PENDIDIKAN KELUARGA DALAM KITAB ‘UQUDULLUJAIN KARYA SYAIKH NAWAWI BIN UMAR AL-JAWI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
PENDIDIKAN KELUARGA DALAM KITAB ‘UQUDULLUJAIN
KARYA SYAIKH NAWAWI BIN UMAR AL-JAWI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh
LALA KHUZILAH
NIM 11113082
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
ا
ٍَْجَسَزْكا بًَِّّي ٌتِصََ ِءآَسُِّهِنَٔ ُْٕجَسَزْكا بًَِّّي ٌتِْٛصََ ِلبَجِّشهِن
“Bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan
bagian para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan”. (QS. An-
Nisa‟ : 32).PERSEMBAHAN Dengan segala rasa syukur kepada Allah SWT
Penulis persembahkan skripsi ini, teruntuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Wahadi dan
Ibu Siti Musriatun atas segala doa, restu dan pengorbanannya yang tak putus sampai akhir
masa, serta yanng tercinta kekasih hati Abie HS yang telah memberikan motivasi dan semangat saat mulai rapuh dengan secercah senyum dan lantunan doa, dan dukungan dari teman-teman seperjuanganku di pondok pesantren Al-Falah, IAIN Salatiga serta teman-teman PAI angkatan 2013 terimakasih atas persahabatannya yang sangat bahagia.
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Allah Swt. sehingga penulis
dapat menyeleseikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis persembahkan skripsi ini untuk orang-orangyang selalu memberikan kasih sayang motivasi dan dorongan dalam mangarungi lika-liku kehidupan ini.
Yaitu teruntuk: 1.Ibu Nyai H. Latifah Zoemri dan keluarga, terimakasih atas semua ilmu yang telah diberikan, semoga bermanfaat dan berkah dalam kehidupan ku mendatang.
2. Seluruh Asatidz PPTI Al-Falah, terimaksih atas semua Ilmu yang telah diberikan, semoga bermanfaat dan berkah dalam kehidupan ku mendatang
3. Bapak dan Ibunda ku tercinta, Bapak Wahadi dan Ibu Siti Musriyatun yang tiada henti selalu
memberikan kasih sayang, doa, dukungan, bimbingan dan nasehat dalam kehidupan ini.
4. Ibu Dra, Urifatun Anis, M.Pd. yang membimbing dan mendidik aku dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
5. Semua dosen dan guru-guru ku yang telah membimbing dan memberikan Ilmu kepada ku.
6. Kakakku tersayang, mbak Ika Malasari dan mas trio yang selalu memberikan arahan dan motivasi, ponakanku Hafidzatun Nisa serta adikku Tri Wulan Ndari yang selalu memberikan doa semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian.
7. Teman-teman PPTI Al-Falah Salatiga, terimakasih atas kasih sayang yang kalian berikan pada ku. Kalian adalah keluarga baru yang Allah anugerahkan dalam hidupku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis lantunkan dalam lisan dan hati atas segala nikmat dzohir dan batin yang telah Allah berikan. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada manusia sempurna dan penyempurna segala kejahiliyahan Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pendidikan Keluarga dalam Kitab „Uqudullujain Karya Syaikh Nawawi bin Umar Al-Jawi” dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan ini, penulis menyadari banyak berbagai pihak yang turut serta membantu kelancaran proses pembuatan skripsi, baik secara material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Program Studi PAI.
4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Bahroni selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik.
6. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI IAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesei.
7. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Ibu Hj. Nyai Latifah serta almaghfurlah Bapak KH. M. Zoemri RWS beserta keluarga yang telah membina, mendidik, dan mencurahkan ilmunya kepada penulis selama studi di ponpes
8. Seluruh asatidz PPTI Al-Falah, yang telah memberikan Ilmunya.
9. Kepada kedua orang tua Bapak Wahadi dan Ibu tercinta Siti Musriatun, yang telah berkorban dalam segala hal demi kebahagiaan anak-anaknya serta terimakasih atas ridho, do‟a dan kasih sayangnya sehingga anakmu bisa menyeleseikan studi S1.
10. Kakakku mbak Ika Mala Sari beserta suaminya kang Sutrio, terimakasih atas do‟a dan motivasinya.
11. Adikku Tri Wulan Ndari dan keponakanku yang gemesin dek Hafidzotun Nisa, Terimakasih atas canda tawa kalian sehingga memberikan energi dan motivasi untuk selalu semangat.
12. Yang tersayang abie HS, yang telah membangkitkan semangat penulis ketika lelah dengan lantunan do‟a dan cinta yang tulus.
13. Sahabat-sahabatku Santri PPTI Al-Falah terimakasih atas segala pengalaman hidup kalian, penulis belajar memahami kehidupan dari kalian.
ABSTRAK
Khuzilah, Lala, 2017.Pendidikan Keluarga Dalam Kitab „Uqudullujain Karya
Syaikh Nawawi bin Umar Al-Jawi . Skripsi 2017. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.
