Sejarah Singkat Kabupaten Dairi

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Dairi

3.1.1 Latar Belakang Terbentuknya Dairi

Setelah kemerdekaan diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 1945 dibentuklah Komite Nasional di daerah Dairi untuk mengatur pemerintahan. Untuk melengkapi dan menampung aspirasi masyarakat dipilih pula anggota komite daerah Dairi dan setiap Urung kewedanan dibentuk pula pembantu Komite Nasional. Pada tanggal 6 juli 1947, Agresi Belanda menduduki Sumatera Timur sehingga putera Dairi yang berada disana mengungsi kembali ke Dairi, demikian juga halnya dengan putera asal Tapanuli. Untuk melancarkan pemerintahan serta menghadapi perang melawan agresi Belanda, maka Residen Tapanuli Dr. Ferdinan Lumban Tobing selaku Gubernur Militer Sumatera Timur dan Tapanuli menetapkan Tapanuli menjadi 4 kabupaten sesuai dengan suratnya tanggal 12 September 1947 Nomor 1526 dengan pembagian wilayah sebagai berikut: Silindung, Humbang, Toba Universitas Sumatera Utara Samosir dan Dairi, berlaku sejak tanggal 1 Oktober 1947, yang kemudian ditetapkan menjadi Hari Jadi Kabupaten Dairi. Menjelang Agresi Kedua tanggal 23 Desenber 1948, Belanda menduduki Sidikalang dan Tiga Lingga sehingga Bupati Dairi Paulus Manurung menyerah, sedangkan sebagian besar Pegawai Negeri mengungsi dari kota untuk menghindari serangan Belanda. Untuk menyusun strategi melawan agresi Belanda, maka Mayor Slamat Ginting selaku komandan sektor III Sub teritorium VII memanggil G.B Pinem serta J.S Meliala sebagai Sekretarisnya, berdasarkan surat perintah Komandan sektor III Sub Teritorium VII tanggal 11 Januari 1949 No. 2PM1949. Untuk lebih menyempurnakan Pemerintahan Militer dimekarkan dari 6 Kecamatan menjadi 12 Kecamatan, yaitu: 1. Kecamatan Sidikalang 2. Kecamatan Sumbul 3. Kecamatan Parbuluan 4. Kecamatan Silalahi Paropo 5. Kecamatan Pegagan Hilir 6. Kecamatan Tiga Lingga 7. Kecamatan Gunung Sitember 8. Kecamatan Tanah Pinem 9. Kecamatan Silima Pungga-pungga 10. Kecamatan Siempat Nempu 11. Kecamatan Kerajaan 12. Kecamatan Salak Universitas Sumatera Utara Setelah penyerahan kedaulatan, maka Pemerintahan Militer Dairi kembali dalam Pemerintahan Sipil dan J.O.T Sitohang diangkat menjadi Bupati Dairi pada 10 Desember 1949 menggantika G.B Pinem yang telah meninggal dunia. Sejak itu pula Daerah Dairi dibagi dari 12 menjadi 8 Kecamatan, yakni: 1. Kecamatan Sidikalang 2. Kecamatan Sumbul 3. Kecamatan Salak 4. Kecamatan Silima Pungga-pungga 5. Kecamatan Kerajaan 6. Kecamatan Siempat Nempu 7. Kecamatan Tiga Lingga 8. Kecamatan Tanah Pinem I dan II Sesuai dengan Undang-undang Nomor 21 tahun 1948, bahwa semua Kabupaten yang dibentuk sejak Agresi I dan II harus kembali dan dilebur sehingga Kabupaten Dairi harus menjadi bagian dari Kabupaten Tapanuli Utara, dimana Kabupaten Dairi tetap terdiri dari 8 Kecamatan, hal pengambilan dimaksud berlaku 1 April 1950. akibat dari peleburan ini maka masyarakat Dairi dan tokoh masyarakat berjuang dalam satu tekad meminta kepada pemerintahan pusat melalui Propinsi Sumatera Utara agar keinginan menjadi daerah otonom Tingkat II Dairi segera disetujui dengan Undang-Undang, namun belum membuahkan hasil. Pada tahun 1958 hubungan daerah Dairi terputus dengan Tapanuli Utara Tarutung karena terjadinya pemberontakan PRRI sehingga jalannya pemerintahan sangat erat. Maka untuk menjaga kefakuman pemerintahan, Gubernur KDH sumatera Universitas Sumatera Utara Utara mengeluarkan Surat Perintah tanggal 28 Agustus 1958 No. 565UPS1958 dengan menetapkan daerah Dairi menjadi wilayah Administrasi yakni Koordinator Shap langsung berususan dengan Propinsi Sumatera Utara. Untuk mengisi Koordinator Shap dihunjuk sebagai pimpinan yakni Nasib Nasution, pada kantor Gubernur Sumatera Utara yang berikutnya diserahkan kepada Djauli Manik sebagai koordinator pemerintahan Dairi yang sedang berusaha menjadi Otonomi Daerah tingkat II. Pada tahun 1958 dua orang putera Dairi diutus ke Jakarta untuk menyampaikan keinginan dimaksud untuk disetujui, namun tuntutan tersebut dipenuhi setelah pengutusan yang kedua kali pada tahun 1964. akhirnya pertimbangan persetujuan otonomi daerah diproses melalui sidang DPR RI yang menghasilkan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang No. 4 tahun 1964 tentang pembentukan Kabupaten Dairi, Undang-undang No. 15 tahun 1964 tentang wilayah kecamatan di Kabupaten Dairi, oleh pemerintah RI, Menteri Dalam Negeri Bapak Sanusi Harjadinata pada tahun itu menyetujui daerah Tingkat II Kabupaten Dairi menjadi otonomi daerah Kabupaten yang terpisah dari Tapanuli Utara dan berlaku surut sejak 1 Januari 1964. Untuk mempersiapkan pembentukan DPRD Dairi serta pemilihan Bupati yang defenitif maka dihunjuklah Rambio Muda Aritonang sebagai pejabat Bupati KDH Dairi sementara dan setelah beliau menyusun anggota DPRD sebanyak 20 orang dilanjutkan dengan pemilihan Bupati dimana dari suara terbanyak Mayor Raja Nembah Maha terpilih menjadi Bupati KDH Tingkat II Dairi yang defenitif, sedangkan Walmantas Habeahan terpilih menjadi sekretaris Wilayah Daerah. Peresmian Otonomi Tingkat II Kabupaten Dairi oleh Gubernur KDH Propinsi Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1964 di Gedung Nasional Sidikalang.

