Penakwilan tentang Talak Tiga

Penakwilan tentang Talak Tiga

Di antaranya, penakwilan mereka mengenai "talak tiga sekaligus" dah penetapan hukum mereka terhadap hal tersebut, berlawanan dengan yang berlaku pada masa kehidupan Nabi Muhammad SAWW serta sepanjang kekhalifahan Abu Bakar r.a. seperti yang telah diketahui.

Pada pasal "Talak tiga sekaligus" dari bab "Thalak", kitab Shahih Muslim, juz I, halaman 574, dirawikan dari 'Abdullah bin Abbas melalui beberapa rangkaian sanad: Pada masa kehidupan Nabi Muhammad SAWW, kekhalifahan Abu Bakar dan dua tahun pertama kekhalifahan Umar r.a., perbuatan "talak tiga sekaligus" dianggap satu. Kemudian Umar bin Khaththab berkata: "Banyak orang suka tergesa-gesa dalam urusan (talak) yang seharusnya mereka berhati-hati dalam memutuskannya. Maka sebagai pencegah agar mereka tidak tergesa-gesa, sebaiknya kita tetapkan saja seperti yang mereka ucapkan." Berkata Ibn Abbas selanjutnya: Sebab itu, dilaksanakanlah (kehendak Umar) itu atas mereka 52 .

Keterangan tersebut di atas juga disebutkan oleh Qasim Amin dalam bukunya Tahrir Al- Mar'ah (Pembebasan Kaum Wanita) halaman 173, sebagai kutipan dari Shahih Al-Bukhari.

52 Yakni, menjatuhkan talak tiga sekaligus dianggap sebagai talak terakhir sehingga tidak ada kesempatan untuk rujuk lagi (kecuali setelah wanita itu kawin lagi dengan seorang pria lainnya lalu menceraikannya lagi setelah itu). Ketetapan seperti ini, kemudian juga menjadi ketetapan paia imam keempat mazhab fiqih paling terkenal di kalangan Ahlus-Sunnah. Tetapi, Ibn Taimiyah menyalahi mereka dan memfatwakan bahwa talak tiga sekaligus hanya dianggap satu saja. Menurut Asy-Syaikh Muhammad Abu Zahiah, salah seorang penulis dan ahli fiqih terkemuka masa kini dari Mesir (dalam bukunya Tarikh ALMadzahib Al-Islamiyah, halaman 622), pendapat Ibn Taimiyah ini diambilnya dari mazhab Ahlul-Bayt --Penerj.

Juga dinukil oleh Sayid Rasyid Ridha dalam majalah Al-Manar, jilid (bundel) IV, halaman 210, dari riwayat Abu Dawud, Nasa-i, Al-Hakim, Baihaqi. Kemudian Sayid Rasyid Ridha berkata selanjutnya: "Di antara yang menunjukkan bahwa ketetapan Umar itu berlawanan dengan ketetapan Nabi SAWW ialah hadis yang dirawikan oleh Baihaqi dari Ibn Abbas, yang berkata: Seorang laki-laki bemama Rakanah menceraikan istrinya tiga kali sekaligus dalam satu majelis (pertemuan). Atas tindakannya itu ia (Rakanah) menjadi sangat menyesal dan bersedih hati. Setelah hal itu dilaporkan kepada Rasulullah SAWW, beliau bertanya kepadanya: 'Bagaimana cara engkau menceraikannya?' Jawab Rakanah: 'Tiga kali sekaligus.' 'Dalam satu majelis (yakni satu pertemuan)?' tanya beliau. 'Ya,' jawab Rakanah. Maka Rasulullah SAWW berkata: 'Talak seperti itu hanya (dianggap) satu. Rujukilah istrimu itu jika kau ingin.' 53

Demikian itu pula menurut mazhab kami (Imamiyah). Sebagai tambahan dalil dari apa yang telah Anda simak tadi 54 , dan bahwa yang demikian itu merupakan hukum yang asli, perhatikanlah firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah, ayat

