Analisis Diksi dalam terjemahan Kitab Syaroh Uqudullujain Karya Drs. Moch. Ati Chasan Umar

Analisis Diksi dalam Terjemahan Kitab
Syarah Uqudullujain
Karya Drs. Moch Ali Chasan Umar
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
(S.S)

Disusun oleh:
Sri Mustika Mutiara
Nim: 1110024000027

JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

PER}I-YATAAN


Dengan

1.

ini

saya menyatakan bahwa:

Skripsi

ini

asli saya yang diajukan unhrk
memperoleh gelar strata satu di UIN

merupakan hasil karya

memenuhi salah satu persyaratan
Syarif Hidayatullah J akarta.


2.

ini telah saya
di UIN Syarif

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa
pencabutan gelar.

Ciputat, 19 November 2Al4

NIM:1110024000027


Analisis Diksi dalam Terjemahan Kitab
Syaroh Uqudullujain
Karya Drs. Moch. Ati Chasan Umar
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh:
SRI MUSTIKA MUTIARA
1110024000027

Dosen Pembimbing

Pembimbing

I

Pembimbing


Drs. Ikhwan Azizi,MA

Nip: 19570816199403

II

mad Syatibi, M.Ag.
Nip: 19s5070319860310.02

1001

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DA}[ HUMANIORA
UNI\TERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 NU1436 H

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul


(AIIALISIS DIKSI TERJEMAHAN KITAB

SYARH UQUDULLUJAII\P' Karya Drs. Moch AIi Chasan lImar."

NIM

yang ditulis oleh SRI MUSTIKA MUTIARA,

1110024000027 telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah pada tanggal 4 Februari 2015 diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada program Studi Tarjamah.
Ciputat, 4 Februari 2010
Sideng Munaqasyah

TIM PENGUJI

TTD


,04^^,{e

Dr.Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum.

)

,ryw,
Tsl.

( Ketua Sidang )

I

Umi Kulsun, MA

Tgl.

( Sekretaris Sidang )
Drs. Ikhwan Azizi,MA

( Pembimbing I )

Tgl.

Drs. Ahmad Syatibi, M.Ag.

(

( Pembimbing II )

Tg1.

Dr. Darsita Suparno,M.Hum.

(

( Pengqii I )

Tgl.


Abdul Wadud Kasyful Anwar, M.Ag.

(

( Penguji II )

Tg1.

ilt

at - 03 '

20lS

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab

‫ا‬


‫ج‬
‫د‬
‫ر‬
‫س‬
‫ش‬
‫ص‬
‫ط‬
‫ظ‬
‫ع‬
‫ف‬
‫ق‬
‫ل‬

‫ه‬
‫ء‬
‫ي‬

Huruf Latin

Keterangan

Tidak dilambangkan
Be
Te
te dan es
Je
h dengan garis bawah
ka dan ha
De
de dan zet
Er
Zet
Es
Es
es dengan garis di bawah
de dengan garis di bawah
te dengan garis di bawah
zet dengan garis di bawah
koma tebalik di atas hadap kanan
ge dan ha
Ef

Ki
Ka
El
Em
En
We
Ha
Apostrof
Ye

B
T
Ts
J
H
Kh
D
Dz
R
Z
S
Sy
S
D
T
Z

Gh
F
Q
K
L
M
N
W
H
`
Y

iv

Vokal
vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda vokal Arab
____

Tanda Vokal Latin
A

Keterangan
Fathah

______
ِ
___

I

Kasrah

U

dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksarany adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab
‫_____ ي‬
______

TandaVokal Latin
Ai

Keterangan
a dan i

Au

a dan u

Vokal Panjang
Keterangan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab

‫ا‬

Tanda Vokal latin
A

Keterangan
a dengan topi di atas

‫ِ ي‬

I

i dengan topi di atas

‫و‬

U

u dengan topi di atas

v

Kata Sandang
Kata Sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu ‫ ال‬dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah huruf
qomariyah . contoh : al-rijal bukan ar-rija`l, al-diwa`n bukan ad-di`wa`an.

Syaddah (tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda (-), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ‫ الضَر رة‬tidak
ditulis ad-darurah melainkan al-darurah, demikian seterusnya.

Ta Marbutah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbutah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/
(lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbutah tersebut
diikuti oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2). Namun, jika ta marbutah tersebut
diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/
(lihat contoh 3).

vi

Kata sambung

No
1
2
3

Kata Arab

Alih Aksara
Tariqah
Al-jami‟ah al- islamiyyah
Wahdat al-wujud

‫طريقة‬
‫الجامعة اإسامیة‬
‫حدة الوجود‬

Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf capital tersebut jua digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bu lan,
nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya, (Contoh: Abu Hamid al-Ghazali
bukan Abu Hamid Al-Ghazali, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak `Abd al-Samad al-Palimbani; Nuruddin al-Raniri, tidak Nur al-Din al-Raniri.

vii

Cara penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi‟l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimatkalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas.
Kata Arab

Alih Aksara
dzahaba al-ustadzu

‫ه اأستا‬

Tsabata al-ajru

‫اأجر‬

‫ث‬
al-harakah al-asriyyah

‫الحركة العصرية‬
Asyhadu an la ilaha illa Allah

‫أش د أ ا اله إا اه‬
Maulana Malik al-Salih

‫الصال‬

‫موانا م‬
Yu` atstsirukum Allah

‫ي ثركم اه‬
al-mazahir al-aqliyah

‫المظاهر العق یة‬
al-ayat al-kauniyah

‫اآيا ال ونیة‬
al-darurat tubihu al-mahzurat.

‫الضر رة ت ی المحظورا‬

viii

ABSTRAK

SRI MUSTIKA MUTIARA. 1110024000027
“ANALISIS DIKSI TERJEMAHAN KITAB
SYARH UQUDULLUJAIN” Karya Drs. Moch Ali Chasan Umar.”

Dalam kegiatan penerjemahan salah satu hal yang harus diperhatikan
adalah masalah pemilihan kata (diksi), apabila dalam hal tersebut tidak tepat dan
sesuai maka akan memperhambat tersampainya pesan Bsu terhadap Bsa.
Kitab syarah Uqudullujain adalah salah satu kitab kuning yang sering
dikaji oleh para santri salafi yang berisikan tentang masalah- masalah hak istri
pada suami dan sebaliknya dan masalah lainya yang berhubungan dengan suami
istri, dan salah satu kitab yang penting dikaji bagi yang belum maupun yang sudah
memasuki dunia perkawinan dan berumah tangga. Karena, dengan memahami,
menghayati dan mengamalkan kandungan buku ini, akan dapat membentuk rumah
tangga yang bahagia dan sejahtera, serta membina keharmonisan suami istri
berdasarkan tuntunan Syari‟at Islam.
Penelitian ini mengkaji Analisis Diksi Kitab Syarh Uqudullujain yang
bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan kesesuaian dalam pemilihan kata
kemudian tentang kelangsungan diksi dalam terjemahan. Adapun permasalahan
yang ditemukan oleh penulis adalah seputar ketepatan dalam kata konotatif dan
kekurangsesuaian pemilihan kata

kemudian kelangsungan diksi dalam

terjemahan.

ix

PRAKATA

Al-hamdulillah, tiada kata yang pantas diucapkan kecuali rasa syukur
kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

(Analisis Diksi dalam

Terjemahan Kitab Syarh Uqudullujain) sebagai persyaratan memperoleh gelar
sarjana (S1).
Salawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawa umatnya menuju zaman yang penuh dengan
pengetahuan, dan semoga kita mendapat Syafa‟at di hari akhir.
Saya menyadari bahwa untuk menyelesaikan tugas akhir ini, tidak lepas
dari perhatian, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sungguh berarti
dan berharga bagi penulis, baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, saya

memyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada siapapun yang telah banyak membantu penulisan skripsi
ini.
Terlebih dahulu terimakasih dan do‟a yang tulus saya haturkan kepada
ayahanda Endi Sahadi dan Ibunda tercinta Iin Parlina, yang telah mendidik dan
mengarahka

dengan kesabaran dan kasih sayang dan keikhlasan serta

tak

bosan-bosanya mendoa‟kan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT mengampuni kesalahan mereka serta menempatkan derajat
keduanya pada derajat yang tinggi. Kepada kaka tercinta Syaid Lukman Hakim

x

dan Syarifah Anggraini yang tak henti memberikan semangat pantang menyerah
dalam menyelesaikan kepenulisan skripsi ini.
Selanjutnya ucapan syukur dan hormat saya

haturkan dan tunjukkan

kepada :
1. Prof. Dr.Oman Fathurrahman M.Hum, selaku Dekan Fatultas Adab dan
Humaniora, Dr. Ahmad Saekhudin, M.A, Dr. Ade Asnawi selaku Ketua
Jurusan Tarjamah yang telah memberikan semangat kepada para
mahasiswanya agar tak pernah bosan untuk berkarya, kepada Dr. Moch.
Syarif Hidayatullah, M.Hum “Sebagai Bapak baru di jurusan Tarjamah”
semoga bisa membangun jurusan tarjamah menjadi lebih baik dan unggul,
kepada, Umi Kulsum, MA sebagai sekertaris Jurusan Tarjamah.
2. Drs Ikhwan Azizi, M.A, Ahmad Syatibi, M.Ag, selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberi banyak masukan dan mengorbankan waktunya
di tengah

kesibukannya

serta kesabaran membimbing saya

dalam

menyelesaikan skripsi ini.
3.

Dr. Darsita Suparno, M.Hum dan Abdul Wadud Kasyful Anwar Lc, MA,
selaku penguji yang telah menyempatkan waktunya dan memberikan
masukan kepada saya agar memperbaiki skripsi menjadi lebik baik lagi.

4. Segenap Dosen Jurusan Tarjamah yang tidak dapat saya

sebutkan

namanya satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat. Terima kasih atas
ketulusan dan keikhlasannya dalam memberikan ilmu yang telah diberikan
kepada penulis. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah diajarkan
menjadi amal bagi mereka semua dan senantiasa membawa berkah dan
manfaat bagi masa depan penulis.
xi

5. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Utama dan Fakultas Adab dan
Humaniora yang telah membantu pengadaan sumber bacaan dari awal
perkuliahan hingga terselesainya skripsi ini.
6. Teman-teman angkatan 2010 yang berjuang bersama, Rifial Mahmudin –
Akew, Halimah, Hanifah, Nia, Eva, Umay, Mutz, Novi, Lili, Hani, Asiah,
Fahmi, Faat, Syafaat, Ocid, Syarif, Kholis, Fhan, Uwes, Imam, Arif
Azami, Julpong, Lukman. Temen seperjuangan BidikMisi Semoga Allah
SWT melindungi kalian dan tetap menatap masa depan yang cerah.
7. Sahabat tersayang Irna Agustiani yang selalu memberi semangat suka
maupun duka (Semoga kesuksesan menyertai kita).
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Saya

menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangannya,

mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu hingga skripsi ini
terselesaikan dan menjadikan amal baik di sisi Allah SWT dan mendapat
balasan yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat dijadikan suatu yang
bernilai dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca bagi
umumnya.
Ciputat, 18 November 2014

Penulis

xii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............………………………………………….….………
PERNYATAAN......…………….………………….……………….…..…….…....i
PERSETUJUAN PEMBIMBING………….……..……………….….…...……...ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN………..………………………..……..….….iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB –LATIN ……..…………………….…..iv
ABSTRAK ……………………………………………………………………….v
PRAKATA………………………………………………………………….……vi
DAFTAR ISI…………….….……………………………………….…….…….vii

BAB I

: PENDAHULUAN
A. Latar belakang..........................................................................1
B. Pembatasan dan perumusan masalah.........................................5
C. Tujuan dan manfaat penelitian..................................................6
D. Tinjauan pustaka........................................................................7
E. Sistematika penulisan................................................................8

BAB II

: KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan ………………………..………..…..………...9
1. Pengertian penerjemahan………..………………….....….9
2. Proses penerjemahan…....………….……….…………...11
3. Metode-metode penerjemahan……..…………..………..12

xiii

4. . Syarat-syarat penerjemah……………………...……….15
B. Teori Diksi
1. Definisi Diksi……….…………………...…………..…..17
2. Masalah Pemilihan Kata dalam penerjemahan ….......….18
3. Ketepatan Pilihan Kata………....…………………..……19
4. Kesesuaian Pilihan Kata…………...…...………………..20
5. Kelangsungan Diksi……..……..….………………...…..22
C. Wawasan Umum Semantik
1. Pengertian Semantik……….……….……….…………..23
2. Jenis- jenis Semantik…………...…………………….…24
3. Pengertian Makna……………...…………………….….28

BAB III

: METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode yang digunakan data……………..…………..….…..25
B. Fokus Penelitian .. …………………………………….…..…27
C. Sumber Data……………….…………………………………27
D. Metode Penyediaan Data……………………………………..27
E. Metode Analisis Data……...…………………………………29
F. Analisis Data…………………….……………………….…..30
G. Metode penyajian Analisis data………………………….…..30
H. Gambaran Umum Tentang Kitab Terjemahan

Syarah

Uqudullujain…………………………………………………32

xiv

BAB IV

: PEMBAHASAN ANALISIS
A. Analisis Penggunaan Kata–Kata yang kurang tepat dalam
Diksi……………..…………………...……………………....33
B. Analisis Penggunaan Kata-kata yang kurang sesuai dalam
Diksi…………………………………...……………………..47
C. Analisis

Penggunaan

Kata

yang

Berhubungan

dengan

kelangsungan Diksi……………………….…………….……53

BAB V

: PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….60
B. Saran……………………….…………………………………61

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................62

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Bahasa itu bersifat arbitrer (manasuka) bukanlah angka-angka atau
rumus-rumus yang dipakai dalam ilmu alam yang dapat ditentukan makna dan
jumlah tertentu. Akan tetapi, bahasa bagaikan makhluk hidup yang tumbuh
berubah, berkembang, sesuai dengan tempat, waktu, zaman dan perubahan
manusia serta kebudayaan. Bahasa lisan maupun tulisan adalah alat bagi manusia
untuk mengungkapkan sesuatu yang ada di benak fikiranya sesuai dengan apa
yang manusia dengar, baca, dan fikiran itu akan menjadi sebuah ungkapan yang
kongkrit.
Dalam dunia pesantren kegiatan penerjemahan sedikit banyaknya dilakukan
oleh para santri.

Akan tetapi,

pada umumnya menitik beratkan pada

penerjemahan kata demi kata. Terjemahan ini dilakukan pada kitab-kitab bahasa
arab ke bahasa lokal, kegiatan ini umumnya di pesantren salafi dan tentunya yang
diterjemahkan tidak jauh dari kitab islam klasik.
Pada dasarnya, kitab klasik atau kitab kuning memiliki ciri khusus misalnya
saja dalam penulisannya. Penulisan kitab kuning tidak mengenal tanda baca
seperti koma, titik, tanda tanya, tanda seru, dan sebagainya. Begitu juga dalam
formatnya yang terdiri dari dua bagian yaitu matan dan syarah. Matan selalu
diletakkan dibagian pinggir sebelah kanan dan kiri, sedangkan syarah (penjelasan)

1

2

selalu diletakkan di bagian tengah setiap halaman. Pergeseran sub topik tidak
menggunakan alinea baru akan tetapi menggunakan pasal-pasal atau kode.
Menerjemah tidak semudah yang kita bayangkan bahkan lebih sulit dari
mengarang, karena pengarang bebas memiliki makna kata sedangkan menerjemah
terikat dengan arti yang disusun orang lain dan terpaksa / dipaksa untuk
mengungkapkan konsep – konsep seperti apa yang dikehendaki oleh pengarang. 1
Diksi adalah salah satu hal yang terpenting dalam dunia penerjemahan.
Ketepatan pemilihan kata dalam menerjemahkan akan berpengaruh sejauh mana
pesan Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa, sehingga pembaca Tsa merasa
bahwa teks yang dibacanya adalah teks asli yang ditulis dalam Bsa, menurut Nida
proses menerjemahkan dapat diringkas sebagai berikut: analysis-trasferrestructuring. Analysis digunakan untuk mengetahui pesan yang ingin
diterjemahkan, dan memuat analysis gramatikal, analisis semantik (baik arti
referensial maupun arti konotatif). Transfer mempersoalkan “bagaimana hasil
analisis tersebut ditrasfer dari BSU ke BSA dengan sedikit perbedaan arti dan
konotasi tetapi dengan kesamaan reaksi seperti pada orang aslinya, restructuring
membicarakan “macam- macam bahasa atau gaya bahasa .2
Oleh karena itu, sebagai prinsip dasar perlu diingat bahwa karya terjemahan
adalah karya yang bersifat “rekreatif” yaitu menyampaikan kembali (recreate)
maksud dan tulisan orang lain dalam bahasa yang berbeda. Jadi seorang
penerjemah tidak dapat bersikap seolah-olah karangan itu adalah karya “kreatif”
atau penciptaan tangan pertama, sehingga berhak mengubah maksud penulis

1
2

Satori Ahmad, problematika terjemah Arab- Indonesia, ( Jakarta, Adabia Press, 2011) hal: 22
widyamartaya, seni menerjemahkan , ( Yogyakarta, kanisius,2002) hal; 14

3

aslinya. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus netral, tanpa mengupayakan
perubahan maksud teks Bsu. 3
Ada dua jenis perangkat yang wajib digunakan oleh penerjemah yaitu
perangkap intelektual dan perangkap praktis. Perangkap intelektual mencakup
kemampuan yang baik dalam Bsu ke Bsa, mengenai pokok masalah yang
diterjemahkan, penerapan pengetahuan yang dimiliki serta keterampilan.
Perangkat praktis meliputi kemampuan menggunakan sumber-sumber rujukan dan
kemampuan mengenali konteks suatu teks.4
Jenis dan tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan beberapa
kriteria dan sudut pandang,

berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan

antara makna semantik leksikal dan gramatikal, berdasarkan ada dan tidaknya
referen pada sebuah kata atau leksem dibedakan adanya makna referensial dan
nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dibedakan
makna denotatif dan konotatif,

berdasarkan ketepatan makna dikenal adanya

makna istilah, khusus dan umum disebutkan adanya makna- makna asosiatif,
kolokatif, reflektif, idiomatik dan sebagainya. 5
Baik – buruk, benar – salahnya suatu terjemahan tidak akan pernah diketahui
tanpa adanya penelitian yang menyeluruh pada sebuah produk terjemahan. Jadi,
seorang penerjemah tidak berhak mengatakan bahwa hasil terjemahanya itu baik.
Sebaiknya diperiksa dan diteliti terlebih dahulu dari satu tahap ke tahap lain
sampai ke tangan pembaca.
Menurut Gorys Keraf,

Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan

membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang
3

Rochayah Machali, Pedoman bagi penerjemah, ( Bandung; Kaifa 2009) hal ; 150.
Ibid hal 11.
5
Abduk chaer, pengantar semantic bahasa Indonesia, ( Jakarta, Rineka cipta,2009) hal; 59.

4

4

ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pillihan kata
yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosa kata bahasa itu”.
Pada alinea sebelumnya telah dibahas bahwa, dalam pengalihan pesan sering
terjemahan kata atau istilah menjadi suatu kendala yang agak sulit diatasi
terkadang sulit untuk menemukan kata yang tepat. Maka, keterampilan
menemukan kata yang tepat bagi seorang penerjemah sangatlah diperlukan agar
mampu menuangkan dalam tulisan yang enak dibaca.

Penulis akan memberi satu contoh kutipan dari kitab Terjemahan
SYARH UQUDULLUJAIN Dari pemakaian diksi yang kurang tepat.

(91 :‫ ) النساء‬  
6

........ ‫أ باالعدل ف المبيت و النفقة و باإجمال ف الق ل‬

Terjemahanya:
Bergaullah
dengan
mereka
secara
patut.
(Q.S. 4 An- Nisa: 19). Maksudnya supaya mempergauli isteri dengan baik, adil
dalam bermalam, memberi nafkah, dan bagus dalam berbicara.

Pada teks sumber (Tsu) di atas, terdapat kata

‫ اإِجمال‬yang diterjemahkan bagus

terlihat kurang tepat apabila dilihat dari konteks Bsu. Dalam Kamus
Al-Asry kata ‫اإجمال‬

diartikan baik, ramah7,

sedangkan kata bagus kamus

sinonim bahasa Indonesia adalah elok, baik sekali, indah, rupawan8,

menurut

penulis bagus itu lebih tepat dipakai untuk kata- kata memuji seperti, “baju baru
itu bagus sekali”. Kemudian kata ‫ القول‬merupakan derivasi dari

6

Muhammad bin Umar Nawawi, Syarh Uqudullujain, hal 3.
Atabik Ali, Kamus Kontemporer Al- A’sry Arab- Indonesia, hal : 32.
8
Mohamad Ngafenan, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, (Dahara Prize: Semarang, 1994) hal: 21

7

5

berkata9

‫المفعول‬

‫الفاعل‬

ً‫ومقالة‬

ً‫ومقاا‬

‫مصدر ممي‬
ً‫وقيا‬

‫مصدر‬
ً‫ق ا‬

‫فعل‬
‫مضارع‬

‫ يق ل‬-

‫فعل ماضي‬

‫قال‬

Dalam kamus KBBI “Berbicara” v 1 berkata;
bercakap; berbahasa: 2 melahirkan pendapat ( dengan
10
perkataan, tulisan, dsb: 3 berunding; merundingkan:

Dari beberapa referensi di atas, setelah dicermati dari konteks kalimat bahwa
kata ‫اإجمال‬

lebih tepat diartikan baik apabila dipadankan dengan kata ‫القول‬

maka lebih tepat diartikan bertutur kata baik
Maksudnya supaya mempergauli isteri dengan baik, adil dalam
11
bermalam, memberi nafkah, dan bertutur kata baik .
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menulis skripsi
dengan judul Analisis Diksi dalam Terjemahan Kitab ” Syarah Uqudullujain
“ karya Drs. Moch Ali Chasan Umar. Karena buku tersebut berkaitan tentang
masalah hak dan kewajiban suami istri dan menjadi sangat penting untuk dikaji
oleh mereka yang akan memasuki dunia perkawinan dan berumah tangga maupun
bagi mereka yang sudah berkeluarga, yang dilengkapi dengan landasan ayat-ayat
al-Qur‟an, al-Hadits dan asar sahabat serta hikayat-hikayat.

B. Perumusan dan pembatasan masalah
Sebagaimana telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, bahwa
pengamatan pada terjemahan kitab Syarah Uqudullujain memberi inspirasi
A.W. Munawwar, Kamus Al- Munawwir Arab – Indonesia, hal : 1171
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta, Balai Pustaka:
2007) cet: 4 ,hal: 148.
11
Ali Chasan Umar, Keluarga Sakinah (terjemahan syarah uqudullujain), (Karya Toha Putra,
Semarang) hal: 13.
9

10

6

kepada penulis untuk membahas permasalahan diksi. Penulis akan menganalisa
hasil terjemahan pada pasal I saja agar tidak terlalu meluas, dengan sub judul Hak
Istri Pada Suami. Untuk lebih mudah dan terarah maka di dalam penulisan
skripsi ini dibatasi dalam perumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1.

Apakah pemilihan kata (diksi) dalam Terjemahan Kitab Syarah Uqudullujain
sudah tepat dan sesuai dengan syarat ketentuanya?

2.

Apakah pemilihan diksi yang dilakukan penerjemah sesuai dengan makna
yang terkandung dalam Bsu ?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini bertujuan :
1.

Mengetahui ketepatan dan kesesuaian diksi yang dipakai dalam pengalihan
pesan teks BSU kepada BSA .

2.

Mengetahui tersampaikan atau tidaknya terjemahan buku kepada pembaca.

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah :
1.

Menambah pengetahuan seputar penilaian diksi pada karya-karya buku
terjemahan.

2.

Memberikan inspirasi kepada teman-teman mahasiswa agar lebih
memperhatikan karya-karya terjemahan dalam ketepatan terjemahan demi
tersampainya pesan kepada pembaca.

7

D. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini, penelitian tentang diksi

memang sudah banyak diantaranya

Ana Saraswati (2008) diksi dalam terjemahan Studi Kritik Terjemahan Ar-Risalah
al-Qusyairiyah Fi Ilmi Al- Tasawuf, Novitatasari Rahayu (2011) Analisis Diksi
pada Fat al-Qarib

pada Bab Nikah, Asep Saepulah (2010) Ketepatan diksi

terjemahan Mukhtasar Ihya Ulumuddin karya Iman Al- Ghazali. Maka, penulis
terisnpirasi untuk menganalisis “Analisis Diksi dalam

Terjemahan Kitab



Syarah Uqudullujain “ karya Syaikh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi
yang diterjemahkan

Drs. M Ali Chasan Umar. Dan adapun penelitian yang

dibedakan pada penelitian ini ialah lebih menekankan kepada kesesuaian dan
ketepatan dalam pemilihan kata.
Untuk penelitian ini, merujuk pada buku- buku yang terkait dan yang menjadi
acuan dengan pembahasan yang diteliti . yaitu salah satunya Tarjim Al-an (cara
mudah menerjemahkan Arab-Indonesia) karangan Moch Syarif Hidayatullah,
Pedoman Bagi Penerjemah

karangan Rochayah Mahali, Semantik Bahasa

Indonesia karya Abdul Chaer, penulis merujuk berdasarkan buku-buku tersebut
karena banyak pembahasan-pembahasan di dalamnya yang dibutuhkan sebagai
penunjang skripsi .

8

E. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang akan penulis
rincikan sebagai berikut:
BAB I : Diawali deng an pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah
problermatika pembahasan. Agar pembahasan tidak terlalu melebar dilakukan
pembatasan dan perumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan
manfaat penelitian, tinjuan pustaka, metode penelitian kemudian ditutup dengan
sistematika penulisan.
BAB II

: Pada bab II ini, akan membahas

gambaran penerjemahan:

Proses terjemahan, metode-metode terjemahan, Syarat- syarat penerjemahan.
Teori diksi yang terdiri dari : Definis diksi, masalah pemilihan kata dalam
terjemahan, ketepatan pemilihan kata,

kesesuaian pemilihan kata, dan

kelangsungan diksi. Kemudian akan dibahas tentang wawasan semantik yaitu:
pengertian semantik, dan pengertian makna.
BAB III : Pada bab III ini, berisi metode penelitian dan gambaran objek
penelitian.
BAB IV : Pada bab IV ini, menganalis Diksi Kitab Terjemahan dalam
memilih diksi kitab “Syarh Uqudullujain”. Analisis penggunaan kata–kata yang
kurang tepat dalam diksi, analisis penggunaan kata- kata yang kurang sesuai
dalam diksi, analisis penggunaan kata yang berhubungan dengan kelangsungan
diksi
BAB V

: Adalah bab penutup yang akan berisi mengenai kesimpulan dari

penelitian, serta saran untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

BAB II
KERANGKA TEORI

A.Penerjemahan
1. Pengertian Penerjemahan
Terjemah secara etimologis berasal dari bahasa Arab „tarjamah‟ yang
artinya penjelasan bila dikatakan

„tarjama kalamahu’, artinya menerangkan

ucapanya atau apabila dituliskan „tarjama kalimatuhu’ artinya menjelaskan
tulisanya, dari dua contoh di atas, ia menerangkan ucapan dan tulisanya dan ia
mengalih bahasakan satu teks ke bahasa lain.
Secara terminologis, terdapat beberapa definisi tentang terjemah, penulis
akan memuat beberapa pendapat dari para ahli penggiat bahasa. Penerjemahkan
merupakan proses memindahkan makna yang telah diungkapkan dalam bahasa
yang satu (bahasa sumber) menjadi ekuivalen yang sedekat-dekatnya dan
sewajarnya dalam bahasa yang lain (bahasa sasaran), berikut simbol yang
diungkapkan oleh Widyamartaya dalam bukunya Seni Menerjemahkan

S
S

A

A

P

P

Gambar 12: Amanat dalam dua latar budaya1

1

A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius : 1989) hal :38.

9

10

Bangun bujur sangkar menunjukkan satu latar budaya yang bangun
lingkaran latar budaya yang lain: S berarti sumber, A berarti amanat, dan P berarti
Penerima. Di dalam kebudayaan persegi,, terdapat sumber, amanat, dan penerima
dan semuanya berbangun persegi. Di dalam kebudayaan lingkaran, terdapat
sumber, amanat dan penerima yang dibangun bulat. Itu semua menunjukkan
bahwa di dalam kebudayaan manapun orang berbicara dalam bahasa kebudayaan
itu dan bereaksi di dalam pola kebudayaan. Dalam penerjemahan tugas
penerjemah adalah mengambil amanat yang berbangun persegi yang disampaikan
dari sumber yang berbangun persegi kepada penerima yang berbangun persegi
kemudian mengungkapkan amanat yang sama berupa amanat yang berbangun
bulat kepada penerima yang berbangun bulat . jadi penerjemahan bukan hanya
sekedar menumpahkan amanat bangun persegi kepada bangun bulatan.akan tetapi,
ada tahap-tahap selanjutnya yang harus dilakukan dalam penerjemahan.
Menurut Ibnu Burdah terjemah sebagai usaha memindahkan pesan dari teks
berbahasa Arab (teks sumber) dengan padananya ke dalam bahasa Indonesia
(bahasa sasaran). 2
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa penerjemah adalah
kegiatan memindahkan pesan dari BSU ke BSA dengan secara jelas,

sesuai

dengan gaya bahasa yang dibutuhkan sehingga pesan itu tersampaikan, dan bisa
terjadi dalam satu bahasa ataupun dua bahasa sesuai kebutuhan yang diperlukan
dalam teks BSU tersebut. Dalam prakteknya seseorang yang sedang merumuskan
gagasan-gagasan yang ada pada benaknya dalam bahasa matematika atau bahasa

2

Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah( Metode dan wawasan Menerjemah Teks Arab), (Yogyakarta:
tiara wacana, 2004) cet: 1 hal 9.

11

fisika sekalipun merupakan contoh dari penerjemahan. Dengan kata lain,
penerjemahan dalam arti lebih luas lagi dapat diartikan kegiatan manusia dalam
mengalihkan makna atau pesan baik verbal maupun non verbal dari satu bentuk
ke bentuk yang lain. Sedangkan dalam cakupan yang lebih sempit biasa diartikan
proses pengalihan pesan dari bahasa pertama dengan padananya kedalam bahasa
kedua.
2. Proses Penerjemahan
Dalam melakukan suatu hal dibutuhkan proses begitu pula dengan
penerjemahan untuk menghasilkan pesan teks Bsa yang sesuai dengan pesan yang
terdapat pada teks Bsu, seorang penerjemah harus memperhatikan proses
penerjemahan3.
Proses penerjemahan bisa juga dipersingkat yaitu terdapat tiga tahapan
proses penerjemahan berikut dalam segitiga proses penerjemahan sebagai berikut:
1) Pemahaman Bsu
Pemahaman Bsu merupakan hasil dari olah intelektual atas apa yang dilihat
dari teks

dan apa yang didengar, yang dibantu dengan gramatikal melalui

perangkat morfologis dan sintaksis pada Tsu.
2) Implikatur
Implikatur meruupakan maksud yang dihasilkan dari ketajaman menangkap
aspek semantik (makna) dan pragmatik yang sangat dipengaruhi oleh pemahaman
terhadap teks dan impikasi kontekstualnya.

3

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-an, hal 13.

12

3) Pemadanan Bsa
Pemadanan Bsa merupakan pengalihan aspek tekstual dan kontekstual dari Tsu
ke Tsa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk bisa menerjemahkan,
seorang penerjemah harus benar- benar memahami Tsu. Jadi, seorang yang tidak
memahami Tsu, tidak akan dapat menerjemahkan secara akurat. 4

3. .Metode- Metode Penerjemahan
Metode penerjemahan adalah teknik yang dipergunakan

oleh seorang

penerjemah saat hendak memutuskan menerjemahkan suatu Tsu. Penulis akan
mencoba menguraikan metode terjemahan yang terbagi menjadi 8 ( Delapan).
a.

Penerjemahan kata demi kata
Metode terjemahan ini, seorang penerjemah meletakkan kata-kata Tsa

langsung di bawah versi Tsu, dan diterjemahkan diluar konteks. Kata- kata yang
bersifat kultural diterjemahkan apa adanya namun, metode ini biasanya hanya
digunakan untuk prapenerjemahan (analisis dan tahap pengalihan) untuk Tsu yang
sukar dipahami, dan para pemula yang tidak mempunyai wawasan Tsu yang
cukup baik. Contoh :
‫ثاثه كتب‬

‫عن‬

Dan di sisiku tiga buku-buku
Terjemahan kata demi kata amat bermanfaat yaitu menjaga

dan

mempertahankan kemurnian teks aslinya akan tetapi apabila dipakai
untuk menerjemahkan naskah yang panjang penerjemahan kata demi kata

4

Moh. Syarif Hidayatullah, Op Cit, hal: 14.

13

saja tidak cukup karena harus memperhatikan aspek yang lain pula dalam
proses penerjemahan.
b. Penerjemahan harfiah .
Metode jenis ini dilakukan saat seorang penerjemah mencarikan padanan
kontruksi gramatikal Bsu yang terdekat dengan Bsa, tetapi penerjemahan leksikal
atau kata- katanya dilakukan terpisah dari konteks. Metode ini data digunakan
sebagai tahap awal pengalihan.contoh:
‫جاء رجل من المحسنین إل ي غیاكرتا لمساع ة ضحايا الزلزال‬
Datang seorang lelaki yang membantu kebaikan ke Yogyakarta untuk
membantu korban-korban goncangan.
Penerjemahan harfiyah hanya mencari padanan gramatikal, sehingga
terjemahan sedikit kaku dan tidak luwes.
c.

Penerjemahan Setia.
Metode jenis ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual

walaupun masih terikat dengan makna gramatikal Bsu. Kata- kata yang bermuatan
budaya diterjemahkan, tetapi menyimpang dari struktur gramatikal Bsa.
Penerjemahan jenis ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan Bsu, sehingga
terjemahan tersebut terlihat kaku dan asing. Metode ini bermanfaat sebagai proses
awal tahap pengalihan. Contoh :
‫ه كثیر الرماد‬
Dia (lk) dermawan kaena banyak abunya
Penerjemahan setia ini penerjemahan yang sudah memperhatikan makna
kontekstualnya, apabila diterjemahkan dengan dermawan saja sudah cukup.

14

d.

Penerjemahan Semantik
Metode jenis ini berbeda dengan penerjemahan setia, karena penerjemahan

semantik lebih luwes dan mempertimbangkan unsur estetika teks Bsu dengan
mengompromikan makna selama masih dalam batas wajar. Kata yang sedikit
bermuatan budaya diterjemahkan dengan kata netral dan fungsional. Sedangkan
penerjemahan setia tidak berkompromi dengan kaidah Bsa dan lebih terikat oleh
Bsu sehingga terjemahan terlihat lebih kaku. Contoh:
‫رأيت ا ال ج ین أما الفصل‬
Aku lihat si muka dua di depan kelas
e.

Terjemahan Adpatasi (sanduran )
Metode jenis ini, merupakan metode yang paling bebas dan paling dekat

dengan Bsa. Karena seorang penerjemah hanya memperhatikan apakah
terjemahanya dapat dipahami oleh pembaca Bsa atau tidak. Akan tetapi,
penerjemah tidak mengorbankan hal- hal penting dalam Tsu, misalnya tema,
karakter, ataupun alur. Metode jenis ini, biasanya digunakan dalam penerjemahan
drama atau puisi. Ciri lain dari metode ini adalah terjadinya peralihan budaya Bsu
ke Bsa. Dengan kata lain, ada penyesuaian kebudayaan dan struktur kebahasaan.
f.

Penerjemahan bebas
Metode ini, mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks Bsu, biasanya

brbentuk sebuah parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek daripada
aslinya. Penerjemahan jenis ini sering dipakai dikalangan media massa.
‫في أ المال أصل عظیم من أصول الفساد لحیاة الناس أجمعین‬
Harta Sumber Malapetaka
Terjemahan di atas, terjemahan tidak ingin didukung oleh stuktur gramatika dan
struktur makna Tsu. Ia ingin memunculkan presfektifnya sendiri tanpa

15

menghilangkan pesan Tsu. Apabila diterjemahkan secara lengkap menjadi, Harta
merupakan sumber terbesar kehancuran bagi kehidupan manusia.
g.

Penerjemahan Idiomatik
Metode jenis ini, bertujuan agar penerjemah memproduksi pesan dalam teks

Bsu dan mengharuskannya untuk sering menggunakan kesan keakraban serta
ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.
h.

Penerjemahan Komunikatif
Metode jenis ini, penerjemah berupaya memproduksi makna kontekstual

yang sedemikian rupa, sehingga aspek kebahasaan dan aspek isi langsung dapat
dimengerti oleh pembaca. Metode ini sangat memperhatikan prinsip-prinsip
komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Metode jenis ini
dapat menghasilkan variasi penerjemahan yang sesuai dengan prinsip- prinsip
komunikasi.
4. Syarat- syarat Penerjemah.
Penerjemah menjembatani pesan termaktub dalam teks sumber agar sampai
kepada pembaca teks terjemahan, maka ditangan penerjemah pula berbagai
keputusan dibuat entah itu dengan pemilihan teknik penerjemahan, diksi, panjang
pendeknya kalimat, penempatan informasi, ataupun yang lainya.
Menurut Neurbeut syarat- syarat penerjemah diantaranya: 5
Pertama, seorang penerjemah harus memiliki kompetensi kebahasaan
terkait dengan penguasaan bahasa sumber dan bahasa target. Sebagai
dwibahasawan, penerjemah harus memahami aspek-aspek linguistik dua bahasa
sekaligus.
5

