6
· Serangkaian dari beberapa sub-proses yang saling terintegrasi.
Masing-masing sub-proses tersebut mungkin termasuk dalam kelompok KBLI yang berbeda. Sebagai contoh industri mobil yang
terdiri dari beberapa sub-proses, seperti mencetak, menempa, mengelas, merakit, mengecat, dan sebagainya. Begitu pula,
dimungkinkan industri mobil tersebut membuat bagian-bagian khusus dari mobil, seperti mesin, gear boxes, dan peralatan
lainnya, yang merupakan suatu kesatuan kegiatan pembuatan mobil.
Untuk aktivitas ekonomi yang hanya menghasilkan satu produk akhir, maka penentuan aktivitas utama dari aktivitas ekonomi tersebut
dengan dapat mudah diidentifikasi, kemudian kelompok lapangan usaha dari aktivitas ekonomi bersangkutan dapat dengan mudah pula
ditentukan. Sedangkan untuk penentuan aktivitas utama suatu proses produksi tidak selalu dapat dengan mudah ditentukan, misalnya pada
satu proses produksi yang sama bahan bakunya sama, dikerjakan oleh pekerja yang sama, dan dilakukan dengan peralatan yang sama,
yang menghasilkan dua atau lebih barang yang berbeda. Dalam proses produksi seperti itu, proses produksi dari salah satu barang yang
dihasilkan tersebut harus ditetapkan sebagai aktivitas utamaprimer, dan proses produksi yang menghasilkan barang lainnya harus
ditetapkan sebagai aktivitas sekunder. Penentuan aktivitas utama dari proses produksi tersebut biasanya ditentukan berdasarkan nilai tambah
terbesar, atau nilai produksi terbesar, atau dari nilai jual terbesar dari barang yang dihasilkan.
Lebih lanjut, aktivitas suatu unit produksi perlu dibedakan antara aktivitas utama, aktivitas sekunder dan aktivitas penunjang. Aktivitas
penunjang diperlukan untuk mendukung aktivitas utama dan aktivitas sekunder. Aktivitas penunjang antara lain berupa aktivitas pembukuan,
transportasi, pergudangan, pembelian, promosi, penjualan, jasa kebersihan, perbaikan dan perawatan, keamanan, dan sebagainya.
Dengan demikian, aktivitas penunjang menghasilkan jasa-jasa, atau mungkin berupa barang, yang keseluruhannya atau sebagian besar
dimanfaatkan untuk kelancaran aktivitas ekonomi unit produksi yang bersangkutan. Aktivitas penunjang tidak dapat digunakan sebagai
dasar penentuan kelompok dari unit produksi tersebut.
Beberapa aktivitas yang tidak dapat dianggap sebagai aktivitas penunjang adalah:
a Memproduksi barang
atau mengerjakan
pekerjaan yang
merupakan bagian dari pembentukan modal tetap. b Aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa, yang sebagian
besar dari barang atau jasa tersebut dijual di pasar, walaupun sebagian diantaranya dipakai sebagai konsumsi antara dari
aktivitas utama dan aktivitas sekundernya.
7 c Menghasilkan barang yang menjadi bagian fisik dari produksi akhir
dari aktivitas utama atau aktivitas sekunder. Misalnya produksi kotak, botol, minuman, atau yang sejenisnya dari unit produksi lain
yang termasuk satu enterprise, yang digunakan sebagai pembungkus untuk produk akhir suatu unit produksi.
d Penelitian dan pengembangan. Aktivitas ini tidak universal dan aktivitas ini tidak menyediakan jasa yang dapat dikonsumsi pada
aktivitas berproduksi pada saat sekarang. Semua aktivitas tersebut, bila datanya tersedia secara terpisah,
harus diklasifikasikan secara tersendiri.
3.2. Unit Statistik
Statistik ekonomi menjelaskan tentang aktivitas yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi serta transaksi yang terjadi antara mereka.
Para pelaku ekonomi yang melakukan aktivitas produksi barang dan jasa memiliki karakteristik sangat beragam. Keberagaman tersebut
dapat ditinjau dari aspek struktur organisasi, struktur operasional, badan hukum dan lain-lain. Untuk mendapatkan statistik yang
konsisten dan terbanding secara internasional, sangat penting untuk mendefinisikan dan menggambarkan konsep baku unit statistik yang
sesuai untuk proses pengumpulan dan kompilasi data.
Dalam upaya pemahaman tentang unit statistik, perlu dikenal istilah entitas legal. Entitas legal merupakan unit yang sah secara
hukum atau diakui oleh masyarakat. Entitas legal dikenal oleh hukum atau masyarakat sebagai suatu pelaku ekonomi tersendiri yang
terpisah dari orang atau institusi yang memilikinya. Karakteristik dari sebuah entitas legal adalah memiliki aset; memiliki kewajiban; dan
dapat melakukan transaksi dengan entitas lainnya. Entitas legal merupakan dasar pendefinisian unit statistik.
Korporasi merupakan contoh sebuah entitas legal. Suatu korporasi dapat memiliki atau mengelola aset dari organisasi dan
melakukan kewajiban atas namanya. Korporasi juga dapat melakukan transaksi
dengan entitas
lain, menerima
dan menyalurkan
pendapatannya, serta mengelola suatu set neraca lengkap. Dalam SNA terdapat istilah unit institusi. Sebuah unit institusi
dapat didefinisikan sebagai entitas ekonomi yang mempunyai hak untuk memiliki asset, memiliki kewajiban, dan terlibat dalam suatu
kegatan ekonomi dalam transaksi dengan entitas lain. Dalam SNA terdapat dua jenis pelaku ekonomi yang didefinisikan sebagai unit
statistik yang berbeda yakni enterprise dan establismen.
