Kajian Pertumbuhan, Produksi Dan Kualitas Jambu Biji (Psidium Guajava L ) Var Kristal Pada Asal Bibit Dan Pemangkasan Yang Berbeda

KAJIAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS
JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) var. KRISTAL
PADA ASAL BIBIT DAN PEMANGKASAN YANG BERBEDA

LIA FITRIA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Pertumbuhan,
Produksi, dan Kualitas Jambu Biji (Psidium guajava L.) var. Kristal pada Asal
Bibit dan Pemangkasan yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Lia Fitria
NIM A252120371

RINGKASAN
LIA FITRIA. Kajian Pertumbuhan, Produksi dan Kualitas Jambu Biji (Psidium
guajava L.) var. Kristal pada Asal Bibit dan Pemangkasan yang Berbeda.
Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO dan AHMAD JUNAEDI.
Jambu biji kristal (Psidium guajava var. Kristal) merupakan introduksi
dari Taiwan yang dapat dikembangkan dengan baik di Indonesia. Perbaikan
kualitas pertumbuhan tanaman dan buah jambu biji kristal dapat dilakukan dengan
perbanyakan secara vegetatif dan pemangkasan. Umumnya bibit jambu biji kristal
yang diperoleh petani berasal dari perbanyakan secara cangkok dan sambung.
Pemangkasan merupakan upaya menyeimbangkan source dan sink serta
mengoptimalkan translokasi asimilat ke sink.
Penelitian ini terdiri atas 2 percobaan yang dilakukan di lahan petani Desa
Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Analisis dilakukan di
Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) dan Laboratorium
Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Percobaan pertama

bertujuan untuk mempelajari pengaruh asal bibit cangkok dan sambung terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jambu biji kristal. Percobaan ini dilakukan
pada bulan November 2013 sampai Maret 2014. Percobaan terdiri atas 2 populasi
tanaman jambu biji kristal yang berbeda asal bibit yaitu cangkok dan sambung.
Percobaan kedua bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemangkasan yang
berbeda terhadap pertumbuhan tanaman dan kualitas buah jambu biji kristal.
Percobaan ini dilakukan pada bulan Agustus 2013 sampai Maret 2014. Percobaan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor (pemangkasan)
dengan tiga perlakuan, yaitu pemangkasan cabang tersier dengan menyisakan
4 pasang daun setelah bakal buah, pemangkasan cabang tersier dengan
menyisakan 8 pasang daun setelah bakal buah, dan tanpa pemangkasan (kontrol).
Hasil percobaan pertama menunjukkan tanaman asal cangkok cenderung
menghasilkan jumlah buah yang lebih banyak (86.5) dibandingkan tanaman asal
sambung (63.2). Tanaman asal sambung menghasilkan ukuran (diameter buah
8.4 cm) dan bobot buah (270.8 g) yang lebih tinggi dibandingkan tanaman asal
cangkok (diameter buah 8.1 cm dan bobot buah 247.2 g). Hasil percobaan kedua
menunjukkan bahwa pemangkasan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan vegetatif (diameter tajuk tanaman, jumlah daun, dan luas daun).
Pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun menghasilkan ukuran dan bobot
buah yang lebih tinggi dibandingkan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang

daun dan kontrol, yaitu menghasilkan diameter buah 9.7 cm, dan bobot buah
326.2 g; sedangkan pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun masingmasing 8.2 cm dan 237.2 g; dan kontrol masing-masing 7.7 cm dan 170.4 g.
Kandungan padatan terlarut total, keasaman dan vitamin C berturut-turut pada
pemangkasan dengan menyisakan 4 pasang daun 7.9 oBrix, 0.5%, dan
127.1 mg 100 g-1; pada pemangkasan dengan menyisakan 8 pasang daun 8.0 oBrix,
0.4%, dan 130.0 mg 100 g-1; kontrol 7.8 oBrix, 0.4%, dan 133.9 mg 100 g-1 tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata pada semua perlakuan.
Kata kunci: bibit asal cangkok, bibit asal sambung, pemangkasan, kualitas buah.

SUMMARY
LIA FITRIA. Study on Growth, Production and Quality of Guava (Psidium
guajava L.) var. Crystal with Different Planting Material and Pruning. Supervised
by SLAMET SUSANTO and AHMAD JUNAEDI.
Crystal guava (Psidium guajava var. Kristal) is introduced from Taiwan
which can be cultivated in Indonesia. Improving the quality plant growth and fruit
of crystal guava can be done by vegetative propagation and pruning. Generally
crysta
ava’s seed in s fr
t e far ers are
tained by air layering and

grafting. Pruning is an effort to balance source and sink also to optimize
assimilates translocation to the sink.
This study consisted of 2 experiments which conducted in a farmer field at
Cikarawang village, Dramaga subdistric, Bogor regency. Analyses was conducted
at the Laboratory of Center Tropical Horticulture Study and Postharvest
Laboratory of the Department of Agronomy and Horticulture IPB. The aim of the
first experiment was to study the effect of different planting material on growth
and production of crystal guava's plants. The experiment was conducted from
November 2013 to March 2014. The experiment consists of two populations of
crystal guava trees, originated from air layeraged seedling and grafted seedling.
The aim of the second experiment was to study the effect of different pruning on
growth plants and q a ity f crysta
ava’s. The experiment was conducted from
August 2013 to March 2014. The experimental design used was completely
randomize design with one factor (pruning) with three replications. There were
three treatments i.e. a) pruning by remaining 4 pairs of leaves, b) pruning by
remaining 8 pairs of leaves, and c) without pruning (control).
Results of the first experiment showed that air layeraged seedling had
tendency to produce more number of harvested fruit (86.5) compared to plants
from grafting (63.2) at the 90% level of confidence. Plants from grafting produced

the fruit size (8.4 cm diameter) and weight (270.8 g) greater than plants from air
layerage (8.1 cm diameter and 247.2 g weight). Results of the second experiment
showed that pruning did not show significant effect on vegetatif growth as shown
on diameter of plant canopy, number of leaves, and leaf area. Pruning by
remaining 8 pairs of leaves treatment resulted the best response to produce the
fruit size and weight compared to pruning by remaining 4 pairs of leaves and
control, which resulted in a 9.7 cm diameter, and 326.2 g weight; pruning by
remaining 4 pairs of leaves i.e. 8.2 cm and 237.2 g; and control i.e. 7.7 cm and
170.4 g. Total soluble solids, acidity and vitamin C respectively on pruning by
remaining 4 pairs of leaves i.e. 7.9 oBrix, 0.5%, and 127.1 mg 100 g-1; pruning by
remaining 8 pairs of leaves i.e. 8.0 oBrix, 0.4%, and 130.0 mg 100 g-1; control
7.8 oBrix, 0.4%, and 133.9 mg 100 g-1 did not show significant different among
treatment.
Keywords: air layeraged seedling, grafted seedling, pruning, fruit quality.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KAJIAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS
JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) var. KRISTAL
PADA ASAL BIBIT DAN PEMANGKASAN YANG BERBEDA