Kata Kunci:
Pendidikan Keluarga dan Kitab „Uqudullujain Karya Syaikh Nawawi bin Umar Al-Jawi. Latar belakang penelitian ini mengajak seseorang mempelajari pendidikan keluarga seperti yang diajarkan Rasulullah Saw. Subyek dalam penelitian ini adalah Kitab „Uqudullujain karya Syaikh Nawawi bin Umar Al-Jawi. Rumusan masalah yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1). Untuk mengetahui bagaimana pendidikan keluarga dalam kitab „Uqudullujain karya Syaikh Nawawi bin Umar Al-Jawi. (2). Bagaimana implementasi pendidikan keluarga dalam kitab „Uqudullujain karya Syaikh Nawawi bin Umar Al-Jawi pada masa sekarang.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (librarry research), data yang diperoleh bersumber dari literatur. teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku untuk dijadikan sumber data primer yakni kitab „Uqudullujain dan data sekunder yakni terjemah kitab „Uqudullujain dan buku-buku lain yang relevan. Analisis data menggunakan metode deskriptif yaitu melibatkan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan status atau kondisi obyek yang diteliti pada saat dilakukan penelitian. Dan yang kedua menggunakan metode analisis deduktif suatu poses pemikiran dari pegetahuan umum di tarik ke pengetahuan khusus. serta analisis induktif yaitu metode yang berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa konkrit, kemudian dari fakta dan peristiwa yang konkrit di tarik dalam generalisasi yang bersifat umum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1). Diantaranya hak-hak istri atas suami yaitu; Mendapatkan sandang dan pangan, Hak untuk tidak dipukul bagian wajahnya kala terjadi nusyuz (ketidakpatuhan), namun berhak dipukul pada bagian lainnya. Kaum laki-laki sebagai pemimpin kaum wanita. menahan pandangan dalam kitab
„Uqudullujain adalah menahan dari memandang sesuatu yang tidak halal, memelihara kemaluan, di karenakan agar seseorang menjaga kemaluannya dari sesuatu yang diharamkan. (2). Implementasi pada analisis penelitian ini, Sehubungan dengan hak-hak istri atas suami dapat dijelaskan para suami muslim dituntut untuk memiliki cara yang paling baik dalam bergaul dengan istrinya, Jika mereka mendapati istri-istrinya berbuat Nusyuz, maka seorang suami menunjukkan cara dan metode yang bijak dalam upaya memperingatkan sikap mereka. secara realita penulis dapat menyimpulkan bahwa di zaman yang terus mengalami perkembangan, pada umumnya tidak semua masyarakat dapat mengimplementasikan pendidikan keluarga yang terdapat didalam kitab „Uqudullujain karya Syaikh Nawawi bin Umar Al-Jawi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN PUBLIKASI ................. iii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ iv HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v MOTTO .................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ..................................................................................... vii KATA PENGANTAR .............................................................................. viii ABSTRAK ................................................................................................ xi DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN A.
1 Latar Belakang Masalah ................................................
B.
5 Rumusan Masalah ........................................................
C.
6 Tujuan Penelitian ..........................................................
D.
6 Manfaat Penelitian ........................................................
E.
7 Telaah Pustaka .............................................................
F.
8 Metode Penelitian .........................................................
G.
11 Penegasan Istilah ......................................................... .
H.
13 Sistematika Penulisan ................................................. .
BAB II BIOGRAFI NASKAH A. BIOGRAFI TOKOH 1.
16 Riwayat Hidup Syaikh Nawawi bin Umar ...........
2.
17 Silsilah dan Keturunan Syaikh Nawawi ................
3.
24 Pendidikan Syaikh Nawawi bin Umar ..................
4.
28 Mengajar di Masjidil Haram ................................
5.
30 Karya-karya Syaikh Nawawi ...............................
6.
43 Peran dan Ketokohan Syaikh Nawawi .................
7.
44 Wafat ....................................................................
B.
45 ISI KITAB ....................................................................
BAB III KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA A. Konsep Umum Pendidikan Keluarga 1.
48 Pegertian Pendidikan .......................................... ..
2.
51 Pengertian Keluarga ............................................ .
B.
Pemikiran Syaikh Nawawi Tentang Pendidikan Keluarga dalam Kitab „Uqudullujain 1.
53 Hak-hak Istri Atas Suami .................................. .
2.
65 Kewajiban Istri Terhadap Suami ....................... .
3.
72 Keutamaan Shalat Di Rumah Bagi Wanita ....... .
4.
77 Larangan Melihat Lawan Jenis ..........................
BAB IV ETIKA DALAM BERUMAH TANGGA ..............................
79 BAB V PENUTUP A.
92 Kesimpulan ...................................................................
B.
94 Saran .............................................................................
C.
94 Penutup ........................................................................ DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang harmonis merupakan salah satu unsur yang dapat
menjadikan tegaknya sebuah masyarakat. Keluarga laksana sebuah batu bata diantara batu bata yang lain bagi masyarakat. Sejauhmana suatu keluarga itu kukuh, sejauh itu pula bangunan masyarakat akan tegak. Sebaliknya, rusak dan lemahnya keluarga menjadi sebab utama rusaknya tatanan masyarakat dan lemahnya masyarakat. Fenomena ini bisa kita lihat pada peradaban barat yang mengarahkan kepada kehancuran, berjalan miring tidak terarah.
(Utsman, 2006 :11).
Menurut, Al-Ahmadi dalam bukunya Utsman (2006 :12), menjelaskan dan tidak diragukan lagi, untuk membentuk suatu keluarga dibutuhkan usaha yang maksimal dan dibutuhkan pula syari‟at dari para nabi, etika dari orang bijak, uraian para ahli Ilmu jiwa, hukum-hukum dari para pakar perundang- undangan dan perekonomian, fiqih dan kemasyarakatan. Demikian pula pernikahan membutuhkan bantuan yang besar berupa kesungguhan.
Pernikahan merupakan embrio sebuah keluarga sekaligus benang yang menghimpun ikatannya. Allah Swt memerintah agar kita menikah dan Dia akan memberikan karunia kepada kita dengan perantara-Nya. Allah Swt berfirman dalam kitab-Nya :
ا
ْىُكَلَصَسَٔ ًحَذَفَحَٔ ٍََُِْٛث ْىُكِجأَْصَا ٍِّْي ْىُكَن َمَؼَجَٔ بًج َْٔصَا ْىُكِسُفََْا ٍِّْي ْىُكَن َمَؼَج ُاللهَٔ
ٗهل) ٧٢ : محُنا ( ِذَجَِّّٛطنا ٍَِّي ٌَُْٔشُفْكَٚ ْىُْ ِالله ِذًَْؼُِِثَٔ ٌَُُِْٕي ْؤُٚ ِمِط بَجْن بِجَفَا
Artinya: “Allah menjadikan untukmu istri- istri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu anak dan cucu dari istri-istrimu dan
Dia menganugerahkan rezeki dari yang baik- baik.” (QS. An - Nahl [16] :72).Pernikahan merupakan pintu utama untuk mewujudkan hubungan kasih sayang di antara suami-istri dan dua keluarga. Demikianlah, ikatan menjadi kuat di antara sanak saudara dan tumbuh sedikit demi sedikit hingga meliputi kerabat anak-anak dari suami istri, lalu kerabat dari kerabat dan seterusnya sampai kasih sayang ini muncul sebagai dasar pergaulan dalam seluruh masyarakat manusia. (Utsman, 2006 :13-14).
Keluarga dalam lingkup yang lebih besar tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak (nuclear family) akan tetapi menyangkut hubungan persaudaraan yang lebih besar lagi (extended family), baik hubungan antara anggota keluarga maupun hubungan dengan lingkungan masyarakat. (Suyuti, 2007 :11).
Dalam rangka mengatur dan memberi rambu-rambu tentang perkawinan, pemerintah telah mengeluarkan: “Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan Bab 1 Dasar perkawinan, pasal 1 menyebutkan definisi perkawinan sebagai ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal tersebut secara jelas mengungkapkan nilai-nilai luhur sebuah perkawinan karena menyangkut hak yang paling dalam yaitu ikatan lahir dan batin. Perkawinan, berdasarkan Undang-undang tersebut mengandung nilai-nilai spiritual karena mengacu kepada Sang Pencipta Yan g Maha Esa”. (Kustini, 2003 :3-5).
Islam melihat pernikahan dengan sebuah pandangan yang indah dan memasukannya ke dalam bagian terpenting di tatanan kehidupan. Islam juga menempatkan pernikahan pada posisi yang sangat mulia. Supaya tujuan dan sasaran menikah tercapai, Islam telah mengatur tata cara pernikahannya supaya menjadi rahmat dan timbulnya kasih sayang. (Al-Mufarraj, 2002 :31).
Pernikahan yang baik dan di lakukan sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw dapat menciptakan suatu keluarga yang baik dan harmonis. Karena pernikahan merupakan salah satu sarana dalam pembentukan rumah tangga yang harmonis dan melahirkan keturunan yang baik. (Thariq, 2005 :8). Maksud dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam pertumbuhan dan pengembangan seorang anak, begitu juga jika keluarga dapat memberikan kehangatan, dan kebahagiaan yang baik, sehingga baik pula anak tersebut dalam berkembang.
Pendidikan pada hakikatnya dibutuhkan manusia semenjak dalam kandungan hingga menjelang akhir hayatnya. Sebab pada hakikatnya manusia adalah makhluk terdidik yang memerlukan pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung guna membekali dirinya dalam menjalani kehidupan.
Pemberian pendidikan bagi setiap manusia tidak sebatas kebutuhan namun menjadi sebuah keharusan. Akan tetapi proses tersebut tidak berjalan secara normatif dan berlangsung pada lembaga pendidikan formal maupun non formal semata. Proses pendidikan dapat berlangsung melalui alam, lingkungan, pengalaman dan sebagainya yang semua itu mempengaruhi proses perkembangan kepribadian dan cara berpikir manusia. (Aziz, 2015 :10).
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. (Zuhairini, 1995 :149). Dari sinilah Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap individu maupun masyarakat sebagai bekal pengetahuan dimana seseorang berkembang menjadi lebih baik, pendidikan merupakan wadah dalam pengembangan dan mengaktualisasikan bakat serta kemampuan yang dimiliki seseorang.
Dalam konsep Islam, sebagaimana disebutkan oleh Muzayin Arifin dalam bukunya Fadlillah dan Khorida, (2014 :19). bahwa pendidikan ialah usaha orang dewasa Muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal ini diarahkan kepada pertumbuhan dan perkembangan fitrah peserta didik. Fitrah disini dapat diartikan sebagai kemampuan dasar atau potensi-potensi yang ada pada diri anak.
