Peranan Kelompoktani dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani

PERANAN KELOMPOKTANI DALAM UPAYA MENINGKATKM
KEMAMPUAN PETANI DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN USAHATAN1
(Kasus petani lada di Kecarnatan Loa Janan, Kabupaten Kutai-Kaltim)

Oleh :

DADANG RIZAL RAlYIDHANI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOWR
2002

ABSTRAK
DADANG RlZAL RAMDHANI. Peranan Kelompoktani dalam Upya Meningkatkan
Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani (Kasus Petani Lada di
Kecamatan Loa Janan Kabupten Kutai, Provinsi Kalimantan Timur). Dibimbing oleh
SUMARDJO, PRABOWO TJITROPRANOTO, dan PANG. S. ASNGARI.
Usaha pengembangan dan peningkatan produksi lada term diupayakan, namun
belum banyak menunjukkan hail yang nyata, sementara sebanyak 2.494 KK (61.1%)
rumah tanga petani di Kccamatan Loa Janan mcnggnntungkan hidupnya pada usaha

pertanian dmgan komoditas lada sebagai andalan. Menjelang era globalisasi yang sangat
komwtif, petani dihadapkan pada tantangan persaingan yang lebih besar dan terb~lkanya
peluang-peluang baru bagi usaha pertanian. Petani dituntut kemampuannya dalam
menghadapi era globalisasi ini dengan memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya
dengan kemampuan pengambilan keputusan melalui pilihan yang terbaik dan scsuai,
agar dapat meraih peluang usaha lebih baik. Kelompoktaru sebaga~salah satu sistern sosial
yang telah ada di masyarakat pedesaan &pat berperanan penting &lam membentuk
perubahan perilaku dan kemampuan anggotanya agar usaha pertaniannya maju.
Tujuan penelitian adalah menjelaskan tingkat kemampuan petani &lam
penpbilan keputusan usahatani, menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani, dan menjelaskan
peranan kelompoktani. Penelitian ini merupakan penelitian suwei yang bersifat
(ekypIunuIory) penjelasan. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai
Juni 2002 di Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara. Lokasi penelitian
dipilih secara sengaja (purpo.~ive),yaitu tiga desa dari tujuh desa di Kecamatan Ifla
Janan. Masan memilih lokasi pada tiga desa secara sengaja tersebut adalah untuk
mengurangi keragaman komoditas. Populasi penelitian adalah seluruh petani anggota
kelompok, dengan sampel sebanyak 90 responden yang dipilih secara acak sederhana
(nrt~[k~tti
scrtnplit~~)

terhndap scmua pngurus dan nnggota kelompoktnni padn ketiga
desa yang terpilih. Untuk melihat hubungan antar variabel yang diamati digunakan uji
n
statistik korelasl rank S ~ e a m (rs).
Hasil penelitian kenyimpt&n bahwa tingkat kemampuan sebagian besar petani
(58.9%) dalam pengambilan keputusan adopsi terhadap inovasi dalam usahatani relatif
masih rendah, terubma terdapat pada sebagian bes& anggota (72.3%) dan 39.9%
pengurus kelompoktani Tingkat kemampuan petaru yang masih rendah tersebut terkait
erat dengan lemahnya peranan kelompok sebagai wahana belajar, sebagai wahana
kejasarna kelompok, dan dukungan faktor eksternal yang meliputi ketersediaan
informasi dan ketejangkauan petani terhadap sarana produksi. Tingkat keberanian
sebagian besar petani (54.5%) &lam mengambil resiko berusahatani termasuk dalam
kategori tinggi, yaitu terdapat pada sebagian besar pengurus (61.1%) dan anggota
kelompok (50.0%)). Peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana
kejasama kelompok menurut penilaian sebagian besar petani termasuk dalam kategori
sedang. Masih lemahnya peranan kelompok tersebut terkait paling erat dengan
dukungan faktor eksternal yang masih lemah, yaitu tingkat ketersediaan informasi
pertanian yang sesui dengan kebutuhan petani dan ketejangkauan smna produksi
pada sebagian besar petani yang masih rendah
Faktor knrnktcristik individu ptnni dan fuktor cksternnl krhubungnn dcng~n

kemampuan ptani dalam pngambilan keputusan dalam usahatani. Karakteritik

-

individu petani yang berhubungan sangat nyata positif dengan tingkat adopsi terhadap
inovasi, adalah: (I) tingkat pendapatan usahatani, (2) kekosmopolitan, (3) pendidikan
non formal, (4) tingkat penmdikan formal, (5) motivasi, dan (6) luas lahan usahatani,
serta berhubungan nyata negatif dengan (7) umur. Karakteritik individu petani yang
berhubungan sangat nyata positif dengan tingkat keberanian petani beresiko &lam
usahatani, adalah: (1) kekosmopolitan, (2) tingkat pendapatan usahatani, (3) tingkat
pendidikan formal, (4) jumlah pendidikan non formal, dan (5) luas lahan usahatani, serta
berhubungzn nyata negatif dengan (6) umur.
Tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani berhubungan
lebin erat dengan karakteristik individu petani dibanding faktor ekstemal. Faktor
ekstemal yang temyata masih lemah adalah: ketersediaan informasi, tingkat
keterjangkauan terhadap sarana produksi, dan intensitas kegiatan penyuluhan. Ada
kecenderungan petani relatif telah memiliki karakteristik dan kemampuan dalam
merespon perubahan yang wadi di linghgannya Dengan demlkian maka &tan
kemampuan sumberdaya petani sangat menentukan dalam upaya penin*
kemampuan

p e t a ~dalam pengambilan keputusan usahatani Faktor eksternal petani berhubungan
lebih erat dengan keberanian petani beresiko dalam usahatani dibanding tingkat
kemampuan peiani men@opsi inovasi, dengan demikian perrman faktor ekstemal lebih
menentukan keberanian petani dalam mengambil miko dalam usahataninya
Karakteristik individu petani berh~bungan'den~an
peranan kelompoktani s e b a p
wahana belajar maupun sebgu wahana kerjasama anggota kelompoktani. Karakteristik
individu yang berhubungan sangat nyata positif dengan peranan kelompoktani sebagai
wahana belajar adalah: ( I ) tingkat pendapatan usahatani, (2) kekosmopolitan, (3)jumlah
pendidikan non formal, (4) tingkat pendidikan formal (5) motivasi, dan (6) luas lahan
usahatani, sedangkan karakteristik individu yang berhubungan dengan peran kelompok
sebagai wahana kejasama adalah: ( I ) kekosmopolitan, (2) pendapatan usahatam, (3)
tingkat pendidikan formal, (3) jumlah pendidikan non formal, (4) luas lahan, (5)
motivasi, dan berhubungan sangat nyata dan bersifat negatif dengan (6) pengalaman
berusahatani. Dengan demikian maka karakteritik individu petani berhubungan lebih
erat dengan peran kelompok sebagai wahana kejasama dibanding sebagai wahana
kejasama kelompok. Faktor eksternal yang berhubungan sangat nyata positif dengan
peranan kelompoktam semi wahana belajar dan sebagai wahana kejasama anggota
kelompoktani adalah: (1) ketersediaan infomasi, (2) keterjangkauan saprodi, dan (3)
keterkaitan terhadap adat, namun faktor ekstemal berhubungan lebih erat dengan peran

