Simpulan dan Saran

4. Simpulan dan Saran

4.1 Simpulan

Berdasarkan uraian hasil dua penelitian tentang evaluasi diri dalam pembelajaran Bahasa Inggris di atas, dan pembahasan atas hasil-hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

1. Evaluasi diri sebagai salahsatu jenis asesmen otentik terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris, khususnya perkuliahan menulis.

2. Dengan penerapan teknik evaluasi diri secara optimal dalam pembelajaran menulis, dapat ditingkatkan hasil belajar menulis siswa, efisiensi waktu pembelajaran di kelas karena siswa dapat bekerja di luar kelas dengan pedoman ceklis evaluasi diri, dan dapat mendidik siswa untuk merasakan ownership atas kinerja dan karyanya, dan belajar mengambil resiko atas belajarnya

(risk-taking) melalui kegiatan pembelajaran mandiri berbantuan ceklis evaluasi diri. Semua ini dapat melahirkan autonomous learners, yang merupakan tujuan akhir dari suatu proses pembelajaran.

3. Dalam implementasinya pada pembelajaran, kegiatan evaluasi diri ternyata tidak instant-effective. Hal ini disebabkan oleh paling tidak tiga hal. Pertama, faktor budaya pendidikan kita yang hingga kini masih bersifat top-down, dimana siswa sangat tergantung pada gurunya. Orientasi tradisional ini lebih lagi terlihat pada kegiatan penilaian dimana siswa merasa tidak berhak menilai dirinya. Bagi mereka, satu-satunya agen penilai adalah guru. Kedua, faktor psikologis, dimana siswa merasa tidak mampu melakukan penilaian dan jika hal tersebut ditugaskan padanya akan menimbulkan rasa cemas. Ketiga, dari kedua faktor di atas, menimbulkan masalah pengelolaan pembelajaran (pedagogik), yaitu kesulitan dalam mengajar siswa melakukan evaluasi diri karena mereka dihalangi oleh dua faktor di atas.

4. Mengingat pentingnya evaluasi diri dalam pembelajaran, dan besarnya tantangan dalam memulai mengimplementasikannya, diperlukan suatu mekanisme bertahap dalam fase-fase.

4.2 Saran Berdasarkan paparan kedua hasil penelitian, pembahasan yang dilakukan terhadap hasil- hasil itu, dan simpulan dari keseluruhan kajian ini, maka saran yang berupa rekomendasi kebijakan implementasi teknik evaluasi diri dalam pembelajaran dan asesmen pendidikan diberikan pada dua sisi, yaitu rekomendasi dalam konteks kebijakan, dan rekomendasi strategi implementasinya dalam kegiatan pembelajaran dan asesmen.

Dalam konteks kebijakan, perlu dilakukan optimalisasi penggunaan asesmen otentik dengan prioritas pada teknik evaluasi diri, dalam arti, guru diwajibkan menggunakan teknik evaluasi diri di samping teknik-teknik asesmen otentik yang lain dalam program pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah: (1) sosialisasi dan pelatihan pelaksanaan evaluasi diri untuk mendukung pendekatan keterampilan proses dalam berbagai model pembelajaran, (2) pelaksanaan pelatihan yang sebaiknya dilakukan di gugus- gugus (sejenis lesson study) yang dibentuk untuk itu dengan mempertimbangkan klasifikasi sekolah dan areal, (3) demi lancar dan kontinunya pelaksanaan pelatihan tersebut di setiap gugus, perlu dibentuk calon-calon pelatih untuk itu (TOT). Hal ini dapat dilakukan kerjasama antara

Universitas-LPMP dengan memanfaatkan guru-guru berpengalaman, (4) dirancang dan dilakukan program monitoring secara rutin dan berkelanjutan kemasing-masing gugus dan sekolah secara proporsional, (5) ciptakan ajang diskusi laporan pelaksanaan pembelajaran berbasis evaluasi diri secara berkala dan berjenjang. Semua hal di atas dapat dilakukan dengan kordinasi antara Dinas Pendidikan (Kabupaten/Kota-LPMP-Cabang Dinas dimasing-masing Kecamatan dan gugus sebagai ujung tombak)

Dalam konteks implementasi dalam kegiatan pembelajaran dan asesmen di kelas, disarankan agar teknik evaluasi diri diimplementasikan dalam tiga fase sebagai berikut: (i) fase penanaman konsep pentingnya evaluasi diri dalam belajar sehingga mengubah persepsi siswa bahwa penilaian hanya dilakukan terhadap produk belajar, sebaliknya, siswa perlu meyakini bahwa dengan keterbukaan menerima kelebihan dan kekurangan sendiri adalah suatu hal yang sangat baik bagi pertumbuhannya; (ii) fase pelatihan dimana siswa dilatih untuk bisa melakukan evaluasi diri secara efektif. Rolheiser dan Ross (2005) menyarankan empat langkah yang perlu dilakukan guru dalam melatih siswa melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua komponen dalam menentukan kriteria penilaian, (2) pastikan semua pebelajar tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya, (3) berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja berikutnya.

Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Pengajar mengajak pebelajar bersama-sama menetapkan kriteria penilaian. Pertemuan dalam bentuk sosialisasi tujuan pembelajaran dan curah pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat tujuan tersebut dan bagaimana mencapainya. Untuk langkah kedua, siswa dilatih menggunakan ceklis evaluasi diri. Pertama-tama dilakukan dengan pemodelan, yaitu guru memberi contoh bagaimana cara melengkapi ceklis, selanjutnya, dilakukan oleh siswa sendiri secara berkelompok, dan akhirnya siswa secara mandiri berlatih menggunakan ceklis, dengan berbagai variasi bentuknya. Untuk langkah ketiga, pemberian umpan balik dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan; dan dapat Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Pengajar mengajak pebelajar bersama-sama menetapkan kriteria penilaian. Pertemuan dalam bentuk sosialisasi tujuan pembelajaran dan curah pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat tujuan tersebut dan bagaimana mencapainya. Untuk langkah kedua, siswa dilatih menggunakan ceklis evaluasi diri. Pertama-tama dilakukan dengan pemodelan, yaitu guru memberi contoh bagaimana cara melengkapi ceklis, selanjutnya, dilakukan oleh siswa sendiri secara berkelompok, dan akhirnya siswa secara mandiri berlatih menggunakan ceklis, dengan berbagai variasi bentuknya. Untuk langkah ketiga, pemberian umpan balik dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan; dan dapat

Daftar Pustaka

Bachman, L. F. & Palmer, A. (1996). Language Testing in Practice. Oxford: Oxford University Press.

Brew, A. (1999). ‘Toward Autonomous Assessment: using Self Assessment and Peer Assessment’. dalam Brown, S. dan Glesner, A. Assessment Matters in Higher Education. . Open University Press.

Buchori, M. (2000). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Confrey, Jere. (1995). ‘A Theory of Intellectual Development’. Journal For the Learning of Mathematics. Vol. 15,1 (Februari). 38-47.

Dantes, N. (1997). Motivasi Berprestasi dan Harapan Terhadap Sains dan Teknologi Di Kalangan Siswa Kelas I SMU Negeri 2 Singaraja. The Research Center of IKIP Negeri Singaraja. (unpublished research report).

Delors, J. (1996). Learning: The Treasure Within. France: UNESCO Publishing.

Gipayana, M. (1998). ‘Keefektifan Pendekatan Bertahap dan Penilaian Portofolio dalam Mengembangkan Keterampilan Menulis Siswa Sekolah Dasar’. Jurnal Ilmu Pendidikan. Year 25 No. 2 (July). 191-201.

Jung, J. (1978). Understanding Human Motivation. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Marhaeni, A.A.I.N. dan Darti, N.W. (2004). Optimalisasi Pembelajaran Literasi pada Kelas IV SD Lab. IKIP Negeri Singaraja Melalui Pembelajaran berbasis Buku Bacaan dan Asesmen Portofolio. Singaraja: The Research Center of Ganesha University of Education (unpublished research report).

Marhaeni, A.A.I.N. (2005). Pengaruh Asesmen Portofolio dan Motivasi Berprestasi terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha (laporan penelitian)

Marhaeni, A.A.I.N., Ramendra, D. P. dan Suwastini, N. K. A. (2005). Optimalisasi Kegiatan Evaluasi Diri dalam Pembelajaran Berbasis Portofolio untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis dalam Bahasa Inggris. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha (laporan penelitian)

Moya, S.S. & O’Malley, J.M. (1994). ;A Portfolio Model for ESL;. The Journal of Educational Issues of Language Minorities. Vol. 13 (Spring). 13-36.

O’Malley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company.

Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-Evaluation: What Research Says and What Practice Shows. Internet download.

Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6 th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Semiawan, C. (1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo.

Tuckman, B.W. (1999). ‘A Tripartite Model of Motivation for Achievement: Attitude/Drive/Strategy’ makalah disampaikan dalam symposium Motivational Factors Affecting Student Achievement – Current Perspectives. Boston: Annual Meeting of the APA.

Lampiran 1 : Beberapa contoh ceklis evaluasi diri yang digunakan dalam perkuliahan Writing II untuk mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris