Darmiyati Zuchdi dan Budiasih 1996:6 mengungkapkan bahwa belajar bahasa dibagi atas beberapa fase perkembangan.
1 Lahir – 2 tahun, pada usia ini fase fonologis mulai berkembang, anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa mulai mengoceh sampai menyebutkan kata-kata
sederhana. 2 Usia 2-7 tahun, pada usia ini fase yang berkembang adalah sintaktik yaitu anak
mulai menunjukkan kesadaran gramatis; berbicara menggunakan kalimat. 3 Usia 7-11 tahun, pada usia ini fase yang berkembang adalah semantik, yaitu
anak sudah dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan tahap IV yaitu fase usia 7 – 11 tahun, pada usia ini fase yang berkembang adalah semantik yaitu anak sudah dapat
membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata. Masri Sareb 2008:4 mengungkapkan bahwa membaca permulaan menekankan
pengkondisian siswa untuk masuk dan mengenal bahan bacaan. Belum sampai pada pemahaman yang mendalam akan materi bacaan, apalagi dituntut untuk menguasai materi
secara menyeluruh, lalu menyampaikan hasil pemerolehan dari membacanya. Pada masa prasekolah, anak distimulus untuk dapat membaca permulaan. Menurut
Steinberg Ahmad Susanto, 2011: 83 membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah. Program ini merupakan perharian pada perkataan-
perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai perantaran pembelajaran.
2.1.2 Faktor – faktor ketidakmampuan membaca
Faktor yang dapat menghambat atau memberi pengaruh buruk terhadap belajar anak dapat diklasifikasikan menjadi 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal .
2.1.2.1 Faktor Internal.
Mempelajari suatu bahasa, seperti halnya bahasa mandarin pasti memiliki kendala dalam memahami penggunaan bahasa mandarin secara baik dan benar, terutama untuk
memahami aksara han. Faktor internal muncul dari dalam pengguna bahasa itu sendiri. Faktor-faktor internal tersebut adalah.
1. Anak – anak tidak pernah mengulang pelajaran.
2. Kepedulian orang tua terhadap waktu belajar anak di rumah.
2.1.2.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar pribadi mahasiswa itu sendiri. Tetapi faktor eksternal sangat mempengaruhi mereka untuk dapat memahami materi
pelajaran yang disampaikan. Faktor-faktor eksternal tersebut meliputi
1. Pengaruh bahasa yang digunakan sehari – hari.
2. Materi Pengajaran.
3. Materi Penyampaian yang kurang jelas.
2.1.3 Aksara Han
Ada tiga pandangan mengenai sejarah terciptanya Aksara han, yaitu: 1. Aksara tionghoa diciptakan oleh Fuxi 伏 羲 , karena Fuxi menemukan bagua
八 卦 atau yang disebut heksagram, dan menurut para pakar , aksara han tercipta dimulai dari perubahan simbol baguaheksagram.
Mengenai pandangan aksara han katanya berasal dari baguaheksagram, pandangan ini sudah disanggah oleh banyak para ahli. Meskipun heksagram merupakan
sebuah simbol informasi, tetapi arti terkandung di dalamnya sampai sekarang masih belum terlalu jelas. Simbol dasarnya adalah “一’’ dan “一 一’’,kalau di bandingkan dengan tulisan
Jiaguwen 甲骨文 atau tulisan tulang, jinwen 金文 atau tulisan logam yang timbul kemudian,
dari tinjauan bentuk sangatlah berbeda jauh, dan tidak mungkin menjadi asal usul dari kedua tulisan tersebut,contoh :
Gambar 2.1.3 aksara yang berasal dari baguaheksagram. 2. Aksara Tionghoa, awalnya merupakan cara membuat catatan dengan simpul
结 绳 记 事 , dan menurut sejarah awalnya catatan simpul ditemukan oleh Shennong 神农.
Pandangan mengenai catatan simpul, kebanyakan para ahli juga tidak sependapat bahwa catatan simpul merupakan asal – usul dari aksara han dan menganggap simpul hanya
sebuah cara untuk mencatat sesuatu hal saja. Karena rata-rata kebanyakan masyarakat purba mengunakan cara demikian membuat ikat simpul untuk menyampaikan pesan, dan tidak
berubah menjadi semacam bentuk tulisan sampai sekarang, contoh : 馬m ǎ kuda , 媽 mā
mama.
3. Aksara Tionghoa ditemukan oleh seorang menteri sejarah dari Kaisar Kuning Huang Di 黄 帝 , yang bernama Cangjie 仓 颉 , contoh : 马 m
ǎ kuda , 妈 mā
mama.
Legenda mengenai seseorang yang bernama Cangjie yang menemukan tulisan sudah ada sejak akhir jaman negara-negara berperang 战国末期, sekitar abad ke 3 SM. Ada orang
berpendapat bahwa Cangjie adalah seorang raja zaman kuno, seorang raja yang hidup diantara zaman Huangdi atau kaisar kuning dan zaman kaisar Shennong, ada yang
mengatakan bahwa Cangjie hidup pada zaman kaisar Yandi 炎 帝 , dan ada juga mengatakannya dia hidup pada zaman Fuxi.
Namun menurut Sima Qian dan Ban Gu, pakar sejarah pada zaman Dinasty Han, mengemukakan bahwa Cangjie adalah menteri sejarahnya Kaisar Kuning, oleh sebab
itu dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, Cang Jie adalah seseorang yang hidup sekitar 4000 tahun yang silam pada sebuah masyarakat patrilineal awal. Menurut catatan
buku jaman kuno,Cang Jie adalah seorang yang memiliki empat mata, memiliki kemampuan dewata, dengan mengamati pergerakan bintang di jagat raya, dan menyelidiki bentuk garis
dari tempurung kura-kura serta jejak kaki unggas, diambil dan dikumpulkan semuanya yang indah untuk digabungkan menjadi tulisan, sehingga di sebut huruf kuno.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan aksara han yang ditemukan oleh seorang menteri sejarah dari Kaisar Kuning huang di 黄帝, yang bernama Cangjie 仓颉, karena
aksara han tersebut adalah aksara yang telah di sederhanakan dan digunakan hingga saat ini.
2.1.4 Etnis Tionghoa