LIA FITRIA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Maya Melati, MS, MSc

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini ialah
perbaikan pertumbuhan, produksi, dan kualitas, dengan judul Kajian
Pertumbuhan, Produksi, dan Kualitas Jambu Biji (Psidium guajava L.) var. Kristal
pada Asal Bibit dan Pemangkasan yang Berbeda.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc dan
Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran.
Terima kasih juga disampaikan kepada staf Postharvest Laboratory dan Pusat
Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga
menyampaikan terima kasih atas pembiayaan penelitian tesis ini melalui program
Hibah Kompetisi DIKTI pada tahun 2014 yang diketuai oleh Prof Dr Ir Slamet
Susanto, MSc.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor,

April 2016
Lia Fitria

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi


1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis

1
1
3
3

2 KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAMBU BIJI
KRISTAL ASAL CANGKOK DAN SAMBUNG
5
Pendahuluan
5
Metode Penelitian
6
Hasil dan Pembahasan
10
Simpulan

19
3 KAJIAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN KUALITAS BUAH JAMBU
BIJI KRISTAL PADA PEMANGKASAN YANG BERBEDA
21
Pendahuluan
21
Metode Penelitian
22
Hasil dan Pembahasan
27
Simpulan
34
4 PEMBAHASAN UMUM

35

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran


39
39
39

DAFTAR PUSTAKA

41

LAMPIRAN

45

RIWAYAT HIDUP

48

DAFTAR TABEL
1 Jumlah bunga, bakal buah, dan fruit set dari dua populasi tanaman asal
bibit yang berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014
2 Jumlah buah dipanen, kualitas fisik buah, dan bobot total buah jambu
biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda dari bulan
November 2013 sampai Maret 2014
3 Grade buah jambu biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang
berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014
4 Kelunakan buah, warna dan kecerahan kulit buah jambu biji kristal dari
dua populasi tanaman asal yang bibit yang berbeda dari bulan
November 2013 sampai Maret 2014
5 Kualitas kimia buah jambu biji kristal dua populasi tanaman asal bibit
yang berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014
6 Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma, rasa, tekstur, dan penampilan
buah jambu biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang
berbeda
7 Diameter tajuk tanaman dan jumlah daun tanaman jambu biji kristal
setelah pemangkasan
8 Pengaruh pemangkasan terhadap luas daun dan jumlah tunas tanaman
jambu biji kristal
9 Pengaruh pemangkasan terhadap jumlah bunga, bakal buah, dan fruit
set tanaman jambu biji kristal
10 Pengaruh pemangkasan terhadap kualitas fisik buah jambu biji kristal
11 Pengaruh pemangkasan terhadap kualitas kimia buah jambu biji kristal
12 Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma, rasa, tekstur, dan penampilan
buah jambu biji kristal pada pemangkasan yang berbeda
13 Koefisien korelasi pertumbuhan tanaman dengan kualitias buah jambu
biji kristal

15

16
17

18
18

19
28
29
30
31
32
33
33

DAFTAR GAMBAR
1 Tanaman jambu biji kristal asal cangkok dan asal sambung
2 Kumulatif pertumbuhan tunas baru dari dua populasi tanaman asal bibit
yang berbeda pada setiap waktu pengmatan
3 Pertambahan tunas baru yang tumbuh dari dua populasi tanaman asal
bibit yang berbeda pada setiap waktu pengmatan
4 Kumulatif pertumbuhan jumlah daun dari dua populasi tanaman asal
bibit yang berbeda pada setiap waktu pengmatan
5 Pertambahan jumlah daun yang tumbuh dari dua populasi tanaman asal
bibit yang berbeda pada setiap waktu pengmatan
6 Luas daun dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada
setiap waktu pengmatan
7 Pertumbuhan diameter tajuk tanaman dari dua populasi tanaman asal
bibit yang berbeda pada setiap waktu pengmatan
8 Pemangkasan yang berbeda pada cabang tersier
9 Tanaman jambu biji kristal yang sedang berbuah
10 Bunga jambu biji kristal

11
11
12
13
13
14
14
24
28
30

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Pedoman interpretasi nilai koefisien korelasi
Hasil uji korelasi Pearson percobaan 1
Formulir uji organoleptik percobaan 1
Formulir uji organoleptik percobaan 2

45
45
46
47

1

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah yang berasal dari
daerah tropik Amerika (Nakasone dan Paull 1998). Jambu biji diklasifikasikan ke
dalam Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas
Dicotyledonae, Ordo Myrtales, Famili Myrtaceae dan Spesies Psidium guajava L.
Famili myrtaceae memiliki lebih dari 80 genus dan sekitar 3.000 spesies yang
tersebar di daerah tropik dan subtropik di Benua Amerika, Asia, dan Australia.
Genus psidium memiliki sekitar 150 spesies di daerah tropik Amerika. Spesies
Psidium guajava L. merupakan spesies dari genus psidium yang paling terkenal
dan banyak di distribusikan (Paull dan Duarte 2012).
Jambu biji memiliki banyak varietas. Beberapa varietas yang ada di
Indonesia yang sudah dilepas oleh Kementan antara lain Jambu biji Merah,
Wijaya merah, Deli, dan Kristal (Balitbu 2009). Bentuk, ukuran, rasa, dan warna
daging buah jambu biji bervariasi tergantung varietasnya. Umumnya buah jambu
biji berbentuk bulat atau memanjang menyerupai bentuk buah pir (Paull dan
Duarte 2012).
Buah jambu biji umumnya memiliki biji yang berjumlah banyak, rasa buah
cenderung sepat, dan daging buah keras. Sifat tersebut menyebabkan kurangnya
minat masyarakat terhadap buah jambu biji. Berbeda dengan jambu biji pada
umumnya, jambu biji varietas kristal memiliki jumlah biji yang sangat sedikit
(kurang dari 3% bagian buah), rasa buah manis segar, dan tekstur buah renyah
(Ditbenih 2007).
Jambu biji kristal merupakan introduksi dari Taiwan. Varietas jambu biji
kristal dilepas oleh Kementan dengan SK Mentan No.540/Kpts/SR.120/9/2007
(Ditbenih 2007). Budidaya jambu biji kristal sangat prospektif untuk
dikembangkan secara komersial karena dapat berbuah sepanjang tahun, memiliki
kandungan vitamin C yang tinggi, dan potensial sebagai buah substitusi impor.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
mengkonsumsi buah segar untuk kesehatan maka permintaan pasar terhadap buah
segar diperkirakan akan terus meningkat. Selain itu, bertambahnya jumlah
penduduk dan meningkatnya pendapatan per kapita, diperkirakan kebutuhan
jambu biji kristal akan terus meningkat baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Peningkatan pertumbuhan, produksi dan kualitas jambu biji kristal dapat
dilakukan dengan perbanyakan tanaman secara vegetatif dan pemangkasan.
Perbanyakan secara vegetatif yaitu perbanyakan tanaman menggunakan
bagian vegetatif tanaman, seperti tunas, daun, batang, dan akar. Jenis perbanyakan
vegetatif yaitu (1) Setek (Cutting), merupakan perbanyakan tanaman dengan
menumbuhkan potongan atau bagian tanaman seperti akar, batang, atau pucuk
sehingga menjadi tanaman baru, (2) Sambung (Grafting), merupakan perbanyakan
tanaman dengan cara menyambung potongan tanaman dari suatu tanaman induk
(batang atas) pada tanaman lain (batang bawah), (3) Okulasi (Budding),
merupakan penempelan atau penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan
menjadi satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi
regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya, (4) Cangkok (Air
layerage), merupakan perbanyakan tanaman dengan cara merangsang

2

pertumbuhan perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai
tanaman baru, dan (5) Kultur jaringan (Tissue culture), merupakan perbanyakan
tanaman dengan menggunakan ekspaln (jaringan tanaman) yang ditumbuhkan
pada media buatan yang steril dan terutup, sehingga kebutuhan unsur hara dan
nutrisi diperoleh langsung melalui media tersebut dan lingkungan tumbuh dapat
dikendalikan hingga menjadi tanaman baru (Paull dan Duarte 2012).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting untuk dilakukan
dibidang hortikultura karena selalu menghasilkan tanaman yang identik sama
dengan induknya dan tanaman lebih cepat berbuah. Menurut Santoso et al. (2008)
produktivitas tanaman yang tinggi ditentukan oleh bahan perbanyakan yang
digunakan. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai asal
bibit yang berbeda.
Pemangkasan merupakan pembentukan tajuk tanaman dengan tujuan
mengatur pertumbuhan tanaman dan pembuahan (Fumey et al. 2011). Menurut
Kinnet (1977) pemangkasan yang tepat dapat dipergunakan untuk mengatur
keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Cahaya matahari yang
diterima oleh tanaman yang dipangkas akan meningkat sehingga merangsang
pertumbuhan tunas baru yang produktif (Willaume et al. 2004). Pemangkasan
pada bagian pucuk (tunas apikal) akan mendorong pertumbuhan tunas-tunas
lateral sehingga percabangan akan semakin banyak (Dhaliwal et al. 2014).
Semakin banyak jumlah cabang yang produktif, semakin banyak buah yang
dihasilkan.
Pemangkasan pada tanaman jambu biji dapat dikelompokkan menjadi 3
jenis yaitu (1) Pemangkasan bentuk, untuk mengatur tinggi rendahnya tanaman
dan membentuk tajuk, (2) Pemangkasan pemeliharaan, untuk membuang tunas air
yang tidak bermanfaat, terkena serangan hama atau penyakit, dan tunas kering
atau mati, dan (3) Pemangkasan produksi, untuk merangsang pembungaan yang
dilakukan dengan cara memangkas cabang-cabang yang kurang produktif dan
terlalu rapat atau rimbun (Balitbu 2009).
Pemangkasan bermanfaat untuk mengendalikan pertumbuhan sehingga
arsitektur daun menjadi lebih kompak dan jarak dari source ke sink menjadi lebih
pendek. Source merupakan organ (daun) dan semua jaringan tanaman yang
berfotosintesis (Snyder dan Carlson 1983), sedangkan sink merupakan semua
bagian tanaman yang tidak berfotosintesis atau berfotosintesis tetapi tidak
maksimum, sehingga sebagian kebutuhan karbohidratnya disediakan oleh source
(Taiz dan Zeiger 2002). Jarak antara source dan sink yang lebih pendek
mengakibatkan penggunaan asimilat lebih efektif dan translokasi lebih lancar
(Ainzworth dan Bush 2011).
Susanto (2013) melaporkan bahwa pemangkasan dapat meningkatkan
pertambahan tinggi tanaman, jumlah tunas baru yang muncul, kecepatan muncul
bunga pertama, dan jumlah bunga pada tanaman jambu biji getas merah.
Pemangkasan juga dapat meningkatkan diameter dan bobot buah jeruk gerga
lebong (Rambe dan Ivanti 2014). Pentingnya kegiatan pemangkasan terhadap
pertumbuhan tanaman dan kualitas buah, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai pemangkasan yang berbeda untuk mengetahui pemangkasan yang
terbaik untuk pertumbuhan dan kualitas buah jambu biji kristal.

3

Tujuan
1. Tujuan percobaan pertama yaitu mempelajari pengaruh asal bibit cangkok dan
sambung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jambu biji kristal
2. Tujuan percobaan kedua yaitu mempelajari pengaruh pemangkasan yang
berbeda terhadap pertumbuhan tanaman dan kualitas buah jambu biji kristal
Hipotesis
1. Hipotesis percobaan pertama yaitu terdapat perbedaan pertumbuhan dan
produksi tanaman jambu biji kristal asal bibit cangkok dan sambung
2. Hipotesis percobaan kedua yaitu terdapat teknik pemangkasan yang
memberikan respon terbaik terhadap pertumbuhan tanaman dan kualitas buah
jambu biji kristal

4

5

2 KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
JAMBU BIJI KRISTAL ASAL CANGKOK DAN
SAMBUNG
Pendahuluan
Jambu biji kristal termasuk golongan tanaman klon (Ditbenih 2007),
sehingga untuk mempertahankan sifat unggul dari induknya tanaman diperbanyak
dengan cara vegetatif. Teknik perbanyakan secara vegetatif pada tanaman jambu
biji kristal yang umumnya dilakukan oleh petani yaitu dengan cara cangkok dan
sambung. Perbanyakan secara cangkok maupun sambung sama-sama memiliki
keunggulan dan kelemahan, serta adanya perbedaan karakter tanaman antara hasil
perbanyakan secara cangkok dan sambung.
Mencangkok merupakan teknik perbanyakan vegetatif dengan cara
pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk
merangsang terbentuknya akar (Prameswari et al. 2014). Umumnya perakaran
cangkokan akan tumbuh atau mulai terlihat setelah 1-3 bulan. Akar bibit hasil
cangkokan kurang kokoh karena sistem perakaran dangkal sehingga akan mudah
rebah (Purbiati dan Handayani 2000). Sistem perakaran tanaman hasil cangkok
merupakan sistem perakaran adventif.
Keunggulan perbanyakan dengan cara cangkok yaitu sifat tanaman baru
identik dengan induknya, waktu untuk melakukan perbanyakan vegetatif cangkok
cukup singkat yaitu 1-3 bulan, serta unsur hara, air, dan mineral pada layer
(batang yang berakar) masih terjamin dari supply tanaman induk (Hartmann dan
Kester 1978). Tanaman dewasa asal cangkok memiliki jumlah cabang yang lebih
banyak dibandingkan tanaman asal sambung, namun demikian belum diketahui
setiap cabang pada tanaman asal cangkok apakah produktif seluruhnya atau
sebagian, dan belum diketahui juga bagaimana kualitas buah yang dihasilkan oleh
cabang tersebut. Jumlah cabang yang produktif akan menentukan produktivitas
tanaman. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai hal tersebut.
Penyambungan atau enten (grafting) adalah upaya menggabungkan dua
jenis tanaman atau lebih sehingga tanaman yang disambung tumbuh menjadi satu
tanaman baru (Hartman et al. 1997). Tanaman baru terbentuk setelah terjadi
regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Proses pertautan
sambungan bervariasi antara lain tergantung spesies dan umur tanaman (Syafrison
et al. 2011). Keberhasilan penyambungan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain hubungan kekerabatan antara batang atas dan batang bawah, spesies tanaman,
cara penyambungan, faktor lingkungan, dan serangan hama serta penyakit
(Hartman et al. 1997).
Kompatibilitas pada perbanyakan tanaman dengan cara sambung
mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman dan kemampuannya berproduksi
Wutscher (1989). Kompatibilitas tanaman akan mempengaruhi transport air dan
unsur hara dari batang bawah ke batang atas serta distribusi hasil asimilasi dari
daun ke akar. Menurut Prawoto et al. (1987) proses tersebut cenderung terhambat
di daerah pertautan. Pertautan yang lebih sempurna antara batang bawah dan
batang atas mengakibatkan terjadinya keseimbangan antara karbohidrat dan