kelompok sebagai wahana belajar dibanding sebagai wahana kejasama kelompok.
Peranan kelompoktani sebagai wahana belajar kelompok maupun sebagai wahana
kerjasama kelompok bemubungan dengan tingkat kemampuan petani dalam
pengambilan k e p m usahatani. Tingkat kemampuan petani dalam pengmbilan
keputusan usahatani berhubungan lebih eiar dengan p e m m kelompoktani sebagai
wahana belajar kelompok dibanding dengan peranan kelompoktani sebagai wahana
kerjasama anggota kelompok.
Peranan kelompoktani sebagai wahana belajar kelompok mempunyai tingkat
keeratan hubungan yang lebih t i n w dengan tingkat kemampuan p e t a ~dalam
pengambilan keputusan terhadap adopsi inovasi dibanding dengan keberanian beresiko
dalam usahatani, sedangkan peranan kelompoktani sebagai wahana kejasama anggota
kelompok mempunyai keeratan hubungan dengan tingkat kemampuan petani dalam
keberanian beresiko dalarn usahatani dibanding dengan adopsi terhadap inovasi dalam
usahatani.

SURAT PERNYATAAN

Bahwa sesungguhnya sebuah karya ilmiah yang disusun atas dasar pemikim
dan rancangan ilmiah adalah hak pribadi, maka dengan ini saya :
Nama


: Dadang Rizal Ramdhani

NIM

: P.05500006

Progam Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Program Pascaajana
lnstitut Pertanian Bogor,
dengan ini menyatakan bahwa tesis saya yang bejudul "Peranan Kelompoktani
dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan
Usahatani" adalah benar mempakan hasil karya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua informasi dan data lengkapnya telah terangkum di dalam
tesis ini.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunalar! sebagaimana
mestinya.

Bogor, September 2002
Pembuat pemyataan,


Dadang Rizal Ramdhani

PERANAN KELOMPOKTANI DAtAM UPAYA ME,YINGKATKAN
KEMAMPUAN PETANI DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN USAHATAIU
(Kasus petani lada di Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai-Kaltim)

Oleh :

DADANG RIZAL RAMDHANl

Thesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Penyuluhan Pembangunan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002


Thesis

: Peranan Kelompoktani dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan

Petani dalam Pengambilan Keputusan Usahatani
Nama

: Dadang Rizal Ramdhani

NRP

: PO5500006

Program Studi

: Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing


&
Dr. Ir. S

d'o M.S.

-

Dr. H. Prabowo T'itro ranoto. M.Sc.
Anggota

Prof or. H. Pang S. Asngari
Ansgota

Mengetahui:
2. Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Tanggal Lulus : 1 Oktober 2002

3. Direktur Promam Pascasariana


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Samarinda pada tangal 24 Februari 1962, sebagai anak
pertama dari lima bersaudara dan ayah Djasmani (almarhum) dan ibu Hj. Maninah.
Penulis telah menikah dengan A. Sri Utami dan telah dikaruniai dua orang anakputri, yaitu: Desly Rivo Renthami dan Devy Dwi Orsella.
Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi pada Fakultas
Pertanian Universitas Mulawaman di Samarinda, lulus pada tahun 1987.

..

Kesempatan untuk menempuh pendidikan pascasarjana di Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan pada P r o ~ ~ aPascasajana
m
lnstutut Pertan~anBogor
(IPB) diperoleh pada tahun 2000 dengan biaya pendidikan dari Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Penulis bekeja pada Balai Informasi Pertanian (BIP) Kalimantan Timur
sejak 1989. Pada tahun 1994 penulis diangkat dalam jabatan fungsional sebagai
Penyuluh Pertanian hingga saat ini, yang ditugaskan pada BIP Kaltim yang

kemudian pada tahun 1994 diubah menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Kalimantan Timur.

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya,
sehiqgga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul

"

Peranan Kelompobani

dalam Upccya MeningkafkanKemampuan Pefani dalam Pengambilan Kepururan
Usahatani " sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, P m p m Pascasajana Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

(1) Dr. Ir. Sumardjo, M.S, selaku ketua komisi dan pembimbing utama,
(2) Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc., dan (3) Prof. Dr. H. Pang S. Asngari,
keduanya selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan

arahan dan bimbingan mulai dari proses pencanaan penelitian hngga selesainya
penulisan tesis ini.

Penulis juga menyam-

terima kasih untuk mahasiswa

pascasarjana Program Studi Penyuluhan Pembangunan Angkatan Tahun 2000, atas
saran dan kerjasama yang selama ini telah terjalin akrab dan penuh kekeluargaan.

Ucapan terima kasih disampaikan pula untuk Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian yang telah mernberikan kesempatan kepada penulis untuk mene-mpuh
pendidikan program strata 2 di Institut Pertanian Bogor.

Akhhya, ungkapan rasa syukur dan terima kasih untuk Ayah dan Ibu
tercinta Djasmani (Alrnarhum) dan Hj. Marsinah yang selalu mendorong dan
d

mengiringi penuiis dengan do'anya. Untuk lstri tercinta A. Sri Utami dan kedua

gadis buah hati penulis: Desly Rivo Renthami dan Devi Dwi Orsella, yang selalu
mengiringi penulis dengan do'anya, sabar, dan penuh kerelaan merestui penulis
untuk terpisah dari keluarga selama penulis menempuh pendidikan.
Walaupun bukan yang sempurna, semoga tesis ini dapat bennanfaat bagi
yang membutuhkannya. Semoga Allah SWT memberikan Rahmat dan Hidayah
kepada kita semua.

Bogor,

September 2002

Penulis

DAFTAR IS1
Halaman
D a h Tabel ..............................................................................

xi
...

Daftar Gambar ............................................................................

XIII

PENDAHULUAN .....................................................................

1

Latar Belakang ....................................................................

1

Masalahan Penelitian..............................................................

4

Tujuan Penel~t~
an...................................................................

5

Kegunaan Penellban..............................................................

5

..

..

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................

6

Pengambilan Keputusan dalam Usahatani.....................................

6

Peranan Kelompoktani...........................................................

12

Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi .......................................

15

Faktor-faktor yang Terkait dengan Kemampuan Petani .....................

18

KERANGKA BERPIIIUR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ..............

.

.

Kerangka Berpllur................................................................
Hipotesis Penelitian ...............................................................
METODE PENELFTlAN ............................................................
..

Rancangan Penel~tran
..............................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................
Populasi dan Sampel Pelielitian ................................................
Teknik Pengumputan Data........................................................
D e f i ~ sOperasional
i
...............................................................
Validitas dan Reabilitas Insbumen..............................................
..

Anal~s~s
Data......................................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Daerah Penelitian.......................................................
Karakteristik Individu Petani ......................................................
Faktor Eksternal Petani............................................................
Peranan Kelompoktani............................................................
Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar Kelompok..........
Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Kejasama Kelompok......
Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi ...........................................
Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan
Keputusan Usahatani ...............................................................
Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan
Usahatani dengan Karakteristik Individu Petani Karakteristik Faktor
Eksternal ..............................................................................
Hubungan Peranan Kelompoktani dengan Karakteristik Individu Petani
Karakteristik Faktor Eksternal .....................................................
Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar
Kelompok dengan Karakteristik Individu Petani .......................
Hubungan Peranan Kelompoktani sebagu Wahana Kejasama
Kelompok dengan Karalcteristik Individu Petani .......................
Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar
Kelompok dengan Karalderistik Faktor Ekstemal .....................
Hubungan Peranan Kelornpoktani sebagai Wahana Kejasama
Kelompok dengan Karakteristik Faktor Eksternal ......................
Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan

Usahatani dengan Peranan Kelompoktani .....................................
Hubungan Persepsi Petani terkulap Sifat Inovasi dengan Peranan
Kelompoktani .......................................................................
Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan
Usahatani dengan Persepsi Petmi terhadap Sifat Inovasi .....................

KESIMPULAN DAN SARAN

126

Kesimpulan ..........................................................................

126

Saran..................................................................................

129

DAFTAR PUSTAKA .................................................................

13 1

DAFTAR TABEL
Halaman
Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian di Kecamatan Loa
Janan

44

Keadaan Desa di Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai
Kartanegara ....................................................................

48

Penggunaan Tanah Peruntukan Usaha Pertanian di Kecamatan Loa
Janan ... ... ... ... ... ... . . . ... .. . ... ... ... ... ... . .. ......... ... ... ... ... ... ... ....

51

Keadaan Kelompoktani di Kecamatan Loa Janan ... ... ... ... ... .........

54

Karakteritik lndividu Petani ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..........

56

Karakteritik Faktor Ekstemal Petani ... ... ... ... ...... ... ...... ... ... ... ...

64

Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar Kelompoktani ... ....

71

Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Kerjasama
Kelompoktani ..................................................................

76

Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... .

80

Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan
Usahatani .......................................................................

84

Hubungan Tingkat Kemampuan Petani &lam Pengambilan
Keputusan Usahatani dengan Karakteritik Individu Petani dan
Karakteritik Ekstemal Petani.. ..... ... ......... ... ... ... ... ......... .........

93

Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar
Kelompok dengan K d r i t i k Individu Petani ... ... ...... ............

1M)

Hub~lnganPeranan Kelompoktani sebagai Wahana Kerjasama
Kelompok dengan Karakteritik Individu Petani ...... ...... ... ...........

103

Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Belajar
Kelompok dengan Faktor Eksternal Petani ...... ... ... ....... ... ...... ....

106

Hubungan Peranan Kelompoktani sebagai Wahana Kerjasama
Kelompok dengan Faktor Ekstemal Petani ... ... ...... ... ... ... ... ... ......

108

16.

Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan
Keputusan Usahatani dengan Peranan kelompoktani ....................

17.

Hubungan Persepsi Pertani terhadap Sifat Inovasi dengan Peranan
Kelompoktani ..................................................................

18.

115

120

Hubungan Tingkat Kemarnpuan Petani dalam Pengarnbilan Keputusan
Usahatani dengan Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi ..................

124

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Keterkaitan Hubungan antara Kemampunan Petani &lam Pengambilan
Keputusan Usahatani dengan Variabel Karakteristik lndividu, Karakteristik
Faktor Eksternal, Pefanan Kelompoktani, dan Persepsi Petani terhadap
Sifat Inovasi .........................................................................

30

2. Hubungan Faktor-Faktor Karakteristik Internal Petani yang Berhubungan

dengan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan
Usahatani ........................................................................

89

3. Hubungan Faktor Eksternal yang Berhubungan dengan Tlngkat Kemampuan
Petani d a l m Pengambilan Keputusan Usahatani ..............................

90

4. Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan

Usahatani d e n p i Peranan Kelompok sebagru Wahana Belajar clan Wahana
Kegasama ............................................................................

113

5. Hubungan Tingkat Kemampuan Petani dalam Pengambilan Keputusan

Usahatani dengan Persepsi Pztani Terhadap Sifat Inovasi ...................... 123

...

Xlll

PENDAHULUAN

Lada merupakan komoditas andalan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Seluas

6.732,5 Ha (62.4%)pertanaman lada di Kalimantan Timur terdapat d~Kabupaten Kutai
Kartanegara dengan produksi sebesar 4.804 ton (81.8% hasil lada di Kaltim). Kecamatan
Loa Janan merupakan salah satu sentra perkebunan lada di Kabupaten Kutai Kartanegara

dengan luas pettanaman pada tahun 2001 seluas 3.975 Ha dengan produksi 3.590 ton
(Disbun Kabupaten Kutai Kartanegmq 2001): Usaha pengembangin dan peningkatan
produksi lada telah diupayakan, namun belum banyak menunjukkan hasil yang nyata
terutama setelah pasca kemarau panjang sementara sebanyak 2.494 KK atau 61.1% dari
rumah tangga di Kecamatm Loa Janan tersebut mengantungkan hidupnya pada usaha
pertanian dengan komoditas lada sebagiu andalan.
Memasuki era globalilasi yang sangat kompetitif dan perkembangan dalam
Otonomi Daerah yang sangat dinamis telah menghadapkan sektor pertanian pada
berbagai tantangan maupun peluang yang perlu diantisipasi secara cermat &lam
pembangunan pertanian ke depan Masuknya berbagai komuditas pertanian dari luar
negeri, tuntutan konsumen terhadap mutu hasil pertanian, dan persaingan harga,
memerlukan kemampuan untuk mengantisipasinya. Konsekuensi lain dalam era
globalisasi adalah ditiadakannya subsidi berbagai sarana produksi dan meningkatnya
harga berbagai kebutuhan hidup.

Kondisi ini menuntut petani untuk memiliki

kemampuan dalam usahatani yang lebih efisien dan efektif. Dalam kondisi sepem

ini, hanya petani yang profesional yang akan mampu menghadapi tantangan dan
meraih peluang-pelung yang ada, untuk tetap bertahan dan berusaha lebih maju.
Fenomena di atas merupakan tantangan dan sekaligus peluang
pengembangan sektor perlanian agar tetap survive.

bagi

Sebagai tantangan, petani

dituntut kemauan dan kemarnpuannya dalam m e n w p i era globalisasi ini. Petani
dituntut kemampuannya dalam memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya agar
dapat meraih

peluang dan keuntungan pada kondisi tersebut.

Popkin (1978)

mengemukakan bahwa petani itu rasional dan selalu ingin memperbaiki nasibnya
dengan memanfaatkan peluang yang mungkin &pat dilakukannya.
Dalam mengantisipas~kondisi tersebut sangat dibutuhkan kemampuan petani.
Kemampuan petani &lam berusahatani berarti mengelola usahatani yang hams seialu
menyesuaikan din dengan tantangan dan kemajuan yang dnarnik, serta kemampuan
untuk memanfaatkan peluang yang ada. Untuk mampu dengan dinamis menyesuaikan
secara tepat dengan kondisi lingkungan yang selalu berubah tersebut, maka petani
dituntut kemampuannya dalam hal:

pengetahuan, berinovasi, dan keterampilan

memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki sehingga &pat melakukan pilihan
terbaik baginya,
Kemampuan petani yang dinamis, ditunjukkan oleh kemampuan melakukan
perubahan-perubahan secara sadar melalui pengambilan keputusan-keputusan yang
tepat densan wawasan kedepan sehingga mampu tumbuh dan maju berkembang
mengikuti pembahan lingkungannya. Kemampuan melakukan perubahan secara
sadar melalui proses pengambilan keputusan yang sistematis dan rasional berdasarkan

pengetahuan,

informasi,

pengalaman

dan

kemampuan yang dikuasai dalam

menghadapi perubahan. Kemampuan pengambilan keputusan yang sistemaits dan
rasional itulah yang perlu ditumbuhkan sehigga menjadi ciri budaya masyarakat
petani agar menjadi masya&kat yang maju, efisien dan tangguh.
Salah satu upaya menumbuhkan kemampuan petani tersebut selama ini
dilakukan melalui lembaga atau kelompok yang mewadahi pembangunan masyarakat.
Dalam ha1 ini kelompoktani mempunyai potensi berperan sebagai wahana belajar
dan wahana kejasama anggota kelompok. Keberadaan kelompoktani merupakan
salah satu potensi yang mempunyai peranan penting dalam membentuk perubahan
perilaku anggotanya dan menjalin kemampuan keja sama anggota kelompoknya.
Melalui kelompoktani, proses pelaksanaan kegiatan melibatkan anggota kelompok
dalam berbagai rangkaian kegiatan belajar, mengajar, bertukar pengalaman,
melakukan berbagai kegiatan bersama, akan mampu mengubah atau membentuk
wawasan, pengertian, pemikiran minat, tekad dan kemampuan perilaku berinovasi
menjadikan sistem pertanian yang maju.
Peranan kelompoktani sebagai wadah belajar mengajar dan wahana keja
sama tersebut akan dibutuhkan anggota kelompok, bila memberikan manfaat yang
dapat dirasakan anggota kelompok tersebut. Faktor keterlibatan dan aktifitas anggota
kelompok menentukan efektivitas pencapaian keberhasilan tujuan kelompok. Sering
terlihat keberadaan kelompok masyarakat yang terbentuk dan tumbuh atas inisiatif
atau keinginan masyarakat sendiri akan lebih menjamin keberlangsungan kelompok

tersebut. Faktor luar dapat bersifat sebagai perangsang atau pendorong bagi tumbuh
dan berkembangnya kelompok.
Sejauh mana tingkat kemampunan petani tersebut siap &lam menghadapi era
globalisasi ?

Bagaimanakah peranan kelompoktani dalam mewujudkan perubahan

perilaku anggotanya kearah kemampuan berusahatani yang lebih baik ?
Kemampuan petani merupakan hail pentbahan perilaku yang dapat ditunjukkan
oleh kemampuan mengambil keputusan yang terbaik atas berbagai altematif usaha,
agar menjadi efisien, menguntungkan, sesuai kondisi lingkungan, dan meningkatkan
usaha serta kehidupannya. Perubahan perilaku petani dapat dicapai melalui peranan
kelompok yang berfungsi sebagai wahana belajar mengajar dan wahana kejasama
anggota kelompok. Peranan kelompok tani ditentukan oleh individu dalam kelompok

clan faktor luar yang dapat berfungsi sebagai pendorong clan perangsang bagi
aktivitas kelompok dalam mencapai tujuannya.
Masalah Penelitian
Berdasarkan ha1 di atas, maka pennasalahan yang diajukan dalam penelitian

ini adalah: Sejauh manakah kemampuan petani dalam pengambilan keputusan &lam
usahatani ? Sebagai batasan penelitian, rumusan pennasalahan adalah:
(1) Sejauhmanakah tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan

usahatani ?
(2)

Bagaimanakah peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana
kejasama ?

(3) Faktor-faktor apa saja yang berperan dan menentukan tingkat kemampuan petani
dalam pengambilan keputusan usahatani ?
Tujuan Penelitian
( 1)

Menjelaskan tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan dalam
usahatani

(2) Menjelaskan peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana
kerjasama kelompok.

(3) Menjelaskan keeratan hubungan antara karakteristik individu petani, faktor
ekstemal, peranan kelompoktani sebagai wahana belajar dan wahana kerjasama
kelompok, dan persepsi petani terhadap sifat inovasi dengan tingkat kemampuan
pemi &lam pengambilan keputusan usahatani
Kegunaan Penelitian
(1) Dengan mengetahui faktor-faktor yang berperan terhadap kemampuan petani
dalam pengambilan keputusan usahatani, maka &pat dijadikan sumbangan bagi
pengambil kebijakan bahwa usaha penumbuhan kemampuan petani dapat
diarahkan melalui upaya perbaikan dan peningkatan faktor-faktor yang berperan
tersebut.
(2) Memberikan sumbangan informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengambilan Keputusan dalam Usahatani
Kemampuan manusia merupakan keseluruhan dari suatu proses atau
pelaksanaan dan merupakan hasil suatu perubahan perilaku yang relatif permanen.
Kemampuan tersebut dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan atau keduaduanya
(Klausmeier dan Goodwin, 1966).
Asngari (2001) mengatakan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang dapat
dilakukan dengan mengubah salah-satu atau ketiga unsur yang membentuknya, yaitu:
( 1 ) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor. Perubahan masing-masing unsur itu

akan saling pengaruh mempengarutu. Fawasan kognitif dapat diubah dan dikembangC

kan dengan menambah pengetahuan dan derajat intelektual seseorang. Penekanan
pada kawasan kognitif ini adalah mengembangkan kemampuan penalaran sumber
daya manusia.

Pada kawasan psikomotorik tekanannya adalah pada tingkat

keterampilan. Derajat keterampilan seseorang itu ditentukan oleh kombinasi ketiga
kawasan tersebut. Makin lengkap kombinasinya maka semakin sempurna kualitas
keterampilan seseorang. Perubahan perilaku sebagai wujud kemampuan seseorang
adalah karena pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh dan dialami oleh orang
yang belajar tersebut
Salah satu usaha perubahan perilaku manusia adalah melalui pendidikan,
sepeni dikemukakan Dahama dan Bhatnagar (1980) bahwa bentuk pendidikan formal
maupun non formal merupakan upaya mengubah perilaku manusia yang meliputi

kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor.

van den Ban dan

Hawkins (1999) mengemukakan bahwa seseorang yang belajar dapat memperoleh
atau memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui
pengalaman dan praktek.
Perkembangan peradaban menuntut manusia untuk selalu menyesuaikan diri
dengan tantangan pembahan yang dinamis. Lippitt

el

al. (1958) mengemukakan

bahwa ada dua ha1 yang mendorong keinginan manusia untuk melakukan pembahan,
yaitu : (1) adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah
yang dirasakan; dan (2) adanya inovasi-inovasi yang memberikan peluang bagi setiap
manusia untuk memenuhi kebutuhan atau meningkatkan kesejahteraannya. Alasan
itulah manusia termotivasi untuk menggunakan kemampuannya dalam melakukan
upaya-upaya tertentu &lam mengantisipasi pembahan-pembahan di sekelilingnya.
Mosher (Soebiyanto, 1998) mengemukakan, bahwa peningkatan produktivitas usahatani pada petani maju terlihat dari kecepatan petani menerima dan menggunakan ide
baru, dalam mengusahakan komoditas yang berorientasi pada pasar.
Kemampuan petani adalah suatu kondisi yang dapat ditumbuhkan melalui
proses pemberdayaan Ndraha (1987) memberikan ciriciri pemberdayaan kemampuan
masyarakat, yakn~: (1) meningkatkan kemampuan, (2) mendorong tumbuhnya
kebersamaan, (3)

kebebasan memilih dan memutuskan, (4) membangkitkan

kemandirian, dan (5) mengurangi ketergantungan serta menciptakan hubungan yang
saling menguntungkan. Bryant dan White (Soebiyanto, 1998) mengemukakan bahwa
pemberdayaan adalah sebagai pemberian kesempatan secara bebas memilih berbagai

alternatif dan mengambil keputusan sesuai dengan tingkat kesadaran, kemampuan,
dan keinginan mereka, serta memberi kesempatan untuk belajar dari keberhasilan dan
kegagalan dalam memberi respon terhadap perubahan sehingga mampu mengendalikan masa depan.
Proses pengambilan keputusan individual menurut van den Ban dan Hawkins
(1999) dibedakan atas: (I) model normatif merupakan proses pengambilan keputusan
yang melalui tahapan: kesadaran adanya masalah, pemantapan tujuan, medagnosis
penyebab masalah, mengulas altematif pemecahan masalah, evaluasi perkiraan hasil,
memilih kemunglunan pemecahan yang tehaik, menerapkan pemecahan masalah, dan
melakukan evaluasi; (2) model empiris, mempunyai b e h a p altematif pertimbangan
yang rumit dan konsekuensinya dalam pengambilan keputuasaq penyederhanaan dapat
dilakxkan dengan sedilat penyimpangan pettimbangan altematif; dan (3) model Bos,
yang memberikan perhatian pada empat ha), yaitu: tujuan, sarana, fakta, dan penafsiran
terhadapnya untuk memperoleh pengambilan keputusan.

Roger dan Shoemaker

(1981) membedakan tipe pengambilan keputusan inovasi yang terdiri atas: (1)
keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada individu yang berada
&lam posisi atas; dan (2) keputusan individual, yang dikelompokkan atas dua
macam; yaitu: keputusan opsional sebagai keputusan yang dibuat oleh individu
terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat anggota sistemnya, dan keputusan
kolektif sebagai keputusan yang dibuat oleh individu yang ada dalam sisrtem sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dianggap sebagai
sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir (van

den Ban, 1999). Lionberger dan Gwin (1983) mengartikan lebih luas lagi, bahwa
inovasi sebagai sesuatu yang dinilai barn atau dapat mendorong tejadinya
pembaharuan dalam masyarakat atau komunitas tertentu. Pemilikan kemampuan
pengetahuan akan adanya inovasi menumbuhkan motivasi seseorang untuk
mengadopsi. Kebutuhan akan inovasi tertentu, bergantung pada kebutuhan nyata
yang dapat dirasakan. Perbedaan segi pengetahuan, inovasi, intelegensia, dan daya
komunikasinya menyebabkan variasi dalam tingkat kemampuan potensial masyarakat
petani (Adjid, 1994). Berdasarkan perbedaan pengadopsi inovasi tersebut maka
Roger ( 1983) mengklasifikasikan pengadopsi menjadi lima katagori, yaitu: innovator
(inovator), eurly adopter (pengadopsi awal), early majority (mayoritas awal), l u ~ e
mujority (mayoritas akhir), dan Iugurd (kelompok lamban).

Keputusan adoljsi inovasi adalah proses mental, sejak seseorang menerima
inovasi sampai pengambilan keputusan menerima atau menolaknya(Hanafi,1986).
Serangkaian tahapan keputusan suatu inovasi yang tejadi dalam proses adopsi
menurut Roger (1983) adalah melalui tahapan sebagai berikut: (1) Pengenalan, yaitu
suatu tahap yang bermula ketika individu atau masyarakat mengetahui adanya suatu
inovasi dan memperoleh beberapa pengertian mengenai bagaimana inovasi tersebut;

(2) Pengimbauan (persuasi), yaitu suatu proses perobahan dan pembentukan sikap
individu atau masyarakat terhadap inovasi. Jadi dalam tahap ini aktifitas mental yang
membentuk efektif (sikap); (3) lmplernentasi (adopsi atau penolakan), yaitu sebagai
tahap keputusan terhadap inovasi yang membawa pilihan mengadopsi (menerima)
atau menolak inovasi; (4) Konfirmasi, yaitu tahap setelah ada keputusan untuk

menerima atau menolak inovasi selama jangka waktu tak terbatas. Pada kenyataannya
dalam implementasi suatu inovasi sering dilakukan modifikasi sesuai dengan
kepeluan petani pengadopsi (van den Ban, 1999). Pendapat senada dikemukakan
Gomles (Jahi,1993) bahwa suatu inovasi kadang-kadang mengalami perubahan dalam
proses d i h i . Derajat saat inovasi tersebut direvisi &lam proses pengadopsian dan
implementasinya disebabkan penyempumaan (re-invention). Namun pada akhimya

secara hakiki hanya petani sendirilah yang benvenang menetapkan keputusan dan
pemilihan yang paling sesuai dengan kepentingan kehendaknya.
Usaha pertanian pada kenyataannya selalu dhdapkan pada masalah resiko dan
ketidakpastian. Knight (Roumassef 1979) mengklasifikasikan situasi kejadian kedalam
dua situasi ekstrim, yaitu: (1) situasi adanya resiko (risk) dan (2) situasi adanya
keiidakpastlan (wlcerfuinly). Kedua situasi tersebut prinsipnya adalah dua ha1 yang

berbeda. Pada situasi kejadian beresiko bilamana hasil akhir atau outcome dan
probabilitas terjadinya dapat diduga, sebaliknya pada situasi kejadian adanya
ketidakpashan bilamana hasil aklur atau outcome dan probabilitas terjadinya tidak
dapat diduga. Dengan demikian maka salah satu faktor yang menjadi pertimbangan
petani &lam pengambilan keputusan usahatani adalah adanya resiko dan ketidak
pastian dalam usahataninya.
Perubahan perilaku petani sebagai wujud tingkat kemampuannya ditentukan
sekian banyak variabel. Lionberger dan Gwin (1983) telah mengungkapkan beragam
peubah yang mempengarulu perubahan penlaku masyarakat untuk m k a n
kesejahteraannya, yaitu: (1) karateristik pribadi (latar belakang, kebiasaan, kepercayaan),

(2) peubah situasional (tanah, air, pemerintah, keluarga), peubah antara (kelembagaan
penunjang, komunikasi), (3) peubah perubahan perilaku yang tejadi (adopsi cara
baru, perubahan komoditas), dan (4) tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan
keluargalmasyarakat.
Oppenheim (1973) mengemukakan bahwa kemampuan merupakan bentuk
perilaku yang tertentu, ada dua ha1 yang mendukungnnya, yaitu: (1) ada unsur yang
mendukung untuk berperilaku tertentu tersebut pada diri seseorang (person inner
determimr); dan (2) terdapatnya iklim atau lingkungan (environmenmlfactor) yang
memungkinkan tejadinya perilaku tersebut.
Perwujudan kemampuan individu atau kelompok, dicirikan oleh kemampuan
dan kebebasan menentukan pilihan terbaik dengan memanfaatkan potensi dirinya
dalam memenuhi kebutuhan hidup m e ~ p a k a nsuatu kemandirian. Slamet (1995)
menekankan bahwa untuk menumbuhkan dan membina kemandirian petani perlu
diarahkan agar kekuatan dan kemampuan dirinya bekeja sama untuk mencapai
segala tujuannya.

Hubeis (1992) menambahkan bahwa perwujudan kemampuan

seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dicirikan oleh kemampuan
dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik .
Pengertian kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani dalam
ha1 ini merupakan wujud perilaku yang ditunjukkan oleh kemampuan dalam perencanaan
dan pengelolaan usahatani. Kemampuan perilaku kearah terampil dan rasional &lam
merencanakan dan mengambil keputusan atas berbagai alternatif usaha agar menjadi
efisien. sesuai dengan lingkungan, dan meningkatkan usaha dan kehidupannya.

Pengertian kelompok adalah kumpulan manusia, dua orang atau lebih yang
menunjukkan saling ketergantungan, dengan pola interaksi yang nyata (Wiraatmadja,
1980). Camnight dan Zander (1968) mengemukakan bahwa interaksi adalah salah
satu bentuk aktual dari saling ketergantungan dan merupakan unsur utama terwujudnya suatu kelompok.
Gibson

el

al. (1997) menjelaskan bahwa dalam suatu kelompok terdapat anggota

kelompok tersebut, yang : (1) mempunyai motivasi untuk bergabung dalam kelompok,
(2) mengenal kelompok sebagai unit yang terpadu dari orang-orang yang saling

berinteraksi, (3) memberi sumbangan dalam jumlah yang berbeda-beda kepada proses
kelompok, dan (4) mencapai kesepakatan dan mempunyai perbedaan pendapat lewat
berbagai macarn bentuk interaksi.
Abbas (1995) mengemukakan bahwa peranan kelompok tani adalah: (1)
sebagai wahana belajar bagi petani nelayan dan anggotanya agar tejadi interaksi
guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterarnpilan dalam berusahatani yang
lebih baik serta berperilaku lebih mandiri untuk mencapai kehidupan yang lebih
sejahtera; (2) sebagai unit produksi, kelompok tani merupakan kesatuan unit usahatani-nelayan untuk mewujudkan kejasama dalam mencapai skala ekonomi yang lebih
menguntungkan; dan (3) sebagai wahana kejasama antar anggota dan antar
kelornpoktani dengan pihak lain untuk memperkuat kejasama dalam menghadapi
berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.