Sebuah unit institusi dalam kapasitasnya sebagai produsen barang dan jasa dikenal sebagai enterprise. Suatu enterprise adalah
pelaku usaha ekonomi yang memiliki otonomi dalam hal pengambilan
8
keputusan keuangan dan investasi, serta memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk mengalokasikan sumber daya untuk produksi
barang dan jasa. Unit ini terlibat dalam satu atau lebih aktivitas ekonomi pada satu atau lebih dari satu lokasi.
Suatu establismen didefinisikan sebagai suatu enterprise atau bagian dari enterprise yang terletak di satu lokasi dan hanya
melakukan satu aktivitas produksi tunggal atau aktivitas produksi utama yang menghasilkan nilai tambah terbesar. Establismen merupakan unit
ekonomi yang bergerak di bawah kepemilikan atau kendali tunggal, yaitu, di bawah entitas legal tunggal, dalam satu atau didominasi satu
jenis aktivitas ekonomi di sebuah lokasi fisik. Contohnya lokasi tambang, pabrik dan bengkel kerja.
Meskipun definisi
establismen memungkinkan
untuk dilakukannya satu atau lebih aktivitas sekunder, proporsi aktivitas
sekunder tersebut harus lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas utamanya. Jika aktivitas sekunder tersebut sama pentingnya, atau
hampir sama pentingnya, dengan aktivitas utama, maka unit tersebut sama dengan unit lokal. Dengan demikian aktivitas sekunder harus
diperlakukan sebagai establismen sendiri yang keberadaanya terpisah dari bagian establismen yang melakukan aktivitas utama.
3.3. Penetapan KBLI bagi Unit Statistik 3.3.1.
Petunjuk umum
Sejumlah aturan
umum harus
diikuti ketika
mengklasifikasikan unit statistik yang lebih kompleks. Catatan tambahan pada KBLI yang bersumber dari ISIC dapat dijadikan
sebagai petunjuk perlakuan untuk kasus-kasus tertentu.
Suatu unit dapat melakukan satu atau lebih aktivitas ekonomi dalam satu atau lebih kategori KBLI. Identifikasi
aktivitas utama pada masing-masing unit produksi diperlukan untuk mengklasifikasikan unit tersebut ke dalam suatu kode
KBLI. Klasifikasi kegiatan setiap unit ditentukan berdasarkan kelompok KBLI yang mencakup aktivitas utama unit tersebut.
Semua kegiatan dipertimbangkan saat menentukan aktivitas utama, tetapi hanya aktivitas utama yang digunakan
untuk mengklasifikasikan unit tersebut. Aktivitas utama unit secara umum dapat ditentukan dari barang yang dijual atau
jasa yang dihasilkan untuk unit lain atau konsumen. Secara ideal, aktivitas utama unit ditentukan berdasarkan kontribusi
nilai tambah terhadap barang dan jasa yang dihasilkan.
Pada prakteknya, informasi tentang nilai tambah dari kegiatan yang dilakukan seringkali sulit didapatkan. Oleh
9 karena itu, penentuan aktivitas utama dapat ditentukan dengan
menggunakan pendekatan lain seperti: a Output
· Output bruto yang dihasilkan dari barang dan jasa
yang terkait dengan masing-masing aktivitas; ·
Nilai penjualan produk dalam setiap kategori aktivitas; b Input
· Upah dan gaji dari aktivitas yang berbeda;
· Jam kerja dari aktivitas yang berbeda;
· Tenaga kerja sesuai yang terlibat dalam aktivitas yang
berbeda. Penggunaan pendekatan di atas sebagai pengganti nilai
tambah bukan berarti tidak menimbulkan masalah. Pendekatan tersebut akan menjadi masalah ketika struktur variabel yang
digunakan sebagai pendekatan tidak berbanding lurus dengan nilai tambah. Dalam kasus-kasus tertentu, omset dan nilai
tambah
tidak selalu
proporsional. Misalnya,
omset perdagangan biasanya memiliki pangsa yang jauh lebih rendah
dari nilai tambah kegiatan manufaktur. Jika sebagian besar produksi digunakan sebagai persediaan inventori dan tidak
dijual dalam periode pelaporan yang sama, nilai omset akan membuat nilai tambah menjadi underestimate. Dalam kasus
lain, nilai omset terkadang menjadi tidak masuk akal atau tidak ada, misalnya pada kegiatan perantara keuangan atau kegiatan
asuransi.
Masalah serupa juga harus dipertimbangkan jika menggunakan input sebagai pendekatan nilai tambah. Proporsi
antara upah dan gaji atau tenaga kerja dan nilai tambah tidak dapat diandalkan jika intensitas modal berbeda antar kegiatan.
Intensitas modal yang lebih tinggi biasanya menyiratkan depresiasi yang lebih tinggi dan pangsa yang lebih rendah dari
upah dan gaji terhadap nilai tambah bruto. Sebagai contoh, aktivitas produksi barang dengan tangan akan memiliki
intensitas modal lebih rendah dibandingkan produksi barang yang sama menggunakan mesin pabrik.
3.3.2. Perlakuan pada aktivitas campuran
Pada prakteknya di lapangan, suatu unit mungkin melakukan lebih dari satu aktivitas ekonomi yang tercakup
dalam lebih dari satu kategori KBLI. Aktivitas tersebut mungkin terintegrasi secara vertikal, terintegrasi secara horizontal, atau
tidak dapat dipisahkan pada tingkat unit statistik. Jika unit yang terlibat dalam beberapa aktivitas independen tidak dapat