Pendidikan keluarga, tidak bisa dipisahkan dari masalah pendidikan anak dan remaja. Bahkan Islam memandang bahwa masalah pendidika keluarga harus dimulai bahasannya dari masa-masa sebelum perkawinan. Sebab dalam perkawinan itu terkandung makna seluruh tanggung jawab, tentang melahirkan keturunan dengan segala konsekuensinya, lahir batin, jasmaniah dan rohaniah. (Rakhmat, 1994 :122).
Keberhasilan seseorang dalam penanaman nilai-nilai keagamaan tidak terlepas dari peran orang tua dan keluarga. Sebagai tauladan utama kehidupan sebelum guru menanamkan nilai-nilai Islam di lingkungan masyarakat. Disinilah begitu pentingnya penanaman nilai pendidikan keluarga yang baik.
Begitu pula pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan seorang anak sebagai bekal hidup untuk menjadi orang yang berguna baik bagi dirinya, kelurga, masyarakat maupun banngsa. Oleh karena itu bagi kedua orang tua secara bersama-sama memberikan pendidikan yang baik untuk menyelamatkan fitrah anak. Hal ini harus diupayakan semaksimal mungkin menentukan pola pendidikannya agar terarah. (Suyuti, 2007 :28).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam tentang “Pendidikan Keluarga Dalam Kitab
‘Uqudullujain Karya Syekh Nawawi Bin Umar Al-Jawi . Besar harapan
dalam penelitian ini dapat menjadi acuan untuk menggapai keharmonisan dalam berkeluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW dan berjalan sesuai dengan norma-norma Agama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat menarik beberapa masalah yaitu:
1. Bagaimana pendidikan keluarga dalam kitab „Uqudullujain karya Syaikh
Nawawi bin Umar Al-Jawi?
2. Bagaimana implementasi pendidikan keluarga dalam kitab „Uqudullujain karya Syaikh Nawawi bin Umar Al-Jawi pada masa sekarang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini mempunyai tujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan keluarga dalam kitab „Uqudullujain. karya Syekh Nawawi bin Umar Al-Jawi.
2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan keluarga dalam kitab „Uqudullujain karya Syaikh Nawawi bin Umar Al-Jawi pada masa sekarang.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat, baik secara teoritik maupun praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritik Dapat menambah pengembangan Ilmu pengetahuan berupa hasil penelitian ilmiah dan di jadikan sebagai bahan kajian dunia pendidikan
Islam pada umumnya dan pendidikan keluarga mengenai peran dan tanggung jawab keluarga pada khususnya.
2. Manfaat Praktis a.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pendidikan Islam dalam keluarga sehingga dapat membangun keluarga yang harmonis sesuai dengan ajaran Islam. b.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dalam Ilmu pendidikan di zaman modern ini.
c.
Dapat memberikan nilai pengetahuan rohani yang dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam hati.
E. Telaah Pustaka
Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan,, melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk mempermudahkan pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan perbedaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir serupa. Berikut ini penelitian yang mempunyai topik atau tema yang hampir serupa dengan sekripsi ini:
Kajian pertama, Skripsi yang berjudul “Pendidikan Keluarga Sakinah menurut Syaikh Nawawi dalam kitab „Uqudullujain. “ Karya Sutoyo Jurusan
Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga 2013.
Dalam pene litiannya dijelaskan bahwa kitab „Uqudullujain karya Syaikh Nawawi barang kali mempunyai relevansi secara penuh di zamannya. Namun seiring dengan perkembangan zamannya, kebenaran relatif yang memiliki relevansi pada zamannya, harus dilakukan penyesuaian agar tidak ketinggalan zaman dan tetap relevan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kajian kedua, Skripsi yang berjudul “Konsep Pendidikan Berkeluarga dalam Kitab „Uqudullujain Relevansinya dengan Pendidikan Islam di
Indonesia. Karya Muqorrobin Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga 2011.
Dijelaskan dalam Penelitian Muqorrobin apabila kitab „Uqudullujain diterapkan di zaman sekarang ini, dan dalam penelitian ini sama sekali tidak dimaksudkan sebagai koreksi terhadap pendapat apapun, kehadirannya di dasari pada pemahaman bahwa, setiap penulisan memiliki kebenaran relatif sesuai dengan realitas konteks zamannya.
Dari beberapa skripsi yang sudah disebutkan di atas, yang membedakan skripsi terdahulu dengan sekripsi penulis yaitu bahwasannya skripsi terdahulu lebih membicarakan relevansi pemikiran Syaikh Nawawi bin Umar Al-Jawi dalam konteks pendidikan keluarga di Indonesia.
Sedangkan skripsi yang sedang penulis teliti lebih terfokus pada implementasi pendidikan keluarga dalam kitab „Uqudullujain pada masa sekarang.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal pokok yang mendasari penelitian, yaitu: jenis pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bersifat literature (kepustakaan) yang berfokus pada referensi buku dan sumber-sumber yang relevan. Penelitian dilakukan dengan mencermati sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku- buku, artikel atau lainnya. Selain bersifat literature penelitian ini termasuk jenis penelitian bibliografi, hampir sama dengan literature yaitu dilakukan dengan mencari, menganalisis, membuat interpretasi, serta generalisasi dari fakta-fakta hasil pemikiran, ide-ide yang telah ditulis oleh pemikir dan ahli. (Nazir, 1998 :62).
2. Sumber Data
Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari sumber, diantaranya: a.
Sumber Data Primer Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library
research ), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Sumber
data primer merupakan sumber data utama digunakan dalam penelitian ini. Adapun referensi yang menjadi sumber data primer dala m penelitian ini adalah kitab „Uqudullujain karya Syekh Nawawi bin Umar Al-Jawi.
b.
Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada. Atau disebut juga data tersedia atau sumber tertulis, berasal dari sumber buku, majalah Ilmuan, dokumen resmi, arsip dan lain-lain. Dan data tersebut berguna untuk melengkapi data primer.
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku untuk dijadikan sumber data primer yakni kitab
„Uqudullujain dan data sekunder yakni terjemah kitab „Uqudullujain dan buku-buku lain yang relevan. Setelah data terkumpul
dilakukan penelaah secara sistematis sesuai dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data/ informasi untuk bahan penelitian.
4. Analisis Data Untuk menganalis data penulis menggunakan beberapa metode yaitu: a.
Metode Deskriptif Metode deskriptif melibatkan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan status atau kondisi objek yang diteliti pada saat dilakukan penelitian. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsi dan menginterpretasi apa yang ada (bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang). (Sumanto, 2014 :179). Dalam Penelitian ini analisis data dengan menggunakan metode deskripsi, yaitu menggambarkan pendidikan keluarga dalam kitab „Uqudullujain karya Syekh Nawawi bin Umar Al-Jawi. b.
Metode Analisis Dalam proses analisis ini penulis menggunakan dua cara yang saling bergantian, yaitu:
1) Proses Analisis Deduktif (dari umum ke khusus). Merupakan suatu proses berfikir dari pengetahuan yang bersifat umum dan berangkat dari pengetahuan tersebut, ditarik suatu pengetahuan yang khusus. (Hadi, 1990: 26). Kaitannya dengan pembahasan ini, metode deduksi di gunakan untuk memperoleh gambaran detai lnya tentang pendidikan keluarga dalam kitab „Uqudullujain karya Syekh Nawawi bin Umar Al-Jawi.
2) Merupakan Proses Analisis Induktif (dari khusus ke umum). metode yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa- peristiwa konkrit, kemudian dari fakta-fakta dan peristiwa yang konkrit ditarik dalam generalisasi yang bersifat umum. (Hadi, 1990: 26). metode ini di gunakan untuk memperoleh gambaran yang utuh terkait dengan pendidikan keluarga dalam kitab „Uqudullujain karya Syekh Nawawi bin Umar Al-jawi.
G. Penegasan Istilah
Untuk mengetahui secara jelas dan untuk menghindari kesalah pahaman pengertian terhadap judul skripsi yang penulis bahas, maka akan penulis sampaikan batasan-batasan istilah yang terdapat pada judul, yaitu:
1. Pendidikan Menurut Fadlillah dan Khorida, (2014 :16-17). Pendidikan merupakan terjemahan dari education, dari kata dasar educate atau bahasa latinnya educo. Educo berarti pengembangan diri dalam; mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Menurut konsep ini pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuh, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar menjadi semakin tertata; semacam proses penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri sendiri maupun orang lain.
2. Keluarga Menurut pandangan sosiologis keluarga dalam arti luas meliputi semua pihak yang mempunyai hubunga darah dan keturunan sedangkan dalam arti sempit, keluarga meliputi orang tua dengan anak-anaknya. Keluarga merupakan tempat berlindung, bertanya mengarahkan diri bagi anggotanya (family of orientation) yang sifat dan hubungannya bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu. (Rakhmat, 1994 :20).
Keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individu, group, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya. Dan keluargalah yang pertama menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak. Ibu, ayah dan saudara- saudaranya yang lain adalah orang-orang yang pertama dimana anak-anak mengadakan kontak yang pertama untuk mengajarkan bagaimana anak tersebut hidup dengan oranng lain. Sampai anak-anak memasuki sekolah, mereka menghabiskan seluruh waktunya di dalam unit keluarga. Hingga sampai masa adolesent mereka ditaksir menghabiskan ½ waktunya di dalam keluarga. (Ahmadi, 1991 :108).
3. Kitab „Uqudullujain
Kitab
„Uqudullujain merupakan risalah yang cukup penting bagi
seseorang, kitab
„Uqudullujain memberikan nilai pengetahuan rohani
yang dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam hati. Lebih lanjut, kitab ini dapat memberikan pengertian tentang, hak istri atas suami, kewajiban istri terhadap suami, keutamaan saat dirumah bagi wanita, larangan bagi laki-laki melihat wanita lain dan sebaliknya. (Shopy dan Hakim, 2002 :5).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan skripsi untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi. Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. Bagian Awal
Bagian awal meliputi: sampul, lembar berlogo, halaman judul (sama dengan sampul), halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.
