Aulia Alwi, S.Pi., Siti Aisyah, S.Pi., M. Zulfahmi, Taufik Hidayat, Rewaldy Inson Siregar, Khairunnisa, S.Pi., Riris Romaito, S.Pi., Andrius Ginting, S.Pi., Andreas Marpaung, Hery Syahputra, Irfandhie Hamzah Nasution, Adil Junaidi dan Tantri A. Safitri, S.Pi. yang telah bersedia membantu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
i
Universitas Sumatera Utara

Bapak/Ibu dosen Manajemen Sumberdaya Perairan dan pegawai tata usaha Manajemen Sumberdaya Perairan Kak Nur Asiah, A.Md. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nazaruddin sebagai ketua kelompok mangrove Pantai Serambi Deli serta kepada seluruh pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan kontribusi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang pengelolaan sumberdaya perairan.
Medan, Januari 2015 Penulis
ii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..........................................................................

i

DAFTAR ISI .........................................................................................


iii

DAFTAR TABEL .................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................... Perumusan Masalah ................................................................................ Kerangka Pemikiran ............................................................................... Tujuan Penelitian .................................................................................... Manfaat penelitian ..................................................................................

1 3 3 5 5

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Ekosistem Mangrove ............................................................ Avicennia marina .................................................................................... Laju Dekomposisi ................................................................................... Faktor Fisika dan Kimia Perairan ...........................................................
Suhu............................................................................................. Salinitas ....................................................................................... Derajat Keasaman (pH) ............................................................... Oksigen Terlarut.......................................................................... Unsur Hara yang Terkandung Dalam Serasah Daun A. marina ............. Karbon ......................................................................................... Nitrogen....................................................................................... Fosfor ..........................................................................................

6 10 11 15 15 15 16 16 17 17 18 18

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat .................................................................................. Bahan dan Alat........................................................................................ Prosedur Penelitian.................................................................................. Penentuan Stasiun Pengambilan Sampel ................................................ Pengambilan Sampel Daun Serasah A. marina....................................... Metode Pengukuran .............................................................................. Laju Dekomposisi Serasah Daun A. marina ...........................................

19 19 20 20 22 24 24

iii
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ........................................................................................................ Parameter Fisika dan Kimia Perairan.......................................... Laju Dekomposisi ....................................................................... Makrobentos ................................................................................ Kandungan Unsur Hara Karbon, Nitrogen dan Fosfor ...............
Pembahasan............................................................................................. Parameter Fisika dan Kimia Perairan.......................................... Suhu............................................................................................. Salinitas ....................................................................................... Derajat Keasaman (pH) ............................................................... Oksigen Terlarut (DO) ............................................................... Laju Dekomposisi Serasah Daun A. marina ............................... Makrobentos ................................................................................ Kandungan Unsur Hara Karbon, Nitrogen dan Fosfor ............... Karbon (C-Organik) .................................................................... Nitrogen....................................................................................... Fosfor .......................................................................................... Rasio C/N .................................................................................... Upaya Pengelolaan Ekosistem Mangrove...................................
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................


25 25 25 28 29 32 32 32 33 33 34 34 36 38 38 39 41 41 42
44 44
45
48

iv
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Laju Dekomposisi Daun Serasah Mangrove Avicennia marina Kabupaten Lampung Timur……………………………………….
2. Kandungan unsur hara di dalam daun berbagai jenis mangrove.........

14 17

3. Alat dan Satuan Pada Parameter Fisika dan Kimia Perairan ..............


23

4. Kisaran Nilai Parameter Fisika dan Kimia Perairan ...........................

25

5. Jenis-Jenis Makrobentos yang ditemukan didalam Kantong .Serasah Daun A. marina......................................................................

29

v
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ..........................................................

4


2. Peta Lokasi Penelitian ......................................................................... 3. Stasiun I............................................................................................... 4. Stasiun II ............................................................................................. 5. Stasiun III ............................................................................................ 6. Plot Kantong Serasah .......................................................................... 7. Sampel yang dibentangkan di atas Koran ........................................... 8. Bentuk Serasah Daun A. marina yang Mengalami
.Dekomposisi Selama 15 Hari sampai dengan 105 Hari...................... 9. Berat Kering Serasah Daun A. marina................................................ 10.Nilai Laju Dekomposisi Serasah Daun A. marina ............................. 11.Jenis Makrobentos Pada Kantong Serasah Daun A. marina .............. 12.Unsur Hara Karbon Pada Serasah Daun A. marina ........................... 13. Unsur Hara Nitrogen Pada Serasah Daun A. marina ........................ 14. Unsur Hara Fosfor Pada Serasah Daun A. marina............................ 15. Rasio C/N Pada Serasah Daun A. marina .........................................

19 20 21 21 23 23
26 27 27 28 29 30 31 31

vi
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Bahan dan Alat ...................................................................................

49

2. Prosedur Penelitian..............................................................................


52

3. Parameter Fisika dan Kimia Perairan..................................................

54

4. Pengamatan Parameter Fisika dan Kimia Perairan .............................

55

5. Berat Kering Serasah Daun A. marina (g) ..........................................

56

6. Perhitungan laju dekomposisi .............................................................

57

7. Unsur-Unsur Hara pada Avicennia marina .........................................


67

vii
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RONALD FADLI NAIBAHO. Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina dan Kontribusinya Terhadap Nutrisi di Perairan Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu. Dibimbing oleh YUNASFI dan ANI SURYANTI. Serasah mangrove yang mengalami dekomposisi memberikan sumbangan bahan organik yang merupakan sumber pakan bagi berbagai jenis ikan dan organisme lain di ekosistem mangrove. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui laju dekomposisi daun serasah mangrove A.marina dan mengetahui kandungan unsur hara karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) pada serasah A.marina yang dilepas selama proses dekomposisi. Penelitian dilakukan di Pantai Serambi Deli Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014. Penentuan stasiun penelitian menggunakan metode purposive sampling pada tiga stasiun dengan penentuan stasiun berdasarkan ketersediaan jenis mangrove A.marina di Pantai Serambi Deli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju dekomposisi serasah daun A.marina pada hari ke 105 yaitu pada stasiun I bernilai 9,76 stasiun II bernilai 6,24 dan stasiun III bernilai 7,28. Laju dekomposisi tercepat ialah pada stasiun I dengan nilai 9,76 dan laju dekomposisi terlama terdapat pada stasiun II dengan nilai 6,24. Kandungan unsur hara karbon selama proses dekomposisi 105 hari yaitu stasiun I sebesar 20,45%, stasiun II sebesar 15,15% dan stasiun III sebesar 26,5%. Unsur hara nitrogen yang terdekomposisi pada hari ke 105 yaitu stasiun I sebesar 0,29%, stasiun II sebesar 0,51% dan stasiun III sebesar 0,38%. Kandungan unsur hara fosfor selama proses dekomposisi 105 hari yaitu stasiun I 0,19%, stasiun II 0,23% dan stasiun III 0,26%. Kata kunci : Pantai Serambi Deli, Dekomposisi, Avicennia marina
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RONALD FADLI NAIBAHO. The Rate of Leaf Litter Decomposition Avicennia marina Litter Leaf and The Contibution of the nutrition in Serambi Deli Beach Pantai Labu Sub-distric. Under supervision of YUNASFI and ANI SURYANTI. The Litter mangrove which has been decomposed gave organic matter contributes a food source for many species of fish and other organisms in the mangrove ecosystem. The purpose of this research is to know the rate of leaf litter decomposition A.marina and to know the nutrient content of carbon (C), nitrogen (N) and phosphorus (P) in the A.marina litter leaf which been released during the decomposition time. This research was done at Serambi Deli Beach Deli Serdang Regency, North Sumatera Province during July until November 2014. This research used purposive sampling method at three stations and the determination of the station is done by seeing the availability of A.marina at the Serambi Deli Beach. The results showed that the decomposition rate of A.marina litter leaf on day 105 are 9,76 in stasiun I 6,24 in station II and 7,28 in III station. The fastest decomposition rate is the station I with 9.76 and the slowest decomposition rate is the station II with 6,24. The nutrient of carbon during decomposition in 105 days are 20,45% at station I, 15,15% at station II and 26,5% at station III. Nutrient of nitrogen which been decomposed on day 105 are 0,29% in station I, 0,51% in station II and 0,38% in station III. Nutrient of phosphorus during decomposition in 105 days are 0,19% in station I, 0,23% in station II and 0,26% in station III. Keywords : Serambi Deli Beach, Decomposition, Avicennia marina
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Pantai Serambi Delisecara administrasi terletak di Kecamatan Pantai Labu,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dan secara geografis berada pada 3°40´44,9˝LU dan 98o54´30,7˝BT. Dewasa ini Pantai Serambi Deli telah mengalami penurunan keseimbangan ekosistem. Hal ini disebabkan karena terjadinya alih fungsi lahan yang dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia, seperti areal pemukiman, pertambakan, penangkapan ikan dan juga pemanfaatan potensi pariwisata pantai.
Seperti ekosistem pesisir pada umumnya, di Pantai Serambi Deli ini terdiri dari ekosistem mangrove.Kawasan ini merupakan kawasan hutan negara/kawasan yang dilindungi.Jenis–jenis mangrove yang terdapat di Pantai Serambi Deli yaitu A.marina, R.mucronata dan R.apiculata.Ekosistem mangrove di kawasan ini didominasi oleh mangrove jenis A.marina.Avicennia marinadisebut juga mangrove pionir dikarenakan mangrove tersebut menjadi indikator penentu kualitas ekosistem mangrove.
Ekosistem mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya toleransi terhadap garam.Mangrove berperan untuk mempertahankan kelangsungan hidup biota laut seperti ikan, udang, kepiting, siput dan biota lainnya. Mangrove juga berfungsi sebagai sumber makanan atau kesuburan pantai, tempat berlindung, berkembang biak atau tempat pembesaran biota laut lain.
Universitas Sumatera Utara


