Pengaruh Evaluasi Diri Terhadap Kemampua

ABSTRAK

Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, diperlukan upaya-upaya pemberdayaan dan kinerja yang tinggi dalam kaitan dengan proses pembelajaran untuk semua bidang kajian, termasuk pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia (English as a Foreign Language/EFL). Salahsatu upaya tersebut adalah penggunaan teknik-teknik asesmen yang dapat memfasilitasi proses dan hasil belajar secara optimal. Hasil dari dua buah penelitian tentang penggunaan teknik evaluasi-diri sebagai salahsatu teknik asesmen otentik menunjukkan pengaruh yang signifikan dalam mengoptimalkan proses dan hasil belajar menulis Bahasa Inggris. Kedua penelitian adalah sebuah eksperimen untuk menjawab permasalahan penelitian, “Apakah Asesmen Portofolio (dimana Evaluasi-Diri adalah intinya) berpengaruh terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Mahasiswa Undiksha, Singaraja?”; dan sebuah upaya peningkatan kualitas pembelajaran (Research for the Improvement of Instruction/RII) untuk menjawab permasalahan, “Apakah Optimalisasi Pemanfaatan Teknik Evaluasi-Diri dapat Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Mata Kuliah Writing II pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha, Singaraja?”

Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan teknik Evaluasi-Diri dalam pembelajaran: (1) mampu meningkatkan kemampuan menulis bahasa Inggris dimana hasilnya lebih baik dibandingkan dengan teknik penilaian konvensional, (2) diperlukan pelatihan dan pembimbingan terlebih dahulu sebelum pebelajar dapat melakukannya sendiri, dan (3) mampu secara bertahap menjadikan pebelajar sebagai autonomous learners sehingga efisiensi waktu maupun kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil-hasil di atas, sangat perlu dilakukan sosialisasi teknik Evaluasi-Diri sebagai salahsatu teknik asesmen otentik kepada

pengajar dan guru, termasuk cara-cara melakukannya baik untuk para pemula maupun untuk mereka yang telah bisa menggunakan teknik Evaluasi-Diri secara efektif dalam proses belajarnya. Kata-kata kunci: asesmen otentik, teknik evaluasi diri, pembelajaran menulis, Bahasa Inggris

Judul :

Pengaruh Evaluasi-Diri Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris

Oleh Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni E-mail: ngurah_marhaeni@yahoo.com

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA, BALI 2008

1. Pendahuluan

Secara umum, pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia masih perlu terus ditingkatkan kualitas dan efektivitasnya, mengingat di satu sisi kemampuan rata-rata berbahasa Inggris kita belum memadai sedangkan di sisi lain, Bahasa Inggris adalah bahasa pergaulan dunia dan bahasa ilmu pengetahuan, sehingga sudah selayaknya kita dapat berbahasa Inggris dengan lebih baik.

Kemampuan menulis Bahasa Inggris adalah salahsatu kemampuan berbahasa yang dianggap paling kompleks karena melibatkan berbagai kemampuan kognitif dan linguistik. Karena paling kompleks, belajar menulis juga dianggap paling sulit. Pengalaman mengajar Mata Kuliah Writing pada Jurusan Bahasa Inggris di IKIP Negeri Singaraja menunjukkan bahwa mahasiswa seringkali gagal dalam mata kuliah tersebut, dan bahkan harus mengulang beberapa kali. Begitu pula di pihak dosen, sering ditemukan keluhan sulitnya mengajar keterampilan menulis, terutama dilihat dari kemampuan mahasiswa dan waktu yang diperlukan sangat banyak.

Secara konvensional, pembelajaran menulis tersebut dilakukan dengan pendekatan proses dimana mahasiswa mengembangkan karangan secara bertahap mulai dari penggalian ide hingga merevisi karangan. Proses itu sendiri tidak terlalu jelas tahapannya, namun secara umum meliputi kegiatan penggalian ide, penyusunan draf, dan perbaikan/revisi. Pengamatan perhadap pembelajaran menulis tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pemantauan yang pasti terhadap proses menulis, dalam arti, proses yang dilakukan dengan susah payah tersebut hanya diakui melalui penilaian terhadap produknya, yaitu draf terakhir atau hasil karangan. Padahal, optimalisasi proses belajar sangat penting untuk (1) mendapat hasil yang diinginkan, (2) membentuk mahasiswa sebagai the owner of learning, (3) menjadikan mahasiswa risk takers, (4) dengan demikian menjadikan mereka autonomous learners. Dengan demikian, pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang bermakna, yaitu yang benar-benar membangun life skills. Dengan alasan itu, sangat penting dilakukan pemantauan proses belajar secara terprogram.

Tujuan penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan hasil dua buah penelitian tentang pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi, dan mengajukan usulan kebijakan terkait dengan hasil-hasil penelitian tersebut. Kedua penelitian mengambil topik yang sama, yaitu penggunaan teknik asesmen Evaluasi-Diri dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis Bahasa Inggris mahasiswa pada Jurusan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Singaraja Bali. Peneliti memilih topik penelitian ini untuk diseminarkan dalam forum karena, pertama, Evaluasi-Diri adalah salahsatu teknik dalam asesmen otentik, suatu Tujuan penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan hasil dua buah penelitian tentang pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi, dan mengajukan usulan kebijakan terkait dengan hasil-hasil penelitian tersebut. Kedua penelitian mengambil topik yang sama, yaitu penggunaan teknik asesmen Evaluasi-Diri dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis Bahasa Inggris mahasiswa pada Jurusan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Singaraja Bali. Peneliti memilih topik penelitian ini untuk diseminarkan dalam forum karena, pertama, Evaluasi-Diri adalah salahsatu teknik dalam asesmen otentik, suatu

Penelitian pertama adalah sebuah eksperimen untuk menjawab permasalahan penelitian, “Apakah Asesmen Portofolio (dimana Evaluasi-Diri adalah intinya) berpengaruh terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Mahasiswa Undiksha, Singaraja?” (Marhaeni, 2005). Penelitian kedua adalah sebuah upaya peningkatan kualitas pembelajaran (Research for the Improvement of Instruction/RII) untuk menjawab permasalahan, “Apakah Optimalisasi Pemanfaatan Teknik Evaluasi-Diri dapat Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Mata Kuliah Writing II pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha, Singaraja?” (Marhaeni, dkk. 2005)