M. Zaka Al- Farisi, Op .Cit. Hal. 41 et seq.

16

Kedua, kompetensi tekstual yaitu kemampuan menterjemah memahami isi
pembicaraan,

pemahaman

tekstual

diperoleh

setelah

penerjemah

mengindentifikasi relasi antarmakna dalam kalimat. Berkat kompetensi tekstual,
penerjemah dapat menyelami makna yang tertuang dalam setiap ragam kalimat.
Dalam pemahaman tekstual selain memahami pengetahuan dalam bahasa sumber
juga harus ditunjang dengan common knowledge “pengetahuan umum”.
Ketiga, kompetensi materi. Pengetahuan ihwal bidang ikmu yang
diterjemahkan turut menentukan kualitas hasil terjemahan. Tidak perlu menjadi
pakar di bidang ilmu tersebut akan tetapi ia harus memahami istilah- istilah teknis
yang berhubungan denganya. Artinya kompetensi materi ini harus ditunjang
dengan kemampuan mendekati karakter, penalaran, dan retorikasi penulis,
sehingga konstruksi gagasanya, bisa dipahami dengan baik.
Keempat, kompetensi kultural. Bahasa adalah cerminan budaya salah satu
problem penerjemahan juga terkait dengan istilah- istilah yang bernuansa budaya.
Sebagai contoh, ungkapan

‫يق ب كفَیه‬

“membolak balikan kedua tangan“ dalam

bahasa Arab digunakan untuk menggambarkan penyesalan. Pergambaran ini tentu
saja bersifat kultural. Dalam bahasa Indonesia, menyesal digambarkan dengan
mengelus dada .
Kelima, kompetensi transfer. Penerjemah yang mumpuni sudah pasti
memiliki kompetensi transfer yang baik, kompetensi ini antara lain, berkenaan
dengan persoalan strategi penerjemahan, prosedur atau teknik penrjemahan apa
yang akan dipakai agar menghasilkan terjemahan yang berkualitas.
Dari paparan di atas, dapatlah beberapa kompetensi yang harus disandang
oleh penerjemahn Arab- Indonesia. Pertama, penguasaan bahasa Arab. Kedua,

17

penguasaan bahasa Indonesia. Ketiga,

wawasan yang luas ihwal materi teks

sumber yang hendak diterjemahkan.
B. TEORI DIKSI
1. Definisi Diksi
Pemilihan kata atau diksi adalah mencakup kata- kata yang dikelompokkan
untuk menyampaikan suatu gagasan lalu dipakai untuk menjadi sebuah ungkapan
yang tepat dan membedakan nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan
sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh kelompok masyarakat
pendengar. 6
Ada lima tingkat dalam memilih diksi menurut Simbolon, berikut lima
tingkat tersebut dari yang terendah hingga yang tertinggi :7
a. Literal ( Harfiah)
Pemilihan makna kata yang didasarkan semata- mata pada makna kata tersebut di
kamus.
b. Sintaktikal ( Tata Bahasa)
Pemilihan makna kata yang tidak didasarkan semata- mata pada susunan tata
bahasa sumber.
c. Idiomatikal ( Peribahasa)
Pemilihan kata yang didasarkan pada kesepadanan idiom pada bahasa sasaran,
contoh pada kasus ‫ من قصر حجته طال لسانه‬. Ungkapan peribahasa tersebut apabila
6
7

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2010) hal 24.
Moh.Syarif Hidayatullah, Op Cit. Hal: 39.

18

tidak diartikan dengan aspek keperibahasaan makan terjemah yang didapat adalah
orang pendek argumenya, maka panjang lisanya. Padahal, pesan yang hendak
dinyatakan oleh ungkapan itu setara dengan ungkapan dalam bahasa Indonesia
yaitu ¸ tong kosong nyaring bunyinya.
d. Aestetikal (Kesusastraan)
Pemilihan kata yang sudah harus benar- benar mempertimbangkan mutu
kesastraan, seperti konotasi dan irama, tentu saja sebisa mungkin setia dengan
mutu kesastraan naskah asli, harus lebih mempertimbangkan pemilihan kata.
e. Etikal (Kesusilaan)
Pemilihan kata didasarkan pada prinsip kepatutan yang berlaku pada penutur
bahasa sasaran, seperrti kata ،‫ سفیة‬، ‫ جاهل‬banyak yang menerjemahkan kata- kata
tersebut dengan hanya melihat padanan yang tersedia di kamus. Padahal, padanan
yang ada di kamus belum melihat aspek etis kata itu ketika berada dalam kalimat
yang kemudian dibukukan, apalagi untuk buku popular yang bernuansa agama.
Kata ،‫ سفیة‬، ‫ جاهل‬akan lebih tepat bila diterjemahkan dengan orang yang tidak
berilmu.
2. Masalah Pemilihan Kata dalam penerjemahan
Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan
pokok yaitu : pertama, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan sebuah
gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan dan kedua, kesesuaian atau
kecocokan dalam mempergunakan kata tadi.

19

3. Ketepatan Pilihan Kata
a. Persoalan Ketepatan pilihan Kata
Ketepatan pemilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau
pembicara. Maka, persoalan ketepatan pemilihan kata akan menyangkut pula
masalah makna kata dan kosa kata seseorang apabila kosa kata yang banyak
akan memungkinkan penulis lebih bebas memilih kata yang dianggapnya paling
tepat mewakili pemikiranya.
Ketepatan kata menuntut pula kesadaran penulis atau pembicara untuk
mengetahui bagaimana

hubungan

antara

bentuk

bahasa (kata)

dengan

referensinya, apakah sudah cukup lengkap untuk mendukung penulis atau masih
butuh penjelasan tambahan? Dengan demikian, makna kata yang tepat agar
meminta pula perhatian penulis untuk tetap mengikuti perkembanan makan tiap
kata dari waktu ke waktu, karena tiap kata dapat mengalami pula perkembangan,
sejalan dengan perkembangan waktu.8
b. Persyaratan Ketepatan pilihan Kata
Karena ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan
gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti yang
dipikirkan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis harus berusaha
secermat mungkin memilih kata- katanya untuk mencapai maksud tersebut.

8

Gorys Keraf, Op.Cit, hal 87.

20

Berikut ini beberapa butir perhatian dan persoalan berikut hendaknya
diperhatikan setiap orang agar bisa mencapai ketepatan pilihan kata yaitu:
a. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
b. Membedakan dengan cermat kata- kata yang hampir bersinonim
c. Membedakan kata- kata yang mirip dalam ejaanya.
d. Hindarilah kata- kata ciptaan sendiri.
e. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing , terutama kata- kata asing
yang mengandung akhiran asing.
f. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis
g. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan
kata umum dan kata khusus .
h. Menggunakan kata-kata indria yang menujukkan presepsi yang khusus.
i. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal.
j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
4. Kesesuaian Pilihan Kata
a. Persoalan Kesesuaian Pilihan Kata
Persoalan pendayagunaan yang pertama ialah ketepatan dan yang kedua ini
adalah kecocokan atau kesesuaian. Perbedaan antara kecocokan dan ketepatan
adalah menyangkut kata yang akan digunakan pada kesempatan tertentu,
walaupun terkadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata
bahasa, pola kalimat, panjang atau kompleksnya sebuah alinea dan beberapa segi
yang lain. Jadi, secara singkat perbedaan antara persoalan ketepatan dan

21

kesesuaian adalah dalam persoalan ketepatan kita bertanya apakah pilihan kata
yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak akan menimbulkan
interpretasi yang berlainan antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis
dan pembaca, sedangkan dalam persoalan kecocokan atau kesesuaian kita
mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang dipergunakan tidak
merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang hadir.
c. Persyaratan Kesesuaian Pilihan Kata
Bahasa di dunia ini selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari
waktu ke waktu, tingkat perubahan yang dialami tiap bahasa tergantung dari
bermacam–macam faktor : kebutuhan untuk menyerap teknologi baru yang belum
dimiliki, tingkat kontak dengan bangsa- bangsa lain di dunia, kekayaan budaya
asli yang dimiliki penutur bahasanya, dan macam – macam faktor yang lain.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau
pembicara, agar kata- kata yang dipergunakan tidak akan menganggu suaasana,
dan tidak akan menimbulkan ketegangan antara penulis atau pembicara dengan
para hadirin atau para pembaca. Syarat- syarat tersebut adalah :
a.

Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandard dalam suatu situasi
yang formal.

b.

Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi
yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata- kata
popular.

c.

Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.

22

d.

Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata- kata
slang.

e.

Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.

f.

Hindarilah ungkapan- ungkapan asing (idiom yang mati).

g. Jauhkan kata- kata atau bahasa yang artifisial.
5.

Kelangsungan Diksi
Salah satu cara lain untuk menjaga ketepatan pemilihan kata adalah

kelangsungan. Yang dimaksud dengan kelangsungan pilihan kata adalah teknik
memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud atau pikiran seseorang
dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis. 9
Kelangsungan dapat terganggu bila seorang pembicara atau pengarang
mempergunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang dapat diungkapkan secara

singkat, atau menggunakan kata- kata yang kabur yang bisa menimbulkan
ambiguitas ( makna gamda) berikut ini ada beberapa point yang berhubungan
dengan kelangsungan diksi atau pemilihan kata diantaranya :
a.

Penggunaan kata yang terlalu banyak untuk suatu maksud serta kekaburan.

Contoh: hak interpelasi adalah hak dimana untuk mengajukan hak ini sekurangkurangnya 30 anggota dewan ini yang tidak hanya terdiri dari satu fraksi dapat
mengajukan usul kepada DPR untuk mengajukan hak ini kepada presiden tentang
suatu kebijaksanaan pemerintah. Dalam kalimat di atas, sebenarnya hanya ada
dua hal yang dibicarakan yang pertama batasan pengertian interpelasi yang kedua

9

Gorys Keraf, Op.Cit hal : 100.

23

syarat- syarat mengajukan interpelasi. Untuk menghilangkan kekaburan dan
penggunaan kata yang terlalu banyak sebaiknya direvisi sebagai berikut.
Hak interpelasi adalah hak DPR untuk mengajukan suatu pertanyaan mengenai
kebijaksanaan pemerintah kepada Presiden. Usul interpelasi sekurangkurangnya diajukan oleh 30 anggota dewan, dari satu fraksi atau lebih.
a.

Menggunakan kata- kata yang tidak menambah kejelasan makna kata.

Contoh: sesudah tahap terakhir pertandingan itu, terjadilah keributan antara
kedua kesebelasan.

Sebaiknya

menjelang akhir pertandingan, terjadilah

keributan antara kedua kesebelasan.
b.

Mengulang makna yang sama dengan kata lain.

Contoh: agar supaya, kami ligat dengan mata kepala sendiri, dapt didengar oleh
telinga kami sendiri, maju ke depan, mundur ke belakang. Gejala ini dikenal
dengan istilah redudan atau tautologi.
C. Wawasan Umum Semantik
1. Pengertian Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia atau semantik dalam bahasa Inggris
berasal dari Yunani sema (kata benda yang berarti “tanda” atau “lambang”.Kata
kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang
dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema yaitu
tanda linguistic seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1966),
yaitu terdiri dari (1) komponen yang diartikan yang berwujud bentuk- bentuk
bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang

24

pertama.10jadi, Semantik adalah bidang kajian linguistik yang mempelajari makna
atau arti dalam bahasa dengan kata lain, semantic adalah ilmu yang mempelajari
system tanda dalam bahasa. Dalam bahasa Arab, semantik dikenal sebagai ilmu
al-dilalah.11
2. Jenis -jenis Semantik
a. Semantik Leksikal
semantik leksikal adalah

makna yang diselidiki melalui leksem-leksem

yang ada pada kamus, atau bisa disebut makna kamus. Leksem adalah istilah yang
lazim digunakan dalam dalam studi semantik untuk

menyebut satuan-satuan

bermakna. Penulis memberikan contoh : seperti kata meja, kucing, dan makan.
b. Semantik Gramatikal
tataran tata bahasa atau gramatikal dibagi menjadi dua subtataran, yaitu
morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah cabang dari linguistik yang
mempelajari struktur intern kata, serta proses-proses pembentukanya, sedangkan
sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk
satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Satuan-satuan morfologi,
yaitu morfem dan kata, maupun satuan sintaksis yaitu kata, frase, klausam dan
kalimat, jelas dan maknanya. Proses morfologi dan proses sintaksis sendiri
mempunyai makna, maka pada tataran ini disebut makna gramatikal atau
semantik gramatikal.

10

Abdul Ch