2
Ekosistem ini bersifat kompleks dan dinamis, namun labil.Kompleks, karena didalam hutan mangrove dan perairan/tanah di bawahnya habitat berbagai senyawa dan biota perairan.Dinamis, karena hutan mangrove dapat terus berkembang serta mengalami suksesi.Labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali.
Seiring berjalannya waktu dengan meningkatnya berbagai aktivitas masyarakat telah menyebabkan terjadinya penurunan keseimbangan ekosistem.Penurunan keseimbangan ini dapat disebabkan dengan meningkatnya aktivitas pariwisata disekitar pantai, pertambakan, pemukiman penduduk serta beban pencemar yang masuk melalui aliran sungai.
Beberapa aktivitas tersebut merupakan sumber pencemaran bagi perairan pantai disekitarnya.Aktivitas baik yang disengaja maupun tidak disengaja diduga dapat menimbulkan penurunan produktivitas primer perairan di vegetasi mangrove sehingga dapat mengancam kelangsungan kehidupan dari biota.Tidak hanya berpengaruh terhadap penurunan produktivitas primer perairan, beban akumulasi diduga berpangaruh terhadap laju dekomposisi dari serasah mangrove.Untuk itu, diperlukannya suatu kajian mengenai kaitan laju dekomposisi daun serasah A.marina dan kontribusinya terhadap nutrisi di perairan.Sehingga dengan adanya informasi tersebut dapat menunjang pengelolaan dan pengembangan terhadap ekosistem mangrove yang terdapat di kawasan Pantai Serambi Deli ini serta pemanfaatan yang optimum dan tetap lestari.
Universitas Sumatera Utara

3
Perumusan Masalah A.marinamemiliki peran yang penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem pesisir khususnya serasah mangrove yang dapat mempengaruhi kandungan unsur hara di perairan tersebut.Perairan Pantai Serambi Deli yang terdiri atas kawasan hutan mangrove telah terjadi alih fungsi lahan yang dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas baik kepentingan pribadi atau kelompok seperti penebangan hutan mangrove untuk perluasan pemukiman, pariwisata, dan aktifitas lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi kandungan unsur hara diperairan yang relatif menurun.Sedikitnya informasi mengenai laju dekomposisi serasah ini mengakibatkan masyarakat cenderung tidak peduli akan manfaat mangrove A. marinaserta serasah yang dapat menurunkan kandungan unsur hara di perairan.
Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana laju dekomposisi serasah mangrove A.marinadi Pantai Serambi
Deli Kecamatan Pantai Labu ? 2. Bagaimana kandungan unsur hara karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P) pada
serasah A.marina?
Kerangka Pemikiran Pesisir yang merupakan penyedia berbagai sumber daya alam yang belum
dapat dikelola dengan baik, oleh karena itu optimalisasi pemanfaatan sangatlah dibutuhkan.Salah satu sumberdaya yang dapat pulih dan sangat potensial untuk menunjang pemanfaatan tersebut adalah ekosistem mangrove. Jenis mangrove yang akan diteliti adalah A.marina. Komponen utama pada mangrove adalah daun, dan daun yang jatuh disebut serasah.Daun serasah yang terdekomposisi
Universitas Sumatera Utara

4
akan menghasilkan bahan organik dan unsur harasebagai tempat tumbuh dan sumber nutrsi bagi vegetasi mangrove. Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Ekosistem Mangrove
Avicennia marina Penghasil Daun Serasah Avicennia marina
Terdekomposisi

Unsur Hara

Bahan Organik

Pelepasan Unsur Hara ke Perairan
Aspek Pengelolaan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Universitas Sumatera Utara

5 Tujuan Penelitan 1. Untuk mengetahui laju dekomposisi daun serasah mangrove A.marina. 2. Untuk mengetahui kandungan unsur hara karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor
(P) pada serasah A.marinayang dilepas selama proses dekomposisi. Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi dasar untuk mempelajari kandungan unsur hara pada
ekosistem mangrove. 2. Sebagai informasi kepada masyarakat terhadap peranan ekosistem mangrove
sehingga membuat masyarakat menyadari arti penting hutan mangrove. 3. Dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan ekosistem mangrove untuk
menjaga kelestarian hutan mangrove di Pantai Serambi Deli.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

6

Ekosistem Mangrove Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari
atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau.Dinamakan hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau, dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh air payau (Dewi, 2009).
Keberadaan hutan mangrove dalam ekosistem pantai merupakan suatu persekutuan hidup alam hayati dan alam lingkungannya yang terdapat di daerah pantai dan disekitar muara sungai pada kawasan hutan tropika, yaitu kawasan hutan yang khas dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.Hutan mangrove, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan merupakan jalur hijau daerah pantai yang mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomis yang memiliki berbagai manfaat (Hutapea, 2009).
Hutan mangrove sebagai sumberdaya alam khas daerah pantai tropik, mempunyai fungsi strategis bagi ekosistem pantai, yaitu: sebagai penyambung dan penyeimbang ekosistem darat dan laut. Tingginya bahan organik di perairan hutan mangrove dimanfaatkan sebagai daerah asuhan (nursery ground) bagi biota yang hidup pada ekosistem mengrove, fungsi yang lain sebagai daerah mencari