6

nitrogen yang ada di bagian atas sambungan dengan karbohidrat dan nitrogen
yang pada bagian bawah sambungan, sehingga tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan sempurna (Sofiandi 2006).
Perbanyakan vegetatif dengan cara sambung memiliki keunggulan
diantaranya tanaman yang dihasilkan memiliki sifat unggul dari batang bawah dan
batang atas dan tanaman cepat berbuah, namun untuk menyiapkan perbanyakan
dengan cara sambung memerlukan waktu yang cukup lama karena memerlukan
waktu untuk menghasilkan tanaman yang akan dijadikan batang bawah yang
dihasilkan dari biji (Hartman dan Kester 1978). Menurut Poerwanto (2002)
perbanyakan dengan sambungan (sambung pucuk) pada tanaman manggis dapat
memperpendek masa tanaman belum menghasilkan (TBM).
Karakter tanaman yang berbeda dari hasil perbanyakan dengan cara
cangkok dan sambung akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang
berbeda pula. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai pertumbuhan dan
produksi jambu biji kristal asal cangkok dan sambung.
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di lahan petani Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor. Analisis dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian
Hortikultura Tropika (PKHT) IPB dan Laboratorium Pascapanen Departemen
Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian dilakukan pada bulan November 2013
sampai Maret 2014.

Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan yaitu tanaman jambu biji kristal umur 3 tahun
dengan jarak tanam 2.5 x 2.5 m. Tanaman yang digunakan berasal dari bibit
cangkok dan sambung. Bahan yang digunakan untuk analisis yaitu Natrium
Hidroksida (NaOH) 0.1N dan phenolphthalein (PP), iodin 0.01N, amilum 1%, dan
akuades.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gunting pangkas,
timbangan digital, hand counter, plastik, sponet, blender, penetrometer controller
MK VI, hand refraktrometer Atago DUE-PSH 03, color reader CR 01 Konica
minolta, portable area meter LI-COR LI-3000C, labu ukur, erlenmeyer, buret,
jangka sorong, dan alat tulis.
Rancangan Percobaan
Percobaan ini terdiri atas 2 populasi tanaman jambu biji kristal yang berbeda
asal bibit yaitu cangkok dan sambung. Setiap populasi terdiri atas 4 tanaman.
Analisis Data
Data percobaan dianalisis menggunakan uji t dengan taraf α=5% juga
dilakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan tanaman

7

dengan produksi buah jambu biji kristal. Analisis korelasi linier sederhana
menurut Carl Pearson (Misbahudin dan Hasan 2013):

Keterangan
i
: perlakuan asal bibit yang berbeda
n
: jumlah pengamatan sampel
Xi
: pertumbuhan tanaman pada asal bibit yang berbeda ke i
Yi
: produksi tanaman pada asal bibit yang berbeda ke i
rxy
: koefisien korelasi linier
Nilai r menunjukkan kekuatan hubungan linier. Nilai korelasi berada pada interval
-1 ≤ r ≤ 1. Tanda – dan + menunjukkan arah hubungan. Pedoman interpretasi
nilai koefisien korelasi pada Lampiran 1.
Prosedur Percobaan
Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan penyeragaman tanaman pada
2 populasi tanaman jambu biji kristal umur 3 tahun yang berbeda asal bibit (asal
cangkok dan asal sambung) dengan cara pemangkasan pada cabang tersier dengan
menyisakan 11 pasang daun, dan pemangkasan pemeliharaan yaitu
menghilangkan ranting dan atau cabang yang sakit, tua, atau lemah, serta tunastunas air yang tidak diperlukan baik yang tumbuh pada batang utama, cabang
primer, maupun cabang sekunder. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan hingga
akhir penelitian. Selama penelitian diamati pertumbuhan dan perkembangan dari
masing-masing populasi yang dilakukan setiap 1 bulan, meliputi 1) diameter tajuk
per tanaman, 2) jumlah daun per tanaman, 3) luas daun per daun, 4) jumlah tunas
baru per tanaman, 5) jumlah bunga per tanaman, 6) jumlah bakal buah per
tanaman, 7) fruit set per tanaman, dan 8) jumlah buah yang dipanen per tanaman.
Buah yang telah berubah warna kulit buahnya menjadi hijau terang atau keputihan
dipanen, kemudian di analisis di laboratorium untuk diamati kualitas buahnya
yang meliputi 1) diameter, 2) bobot, 3) volume, 4) kelunakan, 5) uji warna kulit
buah, 6) uji kecerahan warna kulit buah, 7) padatan terlarut total (PTT), 8) asam
tertitrasi total (ATT), 9) kadar vitamin C, dan 10) uji organoleptik.
Pengamatan
Variabel yang diamati meliputi variabel pertumbuhan, hasil, kualitas hasil,
dan uji organoleptik sebagai berikut:
a. Variabel pertumbuhan
1. Diameter tajuk tanaman (cm)
Diameter tajuk tanaman diamati setiap 1 bulan. Diameter tajuk tanaman
diamati dengan cara mengukur 2 sisi terpanjang tajuk.
2. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun diamati setiap 2 minggu, menggunakan hand counter. Jumlah
daun diamati dengan cara menghitung seluruh daun yang muncul dan
berkembang sempurna pada seperempat tajuk tanaman, kemudian jumlah
daun yang diperoleh dikalikan empat.