Asngari (2001) mengemukakan bahwa belajar dan mengajar adalah dua proses
yang tidak dapat terpisahkan. Kedua kegiatan itu mempakan proses aktif yang
dilakukan oleh orang yang berbeda, yakni agen pembahdpenyuluh dan sumber
daya manusia klien (petani). Keduanya mempakan kegiatan yang saling mempengaruhi; menghasilkan suatu produk bempa pembahan perilaku sumberdaya
manusia klien (petani).
Belajar adalah memperoleh atau memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan
suatu pola sikap melalui pengalaman dan praktek (van den Ban, 1999). Hasil belajar
dan praktek adalah bempa perubahan perilaku yang relatif permanen (Klausmeier dan
Goodwin, 1966). Menurut Asngari (2001), mengajar adalah kegiatan mengarahkan
dan membimbing proses belajar seseorang agar proses belajar tersebut dapat tejadi
secara efektif dan efisien.
Padmowihardjo (1994) menyatakan bahwa proses belajar tejadi sebagai usaha
aktif seseorang yang dilakukan secara sadar atau tidak untuk mengubah perilakunya
atau kemampuannya baik pengetahuan, keterampilan, maupun perasaan. Menurut
Asngari (1996) ada tiga ha1 penting &lam proses belajar yaitu: (1) adanya keaktifan
dari individu yang belajar untuk mengembangkan din dan potensinya; (2) tejadinya
interaksi atau proses mental; dan (3) tejadi pembahan perilaku.
Kelompoktani sebagai wahana belajar-mengajar, merupakan wadah bagi setiap
anggota untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam berusahatani yang lebih baik dan menguntungkan untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik, oleh karena itu petani perlu dilibatkan dalam proses belajar.

Kelompoktani sebagai suatu kelompok diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan individu anggotanya sehingga memiliki kemampuan (Adjid, 1995).
Syanvani (1992) menambahkan bahwa di dalam kelompok seseorang akan menemukan identifikasi pribadinya, karena bersama-sama dengan orang lain merasakan
adanya saling kasih sayang, kesetiaan, .tanggung jawab bersarna, sentimen, tradisi dan
persahabatan yang diperoleh melalui komunikasi dan kegiatan bersama.
Efektivitas dan hasil belajar dipengaruhi oleh kondisi lingkungan belajar.
Kelompok tani merupakan kondisi lingkungan belajar bagi anggota kelompok dapat
didekati dengan konsep dikemukakan Klausmeier dan Goodwin (1966), bahwa kondisi

of'
lingkungan belajar dipengaruhi oleh tujuh faktor utama, yaitu: (1) C~huruc/erist~cs
the learner (petani), (2) Churucteris~icsof the teuchers (penyuluh), (3) l'eacherlearner behaviors und classroom interaction (perilaku petanilpenyuluh, proses

belajar, metoda mengajar, interaksi), (4) Group cl~uructeris/ics(kelompok-tani), (5)
Subject mutter (informasi dan inovasi), (6) Physical churacterifics (fasilitas), dan ( 7 )
Outsideforces (faktor luarllingkungan).

Salah satu perlunya kerjasama dalam kelompok adalah untuk membina
kelompok, seperti dlkemukakan Beal et al. (1962) bahwa pembinaan kelompok sebagai
upaya untuk tetap memelihara dan mengembangkan kelompok, yakni berusaha
memelihara tata kerja kelompok, mengatur dan memperkuat kehidupan kelompok.
Adjid (1994) mengemukakan bahwa kerjasama merupakan suatu keadaan adanya
beberapa

subyek

atau

pelaku melakukan satu atau beberapa unit pekerjaan,

penyelesaian pekerjaan itu tergantung pada keserasian hubungan antar pelaku dan

sifat saling ketergantungan yang terdapat diantara pekerjaan atau bagian pekejaan
tersebut.
Asngari (2001) mengemukakan bahwa pada dasamya orang mau berperanserta
dalam kegiatan, bilamana: (1) akan memperoleh manfaat atau kepuasan; motifnya
adalah adanya kepuasan yang akan diperoleh dari kegiatan tersebut baik secara
ekonomi maupun non ekonomi. Motif itu menjadi pendorong kuat baginya; dan (2)
mengetahui makna kegiatan tersebut, seperti : program, tujuan, langkah, maupun
prosesnya. Ndraha (1987) menyebutkan bahwa bentuk keikutsertaan masyarakat
&lam berpartisipasi adalah &lam bentuk: (1) part&asi melalui kontak dengan
pihak lain, (2) partisipasi memberi tanggapadperhatian dalam bentuk respon
menerima atau menolak, (3) merencanakan dalam bentuk pengambilan keputusan, (4)
pelaksanaafi, (4) partisipasi dalam mengembangkan hasil, dan (5) mengevaluasi atau
menilai. Mosher (1966) menyebutkan

bahwa salah satu syarat pelancar

pembangunan pertanian adalah adanya kejasama dalam kelompok tani.

Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi
Keputusan atas suatu inovasi mempakan proses mental, yang dimulai sejak
mengetahui adanya inovasi hingga pengambilan keputusan untuk menerima atau
menolak. Penerimanaan 2tau penolakan terhadap suatu inovasi adalah keputusan
yang diambil oleh seseorang individu (Roger dan Shoemaker, 1971).

Keputusan terhadap suatu inovasi telah dikemukakan oleh ahli-ahli sosiologi
pedesaan pada sekitar tahun 1955, yaitu melalui suatu proses atau tahapan, seperti
disebutkan van den Ban dan Hawkins (1999); Wiraatmadja (1980) terdiri atas lima
tahapan, yaitu: (I) tahap kesadaran, seseorang mengetahui adanya sesuatu ide baru
(inovasi) tetapi memerlukan informasi mengenai inovasi tersebut; (2) tahap minat,
seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih
banyak; (3) tahap penilaian, seseorang mulai menilai terhadap ide baru tersebut dan
dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini maupun masa mendatang serta
menjadi pertimbangan untuk dicoba atau tidak; (4) tahap mencbba, seseorang mulai
menerapkan-nya dalam skala kecil untuk menentukan kegunaan apakah sesuai bagi
dirinya; dan (5) tahap adopsi, seseorang telah yakin terhadap ide baru tersebut dan
mulai menerapkan dalam skala luas. Proses pengambilan keputusan suatu inovasi
menurut Roger (1983), terdiri atas empat tahap, yaitu: (I) pengenalan, (2) persuasi,
(3) implementasi, dan (4) konfirmasi. Setelah tahap mengenal adanya ide bam, maka
tahap selanjumya adalah persuasi, yaitu tahap pembentukan persepsi dan pemahaman
terhadap ide baru tersebut sebelum mengambil keputusan untuk mengimplementasikannya.
Persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan
mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis (van den Ban, 1999). Thoha (1999)
menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognit~fyang dialami
oleh setiap orang &lam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
penglihatan, penden-garan, penghayatan, perasaan, maupun penciuman. Kunci untuk

memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan
suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang
benar tentang situasi. Menurut van den Ban dan Hawkins (1999) prinsip umum
persepsi adal~h:(1) Relativitas, yaitu persepsi bersifat relatif karena suatu objek tidak
dapat diperkira-kan dengan tepat, tetapi setidaknya dapat mengatakan yang satu
melebihi yang lainnya.

