Gambar 2.1.Hipotesis secondary heterologus infection WHO, 1997
Menurut hipotesis infeksi sekunder gambar 1, sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu,
menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit, proliferasi limfosit juga menyebabkan
tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit,
penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa WHO, 1997. Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme : 1 Supresi
sumsum tulang, dan 2.destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi 5 hari menunjukkan keadaan hiposelular dan
supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematoppoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada
saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan
trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan
sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan petaanda
degranulasi trombosit. Suhendro et al., 2009 Infeksi sekuensial dengan serotipe dengue berbeda lebih rentan menjadi bentuk
penyakit lebih berat denan berdarah denguesindrom syok dengue. Hal ini dijelaskan dengan pembentukan kaskade cross-reactive antibodi heterolog nonnetralisasi yang
diperkuat, sitokin seperti interferon gamma yang diproduksi olek sel-sel T spesifik dan aktivasi komplemen yang menyebabkan disfungsi endotel, destruksi trombosit, dan
koagulopati konsumtif Kariyawasan, 2010.
2.5. Diagnosis
Diagnosa dengue berdasarkan 2 kriteria Suhendro et al., 2009 :
Universitas Sumatera Utara
A. Kriteria klinis:
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari 2.
Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan: a
Uji torniquet positif b
Petekie,ekimosis,purpura c
Perdarahan mukosa tersering epistaksis atau perdarahan gusi, atau perdarahan dari tempat lain
d Hematemesis dan atau melena
3. Pembesaran hati hepatomegali
4. Syok ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien gelisah
B. Kriteria Laboratorium
1. Trombositopenia 100.000ml atau kurang
2. Adanya kebocoran plasma plasma leakage karena peningkatan
permeabilitas kapiler dengan manifestasi : − Peningkatan hematokrit ≥20 dibandingkan standar sesuai dengan
umur dan jenis kelamin − Penurunan hematokrit
≤20 setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
− Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia
Dua kriteria klinis pertama ditambah salah satu dari kriteria laboratorium atau hanya peningkatan hematokrit sudah dapat menegakkan diagnosis klinis DBD
Suhendro et al.,2009. Menurut Essy 2009, dengan sampel 218, penderita DBD yang dirawat inap di
RSU Pirngadi Medan Tahun 2008, berdasarkan jumlah trombosit penderita saat masuk RS tertinggi adalah pada kelompok 50.000-100.000mm
3
45,2 dan yang terendah pada kelompok 50.000mm
3
9,6. Berdasarkan jumlah hematokrit penderita saat masuk RS tertinggi pada kelompok 40 sebesar 63,5 dan yang terendah adalah pada
kelompok 50 sebesar 1.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Khoirun 2012, dari 136 penderita DBD di RSUD Lubuk Pakam tahun 2011, berdasarkan jumlah trombosit, yang tertinggi yaitu penderita dengan jumlah
trombosit ≤100.000µl 69,6. Berdasarkan jumlah hematokrit yang tertinggi yaitu
≤40 57,2.
2.6. Derajat Penyakit
Klasifikasi derajat penyakit dengue dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue Suhendro et al.,2009
DDDBD Derajat Gejala
laboratorium
DD Demam, disertai 2 atau
lebih tanda: sakit kepala, nyeri retro-orbital,
mialgia, artralgia - leukopenia
- trombositopenia,
tidak ditemukan bukti kebocoran
plasma Serologi
dengue positif
DBD I
Gejala di atas ditambah uji bendung positif
Trombositopenia 100.000,bukti
ada kebocoran plasma
DBD II
Gejala di atas ditambah perdarahan spontan
Trombositopenia 100.000,bukti
ada kebocoran plasma
Universitas Sumatera Utara
DBD III
Gejala di atas ditambah kegagalan sirkulasi kulit
dingin dan lembab serta gelisah
Trombositopenia 100.000,bukti
ada kebocoran plasma
DBD IV
Syok berat disertai dengan tekanan darah
dan nadi tidak terukur Trombositopenia
100.000,bukti ada kebocoran
plasma
WHO pada tahun 2009 mengeluarkan klasifikasi dan derajat keparahan dari infeksi virus dengue, yaitu kriteria probable dengue, warning sign dan
kriteria severe dengue yang bisa dilihat pada gambar 2.2:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2.Klasifikasi dengue dan derajat keparahan WHO,2009 2.7.
Manifestasi Klinis
WHO pada tahun 2009 mengeluarkan Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control. Dalam panduan tersebut WHO membagi hari-hari sakit demam
dengue menjadi 3 fase : 1. Fase Demam, 2.Fase Kritis, 3.Fase Recovery