Pandangan Agama Buddha Tentang Hak Asasi Manusia

C. Pandangan Agama Buddha Tentang Hak Asasi Manusia

Agama telah menjadi ada sebagai hasil dari perjuangan manusia untuk memecahkan masalah dasar kehidupan, yaitu penderitaan."Jika tidak ada kelahiran, pembusukan dan kematian," kata Buddha, "Yang Tercerahkan mungkin tidak terjadi di dunia dan ajaran-ajarannya tidak akan menyebar di luar negeri."Dia juga menyatakan lagi dan lagi bahwa seorang Buddha muncul di dunia ini untuk kebaikan dan kebahagiaan dari banyak, karena kasihan bagi dunia, untuk keuntungan, untuk keuntungan dan untuk kebahagiaan para dewa dan manusia. Ini sama dengan pemberitaan Dharma, lastingness dari Dispensasi dan solidaritas Sangha. Jadi, sebagaimana nilai kedokteran terletak pada penyembuhan penyakit, sehingga nilai agama dipastikan oleh kemanjurannya dalam kemiskinan dan penghapusan

penderitaan manusia. 88

Secara umum, ketika sebuah agama membantu orang untuk hidup bersama dalam damai dan membantu individu untuk berdamai dengan dirinya sendiri, dapat dikatakan telah memenuhi fungsinya.Namun, yang masih samar-samar gambar dari fungsi agama. Gambar akan menjadi lebih jelas hanya ketika kita melihat lebih dalam untuk melihat apa pandangan agama telah pada manusia dan penderitaan dan bagaimana hal itu berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan penderitaan itu. Semua manusia dilahirkan sama, tetapi hanya dalam beberapa hal. Dalam hal lainnya,

88 Kitab suci agama buddha. 2004. Majjhima Nikaya 1. Klaten: Vihara Bodhivamsa Wisma

Dhammaguna. Hlm 77.

tidak ada orang yang lahir sama dengan laki-laki lain. Penganiayaan manusia, atau sikap yang salah terhadap, ini kesetaraan dan ketidaksetaraan telah menimbulkan segala macam masalah, dari sosial dengan yang rohani.

Dalam Buku “Islam Dan Hak Asasi Manusia” menjelaskan: Secara normatif, wacana hak asasi manusia di indonesia hadir bersamaan dengan lahirnya bangsa indonesia. Hal ini bisa di jelaskan dalam falsafah dan ideologi bangsa yang tertuang dalam sila sila pancasila, nilai-nilai hak asasi manusia seperti keadilan kesejahteraan persatuan dan kesatuan kemanusiaan dan demokrasi (musyawarah) untuk kebaikan dan maslahat bersama dijadikan tujuan tertatan

dan masa depan bangsa. 89 Menurut agama Buddha, semua manusia adalah sama dalam bahwa mereka

semua tunduk pada hukum alam yang sama. Semua tergantung dari kelahiran, usia tua dan kematian. Hukum Karma adalah mengikat semua orang. Semua orang menuai apa yang ia menabur dan dunia terus terjadi setelah kegiatan Karma dikontribusikan oleh semua orang. Menurut hukum karma jika anda melakukan perbuatan baik, anda akan mendapatkan akibat yang baik, dan jika anda melakukan perbuatan buruk, anda akan mendapatkan yang buruk. Namun demikian, akibat tersebut tidak diberikan oleh siapapun dan tidak diberikan sebagai upah atau hukuman. Karma merupakan hukum moral yang tidak membutuhkan penegak hukum, karma merupakan hukum yang

berlaku secara alamiah. 90

Dalam agama Buddha, cinta dan penghormatan terhadap orang tua sangat ditekankan. Mereka harus memelihara orang tua mereka yang sudah tua, harus

89 Nurcholish Madjid, Islam Dan Hak Asasi Manusia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011, Hlm 22

90 Sayadaw u silanda, Kamma (Hukum Sebab Akibat), Anatta (Doktrin Tiada Inti Diri), 90 Sayadaw u silanda, Kamma (Hukum Sebab Akibat), Anatta (Doktrin Tiada Inti Diri),

yang dinamkaan hak asasi manusia. 91

Hubungan Antara Sahabat mereka harus saling tolong menolong, berbicara sopan dan menyenangkan, harus bekerja demi kejayaan bersama, bekerja satu sama lain, menjauhi perselisihan, hubungan antara guru dengan murid yaitu murid harus menghormati dan mendengarkan kata-kata guru, haus belajar dengan tekun. Sebaliknya guru harus melatih dan mendidik muridnya secara seksama. Harus memberikan muridnya satu pegangan hidup dan berusaha mencarikan pekerjaan yang layak jika pendidikan sudah selesai.

Dalam buku “ Human Rights Reader : Major Political Essays, Speeches And Documen From The Bible To The Present “ menjelaskan:Dalam agama buddha

terdapat sekelompok kode-kode moral yang melarang membunuh, mencuri, berbohong, memakan makanan yang haram, merusak dan melakukan

91 Harun Handiwiyono. Agama Hindu Dan Buddha, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005, hal 63 91 Harun Handiwiyono. Agama Hindu Dan Buddha, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005, hal 63