Universitas Sumatera Utara

7
makan (feeding ground) karena mangrove merupakan produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove dimana tersedia banyak makanan bagi biota-biota yang mencari makan pada ekosistem mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground) bagi ikan-ikan tertentu agar terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari lingkungan yang optimal untuk memisah dan membesarkan anaknya (Sopana, dkk., 2010).
Daun, biji, cabang, ranting, bunga dan bagian lainnya dari mangrove sering disebut serasah.Mangrove mempunyai peran penting bagi ekologi yang didasarkan atas produktivitas primernya dan produksi bahan organik yang berupa serasah, dimana bahan organik ini merupakan dasar rantai makanan. Serasah dari tumbuhan mangrove ini akan terdeposit pada dasar perairan dan terakumulasi terus menerus dan akan menjadi sedimen yang kaya akan unsur hara, yang merupakan tempat yang baik untuk kelangsungan hidup fauna makrobenthos (Thaher, 2013).
Menurut Odum (1972) struktur ekosistem mangrove, secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga tipe formasi, yaitu: 1. Mangrove pantai: pada tipe ini dipengaruhi air laut dominan dari air sungai.
Struktur horizontal formasi ini dari arah laut ke arah darat adalah dari tumbuhan pionir (Sonneratia alba), diikuti oleh komunitas campuran Sonneratia alba, Avicennia sp, R.apiculata, selanjutnya komunitas murni Rhizophora sp dan akhirnya komunitas campuran Rhizophora-Brugueira. Bila genangan berlanjut, akan ditemukan komunitas murni Nypa fructicans di belakang komunitas campuran yang terakhir.
Universitas Sumatera Utara

8
2. Mangrove muara: pada tipe ini pengaruh air laut sama kuat dengan pengaruh air sungai. Mangrove muara dicirikan oleh mintakat tipis Rhizophora sp. Di tepian alur, diikuti komunitas komunitas campuran Rhizophora-Bruguera dan diakhiri komunitas murni Nypa sp.
3. Mangrove sungai: pada tipe ini pengaruh air sungai lebih dominan dari pada air laut dan berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari muara. Mangrove banyak berasosiasi dengan komunitas daratan. Adapun pembagian kawasan mangrove berdasarkan perbedaan
penggenangannya (Atmanegara, 2009) adalah : 1.Zona proksimal, yaitu kawasan (zona) yang terdekat dengan laut. Pada zona ini
biasanya akan ditemukan jenis-jenis R.mucronata, R.apiculata dan S.alba. 2. Zona middle, yaitu kawasan (zona) yang terletak di antara laut dan arat. Pada
zona ini biasanya akan ditemukan jenis-jenis S.caseolaris, R.alba, B.gymnorrhiza, A.marina, A.officinalis dan Ceriops tagal. 3. Zona distal, yaitu zona yang terjauh dari laut. Pada zona ini biasanya akan ditemukan jenis-jenis Heritiera litoralis, Pongamia, Pandanus spp., dan Hibiscus tiliaceus.
Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kandungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan sebagai habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnya bagi manusia. Pada wilayah yang memiliki mangrove dan hutan pantai relatif baik, cenderung kurang terkena dampak gelombang tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara

9
ketebalan mangrove selebar 200 m dengan kerapatan 30 pohon/100 m2 dengan diameter batang 15 cm dapat meredam sekitar 50% energi gelombang tsunami (Anwar dan Hendra, 2007).
Mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya.Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan mangrove untuk berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama.Akhir-akhir ini peranan mangrove bagi lingkungan sekitarnnya dirasakan sangat besar setelah berbagai dampak merugikan dirasakan dirasakan diberbagai tempat akibat hilangnya mangrove (Prabudi, 2013).
Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam yang penting di lingkungan pesisir, dan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fisik, biologis, dan ekonomis.Fungsi fisik adalah sebagai penahan angin, penyaring bahan pencemar, penahan ombak, pengendali banjir dan pencegah intrusi air laut ke daratan.Fungsi biologis adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), dan sebagai daerah mencari maskan (feeding ground) bagi ikan dan biota laut lainnya. Fungsi ekonomis adalah sebagai penghasil kayu untuk bahan baku dan bahan bangunan, bahan makanan dan obat-obatan. Selain itu, fungsi tersebut adalah strategis sebagai produsen primer yang mampu mendukung dan menstabilkan ekosistem laut maupun daratan (Hiariey, 2009).
Fungsi hutan mangrove menurut Kusmana dkk, (2008) dapat di bedakan kedalam tiga macam, yaitu fungsi fisik, fungsi ekonomi dan biologi seperti yang berikut: 1. Fungsi fisik:
a. Menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi agar tetap stabil.
Universitas Sumatera Utara