8

3. Luas daun (cm)
Luas daun diamati setiap 1 bulan, menggunakan alat portable area meter
LI-COR LI-3000C. Daun yang diukur adalah daun dewasa dengan jumlah
contoh daun yaitu sebanyak 10 helai pada setiap tanaman.
4. Jumlah tunas
Jumlah tunas diamati setiap 2 minggu, menggunakan hand counter. Tunas
yang dihitung adalah keseluruhan tunas berukuran 2-4 cm yang muncul
setelah pemangkasan.
b. Variabel hasil
1. Jumlah bunga
Jumlah bunga diamati setiap 2 minggu, menggunakan hand counter.
Bunga yang dihitung adalah keseluruhan bunga mekar yang muncul
setelah pemangkasan.
2. Jumlah bakal buah
Jumlah bakal buah diamati setiap 2 minggu, menggunakan hand counter.
Bakal buah yang dihitung adalah keseluruhan bakal buah berukuran
diameter 1.5-2.5 cm yang muncul setelah pemangkasan.
3. Fruit set
Fruit set dihitung di akhir penelitian, dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

4. Jumlah buah
Buah yang dipanen dihitung jumlahnya per tanaman. Buah yang dipanen
adalah buah yang telah mengalami perubahan ukuran diameter menjadi
besar dan warna kulit buah menjadi hijau cerah.
c. Variabel kualitas hasil terdiri atas kualitas fisik dan kimia, yang dianalisis
setelah buah dipanen
Kualitas fisik buah meliputi:
1. Diameter buah (cm)
Diameter buah diukur menggunakan jangka sorong, dari arah horizontal
melingkar (diameter tranversal).
2. Volume buah (mL)
Volume buah dihitung dengan metode Archimedes, yaitu dengan
menghitung tumpahan air yang berasal dari wadah yang telah di isi air
penuh kemudian buah di masukkan ke dalam wadah tersebut. Tumpahan
air di ukur menggunakan gelas ukur.
3. Bobot buah (g)
Bobot buah diukur menggunakan timbangan digital.
4. Kelunakan buah (mm 50 g-1 5 detik-1)
Kelunakan buah diukur menggunakan penetrometer elektrik. Buah diukur
pada tiga bagian yaitu pangkal, tengah, dan ujung buah. Tusukan
dilakukan selama 5 detik, dengan beban yang digunakan 50 g. Angka yang
terbaca setelah penusukan dinyatakan sebagai tingkat kelunakan buah
(mm 50 g-1 5 detik-1).
5. Warna kulit buah (h0)
Warna kulit buah jambu biji kristal diukur pada tiga titik yaitu bagian
pangkal, tengah dan ujung buah. Warna kulit buah dianalisis

9

menggunakan color reader CR 01 Konica Minolta dengan skala warna
CIE LAB (McGuire 1992). Nilai L* mewakili tingkat gelap hingga
terang, dengan kisaran 0-100. Axis a* menunjukkan intensitas warna
merah (+) atau hijau (-), dan axis b* menunjukkan intensitas warna kuning
(+) atau biru (-). Berdasarkan nilai a dan b maka dapat dinyatakan nilai
o
Hue dengan persamaan sebagai berikut:
0
Hue = tan-1(b/a)
Nilai hue yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan nilai hue pada bola
imajiner Munsell, sehingga diperoleh data warna secara objektif.
6. Kecerahan warna kulit buah (L)
Kecerahan warna kulit buah diperoleh dari hasil analisis warna kulit buah
menggunakan color reader CR 01 Konica Minolta dengan skala warna
CIE LAB (McGuire 1992). Nilai L* yang dihasilkan menunjukkan tingkat
kecerahan warna kulit buah. Nilai L* mewakili tingkat gelap hingga
terang, dengan kisaran 0-100. Nilai 0 menunjukkan warna hitam atau
sangat gelap, dan nilai 100 menunjukkan kecenderungan warna putih atau
terang.
Kualitas kimia buah meliputi:
7. Padatan terlarut total (0Brix)
Padatan Terlarut Total (PTT) dianalisis menggunakan hand refraktrometer
digital. Buah jambu biji diambil 3 bagian dengan bobot sampel 10 g,
kemudian di haluskan dan diperas. Juice buah jambu biji kristal sebanyak
2 tetes diletakkan pada lensa hand refraktrometer. Angka yang diperoleh
dinyatakan dengan 0Brix.
8. Asam tertitrasi total (%)
Asam Teritrasi Total (ATT) dianalisis menggunakan metode titrasi dengan
larutan NaOH (AOAC 1995). Buah jambu biji diambil 3 bagian dengan
bobot contoh 10 g, kemudian di haluskan dan diperas hingga diperoleh
10 mL larutan juice. Akuades ditambahkan ke dalam larutan juice hingga
volumenya menjadi 100 mL kemudian dikocok. Selanjutnya diambil
50 mL filtrat dan diberi 3 tetes indikator phenolphtalein. Dititrasi dengan
NaOH 0.1 N yang sudah ditempatkan pada buret, dikocok pelan-pelan
sampai warna larutan berubah menjadi pink. Volume NaOH yang terpakai
digunakan untuk perhitungan Asam Tertitrasi Total (ATT) dengan rumus
sebagai berikut:
ATT = ml NaOH x N NaOH x fp x 64 x 100%
Bobot contoh (mg)
Keterangan:
mL NaOH
= volume NaOH yang terpakai saat titrasi
N NaOH
= normalitas NaOH (0.1N)
fp
= faktor pengenceran
64
= faktor asam dominan
Bobot contoh
= 10.000 mg
9. Kandungan vitamin C
Kandungan vitamin C (asam askorbat) dianalisis menggunakan metode
titrasi dengan larutan iodium (Sudarmadji et al. 1989). Buah jambu biji
diambil 3 bagian dengan bobot contoh 10 g, dihancurkan, kemudian ditera
sampai diperoleh larutan juice 250 mL. Selanjutnya diambil 25 mL filtrat

10

dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan diberi 1 mL larutan amilum 1%
sebagai indikator. Dititrasi dengan Iodin 0.01 N yang sudah ditempatkan
pada buret, dikocok pelan-pelan sampai warna larutan berubah menjadi
biru keunguan yang konstan. Vitamin C yang dikandung dalam buah dapat
diukur dengan menggunakan rumus:
Kadar vitamin C (mg 100 g-1) = mL Iod x 0.01 N Iod x 0.88 x fp x 100
Bobot contoh (mg)
Keterangan
1 mg iodium 0.01N
= 0.88 mg asam askorbat
fp
= faktor pengenceran
Bobot contoh
= 10.000 mg
d. Uji organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan memberikan lembar kuisioner pada
15 panelis untuk mengetahui tingkat kesukaan dan penerimaan konsumen
terhadap rasa buah. Skor rasa sebagai berikut: 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak
suka, 3 = kurang suka, 4 = suka, 5 = sangat suka.
Hasil dan Pembahasan
Tanaman jambu biji kristal umur 3 tahun asal cangkok dan asal sambung
memiliki perbedaan yang sangat menonjol yaitu dari batang utamanya. Tanaman
asal cangkok memiliki jumlah batang utama lebih dari 1 (Gambar 1.a), sedangkan
tanaman asal sambung hanya memiliki 1 batang utama (Gambar 1.b). Tanaman
jambu biji kristal secara umum memiliki kesamaan dengan tanaman jambu biji
lainnya. Tinggi tanaman sekitar 2.0-2.5 m, bentuk tajuk tanaman yaitu perdu
dengan lebar tajuk 2.0-2.5 m, percabangan agak vertikal dengan sudut 30-450.
Batang berwarna coklat, berbentuk silindris, sedangkan penampang batangnya
berbentuk bulat, dan berdiameter 7.5 cm. Daun berwarna hijau, berbentuk jorong,
panjang daun 8.8-11.1 cm dan lebar 4.6-6.0 cm, tepi daun rata dan ujung daun
tumpul, permukaan daun bagian atas halus bergelombang, sedangkan bagian
bawah kasar bergelombang, dan panjang tangkai daun 0.6-1.3 cm. Letak daun
jambu biji saling berhadapan (Ditbenih 2007).
Secara umum pertumbuhan tanaman asal cangkok dan asal sambung dari
bulan pertama pengamatan (Bulan November 2013) sampai bulan kelima
pengamatan (Bulan Maret 2014) menunjukkan tanaman tumbuh dan berkembang
dengan baik. Saat penelitian terdapat hama kutu putih yang menyerang bakal
buah, namun hal ini tidak cukup menggangu karena dapat diatasi dengan cara
membersihkan bakal buah menggunakan sikat gigi sebelum dibungkus dengan
sponet dan kantung plastik bening. Selain itu, kondisi hujan yang terus menerus
dapat menurunkan populasi kutu putih (Faridah 2011). Tanaman memberikan
respon yang baik setelah dilakukan pemangkasan yaitu tumbuh tunas yang
kemudian tumbuh dan berkembang dengan baik sampai berbuah dan panen.

11

(a)
(b)
Gambar 1 Tanaman jambu biji kristal asal cangkok (a) dan asal sambung (b)
Pertumbuhan Tanaman Jambu Biji Kristal
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya masa sel yang bersifat
irreversible (tidak dapat dikembalikan). Tanaman jambu biji kristal asal cangkok
dan asal sambung yang telah dipangkas pemeliharaan mengalami peningkatan
pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan dimulai dengan munculnya tunas baru, yang
tumbuh memanjang dan berkembang dari tunas vegetatif menjadi generatif hingga
membentuk cabang baru yang terus tumbuh memanjang hingga meningkatkan
diameter tajuk tanaman. Pertumbuhan tunas baru ditunjukkan pada Gambar 2.

Jumlah tunas

25

Asal cangkok
Asal sambung

20
15
10
5
0
1

2

3

4

5

Waktu pengamatan (bulan ke-)
Gambar 2 Kumulatif pertumbuhan tunas baru dari dua populasi tanaman asal bibit
yang berbeda pada setiap waktu pengamatan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan tunas dari
bulan pertama sampai bulan kelima. Jumlah cabang pada tanaman asal cangkok
yang lebih banyak dibandingkan tanaman asal sambung menghasilkan jumlah
tunas yang lebih banyak pula. Hal ini menunjukkan bahwa cabang-cabang pada

12

Jumlah tunas

tanaman asal cangkok produktif. Cabang yang produktif menghasilkan bunga dan
bakal buah. Berdasarkan nilai koefisien korelasi, diketahui bahwa terdapat
korelasi positif nyata antara jumlah tunas dengan jumlah bunga (r=0.93), jumlah
bakal buah (r=0.84), dan jumlah buah dipanen (r=0.79) (Lampiran 2). Semakin
tinggi jumlah tunas, semakin tinggi jumlah bunga dan bakal buah yang terbentuk
serta buah yang dipanen.
Pertambahan tunas baru pada setiap bulan pengamatan ditunjukkan pada
Gambar 3.
Asal cangkok
Asal sambung

7
6
5
4
3
2
1
0
1

2
3
4
5
Waktu pengamatan (bulan ke-)

Gambar 3 Pertambahan tunas baru yang tumbuh dari dua populasi tanaman asal
bibit yang berbeda pada setiap waktu pengamatan
Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa tunas baru yang tumbuh secara
umum jumlahnya berkurang dari bulan pertama (Bulan November) pengamatan
sampai bulan ke empat (Bulan Februari), meskipun demikian tunas yang telah
tumbuh berkembang dengan baik. Bulan kelima pengamatan (Bulan Maret) terjadi
kenaikan jumlah tunas baru yang tumbuh baik pada tanaman asal cangkok
maupun asal sambung. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemangkasan
pemeliharaan yang dilakukan memacu tumbuhnya tunas dengan jumlah yang
berbeda antara tanaman asal cangkok dan asal sambung. Jumlah tunas baru yang
tumbuh pada tanaman asal cangkok lebih banyak dibandingkan asal sambung.
Munculnya tunas ditandai dengan pembentukan kuncup pada ketiak daun
dan atau pada samping cabang (kuncup lateral). Kuncup kemudian berkembang
menjadi tunas. Menurut Wuryaningsih dan Andyantoro (1998) proses fisiologis
awal tumbuhnya tunas ditentukan oleh pembelahan dan pemanjangan sel
meristematis yang dipengaruhi adanya keseimbangan antara auksin, sitokinin, dan
senyawa lain yang mengaktifkan sitokinin. Sitokinin menyebabkan terjadinya
diferensiasi jaringan pengangkut tunas lateral (penyempurnaan hubungan antara
tunas lateral dan cabang) (Heddy 1989). Terbentuknya jaringan pengangkut
tersebut memungkinkan terjadinya transport nutrient dari cabang ke tunas lateral
sehingga dapat tumbuh.
Tunas vegetatif membentuk daun-daun. Daun merupakan organ utama yang
menyerap cahaya matahari dan melakukan fotosintesis pada tanaman.
Pertumbuhan jumlah daun ditunjukkan pada Gambar 4.

Jumlah daun (helai)

13

300
250
200
150
100
50
0

Asal cangkok
Asal sambung

1

2
3
4
5
Waktu pengamatan (bulan ke-)

Gambar 4 Kumulatif pertumbuhan jumlah daun dari dua populasi tanaman asal
bibit yang berbeda pada setiap waktu pengamatan

Jumlah daun (helai)

Tunas baru tumbuh dengan baik yang ditandai dengan jumlah daun yang
meningkat. Pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada tanaman asal
cangkok. Menurut Kimball (1991) pertumbuhan daun terjadi akibat pembelahan,
pemanjangan, dan diferensiasi sel-sel pada meristem dari kuncup lateral yang
memproduksi sel-sel baru secara periodik sehingga daun baru terbentuk.
Pertambahan jumlah daun pada tanaman asal cangkok dan asal sambung
ditunjukkan pada Gambar 5.
80

Asal cangkok
Asal sambung

60
40
20
0
1

2
3
4
5
Waktu pengamatan (bulan ke-)
Gambar 5 Pertambahan jumlah daun yang tumbuh dari dua populasi tanaman asal
bibit yang berbeda pada setiap waktu pengamatan
Secara umum pertambahan jumlah daun setiap bulannya pada tanaman asal
cangkok yaitu sebanyak 51.6 helai, sedangkan tanaman asal sambung sebanyak
35 helai. Terbentuknya daun baru meningkatkan jumlah potensi asimilat yang
dihasilkan. Pucuk daun yang sedang membesar merupakan sink yang kuat pada
saat pertumbuhan vegetatif, namun ketika daun telah dewasa menjadi source
(Roberts et al. 1997). Asimilat dari source ditranslokasikan ke seluruh organ
tanaman melalui floem untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Luas daun merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman yang
penting karena laju fotosintesis per satuan tanaman dominan ditentukan oleh luas
daun (Rahayu et al. 2010). Luas daun pada dua populasi tanaman yang berbeda
asal bibit ditunjukkan pada Gambar 6.

14

Asal cangkok
Asal sambung

Luas daun
(cm2 daun-1)

50
40
30
20
10
1

2

3

4

5

Waktu pengamatan (bulan ke-)
Gambar 6 Luas daun dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda pada
setiap waktu pengamatan

Diameter tajuk
tanaman (cm)

Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa tanaman asal cangkok memiliki
luas daun yang lebih lebar dibandingkan tanaman asal sambung. Menurut Gardner
et al. (1991) keberadaan auksin dan sitokinin di daun merangsang pembelahan
dan perbesaran sel-sel daun muda sampai ukuran habitusnya. Jumlah daun
berhubungan erat dengan luas daun. Semakin banyak jumlah daun yang terbentuk,
semakin tinggi luas daun. Menurut Pertamawati (2010) proses fotosintesis akan
optimal apabila jumlah daun semakin banyak dan ukurannya semakin besar,
sehingga asimilat yang dihasilkan dan ditranslokasikan pun lebih banyak. Jumlah
asimilat yang lebih banyak ditranslokasikan mengakibatkan adanya peningkatan
pertumbuhan seperti jumlah daun, luas daun, dan diameter tajuk tanaman.
Pertumbuhan diameter tajuk tanaman ditunjukkan pada Gambar 7.
365
360
355
350
345
340

Asal cangkok
Asal sambung

1

2
3
4
5
Waktu pengamatan (bulan ke-)

Gambar 7 Pertumbuhan diameter tajuk tanaman dari dua populasi tanaman asal
bibit yang berbeda pada setiap waktu pengamatan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan diameter tajuk tanaman
dari bulan pertama pengamatan (Bulan November 2013) sampai bulan kelima
pengamatan (Bulan Maret 2014). Pemanjangan tunas maupun cabang pada
tanaman berkontribusi dalam meningkatkan diameter tajuk tanaman. Pertumbuhan
panjang tunas dan cabang berkaitan dengan pembelahan sel dan pemanjangan sel,
yang dipengaruhi oleh hormon auksin dan sitokinin. Sitokinin berperan dalam
memacu pembelahan sel melalui peningkatan laju sintesis protein, dan auksin

15

berperan dalam memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan pada
tunas maupun cabang.
Produksi Tanaman Jambu Biji Kristal
Fase reproduktif tanaman jambu biji kristal tidak terlepas dari fase
vegetatif. Fase reproduktif meliputi perkembangan bunga dan buah. Banyaknya
bunga dan buah yang dihasilkan ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah bunga, bakal buah, dan fruit set dari dua populasi tanaman asal
bibit yang berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014
Perlakuan
Asal cangkok
Asal sambung

Jumlah bunga
148.5 a
106.0 b

Jumlah bakal buah
96.5 a
69.5 b

Fruit set (%)
64.8 a
65.2 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji t pada taraf α=5%.

Awal munculnya bunga merupakan proses transisi dari fase vegetatif ke
generatif. Bunga jambu biji kristal muncul pada ketiak daun, sehingga jumlah
bunga yang muncul dipengaruhi oleh jumlah daun dan ruas cabang. Berdasarkan
nilai koefisien korelasi diketahui terdapat korelasi positif antara jumlah daun
dengan jumlah bunga (r=0.89) dan jumlah bakal buah (r=0.78) (Lampiran 2). Hal
ini menunjukkan semakin tinggi jumlah daun, semakin tinggi jumlah bunga dan
bakal buah yang terbentuk.
Percabangan pada tanaman jambu biji kristal asal cangkok memiliki
jumlah cabang lebih banyak dibandingkan tanaman asal sambung sehingga jumlah
bunga dan bakal buah yang dihasilkan lebih banyak jumlahnya dibandingkan asal
sambung. Tanaman asal cangkok menghasilkan bunga sebanyak 148.5 dan bakal
buah sebanyak 96.5, sedangkan tanaman asal sambung menghasilkan bunga
sebanyak 106.0 dan bakal buah sebanyak 69.5 (Tabel 1).
Sutaningsih (2008) melaporkan bahwa waktu yang diperlukan bunga
tanaman jambu biji kristal dari inisiasi sampai mulai muncul mahkota adalah
6-9 hari dan dari muncul mahkota sampai bunga mekar (anthesis) adalah
12-24 hari. Perkembangan bunga dari inisiasi sampai mekar diperlukan 18-27
hari, sedangkan dari bunga mekar sampai mahkota dan benang sari rontok
diperlukan waktu 2-3 hari, selanjutnya bakal buah dan putik berkembang. Umur
3 hari setelah anthesis, bakal buah berwarna hijau muda dan tangkai benang sari
berwarna coklat. Umur 9 hari setelah anthesis, bakal buah berwarna hijau lebih
tua dengan kelopak berwarna hijau muda. Umur 12 hari setelah anthesis, bakal
buah mengalami penambahan ukuran daging buah sehingga lingkar buah semakin
besar. Menurut Winarno dan Aman (1979) bahwa terjadinya buah adalah hasil
dari beberapa jenis bentuk pertumbuhan, yaitu dari pembesaran bakal buah,
pembesaran jaringan yang mendukung bakal buah dan gabungan dari kedua
bentuk tersebut.
Selama masa perkembangan bunga menjadi bakal buah terdapat faktor yang
menghalangi, seperti hama penyakit dan kerontokan bunga, sehingga tidak semua
bunga menjadi bakal buah. Jumlah buah yang masih berada pada tanaman setelah
periode gugur bunga disebut fruit set. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
asal bibit yang berbeda tidak mempengaruhi fruit set tanaman jambu biji kristal

16

(Tabel 1). Persentase fruit set yang dihasilkan oleh tanaman asal cangkok dengan
asal sambung tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan banyak bunga pada
tanaman asal cangkok yang rontok atau tidak menjadi buah. Jumlah bunga (sink)
yang banyak pada tanaman asal cangkok diduga mengakibatkan terjadinya
kompetisi yang besar antar organ yang sedang berkembang untuk mendapatkan
asimilat. Menurut Ryugo (1988) dan Leopold et al. (1975) secara fisiologis
gugurnya bunga atau buah berkorelasi dengan terbatasnya suplai asimilat dan
kecukupan hara serta regulasi hormonal pada zona absisi.
Buah yang mampu bersaing dalam mendapatkan asimilat akan terus tumbuh
dan berkembang sampai dipanen. Jumlah buah yang dipanen dan kualitas fisik
buah segar jambu biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang berbeda
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah buah dipanen, kualitas fisik buah (diameter, volume, dan bobot),
dan bobot total buah tanaman-1 jambu biji kristal dari dua populasi
tanaman asal bibit yang berbeda dari bulan November 2013 sampai
Maret 2014
Perlakuan

Asal cangkok
Asal sambung

Jumlah
buah
dipanen
tanaman-1
86.6 a
63.2 a

Diameter
buah
(cm)

Volume
buah
(mL)

Bobot
buah
(g)

8.1 b
8.4 a

243.0 b
261.0 a

247.2 b
270.8 a

Bobot total
buah
tanaman-1
(kg)
21.3 a
17.1 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji t pada taraf α=5%.

Hasil analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap
jumlah buah yang dipanen antara tanaman asal cangkok (86.5 buah) dan asal
sambung (63.2 buah) (Tabel 2), namun pada tingkat kepercayaan 90% berbeda
nyata. Tanaman jambu biji kristal asal cangkok cenderung menghasilkan jumlah
buah yang dipanen per tanaman lebih banyak dibandingkan tanaman asal
sambung, sehingga apabila ditanam dalam lahan yang lebih luas akan lebih
menguntungkan karena produksinya banyak.
Pertambahan jumlah dan luas daun yang dihasilkan tanaman asal bibit
yang berbeda mempengaruhi kualitas fisik buah, yaitu diameter, volume, dan
bobot buah per buah, namun tidak berbeda nyata pada bobot total buah per
tanaman (Tabel 2). Hal ini terkait dengan jumlah asimilat yang dihasilkan dan
ditranslokasikan. Jumlah daun yang banyak dan luas daun yang besar pada
tanaman asal cangkok, tidak mampu memasok ukuran dan bobot buah yang lebih
besar dibandingkan buah pada tanaman asal sambung dikarenakan banyaknya
bunga dan buah yang terbentuk pada tanaman asal cangkok, sehingga persaingan
buah untuk mendapatkan asimilat semakin besar. Sebaliknya, pada tanaman asal
sambung jumlah bunga dan buah yang terbentuk lebih sedikit sehingga asimilat
yang ditranslokasikan ke dalam buah lebih banyak. Hal ini sejalan dengan
Sonnewald dan Willmitzer (1992) bahwa asimilat yang diterima oleh sink berasal
dari source yang jumlahnya ditentukan oleh proporsi alokasi asimilat. Dann et al.
(1984) dan DeJong et al. (1987) melaporkan bahwa pada tanaman peach yang
sedang berbuah terdapat persaingan antar organ reproduktif (seperti buah) dan
organ vegetatif (seperti tunas, daun, dan akar) dalam mendapatkan asimilat.

17

Ukuran dan penampilan buah merupakan parameter kualitas yang sangat
penting. Buah jambu biji kristal dikelaskan ke dalam grade A, B, dan C. Grade A
yaitu bobot buah > 300 g dan terdapat bercak buah sangat sedikit atau hampir
tidak ada. Grade B yaitu bobot buah 200-300 g dan terdapat bercak buah sedikit.
Grade C yaitu bobot buah < 200 g dan terdapat bercak buah banyak namun masih
layak konsumsi. Masing-masing grade yang dihasilkan tanaman asal cangkok dan
sambung ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Grade buah jambu biji kristal dari dua populasi tanaman asal bibit yang
berbeda dari bulan November 2013 sampai Maret 2014
Perlakuan

Jumlah buah dipanen
Grade A

Grade B

Grade C

Asal cangkok

24.0 a

43.8 a

18.8 a

Asal sambung

20.2 a

30.8 a

12.2 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata menurut Uji t pada taraf α=5%. Grade A: bobot buah > 300 g dan
terdapat bercak buah sangat sedikit atau hampir tidak ada. Grade B: bobot buah 200300 g dan terdapat bercak buah sedikit. Grade C: bobot buah < 200 g dan terdapat
bercak buah banyak namun masih layak konsumsi.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa asal bibit yang berbeda tidak
mempengaruhi jumlah grade dari buah yang dipanen, baik pada grade A, B,
maupun C (Tabel 3). Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa tanaman jambu
biji kristal asal cangkok menghasilkan 27.7% grade A, 50.6% grade B, dan 21.7%
grade C, sedangkan asal sambung menghasilkan 32.0% grade A, 48.7% grade B,
dan 19.3% grade C.
Jumlah grade dari buah yang dihasilkan merupakan hasil panen selama
5 bulan, jika dihitung dalam 1 tahun maka dapat diperoleh estimasinya. Estimasi
jumlah buah yang dipanen berdasarkan grade dalam 1 tahun yaitu untuk tanaman
asal cangkok menghasilkan grade A sebanyak 57.6 tanaman-1 tahun-1, grade B
sebanyak 105.1 tanaman-1 tahun-1, grade C sebanyak 45.1 tanaman-1 tahun-1,
sedangkan untuk tanaman asal sambung menghasilkan grade A sebanyak
48.4 tanaman-1 tahun-1, grade B sebanyak 73.9 tanaman-1 tahun-1, grade C
sebanyak 29.2 tanaman-1 tahun-1.
Harga jambu biji kristal grade A yaitu Rp. 15.000,00 kg-1, grade B yaitu
Rp. 7.000,00 kg-1, grade C yaitu Rp. 5.000,00 kg-1. Harga tersebut merupakan
harga dari petani yang dibeli oleh ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor. Harga jual
jambu biji kristal grade A yaitu Rp. 20.000,00 kg-1, grade B dan C yaitu
Rp. 11.000,00 kg-1 (Pratidina et al. 2015). Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
estimasi pendapatan petani jambu biji kristal per tahun per hektar pada tanaman
umur 3 tahun dan jarak tanam 2.5 x 2.5 m. Estimasi pendapatan petani jika
membudiyakan jambu biji kristal menggunakan tanaman asal cangkok yaitu
sebesar Rp. 814.240.000,00, sedangkan jika membudidayakan jambu biji kristal
menggunakan tanaman asal sambung yaitu sebesar Rp. 701.120.000,00. Estimas