2. Bagian Inti
Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab ini meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II: BIOGRAFI NASKAH. Pada bab ini merupakan gambaran Biografi Syekh Nawawi bin Umar Al-Jawi yaitu memuat tentang riwayat hidup, silsilah dan keturunan, pendidikan, mengajar di Masjidil Haram karya-karya Syaikh Imam Nawawi, peran ketokohan Syaih Imam Nawawi. Dan gambaran Isi Kitab.
BAB III: KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA . Pada bab ini akan memaparkan konsep pendidikan keluarga secara umum dan pemikiran Syaikh Nawawi tentang pendidikan keluarga dalam kiab „Uqudullujain.
BAB IV: ETIKA DALAM BERUMAH TANGGA. Bab ini berisi tentang etika dalam berumah tangga dalam kitab „Uqudullujain karya Syekh Nawawi bin „Umar Al-Jawi untuk menjawab tentang implementasi pendidikan keluarga pada masa sekarang.
BAB V: PENUTUP. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan penutup.
3. Bagian Akhir skripsi ini berisi tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup penulis.
BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Riwayat Hidup Syaikh Muhammad Nawawi 1. Kelahiran Syaikh Nawawi Muhammad Nawawi Pada 1230 H, bertepatan dengan 1814 M, di Desa Tanara,
kecamatan Tirtayasa, Banten bagian utara, lahir seorang anak laki-laki bernama Muhammad Nawawi, yang kemudian di kenal sebagai Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi. Dia adalah keturunan Maulana Sultan Hasanudin, Sultan Banten yang pertama. Desa Tanara terletak kira-kira 30 km di sebelah utara kota serang, tepatnya di pesisir pantai yang berbatasan langsung dengan kabupaten Tangerang. Desa Tanara termasuk dalam wilayah Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten. (Amin, 2009 :9).
Lantaran terlahir di banten maka di belakang nama Syaikh Nawawi ada tambahan atribut “al-Bantani”. Disamping itu, pemberian atribut “al-Bantani” tersebut juga dimaksudkan untuk membedakan dia dengan Imam Nawawi, seorang ulama Islam lain yang juga pengarang produktif. Di kalangan ulama dan pengarang Islam, dikenal dua nama Nawawi, keduanya sama-sama ulama dan pengarang besar. Yang pertama adalah Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Birri bin Hasan bin Husaini Mukhyiddin an-Nawawi asy-
Syafi‟i. Dia adalah seorang ulama besar Syafi‟iyyah yang lahir dan wafat di Nawa, suatu daerah di Damsyiq (631-677 H). Dia lebih dikenal sebagai Imam Nawawi dan hidup pada sekitar abad ke-13 Masehi. Yang kedua adalah Abu Abdullah Al-
Mu‟thi Muhammad Nawawi bin Umar At-Tanari Al- Bantani Al-Jawi, yang kemudian dikenal sebagai Syaikh Nawawi. Dia adalah ulama besar yang berasal dari Banten, Indonesia, dan hidup pada sekitar ke-19 Masehi. Yang dimaksud dalam pembahasan ini tentu adalah Syaikh Nawawi, seorang ulama besar berkaliber dunia yang berasal dari Banten, Indonesia. (Iskandar, 2011 :63).
Syaikh Nawawi al-Bantani adalah ulama yang hidup di lingkungan yang mengedepankan sendi-sendi keislaman. Ayahnya, ki Umar adalah seorang ulama alim yang selalu memantau pendidikannya bersama dengan saudara-saudaranya. Bersama dengan Ibu Nyai Zubaidah, ki Umar meniupkan pelajaran-pelajaran keislaman seperti membaca al-
Qur‟an, Fiqih, Teologi, dan Gramatika Arab. Syaikh Nawawi al-Bantani disuruh ayahnya untuk menghafalkan surat-surat pendek yang ada dalam al-
Qur‟an seperti Juz Amma dan kitab-kitab kecil, baik berbentuk Nadzam (Syair) maupun Nasar (prosa) seperti kitab Nadzam al-Imrithi, alfiyah, Maqshud, Taqrib dan lain-lain. (Ulum, 2016 :56-57).
2. Silsilah dan Keturunan Syaikh Nawawi
Syaikh Nawawi merupakan kebanggaan masyarakat Banten dan bangsa Indonesia pada umumnya, lantaran dia tergolong sedikit orang keturunan Banten yang mempunyai reputasi intelektual tingkat dunia. Ditinjau dari silsilahnya, Syaikh Nawawi berasal dari garis keturunan orang besar dan berpengaruh. Syaikh Nawawi adalah keturunan Sunan Gunung Jati, salah seorang pejuang dan penyebar Islam di tanah Jawa yang tergabung dalam Walisongo. Syaikh Nawawi adalah putera pertama K.H. Umar seorang ulama dari desa Tanara yang memimpin masjid dan pendidikan Islam (pesantren) juga di desa tersebut, Tanara.
(Amin, 2009 :13-14).
Nama Nawawi yang disematkan oleh Kiai Umar kepada putra sulungnya ini diinspirasi dari seorang Ulama yang kitabnya sering dikaji olehnya. Ulama itu menguasai banyak disiplin Ilmu Agama Islam, seperti Hadist, Tafsir, Fiqh, Gramatika Arab, Teologi, Tasawuf dan lain-lain dari seabrek cabang Ilmu keislaman yang ada. ( Ulum, 2016 :53).
