Badan Usaha Milik Negara

Badan Usaha Milik Negara

27.4 Pemeriksaan atas pengadaan minyak mentah (MM) dan Produk Kilang (PK) Tahun 2007 dan 2008 (Semester I) pada PT Pertamina (Persero) bertujuan untuk menilai apakah proses pengadaan MM dan PK dilakukan sesuai dengan ketentuan dan menilai kewajaran harga pengadaan MM.

27.5 Pemeriksaan pada PT Pertamina (Persero) mengungkapkan temuan signifikan, diantaranya yaitu:

• keikutsertaan Pertamina dalam Proyek PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban bukan berupa transaksi product swap dan Pertamina tidak sepenuhnya dapat mengontrol produk yang dikirim TPPI kepada Pertamina sehingga Pertamina menanggung risiko atas ketidakmampuan TPPI untuk melunasi hutangnya per 30 Juni 2008 sebesar USD72,60 juta; dan

• Pertamina tidak mempunyai jaminan pembayaran hutang TPPI atas transaksi jual beli Senipah Condensate selama Tahun 2006 sampai dengan April 2008 sebesar USD190,06 juta sehingga berpotensi tidak dapat tertagihkan (recovery).

27.6 Pemeriksaan atas pendanaan, investasi, dan pembayaran manfaat pensiun Tahun Buku (TB) 2006 dan 2007 pada Dapensri bertujuan untuk menilai apakah:

• Dapensri memiliki SPI yang memadai pada fungsi pendanaan, investasi dan pembayaran manfaat pensiun;

• penerimaan dana baik dari pemberi kerja maupun peserta, telah diterima, telah dicatat dan dilaporkan dengan jumlah yang tepat;

• pengembangan dana pada instrumen investasi telah dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan untuk kepentingan Dapensri; dan

• pembayaran manfaat pensiun kepada karyawan telah tepat sasaran dengan nilai yang tepat.

27.7 Pemeriksaan pada Dapensri mengungkapkan temuan signifikan, di antaranya yaitu:

• penerimaan angsuran iuran tambahan Dapensri berdasarkan kesepakatan Pendiri dengan Dapensri lebih kecil (kurang) dari jumlah yang ditetapkan aktuaria. Kekurangan yang harus dibayarkan Pendiri pada Tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing sebesar Rp16,96 miliar, Rp10,79 miliar dan Rp72,72 miliar sehingga Dapensri kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hasil dari pemanfaatan dana atas iuran tambahan yang kurang dibayar.

27.8 Pemeriksaan atas penyaluran pembiayaan Tahun 2005 sampai dengan Triwulan I 2008 pada PT PANN MF (Persero) bertujuan memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat berdampak material terhadap penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh PT PANN MF (Persero), pengendalian intern atas penyaluran pembiayaan sudah dirancang dan dilaksanakan secara memadai dan mencapai tujuan.

27.9 Pemeriksaan pada PT PANN MF (Persero) mengungkapkan temuan signifikan, diantaranya yaitu:

• PT PANN MF (Persero) rugi minimal senilai USD271,02 juta dari hutang pokoknya kepada pemerintah senilai USD182,25 juta karena gagal melaksanakan proyek kapal ikan Mina Jaya; dan

• PT PANN MF (Persero) rugi minimal senilai USD187,54 juta dari hutang pokoknya kepada pemerintah senilai USD89,61 juta akibat kegagalan proyek pesawat terbang Boeing 737-200 eks Lufthansa AG.

27.10 Pemeriksaan atas pengelolaan aktiva tetap, aktiva lain-lain, dan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK TB 2005 s.d. Semester I 2008 pada PT BNI bertujuan untuk menilai apakah pengelolaan aktiva tetap dan aktiva lain-lain telah sesuai dengan ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pengendalian intern yang ditetapkan.

27.11 Pemeriksaan pada PT BNI mengungkapkan temuan signifikan, diantaranya yaitu:

• BNI belum mengelompokkan aktiva yang tidak digunakan dalam kegiatan usaha bank yang lazim ke dalam ‘properti terbengkalai’ per 30 Juni 2008 minimal senilai Rp108,90 miliar sehingga BNI harus membentuk biaya penyisihan penghapusan aktiva minimal senilai Rp16,33 miliar;

• pembelian Gedung Graha Pangeran (GGP) Surabaya Tahun 2003, tidak didasarkan pada skala prioritas dan analisis capital budgeting, serta penunjukan PT Samakarya Singgasanajaya sebagai pengelola gedung tidak melalui proses lelang dan BNI tidak memiliki harga perkiraan sendiri (HPS) dalam pengadaan pengelolaan GGP sehingga pembelian GGP tidak dapat diyakini merupakan prioritas Kanwil 06 Surabaya dan tidak dapat diyakini kelayakannya secara finansial; dan

• “Bagian dan Benda Bersama” di GGP belum diatur secara jelas dan terdapat inefisiensi ruangan seluas 1.132,81 m² sehingga service charge dan management fee GGP diragukan kewajarannya, pembagian pendapatan dan biaya atas pengelolaan “Bagian dan Benda Bersama” di GGP tidak jelas, serta terdapat ketidakhematan pengeluaran service charge dan management fee sejak Tahun 2005 s.d. 2008 minimal senilai Rp3,44 miliar.