2. Kajian Teori

2.1 Kebermaknaan Belajar Definisi pada kamus mengatakan bahwa kebermaknaan berarti kualitas sesuatu yang memiliki nilai dan signifikansi yang tinggi (Bachman dan Palmer, 1996). Komisi pendidikan untuk abad ke-21 yang dibentuk oleh UNESCO (Delors, 1996) melaporkan, bahwa agar pendidikan dapat secara relevan membantu untuk hidup pada era globablisasi, harus bertumpu pada empat pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Belakangan muncul yang kelima, yaitu learning to live sustainable, yaitu belajar untuk menjamin kelangsungan hidup manusai dan alam lingkungannya. Jadi, pendidikan yang bermakna adalah pendidikan yang membelajarkan pebelajar untuk memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep pengetahuan dan menjadikannya sesuatu yang berguna bagi dirinya dan lingkungannya. Dengan demikian, pengetahuan dalam belajar yang bermakna harus bersifat dinamis, dalam arti, pengetahuan dipelajari untuk digunakan mengatasi persoalan- persoalan masyarakat sesuatu dengan tuntutan era globalisasi ini. Dalam proses tersebut, 2.1 Kebermaknaan Belajar Definisi pada kamus mengatakan bahwa kebermaknaan berarti kualitas sesuatu yang memiliki nilai dan signifikansi yang tinggi (Bachman dan Palmer, 1996). Komisi pendidikan untuk abad ke-21 yang dibentuk oleh UNESCO (Delors, 1996) melaporkan, bahwa agar pendidikan dapat secara relevan membantu untuk hidup pada era globablisasi, harus bertumpu pada empat pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Belakangan muncul yang kelima, yaitu learning to live sustainable, yaitu belajar untuk menjamin kelangsungan hidup manusai dan alam lingkungannya. Jadi, pendidikan yang bermakna adalah pendidikan yang membelajarkan pebelajar untuk memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep pengetahuan dan menjadikannya sesuatu yang berguna bagi dirinya dan lingkungannya. Dengan demikian, pengetahuan dalam belajar yang bermakna harus bersifat dinamis, dalam arti, pengetahuan dipelajari untuk digunakan mengatasi persoalan- persoalan masyarakat sesuatu dengan tuntutan era globalisasi ini. Dalam proses tersebut,

Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, utamanya dalam pembelajaran bahasa asing/kedua, Bachman dan Palmer (1996) mengatakan bahwa kebermaknaan tugas-tugas pembelajaran bahasa (meaningfulness of language learning tasks) dicirikan oleh pelibatan lima unsur, yaitu pengetahuan tentang topik tugas, kemampuan bahasa, pelibatan atribut personal seperti tingkat minat, skemata afektif yaitu interseksi antara tingkat kesulitan tugas dan kemampuan yang dimiliki, dan strategi pemecahan masalah. Untuk optimalisasi pelibatan kelima unsur tersebut, diperlukan suatu evaluasi diri. Salvia dan Ysseldike (1996) menekankan bahwa refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership), yaitu timbul suatu pemahaman bahwa apa yang dilakukan dan dihasilkan peserta didik tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya.

2.2 Evaluasi Diri Evaluasi diri adalah pelibatan pebelajar dalam menentukan standara dan/atau criteria untuk menilai karyanya sendiri, sehingga dapat menentukan sejauhmana karyanya tersebut telah mencapai standar atau kriteri yang ditetapkan (Boud 1991 dalam Brew 1999). Definisi ini menunjukkan dua elemen yang ada pada setiap proses asesmen, yaitu penentuan standar terkait dengan criteria tertentu, dan penilaian terhadap karya berdasarkan standard an criteria tersebut. Brew lebih lanjut mengatakan, bahwa kemampuan untuk secara kritis menilai karya sendiri dapat menjadi salahsatu tujuan di pendidikan tinggi. Hal ini dapat dipahami mengingat di perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang tinggi dan kesadaran tentang eksistensi dirinya. Jadi, evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui evaluasi diri pebelajar dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian, pebelajar lebih bertanggungjawab terhadap proses dan pencapaian tujuan belajarnya.

Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan kontribusi evaluasi diri terhadap pencapaian tujuan. Model tersebut menekankan bahwa, ketika mengevaluasi sendiri performansinya, peserta didik terdorong untuk menetapkan tujuan yang Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan kontribusi evaluasi diri terhadap pencapaian tujuan. Model tersebut menekankan bahwa, ketika mengevaluasi sendiri performansinya, peserta didik terdorong untuk menetapkan tujuan yang

Goals, effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction dapat terpadu untuk membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis menekankan bahwa sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment dan self-reaction dalam model di atas. Model tersebut digambarkan dalam bagan berikut.

Kedua penulis meyakini bahwa evaluasi diri dapat meningkatkan hasil belajar, karena kegiatan evaluasi diri: a) dapat memusatkan perhatian pebelajar pada tujuan pembelajaran, b) memberikan informasi pada guru mengenai hal-hal yang masih kurang atau belum tercapai dalam pembelajaran, c) dapat lebih meningkatkan perhatian pebelajar pada asesmen, dan d) meningkatkan motivasi pebelajar.

Dalam khasanah asesmen otentik, evaluasi diri dapat dilakukan secara tersendiri, dapat pula menjadi salahsatu elemen utama asesmen portofolio. Asesmen portofolio sebagai suatu asesmen Dalam khasanah asesmen otentik, evaluasi diri dapat dilakukan secara tersendiri, dapat pula menjadi salahsatu elemen utama asesmen portofolio. Asesmen portofolio sebagai suatu asesmen

2.3 Menulis Bahasa Inggris Kegiatan menulis, khususnya menulis Bahasa Inggris, adalah suatu proses kognitif dan

kreatif yang terjadi secara berulang-ulang tetapi tidak linier. Proses menulis adalah suatu kegiatan kognitif. Sebagai suatu proses kognitif, menulis adalah suatu alat yang digunakan untuk menuangkan buah pikiran. Secara kognitif, di dalam pikiran terdapat suatu skema yang mengandung potensi makna. Potensi ini berkembang karena adanya stimulus dari luar dan akan terjadi suatu transaksi antara potensi itu dengan pengaruh luar tersebut. Jadi untuk berkembang dengaan optimal, diperlukan faktor mediasi (Confrey, 1995), yaitu suatu intervensi lingkungan yang membangkitkan potensi yang ada dan menjadikannya suatu kemampuan.

Menulis juga suatu proses kreatif. Kreativitas dikaitkan dengan fungsi dasar manusia, yaitu berpikir, merasa, menginderakan, dan intuisi (Semiawan, 1997). Kreativitas merupakan ekspresi tertinggi dari sintesa atas semua fungsi dasar manusia tersebut. Kreativitas dalam proses menulis tercermin dari topik yang dipilih, cara mengembangkan alur (plot) tulisan, serta pemilihan kosakata dan pola-pola kalimat yang menunjukkan gaya (style) seorang penulis. Hasil transaksi tersebut merupakan sesuatu yang baru dan unik. Karena peran unsur kreativitas ini, setiap karya tulis tidak pernah ada yang persis sama satu sama lain. Keunikan suatu karya tulis mencerminkan kreativitas penulisnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tulisan adalah refleksi dari pikiran kreatif, dan karena ia merupakan hasil transaksi maka ia sekaligus juga mengembangkan pikiran (menambah skema yang telah ada sebelumnya). Secara umum, ramuan kognitif dan kreatif di atas dalam proses menulis dapat dilihat pada tiga tahap utama proses menulis, yaitu pramenulis, menulis, dan merevisi.

Berdasarkan kajian teori di atas, kemampuan menulis merupakan suatu kemampuan yang dihasilkan dari suatu proses menulis yang melibatkan faktor kognitif dan kreativitas dimana potensi yang dimiliki dan pengaruh faktor lingkungan bertransaksi untuk membentuk kemampuan menulis yang mencakup lima dimensi kemampuan yaitu kemampuan menemukan ide (isi) tulisan, susunan/organisasi ide, struktur kalimat, kosakata dan gaya (style), dan mekanik.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil Penelitian I dengan judul: Pengaruh Asesmen Portofolio dan Motivasi Berprestasi terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pengaruh asesmen portofolio terhadap kemampuan menulis Bahasa Inggris mahasiswa, dan (2) peran motivasi mahasiswa untuk berprestasi dalam menentukan pengaruh asesmen portofolio terhadap kemampuan tersebut. Berdasarkan pada landasan teori di atas, kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris antara mahasiswa yang mengikuti perkuliahan menulis dengan asesmen portofolio dengan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan menulis dengan asesmen konvensional. Alasannya, karena dalam asesmen portofolio, dilakukan pemberian umpan balik secara kontinyu melalui evaluasi diri; dari mana mahasiswa mendapat kesempatan untuk mengetahui kelebihan, kemajuan, dan sekaligus pula kelemahan mereka. Karena kemajuan (progress) merupakan salah satu tujuan asesmen portofolio, maka mahasiswa dapat melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan hasil refleksinya. Dalam melakukan refleksi maupun perbaikan-perbaikan tersebut, tentunya telah terjadi suatu proses belajar pula. Dalam asesmen konvensional, kesempatan seperti ini tidak terjadi.

Motivasi berprestasi sebagai digunakan sebagai variabel moderator karena asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut mahasiswa untuk belajar bertanggungjawab terhadap karyanya sendiri dan berusaha mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Sifat orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ingin mencapai keunggulan. Mereka yang memiliki motivasi tinggi menyukai situasi belajar yang kompetitif dan menantang dimana mereka dapat memperoleh masukan secara langsung untuk mencapai target yang ditetapkannya. Bagi mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menganggap imbalan (reward) yang diperoleh bukan sebagai insentif, tetapi merupakan ukuran sejauhmana mereka telah mencapai taraf keunggulannya.

Asesmen portofolio merupakan asesmen otentik yang memberi kesempatan mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan minatnya. Pembelajaran dengan pendekatan asesmen portofolio bersifat sangat individualized sehingga mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat menentukan sendiri arah dan target belajarnya, tanpa tergantung pada orang lain, seperti menunggu teman. Asesmen portofolio juga memberi kesempatan mahasiswa melakukan refleksi diri dari evaluasi diri maupun umpan balik Asesmen portofolio merupakan asesmen otentik yang memberi kesempatan mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan minatnya. Pembelajaran dengan pendekatan asesmen portofolio bersifat sangat individualized sehingga mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat menentukan sendiri arah dan target belajarnya, tanpa tergantung pada orang lain, seperti menunggu teman. Asesmen portofolio juga memberi kesempatan mahasiswa melakukan refleksi diri dari evaluasi diri maupun umpan balik

Penelitian ini dilakukan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja (sekarang Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Bali). Penelitian dilakukan selama satu semester, yaitu pada bulan September 2004 hingga bulan Januari 2005. Populasi penelitian adalah 112 mahasiswa yang memprogram mata kuliah Writing II pada semester ganjil 2004/2005. Setelah dilakukan pengklasifikasian dalam tingkat motivasi berprestasi, dilakukan sampel acak sederhana untuk menentukan individu dan penempatannya dalam kelompok. Terdapat 76 mahasiswa yang digunakan sebagai sampel.

Rancangan penelitian menggunakan desain eksperimen posttest-only control group design, dengan rancangan faktorial 2x2, dimana asesmen portofolio dibandingkan dengan asesmen konvensional dan motivasi berprestasi merupakan variabel moderator yang diklasifikasi menjadi tinggi dan rendah. Pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut.

Pendekatan pembelajaran menulis pada kedua kelompok penelitian (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) menggunakan pendekatan proses dengan tiga tahapan inti, yaitu pramenulis, menulis, dan merevisi. Terdapat empat jenis karangan yang harus ditulis oleh mahasiswa, yaitu deskriptif, naratif, perbandingan, dan sebab akibat. Setiap jenis karangan dua buah, yaitu karangan wajib, yaitu satu dengan tema yang ditetapkan bersama untuk semua mahasiswa, dan satu karangan dengan tema pilihan sendiri. Dengan demikian, setiap mahasiswa menulis sebanyak delapan topik selama penelitian.

Perbedaan perlakukan terjadi pada pendekatan asesmen yang digunakan. Kelompok eksperimen diberikan asesmen portofolio, yang meliputi tiga elemen pokoknya, yaitu adanya karya (evidence), evaluasi diri, dan kriteria penilaian yang jelas dan terbuka (Moya dan O’Malley, 1996). Kegiatan asesmen portofolio meliputi evaluasi diri yang dilakukan pada setiap tahapan menulis, konferensi mahasiswa-dosen, mahasiswa-mahasiswa, pemilihan karya terbaik, dan refleksi. Untuk kelompok kontrol, pendekatan asesmen konvensional meliputi penilaian terhadap hasil dari setiap tahapan menulis.

Untuk mengumpulkan data, dikembangkan instrumen kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris yang terdiri dari dua bagian, yaitu tes kinerja menulis dan rubrik penilaian analitik. Terdapat lima komponen kemampuan menulis dalam rubrik, yaitu kualitas isi, ogranisasi ide, tatabahasa, kosakata, dan mekanik. Ujicoba terhadap instrumen dilakukan secara teoretik dan empirik. Perhitungan besaran korelasi antar penilai (interrater) menggunakan rubrik tersebut menggunakan Anava Hoyt, dengan hasil koefisien korelasi sangat tinggi. Untuk mengukur tingkat motivasi berprestasi mahasiswa digunakan sebuah kuesioner skala Likert yang terdiri dari

42 butir pernyataan yang dikembangkan dari lima dimensi motivasi berprestasi dalam belajar Bahasa Inggris, yaitu orientasi pada keberhasilan, antisipasa kegagalan, inovasi, tanggungjawab terhadap tugas, dan kelekatan terhadap masyarakat penutur asli Bahasa Inggris. Analisis hasil ujicoba menggunakan koefisien alpha yang menghasilkan koefisien keandalan sangat baik.

Hasil penelitian disajikan berikut ini.

Tabel 1. Deskripsi data

Asesmen Motivasi

SD = 4,30 Rendah

Σ n = 38

A1B1: Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar Bahasa Inggris dan mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio. A2B1: Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar Bahasa Inggris dan mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional. A1B2: Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar Bahasa Inggris dan mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio. A2B2: Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dalam belajar Bahasa Inggris dan mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional.

Setelah dilakukan ujiprasyarat uji hipotesis yaitu uji normalitas dan homogenitas, dimana data dinyatakan normal dan homogen, selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan rumus analisis variansi dua jalan (Two-way Anova). Hasil perhitungan disajikan sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Perhitungan dengan ANAVA Dua Jalan SUMBER

JUMLAH

db Rata-rata Jumlah F h F t

VARIASI KUADRAT

7,82** 3,96 6,96 Asesmen (A)

1 117,08

29,68** 3,96 6,96 Motivasi berprestasi dalam Bel. B. Inggris (B)

443,88

1 443,88

38,43** 3,96 6,96 Interaksi (AB)

574,81

1 574,81

- - Kekeliruan Dalam Sel (D)

1076,79 72 14,96

- - Total Keterangan :

2212,55 75 -

db = derajat kebebasan Fh = F hitung Ft = F tabel ** = Uji F signifikan pada taraf signifikansi 0,01

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diuraikan temuan penelitian sebagai berikut. Nilai hitung dengan ANOVA terhadap data lebih besar daripada harga dalam tabel. Ini

berarti bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio dengan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional. Perbandingan rerata menunjukkan bahwa kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio lebih tinggi daripada kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional.

Selanjutnya, Uji Tukey pada kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar Bahasa Inggris, menunjukkan bahwa nilai hitung Tukey (Q hitung) lebih besar daripada Q tabel. Ini berarti bahwa bagi mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar Bahasa Inggris, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio dengan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional, dimana kemampuan mahasiswa lebih baik untuk yang mengalami perlakuan asesmen portofolio. Sebaliknya, pada kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dalam belajar Bahasa Inggris, ditemukan nilai hitung Tukey (Q hitung) lebih besar daripada nilai Q tabel. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional dengan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio, dimana kemampuan mahasiswa lebih baik untuk yang mengalami perlakuan asesmen konvensional. Dengan uji ANAVA, hasil ini dibuktikan menunjukkan adanya interaksi secara signifikan, antara penggunaan pendekatan asesmen dengan motivasi berprestasi dalam pembelajaran menulis Bahasa Inggris, dimana kemampuan yang lebih tinggi terjadi pada mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan penerapan asesmen portofolio.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa asesmen portofolio lebih efektif dalam menentukan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris. Efektivitas ini sejalan dengan hasil penelitian Gipayana (1998; 191-201) yang menemukan bahwa penggunaan asesmen portofolio dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar bersama-sama dengan pendekatan bertahap ternyata lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis. Demikian pula hasil penelitian Marhaeni dan Darti (2004: 67) menunjukkan bahwa penggunaan asesmen portofolio dan buku cerita telah mampu meningkatkan kemampuan literasi siswa SD, dan membangkitkan afeksi mereka terhadap kegiatan membaca dan menulis.

Lebih lanjut, pembahasan terhadap hasil di atas adalah bahwa, pada pembentukan kemampuan menulis dalam bahasa Inggris yang melibatkan proses kognitif dan kreatif yang kompleks, pendekatan asesmen yang bersifat komprehensif seperti asesmen portofolio dapat berfungsi sebagai alat penilaian dan umpan balik sekaligus, dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis dalam proses yang dilalui.

Selanjutnya, keterlibatan faktor motivasi berprestasi dalam belajar Bahasa Inggris menunjukkan bahwa motivasi berprestasi ternyata berperan dalam pengembangan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris. Untuk mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, mereka yang mengikuti perkuliahan dengan asesmen portofolio mencapai kemampuan yang lebih tinggi. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah, mereka yang mengikuti perkuliahan dengan asesmen konvensional mencapai kemampuan yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tuckman dan Sexton (dalam Tuckman, 1999: 6) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang jelas antara kemampuan siswa menilai kemampuannya sendiri dalam menyelesaikan suatu tugas dengan baik (self-efficacy), dengan produktivitas akademiknya. Demikian pula mengenai hubungan motivasi berprestasi dengan nilai modern, penelitian Dantes (1989: 193) menyimpulkan bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang, semakin tinggi pula kesiapan untuk menerima konsep-konsep berpikir, bersikap, maupun berperilaku yang berdimensi baru.

Selanjutnya Tuckman mengatakan bahwa untuk mereka yang memiliki motivasi untuk berprestasi, kegiatan self-monitoring dan self-correcting dapat meningkatkan performansi. Karena itu, asesmen portofolio sesuai dengan mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Sebaliknya dengan menggunakan asesmen konvensional, mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi kurang mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik yang sangat diperlukan.

Atkinson dalam Jung (1978: 14) mengatakan bahwa tipe individu dengan motif untuk sukses rendah cenderung untuk menghindari hal-hal baru yang mengandung tantangan disebabkan oleh adanya ketakutan akan gagal. Maka dapat dipahami kenapa mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah kemampuannya lebih tinggi bila diberikan asesmen konvensional dibandingkan dengan mereka yang mendapat asesmen portofolio, karena asesmen portofolio adalah hal baru yang digunakan dalam pembelajaran menulis dan mereka merasa kurang nyaman untuk itu.

Hasil-hasil di atas memberikan suatu fenomena yang menarik dalam kaitannya dengan motivasi berprestasi tinggi dan penggunaan asesmen portofolio. Meskipun tidak dinyatakan dalam suatu hipotesis secara eksplisit mengenai perbandingan antara mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan yang rendah, dengan melihat ciri-ciri asesmen portofolio, tampak bahwa asesmen portofolio juga bermanfaat untuk meningkatkan motivasi berprestasi.

Laporan dari Kelly Elementary School di San Diego menyebutkan bahwa evaluasi diri dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar lebih keras. Sejalan dengan itu pula adalah laporan hasil penelitian Dantes (1989: 198) bahwa aktivitas-aktivitas yang kreatif banyak gunanya bagi peningkatan motivasi berprestasi. Hal ini berarti bahwa, bila asesmen portofolio dapat mengoptimalkan kemampuan menulis Bahasa Inggris bagi mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi; bagi mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah asesmen portofolio sesungguhnya dapat meningkatkan motivasi berprestasi mereka, mengingat ciri-ciri asesmen portofolio yang bersifat berkelanjutan dan memperbaiki proses pembelajaran.

Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) asesmen portofolio yang digunakan dalam perkuliahan menulis dalam Bahasa Inggris untuk mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Writing II pada semester genap

2004/2005 di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja, berdampak lebih baik pada kemampuan menulis mahasiswa dibandingkan dengan asesmen konvensional, (2) motivasi berprestasi dalam belajar Bahasa Inggris berperan dalam menentukan pengaruh penggunaan pendekatan asesmen pada kemampuan mahasiswa yang belajar menulis dalam Bahasa Inggris.

3.2 Hasil Penelitian II dengan judul: Optimalisasi Pemanfaatan Teknik Evaluasi-Diri dalam Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Mata Kuliah Writing II pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha, Singaraja.

Penelitian ini adalah sebuah riset peningkatan kualitas pembelajaran (Research for the Improvement of Instruction/RII) yang bertujuan untuk: (1) mengoptimalkan kemampuan mahasiswa dalam menulis esai pendek dalam Bahasa Inggris pada Mata Kuliah Writing II, (2) mengefektifkan pembelajaran menulis pada Mata Kuliah Writing II melalui optimalisasi kegiatan evaluasi diri sebagai salahsatu unsur utama asesmen portofolio. Dan (3) menghasilkan suatu model pembelajaran menulis dalam Bahasa Inggris, khususnya esai pendek, yang berbasis asesmen portofolio dimana kegiatan evaluasi diri dilakukan secara optimal.

Penelitian ini dilakukan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja. Pemantauan awal terhadap masalah pembelajaran Writing II telah dilakukan pada semester ganjil 2004/2005; selanjutnya penelitian dilakukan pada semester ganjil 2005/2006 (September – Nopember 2005). Subjek penelitian berjumlah 27 orang mahasiswa.

Penelitian ini menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas, yaitu dalam siklus yang terdiri dari empat fase, yaitu merencanakan, melaksanakan tindakan, memantau, dan merefleksi. Pada fase perencanaan, dilakukan diskusi tim peneliti dan penyiapan instrumen tindakan berupa: (i) Persiapan Pembelajaran, yaitu pengembangan Satuan Acara Pembelajaran dan Skenario Pembelajaran, dan pembuatan/pengadaan media, dan (ii) Pembuatan/pengadaan instrumen pemantauan seperti ceklis evaluasi diri, lembar observasi, tugas kinerja menulis, dan rubrik penilaian kemampuan menulis.

Pada fase pelaksanaan tindakan, dilakukan kegiatan pembelajaran dalam bentuk tatap muka, tugas terstruktur, dan tugas mandiri. Penelitian dilakukan dalam 12 kali tatap muka dimana empat genre menulis, yaitu deskriptif, naratif, perbandingan, dan sebab-akibat dilatihkan. Selama 12 kali pertemuan, kegiatan perkuliahan meliputi tiga tahap menulis yaitu penggalian ide-ide karangan, menulis karangan, dan merevisi karangan. Pada setiap tahapan menulis, dilakukan kegiatan evaluasi diri yang dilanjutkan dengan variasi antara peer evaluation dan lecturer-student conferences.

Fase pemantauan dilakukan dalam rangka mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengetahui kinerja siklus. Pemantauan dilakukan baik selama PBM berlangsung, maupun pasca PBM/pasca satu siklus. Pemantauan selama PBM antara lain pemantauan kinerja PBM, pelaksanaan kegiatan evaluasi diri, dan pengembangan folder portofolio. Pemantauan pasca PBM adalah penilaian folder portofolio, analisis lembar evaluasi diri, dan penilaian kemampuan menulis melalui rubrik penilaian.

Fase refleksi adalah peninjauan terhadap kinerja siklus, kekuatan, dan kelemahan yang masih ada. Sebelum dilakukan refleksi yang berupa diskusi intensif tim peneliti, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan. Hasil analisis data adalah temuan siklus. Temuan inilah yang digunakan sebagai bahan melakukan refleksi. Hasil refleksi berupa rekomendasi apakah permasalahan telah dapat ditanggulangi atau diperlukan siklus lanjutan.

Berikut ini disajikan matriks pengumpulan data dan analisis data dari penelitian yang dilakukan.

Tabel 3. Matriks Penelitian

NO DATA

INSTRUMEN JENIS TEKNIK

TEKNIK

ANALISIS 1. Kemampuan

PENGUMPULAN

Rubrik

produk Penulisan esei pendek Penilaian inter- produk Penulisan esei pendek Penilaian inter-

menulis ditentukan dengan PAP

2. Efektivitas

Ceklis Produk Studi dokumen Pengelompokan

kegiatan evaluasi

(lembar evaluasi diri berdasarkan

diri

mahasiswa)

beberapa komponen penilaian efektivitas evaluasi diri, penentuan rating 0 – 4

3. Kualitas folder Ceklis Produk Studi dokumen (folder Analisis portofolio

portofolio)

berdasarkan kriteria sebuah folder portofolio yang baik

4. Kinerja PBM Lembar

Proses Pencatatan anekdot Analisis

observasi

berdasarkan beberapa komponen yang diobservasi, dilakukan analisis deskripsi kualitatif

5. Folder Portofolio Ceklis

Produk

Study dokumen

Deskripsi kualitatif

Kriteria keberhasilan penelitian ini ditetapkan sebagai berikut: (1) Kemampuan mahasiswa dalam menulis esai pendek, yaitu mencapai skor minimal 70 yang ekuivalen dengan nilai B (Buku Pedoman Studi IKIP Negeri Singaraja, 2003). (2) Efektivitas kegiatan evaluasi diri, yaitu perolehan rating minimal 3 (dari rentangan 0 – 4) untuk setiap komponen efektivitas. (3) Kualitas PBM, yaitu masuk kategori baik (80 persen performansi favourable). (4) Kelengkapan folder portofolio, yaitu semua mahasiswa memiliki folder portofolio dengan komponen yang lengkap.