229-230:

53 Disebutkan oleh Ibn Ishaq pada halaman 191, jilid II. 54 Perhatikanlah pula hadis yang dikutip Qasim Amin dalam bukunya, Tahrir Al-Mar-ah, halaman 172, yaitu

yang dirawikan oleh An-Nasa'i, Al-Qurthubi, dan Az-Zaila'i, bahwa Ibn Abbas r.a. berkata: Rasulullah SAWW pemah diberitahu tentang seorang laki-laki yang telah menjatuhkan talak tiga pada suatu ketika (sekaligus) kepada istrinya. Maka bangkitlah beliau SAWW dalam keadaan marah lalu bersabda: "Apakah kamu hendak mempermainkan Kitab Allah sedangkan aku masih berada di antara kalian?"

Dan juga dalam penafsiran surah Ath-Thalaq dari kitab tafsir Al-Kassyaf terdapat hadis yang sempa. Mungkin ada orang berkata bahwa hadis ini menunjukkan rusaknya (atau tidak berlakunya) talak tiga sama sekali lantaran merupakan permainan belaka, seperti yang diriwayatkan dari Said bin Musayyib dan sekelompok Tabi'in yang berpendapat demikian. Namun yang benar ialah bahwa yang dimaksud sebagai "tindakan permainan" ini ialah ucapan tsalatsan (tiga kali) yang dianggap sia-sia saja. Adapun ucapan si suami anti thalig (engkau kucerai) jelas berpengaruh, sebab tidak mengandung permainan di dalamnya.

الف ه-للا دودح اميقي الا متفخ ناف ه-للا دودح اميقي الا افاخي نا الا 6ائيش نهومتيت<ا ه-للا دودح دعتي نمو اهودتعت الف ه-للا دودح كلت هب تدتفا اميف امهيلع حانج نوملاظلا مه كئـلوFاف

امهيلع حانج الف اهقلط ناف هريغ 6اجوز حكنت ىتح دعب نم هل لحت الف اهقلط ناف نوملعي موقل اهنMيبي ه-للا دودح كلتو ه-للا دودح اميقي نا انظ نا اعجارتي نا

Maksud ayat di atas, Talak (yang dapat dirujuki hanyalah) dua kali, adalah apabila suami telah menjatuhkan talak atas istrinya sebanyak dua kali, maka yang wajib atasnya sesudah itu ialah seperti yang diisyaratkan dalam Al-Quran; yakni tetap memperistrikannya dengan cara yang baik atau --jika tidak-- melepas (menceraikan)nya dengan kebaikan pula. Kemudian Allah berfirman selanjutnya, Maka jika ia (suami) menceraikannya (yakni untuk kali yang ketiga setelah dua kali talak yang terpisah)... tidaklah ia (si istri) halal baginya setelah itu... (yakni setelah talak yang ketiga)... sampai si istri telah mengawini seorang suami selainnya... (yakni suami yang kedua).

Berdasarkan ayat ini, apabila suami berkata kepada istrinya: "Engkau kujatuhi talak tiga"; padahal sebelumnya ia tidak pernah mentalaknya, atau pun jika ia hanya pernah mentalaknya satu kali, maka tidaklah ada larangan bagi keduanya untuk rujuk kembali walaupun perempuan itu belum dinikahi oleh suami yang lain. Sebab yang terlarang ialah merujukinya sesudah terjadi talak ketiga yang didahului oleh dua talak sebelumnya.

Walaupun demikian, Umar r.a. telah menakwilkan ayat tersebut serta semua dalil yang berkaitan dengan soal itu sebagai peringatan bagi mereka yang bertindak tergesa-gesa serta

pencegahan bagi orang-orang jahil dan cepat naik darah 55 . Kiranya penjelasan tersebut cukup memuaskan bagi Anda mengenai sikap "memaklumi" dan memaafkan, bahkan menyetujui tindakan para penakwil.