Manusia adalah yang terbaik dari makhluk dilatih .Dia memiliki potensi diri yang sempurna oleh hidup yang bebas dan kebahagiaan dapat terwujud.Untuk mencapai kesempurnaan ini, manusia harus mengembangkan dirinya secara fisik, moral, psiko-spiritual dan intelektual. Pengembangan Hak diri mengarah secara alami dan oleh kebutuhan untuk kesempurnaan diri. Ini adalah hukum Dharma yang hukum Karma pada gilirannya merupakan bagian dan situlah kedua berasal. Menurut hukum ini, mensyaratkan bahwa setiap individu harus membiarkan bebas, jika tidak diberi kesempatan, untuk mengembangkan dirinya sehingga potensi itu dapat berkembang sendiri dan bekerja jalan menuju kesempurnaan. Idealnya, semua kondisi, baik sosial dan alam, harus dibuat menguntungkan dan segala macam bantuan harus disediakan untuk pengembangan diri setiap individu. Seperti Buddhisme fundamental percaya dalam potensi manusia dan menetapkan kesempurnaan kebebasan, dan kebahagiaan sebagai tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu, kebebasan pengembangan diri dan dorongan dari peluang untuk itu telah menjadi dasar dari etika Buddhis. Hal ini untuk mengatakan, dengan kata lain, bahwa setiap individu memiliki hak untuk pengembangan diri. Oleh karena itu, ajaran Buddha diulang pada sanggahan dari

92 Micheline R. Ishay (Ed) Human Rights Reader : Major Political Essays, Speeches And 92 Micheline R. Ishay (Ed) Human Rights Reader : Major Political Essays, Speeches And

Sudut pandang Buddha adalah bahwa kehidupan yang baik adalah terbuka untuk semua orang dan kebenaran tertinggi adalah diklaim harta umum oleh semua orang, tidak ada pembatasan karena kasta atau kelas. Selain itu, ia mengajarkan tujuan kebebasan yang dicapai melalui kebebasan dan sarana bahagia yang mengarah pada akhir yang bahagia. Jika hak untuk pengembangan diri ditolak atau dibatasi, hal itu benar berjuang untuk itu. Jika bantuan dan kondisi yang menguntungkan tidak disediakan untuk itu, itu baik untuk membuat tenaga terhadap dorongan yang sama. Namun, ada beberapa kata dari hati-hati. Bahwa setiap manusia memiliki hak untuk pengembangan diri dan, dengan demikian, kebebasan dan kebahagiaan adalah sebuah keharusan dari etika yang didasarkan pada hukum Dharma.

Dalam buku “ Jack donnelly, human rights ”menjelaskan: Hak Asasi Manusia merupakan hak yang bersifat inalienable 94 , yakni walau bagaimanapun tak

dapat diganggu gugat. Dengan demikian hak asasi manusia bersifat absolut atau dengan kata lain, ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa seseorang tidak bisa berhenti menjadi manusia sehingga, selama orang dimaksud masih menyandang kualitas sebagai manusia maka selama itu pula ia memilikki hak asasi manusia tanpa mempersoalkan apakah ia penyalet / buku. Hukum ini melarang, seakan-akan, yang memungkinkan seorang pria tulus melakukan apa yang benar dan proses akan bekerja di luar sendiri hasil yang sesuai. Ini berarti bahwa seseorang harus bertindak motivasi sehat. Jika dia berjuang, dia harus melakukannya demi Dharma, yaitu, untuk kebaikan dan untuk orang benar, karena cinta dan kasih sayang, bukan untuk keuntungan pribadi atau dari motif mementingkan diri sendiri, bukan karena keserakahan atau

93 Kitab suci agama buddha. 2002. Petikan Anguttara Nikaya 2. Klaten: Wisma Meditasi dan Pelatihan Dhammaguna 94 93 Kitab suci agama buddha. 2002. Petikan Anguttara Nikaya 2. Klaten: Wisma Meditasi dan Pelatihan Dhammaguna 94

lain. 95 Bagi umat Buddha, memiliki batin yang luhur (brahma-Vihara) dan

melaksanakan pancasila berarti menghargai dan melindungi Hak Asasi Manusia. Lebih dari itu, selain hak, manusia memiliki kewajiban. Apa yang dimaksud dengan kewajiban seorang anggota masyarakat, dikemukakan oleh Buddha dalam

Sigalovada-sutta 96 sebagai memuja dan melindungi keenam arah. Walau hak asasi seseorang diakui tanpa keharusan menghubungkannya dengan kewajiban orang yang

bersangkutan, pengalaman mengajarkan bahwa orang yang melaksanakan kewajibannya.

Dalam buku “hidup sesuai dhamma” Ajahn Chah menjelaskan: “manusia adalah senantiasa melakukan kesombongan dengan yang di milikinya serta

terpesona dan di bodohi oleh tubuh ini, dan karena manusia sendiri yang membuat dirinya terlena sehingga menimbulkan rasa tidak menjadi peduli terhadap perlindungan yang sesungguhnya di dalam diri kita. Tempat perlindungan yang sesungguhnya adalah pikiran kita, yang sebenarnya adalah

pikiran. 97 Pancasila Buddhis digunakan untuk seseorang yang akan memasuki

kehidupan beragama Buddha. Sang Buddha bersabda bahwa, “Barang siapa sempurna dalam sila dan mempunyai pandangan terang, teguh dalam dhamma, selalu berbicara

benar dan memenuhi segala kewajibannya, maka semua orang akan mencintainya

95 Jack donnelly, human rights 96 Sutta Pitaka adalah bagian dari Tripitaka (Kitab Suci Agama Buddha)

97 Ajhah Chah, Hidup Sesuai Dhamma, Dian Dharma, Jakarta. 2006, hlm. 30

Dalam agama Buddha, mentaati Pancasila dianggap merupakan sebuah dharma. 98

Pancasila berbunyi sebagai berikut:

1. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan (nilai kemanusiaan) guna mencapai samadi.

2. Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan (nilai keadilan)guna mencapai samadi.

3. Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila (berzinah, menggauli suami/istri orang lain, nilai keluarga)guna mencapai samadi.

4. Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar /berbohong, berdusta, fitnah, omongkosong (nilai kejujuran)guna mencapai samadi.