Kerangka Pemikiran Bapak M. Salman., selaku pegawai Dinas Koperasi, Usaha Mikro

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi terutama mahasiswa Magister Kenotariatan dan untuk menambah kajian mengenai peranan notaris sebagai pejabat umum didalam pembuatan akta pendirian badan usaha koperasi guna pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum sebagai suatu disiplin ilmu terhadap masalah yang ada di dalam masyarakat. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan masukan kepada masyarakat pada umumnya dan bagi notaris untuk dapat diterapkan dalam menjalankan wewenangnya sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi PPAK, dan penelitian ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Magister Kenotariatan di program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

E. Kerangka Pemikiran

Pembentukan koperasi sebagai badan usaha harus melalui prosedur hukum yang ditetapkan di dalam peraturan perundang‐undangan. Sebelum diberlakukannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 98KEPM.KUKMIX2004 tentang Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi, akta pendirian koperasi dibuat secara di bawah tangan dan atau dibuat oleh pihak‐pihak yang tidak berwenang untuk membuat akta otentik dibuat sendiri oleh para pendiri koperasi. Para pendiri koperasi dapat meminta sendiri pengajuan pengesahan koperasi kepada dinas koperasi. Apabila disetujui oleh Dinas Koperasi maka koperasi tersebut sudah dapat menjalankan usahanya. Akta pendirian koperasi yang tidak otentik tersebut mudah hilang dan tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat. Hal ini mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum, dan apabila terjadi perkara, maka akta tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sempurna. Untuk itu diberlakukanlah Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 98KEPM.KUKMIX2004 tentang Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi. Akta pendirian koperasi setelah diberlakukannya Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 98 Tahun 2004 harus dibuat oleh notaris, dimana notaris tersebut telah diangkat sebagai pejabat umum dan akta‐akta yang dibuat oleh notaris tersebut akan mempunyai keotentikan dan dapat digunakan sebagai alat bukti yang sempurna. Langkah ‐langkah yang harus ditempuh untuk mendirikan sebuah koperasi, adalah: 1. Mengadakan pertemuan pendahuluan diantara orang‐orang yang ingin mendirikan koperasi; 2. Mengadakan penelitian mengenai lingkungan daerah kerja koperasi; 3. Mengadakan hubungan dengan kantor Dinas Koperasi setempat; 4. Membentuk panitia pendirian koperasi yang bertugas mempersiapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; 5. Mengadakan rapat pembentukan koperasi. Hal‐hal yang perlu dilakukan dalam rapat pembentukan koperasi ini adalah : a. Memilih pengurus; b. Memilih pengawas dan c. Menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 6. Mengajukan permohonan status badan hukum koperasi dengan melampirkan petikan berita acara pembentukan koperasi serta daftar nama anggota pengurus dan pengawas. 6 Setelah ditetapkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 98KEPM.KUKMIX2004 tentang Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi, ini mempertegas bahwa hanya notaris yang berhak membuat akta koperasi, dan tidak semua notaris dapat membuat akta koperasi. Didalam Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha 5 Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, Hal. 114-115 . Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 98KEPM.KUKMIX2004 Pasal 4 menyatakan syarat untuk menjadi Notaris pembuat akta koperasi yaitu: 1. Notaris yang telah berwenang menjalankan jabatan sesuai Peraturan Jabatan Notaris; 2. Memiliki sertifikat tanda bukti mengikuti pembekalan di bidang perkoperasian yang ditanda tangani oleh menteri.

F. Metode Penelitian