10
b. Mempercepat perluasan lahan. c. Mengendalikan intrusi air laut. d. Melindungi daerah belakang mangrove/pantai dari hempasan dan gelombang
angin kencang. e. Menjaga kawasan penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi). f. Mengolah bahan limbah organik. 2. Fungsi ekonomi: a. Merupakan penghasil kayu sebagai sumber bahan bakar (arang, kayu bakar),
bahan bangunan (balok, atap rumah.tikar). b. Memberikan hasil hutan bukan kayu seperti madu, obat-obatan, minuman
serta makanan. c. Merupakan lahan untuk produk pangan dan tujuan lain (pemukiman,
pertambangan, industri, infrastruktur, rekreasi dan lain-lain). 3. Fungsi ekologi:
a. Merupakan tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground) dan tempat berkembang biak (nursery ground), berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota laut lainnya.
b. Merupakan tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung. c. Merupakan sumber plasma nutfa.
Avicennia marina Spesies A.marina yang sering disebut Api-api merupakan tumbuhan
mangrove pada substrat berpasir atau berlumpur tipis, dengan salinitas relatif tinggi (salinitas laut) pada kisaran yang sempit.Pohonnya dapat mencapai tinggi 12 m. Daun A.marina dilihat dari sisi sebelah atas berwarna hijau muda,
Universitas Sumatera Utara

11
sedangkan pada sisi sebelah bawah abu-abu keperakan atau putih. Daunnya berbentuk elips, panjang daun ya berkisar 5-11 cm. Buah berbentuk bulat dan agak berbulu dengan panjang 1,5-2,5 cm dan berwarna hijau. Kulit batang halus, berwarna putih keabu-abuan hingga hijau, akar berbentuk cakar ayam berpneumatofora untuk pernafasan (Indriani, 2008).
Menurut Wetlands Internaional Indonesia Programme (2012) dari segi ekologinya berada di lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian yang lebih asin di sepanjang pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang garis pantai.Mereka umumnya menyukai bagian muka teluk. Akarnya membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan daratan. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.Genus ini kadang-kadang bersifat vivipar, dimana sebagian buah berbiak ketika masih menempel di pohon.
Laju Dekomposisi Sebagai suatu proses yang dinamis, dekomposisi memiliki dimensi
kecepatan yang mungkin berbeda dari waktu ke waktu tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya. Proses dekomposisi bahan organik secara alami akan berhenti bila faktor-faktor pembatasnya tidak tersedia atau telah dihabiskan dalam proses dekomposisi itu sendiri. Oksigen dan bahan organik, menjadi faktor kendali dalam proses dekomposisi. Kedua faktor ini terutama oksigen merupakan faktor kritis bagi dekomposisi aerobik Ketersediaan bahan organik yang berlimpah mungkin tidak berarti banyak dalam mendukung dekomposisi bila faktor lain seperti oksigen tersedia dalam kondisi terbatas(Prabudi, 2013).
Daun mangrove merupakan bagian terbesar dari produksi primer serasah dan menyediakan makanan bagi konsumen serta mempunyai kontribusi penting
Universitas Sumatera Utara

12
bagi rantai makanan di wilayah pesisir melalui daun yang mati dan gugur.Guguran daun diartikan sebagai penurunan bobot yang disebabkan oleh beberapa parameter fisika-kimia yang disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti suhu, embun/kelembaban, ketersediaan nutrien.Ada beberapa jenis dari serasah mangrove.Lebih dari setengah jumlah serasah terdiri dari daun dan biasanya daun yang telah tua (berwarna kuning).Selama satu tahun mangrove dapat memproduksi 800-1000 g bobot kering serasah per m2. Mangrove mempunyai pengembalian serasah yang tinggi (Sa’ban, dkk., 2013).
Produksi serasah merupakan bagian yang penting dalam transfer bahan organik dari vegetasi ke dalam tanah. Unsur hara yang dihasilkan dari proses dekomposisi serasah di dalam tanah sangat penting dalam pertumbuhan mangrove dan sebagai sumber detritus bagi ekosistem laut dan estuari dalam menyokong kehidupan berbagai organisme akuatik. Apabila serasah di hutan mangrove ini dapat diperkirakan dengan benar dan dipadukan dengan perhitungan biomassa lainnya, akan diperoleh informasi penting dalam produksi, dekomposisi, dan siklus nutrisi di ekosistem hutan mangrove. Analisis dari komposisi hara dalam produksi serasah dapat menunjukkan hara yang membatasi dan efisiensi dari nutrisi yang digunakan, sehingga siklus nutrisi dalam ekosistem hutan mangrove akan terpelihara(Mahmudi, 2010).
Serasah yang jatuh ke lantai hutan tidak langsung mengalami pelapukan oleh mikroorganisme, tetapi memerlukan bantuan hewan-hewan yang disebut dengan makrobentos.Makrobentos memiliki peran yang sangat besar dalam penyediaan hara bagi pertumbuhan dan perkembangan pohon-pohon mangrove maupun bagi makrobentos itu sendiri. Makrobentos berperan sebagai dekomposer
Universitas Sumatera Utara