Persepsi orang terhadap bagian-bagian dari suatu pesan

sangat ditentukan oleh bagian yang mendahului pesan itu; (2) Selektivitas: persepsi
sangat selektif karena panca indra menerima stimuli dan sekelilingnya dengan
melihat obyek, mendengar suara, mencium bau dan sebagainya, sedangkan kapasitas
memproses informasi terbatas, tidak semua stimuli dapat ditangkap, tergantung pada
faktor fisik dan psikologis seseorang. Pengalaman masa lampau juga mempengaruhi
pilihan terinadap persepsi; (3) Organisasi: persepsi terorganisir dimana kita cenderung
menyusun pengalaman kita dalam bentuk yang memberi arti, dengan mengubah yang
berserakan dan menyajikannya &lam bentuk yang bermakna.; (4) Arah: melalui
pengamatan seseorang dapat memilih dan mengatur serta menafsirkan pesan; dan (5)
Perbedaan kognitif persepsi seseorang bisa berlainan satu sama lain &lam situasi
yang sama karena adanya perbedaan kognitif yang tergantung pada faktor-faktor
kepribadian, seperti toleransi terhadap ambiguitas (kemenduaan), tingkat keterbukaan
atau ketertutupan fikiran, sikap otoriter, dan sebagainya.
Pengambilan keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi usahatani dipengaruhi berbagai faktor tertentu.

Menurut van den Ban dan Hawkins

(1999), faktor yang berperan tersebut adalah: (1) persepsi petani tentang ciri-ciri

inovasi dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian,
serta peranan keluarga petani; dan (2) perlu diketahui apakah situasi yang diinginkan
telah tercapai.

Untuk sampai kepada tahap keputusan, maka individu tentunya

mempunyai pemahaman tertentu terhadap inovasi tersebut. Menurut Roger (1983)
bahwa persepsi individu terhadap karakteristik suatu inovasi menentukan tingkat
adopsi inovasi, dimana karakteristik inovasi tersebut terdiri dari: (1) relative advantages
(memiliki keuntungan relatif yang lebih tinggi ), (2) compatibilify (kesesuaian
inovasi dengan tata nilai, pengalaman, maupun kebutuhan yang ada), (3) complexily(tingkat kerumitan dalam mempelajari dan menggunakan inovasi), (4) trialabili~y
(inovasi &pat dicoba dalam skala kecil), dan (5) observabiliry (kemudahan hail
inovasi yang dapat lihat).

Faktor-faktor yang Terkait dengan Tingkat Kemampuan Petani
Adjid (1994) mengemukakan bahwa respon masyarakat terhadap stimuli untuk
tejadi proses perubahan yang berasal dari sistem luar, umwnnya tejadi proses
peruba!+an di sistem dalam, untuk menyesuaikan diri atau atau mengendalikan sistem
luar. Dengan perubahan sistem &lam itulah kedudukan dan peran kelompok sangat
penting artinya, dimana perubahan sistem &lam yang berarti mengubah aspek
kemampuan ilmu dan teknologi, aspek tata hubungan antar anggota, dan aspek tata
nilai adalah perubahan yang dihasilkan oleh adanya interaksi sosial antar petani
dalam mewujudkan cita-cita dan keyakinan yang dimiliki bersama.

Lionberger (Mardikanto,

1993) mengemukakan

beberapa faktor yang

m e m p e n w h i kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi, meliputi:
(1) Luas usaha tani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karena
memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik.

(2) Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani, petani dengan tingkat
pendapatan semakin tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi inovasi.

Soekartawi (1988) menarnbahkan bahwa pendapatan usahatani yang tinggi
.-

seringkali ada hubungamya dengan tingkat difusi inovasi pertanian.
(3) Keberanian mengambil resiko, sebab pada tahap awal biasanya tidak selalu

berhasil seperti yang diharapkan, karena itu individu yang memiliki keberanian
menghadapi resiko biasanya lebih inovatif.
(4) Umur, semakin tua (di atas 50 tahun) biasanya semakin lamban mengadopsi

inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa
diterapkan oleh warga masyarakat setempat.
(5) Tingkat partisipasi dalam kelompoklorganisasi di luar lingkungannya sendiri.
Warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar sistem
sosialnya sendiri umumnya lebih inovatif dibanding mereka yang hanya melakukan kontak pribadi dengan warga masyarakat setempat.

(6) Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru. Golongan masyarakat yang aktif
mencari informasi dan ide-ide baru biasanya selalu lebih inovatif dibanding

orang-orang yang pasif apalagi yang selalu skeptis (tidak percaya) terhadap
sesuatu yang baru.
(7) Sumber informasi yang dimanfaatkan. Golongan yang inovatif biasanya banyak

memanfaatkan beragam sumher informasi, seperti: lembaga pendidikad
perguntan tinggi, lembaga penelitian, Dinas-dinas terkait, media masa, tokohtokoh masyarakat (petani) setempat dan dari luar, serta lembaga-lembaga
komersial (pedagang, dll). Berbeda dengan golongan yang kurang inovatif,
umumnya hanya memanfaatkan informasi dari tokoh-tokoh (petani) setempat
dan relatif lebih sedikit memanfaatkan informasi dari media masa.
Inkeles dan Smith (Budiman, 2000) mengemukakan dalam teori modemisasi,
pentingnya faktor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan yaitu
manusia-manusia yang mempunyai kemampuan mengembangkan sarana material
supaya produktif, untuk itu dibutuhkan apa yang disebut manusia modem yang dicirikan
seperti: keterbukaan terhadap pengalaman clan ide barn, berorientasi kemasa sekarang

dan masa depan,

punya kesanggupan merencanakan, percaya dan sebagainya.

aerdasarkan hasil penelitian Inekeles dan Smith, faktor pendidikan adalah paling
efektif untuk mengubah manusia, disamping pengalaman dan informasi m d a massa.
Roger (1983) menyatakan, kekosmopolitan individv dicirikan oleh sejumlah
atribut yang membedakan merek