Hasil penelitian yang berlangsung sebanyak dua siklus ditampilkan berikut ini

a. Diagnostik awal Diagnostik awal yang dilakukan sebelum pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa mahasiswa mengaku tidak mampu menulis dengan baik, tidak bisa menilai mana tulisan yang disebut bagus dan mana yang kurang bagus. Mahasiswa juga memiliki keinginan untuk menulis secara mandiri di luar kelas, tetapi mereka tidak tahu bagaimana caranya karena tidak ada a. Diagnostik awal Diagnostik awal yang dilakukan sebelum pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa mahasiswa mengaku tidak mampu menulis dengan baik, tidak bisa menilai mana tulisan yang disebut bagus dan mana yang kurang bagus. Mahasiswa juga memiliki keinginan untuk menulis secara mandiri di luar kelas, tetapi mereka tidak tahu bagaimana caranya karena tidak ada

Dari hasil tersebut, maka hal-hal yang perlu ditingkatkan adalah keberanian dan kepercayaan diri mahasiswa bahwa mereka bisa menulis. Sesuai dengan hasil diagnostik awal, peningkatan efektivitas kegiatan menulis memerlukan kegiatan menulis dimana mahasiswa dapat bekerja secara mandiri berdasarkan pedoman tentang apa yang dituntut dari mahasiswa sebagai hasil dari proses belajar menulis yang dilaluinya.

b. Siklus I

Dalam pelaksanaan tindakan dan pemantauan digunakan: (i) Lembar Evaluasi Diri meliputi lima aspek kemampuan menulis, yaitu Isi, Organisasi, Kosakata/Gaya, Struktur Kalimat, dan Mekanika. Lembar Evaluasi Diri untuk setiap aspek dapat dikembangkan berdasarkan keterampilan menulis yang relevan. Ada kemungkinan bahwa satu aspek dikembangkan dalam beberapa lembar evaluasi diri dengan pertimbangan untuk membantu mahasiswa yang agak kurang dapat menggunakan ceklis yang lebih mudah. Kemudian secara bertahap mereka akan menggunakan ceklis yang lebih kompleks (contoh ceklis pada lampiran 1). Penilaian efektivitas evaluasi diri didasarkan pada sejauh mana mahasiswa menggunakan ceklis tersebut untuk merevisi tulisannya. Hal tersebut terlihat dari tanda cek yang ada pada setiap deskriptor pada setiap ceklis. Penilaian dikategorikan berdasarkan presentase tanda cek yang ada; (ii) Skenario Perkuliahan Penulis, dmana sintaks proses menulis terdiri dari tahap pramenulis, menulis, dan merevisi, yang dijabarkan dalam kegiatan sebagai berikut.

Tabel 4. Tahapan Kegiatan Menulis

NO. TAHAP

KEGIATAN

KETERANGAN

1. Pramenulis a. Pemodelan: dosen memberikan contoh- Klasikal, kelompok contoh tulisan dari genre yang hendaknya ditulis. b. Mahasiswa menunjukan contoh-contoh Kelompok sendiri dan mendiskusikannya c. Penentuan topik tulisan d. Pembuatan outline (bila perlu)

2. Menulis

a. Mengembangkan topik/outline menjadi Individu sebuah tulisan

3. merevisi

a. Merevisi tulisan

Individu. Menggunakan referensi dan handouts yang Individu. Menggunakan referensi dan handouts yang

(iii). Tugas Menulis (writing task) dan Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis. Sebagai suatu asesmen kinerja, tugas menulis yang diberikan berupa petunjuk untuk menulis suatu genre. Tulisan mahasiswa tersebut dinilai dengan sebuah rubrik analitik. Rubrik ini terdiri dari lima aspek, yaitu Isi, Organisasi, Kosakata/Gaya, Struktur Kalimat, dan Mekanika. Untuk setiap aspek dikembangkan indikatornya, selanjutnya dibuatkan deskriptor pada mana setiap deskriptor menunjukan jenjang kemampuan menulis untuk aspek tersebut. Jenjang kemampuan untuk setiap aspek terdiri dari empat jenjang, yaitu merentang dari 1 hingga 4. Setiap aspek memiliki bobot yang berbeda mengingat peran setiap aspek dalam membentuk kemampuan menulis memang berbeda. Untuk aspek isi dan organisasi masing-masing bobotnya adalah 3, kosakata/gaya dan struktur kalimat masing-masing bobotnya 2, dan mekanika bobotnya 1, sehingga skor meretnag dari 11 hingga 44; seperti terlihat pada rubrik berikut.

Tabel 5. Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis

Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis

NO. Komponen

Bobot skor Indikator

(1 – 5)

1. Isi Karangan

3 Relevansi topik dengan substansi tugas, pengembangan

thesis statement,

wawasan tentang topik

2. Organisasi Ide

2 Susunan ide-ide, pengungkapan ide-ide

3. Penggunaan 2 Kompleksitas dan efektivitas kalimat, Kosakata

akurasi penggunaan tatabahasa

4. Penggunaan 2 Keluasan kosakata, ketepatan Tatabahasa

penggunaan kata dan idiom, ketepatan bentuk-bentuk kata

5. Penggunaan 1 Kepatuhan pada konvensi/aturan-aturan Mekanika (ejaan

penulisan, ketepatan penggunaan tanda- dan tandabaca)