13
awal yang bekerja dengan cara mencacah daun menjadi bagian-bagian kecil yang kemudian dilanjutkan oleh organisme kecil, yakni mikroorganisme (bakteri dan fungi) yang menguraikan bahan organik menjadi protein dan karbohidrat. Pada umumnya makrobentos mempercepat proses dekomposisi (Thaher, 2013).
Pendugaan biomasa ikan di ekosistem hutan mangrove secara khusus dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pelepasan nutrien dari serasah daun mangrove yang dihasilkan. Dari produksi serasah daun mangrove yang dihasilkan, setelah mengalami proses grazing, ekspor dan dekomposisi, serasah daun akan menghasilkan nutrien (N, P) ke lingkungan perairan kemudian diperoleh nilai produktivitas primer dari serasah. Produktivitas primer tersebut pada akhirnya akan menentukan stok ikan di perairan. Selama ini penelitian sejenis yang banyak dilakukan hanya sebatas hubungan antara data produksi ikan, luasan manngrove dan kondisi lingkungan perairannya.Peran riil mangrove itu sendiri melalui penelusuran serasah yang dihasilkan dalam luasan tertentu dengan potensi ikan yang ada belum pernah dilakukan. Untuk itu, penelitian ini ingin menelusuri hubungan produksi ikan melalui pendekatan nutrien dari produksi serasah yang dihasilkan (Mahmudi, 2010).
Beberapa alasan dikemukakan untuk menjelaskan kehilangan berat pada beberapaminggu pertama. Proses fisika dan biologi terjadi pada tingkatan ini dan kebanyakankehilangan berat ini dari fraksi yang mudah larut air dibanding fraksi lignocellulose. Bahan yang mudah larut pada serasah kebanyakan mempunyaisusunan organik yang sederhana termasuk didalamnya glukosa, phenolic dan asam amino) sementara fraksi yang sukar larut (lignocellulose) umumnyaterdiri atas lignin, cellulose dan xylan(Sulistiyanto, 2005).
Universitas Sumatera Utara

14

Berdasarkan hasil dari laju dekomposisi serasah daun yang terdekomposisi

dan sisa serasah daun dan spesies S. alba dan R. apiculata, terdekomposisi sangat

cepat pada 15 hari dibandingkan setelah hari ke-30 hari, kemudian melambat

sampai ke-45 hari dan cepat kembali sampai akhir penelitian pada hari ke-60 hari,

R. apiculata juga terdekomposisi dengan cepat sampai akhir ke-75 hari. Secara umum jenis S. alba lebih cepat terdekomposisi dengan 0,162 g/m2/bln berat yang

tersisa dalam kantong dekomposisi setelah hari ke-75 hari dibandingkan R.apiculata yang terdekomposisi lebih lambat dan sebanyak 0,744 g/m2/bln berat

serasah yang tersisa dalam kantong dekomposisi setelah hari ke-75 (Sa’ban, dkk.,

2013).

Berdasarkan hasil (Yulma, 2012), laju dekomposisi serasah daun tertinggi

terjadi pada 14 hari pertama, hal ini terjadi pada semua stasiun penelitian.Laju

dekomposisi tertinggi terjadi pada tahap awal, hal ini diduga berhubungan erat

dengan kehilangan bahan organik dan organik yang mudah larut (pelindihan) dan

juga hadirnya mikroorganisme yang berperan dalam perombakan beberapa zat

yang terkandung dalam serasah daun mangrove.Hal ini membuktikan bahwa

aktivitas enzim selulotik fungi (fungal cellulytic enzym) yang paling tinggi terjadi

di saat awal dekomposisi.

Tabel 1. Laju Dekomposisi Daun Serasah Mangrove Avicennia marina Kabupaten .Lampung Timur

Stasiun
1 2

Hari ke 14 0,268 0,179

Rata-rata laju dekomposisi serasah (g)

Hari ke 28

Hari ke 42

Hari ke 56

0,196

0,155

0,134

0,143

0,119

0,107

3 0,175 (Yulma, 2012).

0,143

0,103

0,090

Universitas Sumatera Utara

15
Faktor Fisika dan Kimia Perairan
• Suhu Suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan respirasi).
Produksi daun A. marina terjadi pada suhu 18-20OC dan jika suhu lebih tinggi maka produksi menjadi berkurang. Rhizophora stylosa, Ceriops, Excocaria, Lumnitzera tumbuh optimal pada suhu 26-28OC. Bruguiera tumbuh optimal pada suhu 27 OC, dan Xylocarpus tumbuh optimal pada suhu 21-26OC (Prabudi, 2013).
• Salinitas Salinitas didefinisikan sebagai berat zat padat terlarut dalam gram per
kilogram air laut, jika zat padat telah dikeringkan sampai beratnya tetap pada 480 OC. Singkatnya salinitas adalah berat garam dalam gram per kilogram air laut.Salinitas ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas. Salinitas dapat juga diukur melalui konduktivitas air laut. Alat-alat elektronik canggih menggunakan prinsip konduktivitas ini untuk menentukan salinitas Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara 1030 ppt. Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan. Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari cuaca panas dan dalam keadaan pasang. Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air(Hasibuan, 2011).
Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya (Gultom, 2009).
Universitas Sumatera Utara

16
Perkembangan salinitas berpengaruh terhadap perkembangan jenis makrobentos. Adanya masukan air sungai atau hujan akan menurunkan kadar salinitas, yang akan mengakibatkan kematian beberapa jenis makrobentos tersebut pada rendahnya salinitas, tetapi ada juga sebaliknya (Prabudi, 2013). • Derajat Keasaman ( pH )
Derajat Keasaman lebih dikenal dengan pH.pH (puissance negative de H), yaitu logaritma dari kepekaan ion-ion H (hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat keasaman atau pH air menunujukan aktivitas ion hydrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam mol/liter) pada suhu tertentu ( Kordi dan Andi, 2010).
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan, didefenisikan sebagai logaritma dari resifprokal aktivitas ion hidrogen dan secara matematis dinyatakan sebagai pH= log l/H- dimana H- adalah banyaknya ion hydrogen dalam mol/liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan ion Hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Barus, 2004).
• Oksigen Terlarut Oksigen terlarut berperan penting dalam dekomposisi serasah karena
bakteri dan fungsi yang bertindak sebagai dekomposer membutuhkan oksigen untuk kehidupannya. Oksigen terlarut juga penting dalam proses respirasi dan fotosintesis. Oksigen terlarut berada dalam kondisi tertinggi pada siang hari dan kondisi terendah pada malam hari (Dewi, 2009).
Universitas Sumatera Utara

17

Unsur Hara yang Terkandung dalam Serasah Daun A. marina Salah satu fungsi ekosistem mangrove dapat mempertahankan kesuburan
tanah hutan mangrove yang berasal dari guguran serasah daun yang berada di lantai hutan yang akan melepaskan unsur hara. Unsur hara yang diurai oleh bakteri dan fungi berasal dari serasah daun A.marina. Serasah daun A.marina yang terdapat di lantai hutan akan mengalami dekomposisi sehingga menghasilkan unsur hara yang berperan dalam mempertahankan kesuburan tanah serta menjadi sumber pakan bagi berbagai jenis ikan dan invertebrata melalui rantai makanan fitoplankton dan zooplankton sehingga keberlangsungan populasi ikan, kerang, udang dan lainnya dapat tetap terjaga (Hasibuan, 2011).
Unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri dari hara anorganik dan organik.Anorganik : P, K, Ca, Mg, Na. Organik : fitoplankton, bakteri, alga. Sedangkan kandungan unsur hara yang terdapat di dalam daundaun berbagai jenis mangrove terdiri atas karbon, nitrogen, fosfat, kalium, kalsium, dan magnesium.Data selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 2. Kandungan unsur hara di dalam daun-daun berbagai jenis mangrove

N Jenis Daun Karbon
o
1 Rhizophora 50.83

2 Ceriops

49.78

3 Avicennia 47.93

4 Sonneratia 1.42

Sumber : Thaher, 2013.

Nitrogen
0.83 0.38 0.35 0.12

Fosfat
0.025 0.006 0.086 1.30

Kalium Kalsium Magnesium

0.35 0.75 0.42 0.74 0.81 0.30 0.98 0.27

0.86 1.07 0.49 0.45

Karbon (C) Karbon dan oksigen yang terdapat di atmosfer berasal pelepasan CO2 dan
H2O.Oksigen secara berangsur terbentuk karena rerata produksi biomassa yang menghasilkan oksigen melampaui sedikit respirasi yang mengkonsumsi oksigen,

Universitas Sumatera Utara

18
maka CO2 berperan dalam pembentukan iklim. Karbondioksida berperan besar dalam proses pelapukan secara kimia batuan dan mineral (Gultom, 2009). Nitrogen (N)
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae.Nitrat nitrogen sangat mudah terlarut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat dengan bantuan mikroorganisme adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen. Distribusi horisontal kadar nitrat semakin tinggi menuju ke arah pantai dan kadar tertinggi biasanya ditemukan di perairan muara (Dewi, 2009).
Unsur N di dalam tanah berasal dari hasil dekomposisi bahan organik sisasisa tanaman maupun binatang.Pemupukan (terutama urea dan ammonium nitrat) dan air hujan. Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisi (Prabudi, 2013). Fosfor (P)
Fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa organik yang terlarut.Fosfor membentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat larut dan mengendap pada sedimensehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh algae akuatik.Fosfor yang terdapat dalam air laut umumnya berasal dari dekomposisi organisme yang sudah mati (Thaher, 2013).
Universitas Sumatera Utara

19
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli hingga November 2014.
Pengambilan sampel dilakukan di Pantai Serambi Deli, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dan analisis unsur hara untuk karbon, nitrogen dan fosfor di lakukan di Laboratorium Riset & Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Peta lokasi penelitian dapat lihat pada Gambar 2.
Gambar 2.PetaPantai Serambi Deli, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara sebagai lokasi penelitian.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah serasah A.marina,
MnSO4, KOH-KI, H2SO4, Na2S2O3, amilum dan aquades. Alat yang digunakan berupa kantong serasah (litter bag) berukuran 40 x 30 cm yang terbuat dari
Universitas Sumatera Utara

20 nylon), jarum, benang nylon, oven, timbangan analitik, kamera digital, cool box, tali, amplop, cutter, jarum suntik, thermometer,pH meter, refractometer, botol winkler, erlenmeyer, alat tuisdan Koran. Bahan dan alat disajikan pada Lampiran 1. Prosedur Penelitian Penentuan StasiunPengambilanSampel
Penentuan stasiun dilakukan dengan metode purposive sampling.Terdapat 3 stasiun dengan penentuan stasiun berdasarkan ketersediaan jenis mangrove A.marinadi Pantai Serambi Deli.
Stasiun I secara geografis memiliki koordinat 3°40´45,8˝LU dan 98o54´34,6˝BT. Stasiun ini di dominasi mangrove jenis A.marina serta lokasi ini berada di dekat tepi pantai.Stasiun I dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Stasiun I Stasiun II secara geografis memiliki koordinat 3°40´41,1˝LU dan 98o54´39,8˝BT. Area ini berada di dekat muara berjarak ± 150 meter dari laut.
Universitas Sumatera Utara

21 Stasiun II memiliki ketersediaan mangrove A.marina yang jumlahnya cukup banyak dan stasiun ini di dominasi oleh mangrove jenis R.mucronata dan R.apiculata.Stasiun II dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Stasiun II Stasiun III secara geografis memiliki titik koordinat 3°40´35,0˝LU dan 98o54´33,1˝BT. Stasiun ini terletak ± 350 meter dari arah laut. Area ini memiliki ketersediaan manrove jenis A.marina yang jumlahnya cukup.Stasiun III memiiki kondisi tanah yang sangat berlumpur.Stasiun III dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Stasiun III
Universitas Sumatera Utara

22
Pengambilan Sampel DaunSerasah A.marina Pengambilan serasah daun langsung dilakukan dari serasah yang jatuh
secara alami di bawah pohon mangrove.Selanjutnya di siapkan 21 kantong serasah untuk tiap stasiun. Serasah daun A.marinadi timbang dengan berat 30 g tiap kantongmenggunakan timbangan analitik selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong serasah. Setelah daun dimasukkan, kantong serasah di jahit kemudian di beri lubang pada dua sisi kantong agar kantong-kantong dapat dihubungkan dengan tali.Kemudian kantongan serasah diikatkan pada lokasi yang sudah di tentukan.
Pada sampling pertama (hari ke-15) sampel di ambil secara acak dan sampel yang diambil tiap stasiunnya adalah 3 kantong. Kantong serasah dibersihkan selanjutnya sampel di bentangkan di atas koran untuk dikeringkan sehingga diperoleh berat basah pada serasah.
Selanjutnya sampel dikeringkan dengan oven selama 1 x 24 jam.Setelah dikeringkan dengan oven, sampel ditimbang dengan timbangan analitik untuk memperoleh berat kering. Kemudian sampel digunakan untuk analisis uns

Dokumen yang terkait

Laju Dekomposisi dan Analisis Unsur Hara C, N dan P Serasah Daun Rhizophora mucronata Pada Lokasi Stasiun yang Berbeda di Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

3 94 87

Laju dekomposisi serasah daun Avicennia marina pada berbagai tingkat salinitas

7 69 58

Laju Dekomposisi dan Analisis Unsur Hara C, N dan P Serasah Daun Rhizophora mucronata Pada Lokasi Stasiun yang Berbeda di Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

0 1 4

Laju Dekomposisi dan Analisis Unsur Hara C, N dan P Serasah Daun Rhizophora mucronata Pada Lokasi Stasiun yang Berbeda di Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

0 0 27

Laju Dekomposisi dan Analisis Unsur Hara C, N dan P Serasah Daun Rhizophora mucronata Pada Lokasi Stasiun yang Berbeda di Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

0 0 13

Laju Dekomposisi dan Analisis Unsur Hara C, N dan P Serasah Daun Rhizophora mucronata Pada Lokasi Stasiun yang Berbeda di Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

0 0 4

Laju Dekomposisi dan Analisis Unsur Hara C, N dan P Serasah Daun Rhizophora mucronata Pada Lokasi Stasiun yang Berbeda di Pantai Serambi Deli Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

0 0 13

Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina pada Berbagai Tingkat Salinitas

0 0 14

Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina pada Berbagai Tingkat Salinitas

1 7 3

Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina pada Berbagai Tingkat Salinitas

0 1 13