Pada tahun kelahiran Syaikh Nawawi, Kesultanan Banten berada pada masa akhir hidupnya, kala itu diperintah oleh Sultan Muhammad Rafiuddin (1813 M-1820 M). K.H. Umar, ayah Syaikh Nawawi al- Bantani, adalah seorang pejabat peghulu yang memimpin Masjid. Dari silsilahnya merupakan keturunan kesultanan ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu keturunan dari putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang bernama Sunyararas (Tajul „Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad Saw. Melalui Imam Ja‟far Ah-shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. (Iskandar, 2011 :63-64).
Sebagaimana ditulis oleh Rafiuddin Ramli, urutan silsilah Syaikh Nawawi adalah sebagai berikut:
Muhammad Rasulullah Saw Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra
Sayyidina Husain Imam Ali Zainal Abidin Imam Muhammad al-Baqir Imam Isa an-Naqib Imam Ahmad Muhajir Ilallahi Imam Ubaidillah Sayyid Alwi Sayyid Ali Khali Qasim
Sayyid Muhammad Shahib Mirbath Sayyid Alwi Amir Abdullah Malik
Abdullah Adzmah Khan Imam Sayyid Ahmad Syah Jalal
Maulana Jamaluddin Akbar Husain Ali Nuruddin
Raja Amatuddin Abdullah Maulana Syarif Hidayatullah Cirebon
Maulana Hasanuddin Banten Ki Tajul Arsy Tanara
Ki Maswi Ki Masqun Ki Masbugil
Ki Janta Ki Jamad
Kiai Ali
Kiai Arabi
Muhammad Singaraja Kiai Umar Nyi Zubaidah
Imam Nawawi Al Bantani Gambar Silsilah Keturunan Nawawi Al Bantani
Silsilah Syaikh Nawawi garis keturunan ibunya, Nyai Zubaidah, Syaikh Nawawi al-Bantani masih keturunan seorang tokoh masyarakat, Muhammad Singaraja. Yaitu, Syaikh Nawawi al-Bantani bin Nyai Zubaidah binti Muhammad Singaraja. (Ulum, 2015 :40).
Dari silsilah diatas tampak jelas bahwa Syaikh Nawawi adalah keturunan Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingking, Sultan Banten yang pertama. Sedangkan Maulana Hasanuddin tidak lain adalah putera Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, salah seorang Walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat. Alhasil, jelas sudah bahwa Syaikh Nawawi adalah keturunan para orang terpandang yang sangat kental kehidupan agamanya. (Amin, 2009 :14- 16).
Kesultanan Banten sendiri pernah diperintah oleh 21 sultan, yakni sejak pemerintahan sultan yang pertama, Sultan Hasanuddin (1552- 1570 M), sampai pemerintahan sultan yang terakhir, Sultan Rafiuddin (1813 M). Para sultan yang pernah memerintah kerajaan Banten dapat dilihat pada daftar berikut:
DAFTAR PARA SULTAN KESULTANAN BANTEN TAHUN NO NAMA SULTAN MEMERINTAH
1. Maulana Hasanuddin Panembahan 1552-1570 M Surosowan
2. Maulana Yusuf Panembahan 1570-1588 M Pekalangan Gede
3. Maulana Muhammad Pangeran 1588-1605 M Ratu Ing Banten
4. Sultan Abul Mufakhir Muhammad 1605-1640 M Abdul Qadir 5.
1640-1651 M Sultan Abul Ma‟ali Ahmad
6. Sultan Ageng Abul Fattah Tirtayasa 1651-1672 M
7. Sultan Nashir Abdul Qahhar 1672-1687 M
(Sultan Haji)
8. Sultan Abul Fadhal (Pangeran 1687-1690 M Dipati
9. Sultan Abul Mahasin Zainal Abidin 1690-1733 M
10. Sultan Abul Fath Muhammad Syifa 1733-1750 M Zainal Abidin
11. Sultan Syarif Ratu Wakil 1750-1752 M 12.
1752-1753 M Sultan Muhammad Was‟ Zainal
13. Sultan Muhammad Arif Zainal 1753-1773 M Asyikin
14. Sultan Abul Mufakhir Aliuddin 1773-1779 M
15. Sultan Abun Nashr Muh 1779-1801 M Mukhyidin Zainus Salihin
16. Sultan Muhammad Ishaq Zainul 1801-1803 M Muttaqin
17. Sultan Wakil Pangeran Fatawi 1803-1803 M Yahya (Patih)
18. Sultan Abul Mufakhir Muhammad 1803-1808 M Aqiluddin
19. Sultan Wakil Pangeran Sura 1808-1809 M Manggala (Tubagus Syafi‟i)
20. Sultan Muhammad Shofiuddin 1809-1813 M
21. Sultan Muhammad Rafiuddin 1813-1813
Menurut Ensiklopedi Islam dalam jurnal Arwansyah, (2015 :70). Syaikh Nawawi merupakan anak pertama dari pasangan K.H. Umar dan Nyai Zubaidah, putera-puteri yang terlahir dari pasangan tersebut adalah:
1. Syaikh Nawawi 2.
Ahmad Syihabuddin 3. Tamim 4. Said 5. Abdullah 6. Syakilah 7. Syahriyah
Syaikh Nawawi lahir dan tumbuh dalam sebuah keluarga yang taat beragama, sebuah keluarga dari orang Ulama yang sangat mencintai Ilmu, terutama Ilmu Agama. Ayahnya, K.H. Umar bin Arabi adalah ulama dan penghulu Desa Tanara dan juga pemimpin sebuah masjid didesa tersebut. Di masjid itu pula K.H. Umar menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dengan para ulama lain demi membicarakan soal-soal agama. Tidak itu saja, dia juga memberikan pelajaran agama kepada sejumlah santri di masjid tersebut, termasuk kepada putra-puterinya sendiri. Sedangkan ibu Syaikh Nawawi, Nyai Zubaidah adalah seorang wanita shalihah. Chaidar menyebutkan bahwa selama Syaikh Nawawi dalam kandungan, Nyai Zubaidah tak pernah berhenti berdo‟a untuk anak pertamanya itu. (Amin, 2009 :19).
3. Pendidikan Syaikh Nawawi
Menurut Ensiklopedi Islam (1993 :87-88). Dalam jurnal Mabrur (2016 :7). Syaikh Nawawi al-Bantani, Sejak usia 5 tahun beliau sudah mendapat bimbingan dan pengajaran dari ayahnya, Kiai Umar.
Pelajaran yang dia dapat mula-mula adalah ilmu-ilmu dasar Agama Islam dan bahasa Arab. Pengajaran dari sang ayah berlangsung kira-kira selama 3 tahun, dan setelah itu Syaikh Nawawi bersama kedua saudaranya, Tamim dan Ahmad, belajar kepada Haji Sahal, seorang guru di Banten yang kala itu sangat terkenal. Dari haji sahal, mereka bertiga meneruskan belajar mereka kepada Raden Haji Yusuf, seorang ulama terkenal di daerah Purwakarta dekat Karawang.
Snouck Hurgronje menyebutkan bahwa Raden Haji Yusuf adalah seorang ulama yang menarik perhatian dari seluruh antusiasme para pelajar yang berkelana dari seluruh Jawa, terutama dari Jawa bagian Barat. Pada suatu hari, ketika Syaikh Nawawi telah merasa cukup menimba ilmu di pesantren Haji Yusuf, akhirnya dia bersama Tamim dan Ahmad memutuskan diri pergi mencari pesantren lain buat menuntut ilmu selanjutnya. (Amin, 2009 :20-21).
Mereka akhirnya sampai di sebuah pesantren di daerah Cikampek (Jawa Barat) dan berniat untuk belajar lughat (bahasa Arab). Di tempat belajar yang baru ini, mereka diuji terlebih dahulu oleh sang kiai.
Mereka ternyata lulus dengan predikat sagat baik. Kini Syaikh Nawawi kembali ke desa kelahirannya di Tanara setelah sekian tahun menuntut Ilmu di pesantren. Cukup lama juga dia mengembara sebagai santri kelana. Sejak kedatangan Syaikh Nawawi dan adik-adiknya, pesantren ayah mereka di Tanara menjadi ramai. Bebagai diskusi dan perbincangan terbuka diadakan untuk membahas maslah-masalah Agama. Para santri sang ayah banyak mengajukan pertanyaan kepada Syaikh Nawawi. Semua pertanyaan dapat dia jawab dengan memuaskan sehingga dia semakin terkenal dan dikagumi. Semakin banyak pula mereka yang berdatangan ke pesantren sang ayah untuk mengaji. (Amin, 2009 :21-22).
Ketika sang ayah meninggal, tepatnya pada tahun 1826 M, Syaikh Nawawi menggantikan posisi sang ayah memimpin pesantren, meskipun pada waktu itu usianya terbilang masih sangat muda, yaitu 13 tahun. Pesantren sang ayah semakin berkembang semenjak Syaikh Nawawi hadir dan ikut mengajar para santri di Tanara. Meskipun demikian, keadaan itu tidak berlangsung lama, hanya sekitar 2 tahun. Di usia Syaikh Nawawi al-Bantani yang ke 13 ini, pulau Jawa sedang dalam keadaan genting sebab adanya perang Diponegoro. Para kiai dan santri banyak yang ikut terlibat didalamnya. Banyak pesantren yang aktifitas belajar mengajar menjadi tertunda karena adanya urusan jihad untuk mengusir para kompeni yang semena-mena berjalan congkak di bumi Nusantara. Perang Jawa ini berlangsung begitu sengit sekali mulai tahun 1825 M – 1830 M. (Ulum, 2015 :43).
Menurut Jurnal Muqoddas (2014 :8). Diperoleh keterangan bahwa Syaikh Nawawi pergi ke tanah suci Makah untuk pertama kalinya pada usia 15 tahun. Syaikh Nawawi pergi ke Makkah bersama dua orang saudaranya untuk menunaikan ibadah Haji. Setelah musim haji usai ia tidak langsung pulang ke Indonesia ia tetap tinggal di makkah untuk berguru kepada ulama-ulama besar kelahiran indonesia.