tanda baca dan huruf besar, kebenaran ejaan

Hasil dan Pembahasan Siklus I

Hasil analisis terhadap: (i) efektivitas evaluasi diri menunjukkan bahwa semua mahasiswa menggunakan ceklis. Secara umum, rata-rata efektivitasnya adalah 2,778, dimana ini berarti termasuk dalam kategori mendekati baik. Bila dilihat secara lebih rinci, 9 orang mahasiswa (33,33%) menggunakan ceklis hanya hingga 40% saja dari semua deskriptor yang ada dalam ceklis; 15 orang mahasiswa (55,55%) menggunakan hingga 60%; dan 3 orang mahasiswa (11,11%) menggunakan hingga 80%; (ii) kemampuan menulis esai naratif menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan sebesar 30,368 yang masuk dalam kategori Baik. Secara rinci dapat dilihat bahwa 4 mahasiswa (14,81%) memperoleh nilai Sangat Baik, 23 mahasiswa (85,19%) memperoleh nilai Baik; (iii) kelengkapan isi folder partofolio menunjukkan bahwa 23 mahasiswa (85,185%) memiliki folder yang lengkap, sedangkan 3 orang mahasiswa (14,815%) kurang lengkap. Setelah dianalisis lebih jauh, tidak lengkapnya folder disebabkan oleh tidak adanya cover letter, salah satu komponen folder portofolio; (iv) catatan dosen – yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara informal – menunjukkan bahwa semua mahasiswa sudah menggunakan ceklis evaluasi diri. Tetapi, ada kecenderungan ceklis belum dimanfaatkan secara optimal karena mahasiswa ragu dan merasa tidak mampu menggunakannya.

Hasil di atas menunjukkan bahwa secara umum, kemampuan mahasiswa sudah baik. Hal ini berarti bahwa kegiatan evaluasi diri telah mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa hingga mencapai kategori baik. Dapat pula dilihat bahwa mahasiswa telah menggunakan ceklis evaluasi diri dalam proses menulisnya. Namun demikian, terlihat bahwa penggunaan ceklis belumlah optimal.

Sementara itu, bila dilihat dari permasalahan yang hendak ditanggulangi, terlihat bahwa dari segi kemampuan menulis memang sudah baik, tetapi belum terlihat adanya cerminan sikap- sikap positif yang muncul sebagai akibat pengguanaan ceklis evaluasi diri. Sikap-sikap yang diharapkan adalah ownership, yaitu sikap yang mencerminkan bahwa kegiatan menulis itu adalah untuk peningkatan diri mahasiswa, bukan semata-mata tugas kuliah; dan risk-taking, yaitu sikap berani mengambil resiko. Ini tercermin dari keinginan mencoba walaupun dengan hanya sedikit bimbingan. Dapat dikatakan demikian karena, ternyata hasil pemantauan menunjukkan bahwa mahasiswa masih ragu-ragu dalam menggunakan ceklis, mereka takut salahdan belum menyadari betul manfaat dari ceklis tersebut. Analisis lebih jauh terhadap fenomena ini adalah , bahwa ada factor budaya yang menyebabkan sulitnya mahasiswa mempunyai rasa percaya diri dan menjadi independen. Pendidikan kita secara umum justru telah Sementara itu, bila dilihat dari permasalahan yang hendak ditanggulangi, terlihat bahwa dari segi kemampuan menulis memang sudah baik, tetapi belum terlihat adanya cerminan sikap- sikap positif yang muncul sebagai akibat pengguanaan ceklis evaluasi diri. Sikap-sikap yang diharapkan adalah ownership, yaitu sikap yang mencerminkan bahwa kegiatan menulis itu adalah untuk peningkatan diri mahasiswa, bukan semata-mata tugas kuliah; dan risk-taking, yaitu sikap berani mengambil resiko. Ini tercermin dari keinginan mencoba walaupun dengan hanya sedikit bimbingan. Dapat dikatakan demikian karena, ternyata hasil pemantauan menunjukkan bahwa mahasiswa masih ragu-ragu dalam menggunakan ceklis, mereka takut salahdan belum menyadari betul manfaat dari ceklis tersebut. Analisis lebih jauh terhadap fenomena ini adalah , bahwa ada factor budaya yang menyebabkan sulitnya mahasiswa mempunyai rasa percaya diri dan menjadi independen. Pendidikan kita secara umum justru telah

Hasil refleksi di atas mengarah pada perencanaan siklus II. Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah, mengoptimalkan penggunaan ceklis evaluasi diri untuk mencapai tiga hal utama yaitu (1) kemampuan menulis yang optimal, (2) rasa kepemilikan terhadap kegiatan menulis, dan (3) keberanian mengambil resiko untuk menumbuhkan independensi belajar.

c. Siklus II Berdasarkan hasil pada siklus I, dilakukan siklus II dengan mengoptimalkan pemanfaatan ceklis evaluasi diri pada tahap merevisi tulisan. Optimalisasi tersebut berupa penambahan ceklis sesuai dengan kebutuhan, diadakan waktu khusus untuk melakukan evaluasi diri disamping secara individual di luar kelas, dan optimalisasi peer evaluation dan student-teacher conferences.

Hasil dan Pembahasan Siklus II Hasil Analisis terhadap: (i) Efektivitas Kegiatan Evaluasi Diri menunjukkan bahwa semua mahasiswa menggunakan ceklis. Secara umum, rata-rata efektivitasnya adalah 4,407, meningkat dari efektivitas sebelumnya pada siklus I yaitu sebesar 2,778. Hasil ini menunjukkan bahwa efektivitas penggunaan ceklis sudah mencapai kategori sangat baik.

Bila dilihat secara lebih rinci, 16 orang mahasiswa (59,259%) menggunakan ceklis hingga 80% dari semua deskriptor yang ada dalam ceklis; dan 11 orang mahasiswa (40,741%) menggunakannya hingga 100%. Dengan demikian, ini berarti mahasiswa sudah menggunakan ceklis evaluasi secara optimal, terlihat dari besarnya prosentase penggunaan deskriptor pada ceklis untuk membantu mahasiswa dalam melakukan revisi terhadap tulisannya; (ii) kemampuan menulis esai deskriptif menunjukkan bahwa rerata kemampuan menulis mahasiswa adalah sebesar 35,704 yang masuk dalam kategori Sangat Baik. Secara rinci dapat dilihat bahwa 18 mahasiswa (66,66%) memperoleh nilai Sangat Baik, dan 9 mahasiswa (33,33%) memperoleh nilai Baik; (iii) kelengkapan folder portofolio menunjukkan bahwa semua folder telah lengkap dan tersusun dengan baik. Susunannya adalah (mulai dari atas) : cover letter, entri Bestwork), draf, dan ceklis evaluasi diri; (iv) catatan dosen yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara Bila dilihat secara lebih rinci, 16 orang mahasiswa (59,259%) menggunakan ceklis hingga 80% dari semua deskriptor yang ada dalam ceklis; dan 11 orang mahasiswa (40,741%) menggunakannya hingga 100%. Dengan demikian, ini berarti mahasiswa sudah menggunakan ceklis evaluasi secara optimal, terlihat dari besarnya prosentase penggunaan deskriptor pada ceklis untuk membantu mahasiswa dalam melakukan revisi terhadap tulisannya; (ii) kemampuan menulis esai deskriptif menunjukkan bahwa rerata kemampuan menulis mahasiswa adalah sebesar 35,704 yang masuk dalam kategori Sangat Baik. Secara rinci dapat dilihat bahwa 18 mahasiswa (66,66%) memperoleh nilai Sangat Baik, dan 9 mahasiswa (33,33%) memperoleh nilai Baik; (iii) kelengkapan folder portofolio menunjukkan bahwa semua folder telah lengkap dan tersusun dengan baik. Susunannya adalah (mulai dari atas) : cover letter, entri Bestwork), draf, dan ceklis evaluasi diri; (iv) catatan dosen yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara

Hasil-hasil di atas menunjukkan bahwa secara umum, kemampuan menulis mahasiswa pada akhir siklus II sudah sangat baik. Hal ini berarti bahwa kegiatan evaluasi diri telah mampu mengoptimalkan kemampuan menulis mahasiswa. Bila dilihat dari sisi kegiatan evaluasi diri itu sendiri, dapat dikatakan bahwa telah terjadi optimalisasi penggunaan ceklis terlihat dari tingginya prosentase penggunaan deskriptor dalam ceklis, dibandingkan dengan banyaknya deskriptor yang disediakan. Hal ini berarti bahwa ceklis telah dimanfaatkan secara sangat optimal oleh mahasiswa dalam proses merevisi tulisannya.

Tingginya penggunaan ceklis evaluasi diri oleh mahasiswa dan tingginya kemampuan mahasiswa dalam menulis seperti tercermin dalam hasil analisis pada siklus II merupakan indikasi adanya sikap kepemilikan (ownership) terhadap proses belajar menulisnya. Mahasiswa tekun melakukan perbaikan-perbaikan terhadap tulisannya untuk mencapai hasil terbaik yang memuaskan hatinya. Tingginya kegiatan mandiri dengan bantuan ceklis mencerminkan bahwa kegiatan menulis itu adalah untuk peningkatan diri mahasiswa, bukan semata-mata tugas kuliah. Tingginya penggunaan ceklis juga menunjukkan sikap risk-taking, yaitu sikap berani mengambil resiko. Peningkatan yang sangat tinggi dari penggunaan ceklis di siklus I ke siklus II mengindikasikan bahwa mahasiswa telah berani menggunakan ceklis meskipun kemungkinan mereka harus menggunakan beberapa deskriptor beberapa kali dalam satu tulisan.

Secara pelan-pelan (jika kegiatan evaluasi diri terus dilakukan ) pengaruh tradisi teacher- centered akan bergeser pada student-centered, yang dicirikan antara lain oleh mahasiswa yang mempunyai rasa percaya diri sehingga berani mengambil resiko, dan menjadi independen dalam proses belajar menulis.

Hasil refleksi di atas menunjukkan bahwa hingga akhir siklus II, telah dihasilkan peningkatan yang sangat signifikan dari siklus I ke siklus II, dengan hasil yang sangat baik. Dapat pula ditetapkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai. Dengan demikian, penelitian ini diselesaikan pada akhir siklus II.

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian di atas adalah :

1. Bahwa masalah yang dihadapi mahasiswa adalah sulitnya menulis esai pendek dalam Bahasa Inggris yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : (i) kemampuan menulis yang kurang, (ii) kurangnya waktu di kelas untuk menulis, (iii) untuk dapat menulis dengan baik, mahasiswa perlu bekerja diluar jam kuliah, untuk itu diperlukan pedoman belajar menulis.

2. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan ceklis evaluasi diri sebagai pedoman belajar menulis, kemampuan mahasiswa dalam menulis telah mencapai katagori sangat baik pada akhir siklus II.

3. Penggunaan ceklis evaluasi diri telah mencapai tingkat sangat baik. Hal ini berarti bahwa telah terjadi optimalisasi penggunaan ceklis oleh mahasiswa dalam upaya mencapai hasil tulisan yang optimal.

4. Tingginya penggunaan ceklis evaluasi diri juga menjadi indikasi tumbuhnya sikap ownership dan risk-taking, dimana hal ini sangat membantu mahasiswa dalam bekerja secara mandiri.

5. Kemandirian mahasiswa dalam menulis didukung oleh pedoman belajar yang memadai yaitu ceklis evaluasi diri untuk semua komponen kemampuan menulis yang ternyata telah dimanfaatkan secara optimal.

6. Model pembelajaran menulis yang dikembangkan dalam penelitian ini dan telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis adalah model pembelajaran menulis proses dengan tiga tahapan menulis yaitu pramenulis, menulis, dan merevisi yang berbasis asesmen portofolio dimana dilakukan optimalisasi kegiatan evaluasi diri. Optimalisasi kegiatan evaluasi diri dalam penelitian ini adalah penggunaan secara optimal ceklis evaluasi diri dalam tahap merevisi. Berdasarkan hasil penelitian, agar terjadi optimalisasi tersebut, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pengenalan pembelajaran berbasis portofolio, dimana evaluasi diri adalah kunci keberhasilan asesmen tersebut.

b. Pelatihan bersama dalam menggunakan ceklis evaluasi diri

c. Dorongan yang tinggi tentang pentingnya ownership dan risk-taking dalam upaya mencapai kemandirian belajar c. Dorongan yang tinggi tentang pentingnya ownership dan risk-taking dalam upaya mencapai kemandirian belajar

3.3 Pembahasan

Di atas telah dipaparkan mengenai dua buah penelitian dimana pengaruh evaluasi diri telah dibuktikan terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran menulis Bahasa Inggris. Berdasarkan kajian teoretik dan empirik terhadap peran evaluasi diri tersebut, berikut ini dilakukan pembahasan terhadap peran evaluasi diri dalam proses pembelajaran, dan implementasinya termasuk factor-faktor pendukung dan potensi kendala yang mungkin dihadapi bilamana evaluasi diri digunakan dalam penilaian pendidikan.