3.1.2 Lokasi dan Keadaan Geografis

Daerah Kabupaten Dairi mempunyai Luas 191.625 Hektar yaitu sekitar 2,68 dari luas Propinsi Sumatera Utara 7.160.000 Hektar dimana Kabupaten Dairi terletak sebelah Barat Laut Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit yang terletak antara 98°00’ - 98°30’ dan 2°15’ - 3°00’ LU. Kota Sidikalang adalah ibukota Kabupaten Dairi berada pada ketinggian 1.066 meter diatas permukaan laut. Di kabupaten Dairi terdapat sungai-sungai yang jumlahnya cukup banyak dan dipergunakan untuk irigasi teknis maupun ½ teknis, dimana sebagian besar sudah dimanfaatkan menjadi pengairan sawah, perikanan, dan kebutuhan Air minum. Kabupaten Dairi yang terletak disebelah barat laut propinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan: sebelah utara dengan Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi NAD dan Kabupaten Tanah Karo, sebelah timur dengan Kabupaten Toba Samosir, sebelah selatan dengan Kabupaten Pakpak Bharat, sebelah barat dengan Kabupatn Aceh Selatan Popinsi Nanggroe Aceh Darussalam Universitas Sumatera Utara

3.1.3 Penduduk

Jumlah desa kelurahan di Kabupaten Dairi tahun 2008 sebanyak 169 buah dengan luas wilayah 1.927,82 Km membuat tingkat kepadatan tertingggi terdapat di Kecamatan Sidikalang 625 jiwakm dan Kecamatan Siempat Nempu 343 jiwakm. sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Tanah Pinem 46 jiwa km dan Kecamatan Silahisabungan 61 jiwa km. Ditinjau dari sudut kelompok umur, penduduk Kabupaten Dairi tergolong dalam penduduk muda karena penduduk usia 0-14 tahun masih sebanyak 39,96 persen, dimana 41,24 persen untuk penduduk laki-laki dan 38,9 persen untuk penduduk perempuan. Persentase penduduk usia muda tesebut merupakan beban yang sangat berarti bagi penduduk usia produktif 15-64 tahun, yang berjumlah 150.387 jiwa 55,95 . Angka tersebut mengakibatkan angka beban tanggungan Depedency ratio mencapai 78,72 persen, berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 79 orang penduduk non produktif. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2004, angka ini mengalami penurunan, dimana pada tahun tersebut mencapai 78,74 persen. Penurunan angka beban tanggungan tersebut menunjukkan keberhasilan Pemerintah menekan angka kelahiran. Universitas Sumatera Utara

3.2 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistika