IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN KEMANDIRIAN SISWA.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK
DAN KEMANDIRIAN SISWA
TESIS

Oleh:
DIANA ASTRIA GULTOM
NIM. 8136172021

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

ABSTRAK
DIANA ASTRIA GULTOM. Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual

Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematik Dan Kemandirian Siswa. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematik dan kemandirian belajar
siswa disebabkan oleh pembelajaran yang berlangsung belum mengkonstruk
pemikiran siswa. Adapun upaya yang dilakukan adalah menerapkan model
pembelajaran CTL berbasis konstruktivisme
yang bertujuan untuk: (1)
meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa (2) meningkatkan
kemandirian belajar siswa (3) mengetahui aktivitas aktif siswa (4) mengetahui
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran (5) menganalisis proses jawaban
siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan komunikasi matematik siswa.
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan di SMK Immanuel Medan. Subjek Penelitian kelas X Teknik Sepeda
Motor (TSM) Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 32 orang. Objek pada
penelitian ini adalah pembelajaran yang menerapkan model CTL untuk
mengetahui meningkatnya kemampuan komunikasi matematik dan kemandirian
siswa. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II terdiri dari 8
pertemuan.
Adapun hasil penelitian ini adalah (1) meningkatnya kemampuan

komunikasi matematik siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan pada siklus
I terdapat 25 siswa atau 78,1% nilai terendah siswa yakni 2,33 sedangkan untuk
nilai ketuntasan memiliki nilai minimal 2,67. Pada siklus II meningkat menjadi 30
siswa atau 93,75%. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 15,65%. Sedangkan
pretes komunikasi matematik diperoleh 12,5% atau nilai 2,11 dengan 4 siswa
yang dinyatakan tuntas. Pada postes diperoleh 97% atau nilai 3,54. Sehingga
terjadi peningkatan 84,5%. (2) meningkatnya kemandirian siswa, hal ini dapat
dilihat pada hasil perolehan pada siklus 1 terdapat persentase terendah 33,13%
memiliki dan persentase tertinggi 38,73%. Pada siklus II diperoleh persentase
terendah sebesar 68,97% dan tertinggi 89,84%. Sehingga terjadi peningkatan
untuk kemandirian siswa sebesar 51,11%. (3) Aktifitas aktif siswa pada siklus I
terdapat 5 kriteria pengamatan yang memiliki nilai rata – rata 3,42, pada siklus II
terdapat 5 kriteria pengamatan yang memiliki nilai rata – rata 4,81. Sehingga
terjadi peningkatan sebesar 1,39. (4) Proses penyelesaian jawaban siswa
menyelesaikan tes kemampuan komunikasi matematik dan kemandirian siswa
lebih baik.
Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi, Kemandirian Siswa, Model Pembelajaran
CTL Berbasis Konstruktivisme.

i


ABSTRACT
DIANA ASTRIA GULTOM. Implementation of Model-Based Contextual
Learning Constructivism To Improve Communication Skills Math Students And
Independence. Thesis Mathematics Education Graduate Medan State University,
2016.
Lack of communication skills and independent learning mathematics
student learning that takes place due to not construct students' thinking. As for the
efforts is applying the learning model CTL-based constructivism which aims to:
(1) improve the communication skills of mathematics students (2) increase the
independence of student learning (3) determine the activities of active students (4)
determine the ability of teachers to manage learning (5) analyzes the responses of
the students in solving mathematical test communication skills of students.
This research is the Classroom Action Research (PTK) held at SMK
Immanuel Medan. Research subjects in class X Motorcycle Engineering (TSM) in
the academic year 2014/2015 as many as 32 people. The object of this research is
learning that applying the model to determine the rising CTL mathematical
communication skills and student independence. The study consisted of two
cycles of the first cycle and the second cycle consists of 8 meetings.
The results of this study are (1) improvement of mathematics student

communication skills. It can be seen from the result of the acquisition in the first
cycle of 25 students or 78.1% of students the lowest value of 2.33 while for the
mastery have a minimum value of 2.67. In the second cycle increased to 30
students or 93.75%. Resulting in an increase of 15.65%. While the mathematical
communication pretest gained 12.5%, or a value of 2.11 to 4 students who
otherwise completed. In postes obtained 97% or value of 3.54. So that an increase
of 84.5%. (2) increasing independence of students, it can be seen on the
acquisition results in cycle 1 contained 33.13% has the lowest percentage and the
highest percentage of 38.73%. In the second cycle obtained the lowest percentage
of 68.97% and the highest 89.84%. So as to increase the independence of students
at 51.11%. (3) Activities of active students in the first cycle there are five criteria
observed as having value - average of 3.42, the second cycle there are five criteria
observed as having value - average 4.81. So that an increase of 1.39. (4) The
process of settlement of the answers the students completed tests of mathematical
communication skills and self-reliance of students better.
Keywords: Communication Skills, Independence Student, Model-Based Learning
CTL Constructivism.

ii


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini
dengan

judul

“Implementasi

Model

Pembelajaran

CTL

Berbasis

Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik
dan Kemandirian Siswa”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus
dan penghargaan yang setinggi - tingginya

kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik langsung maupun tidak
langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Tuhan memberikan balasan yang
setimpal atas kebaikan tersebut. Terimakasih dan penghargaan khususnya penulis
sampaikan kepada:
1. Kedua orang tuaku terhebat, Ayahanda Alm. V. P. Gultom dan Ibunda R.
M. A. Nainggolan serta Suami tercinta T. Siahaan, ST yang selalu
memberikan semangat di setiap hari – hariku tanpa pernah jemu serta
abang, kakak dan adik tercinta.
2. Kedua dosen pembimbing terbaik, Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd,
selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Yulita Moliq Rangkuti, M.Sc,
selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Para Narasumber Bapak Prof.
Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, Ibu Dr. Ani
Minarni, M.Si yang telah meluangkan waktu di sela - sela kesibukan
untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat
berarti bagi penulis.


iii

3. Pengurus prodi pendidikan matematika terbaik, Bapak Prof. Dr. Edi
Syahputra, M.Pd selaku ketua prodi, Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku
sekretaris prodi, dan Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku staf
prodi.
4. Bapak Drs. H.P. Sipahutar, M.Si Kepala Sekolah tempat penelitian SMK
Immanuel Medan
Penulis menyadari bahwa pada penulisan tesis ini masih jauh dari
sempurna, terdapat kelemahan dan kekurangan oleh sebab itu, penulis mohon
saran dan kritikan yang membangun guna perbaikan tesis ini. Semoga tesis ini
bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan bangsa
Indonesia.Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juli 2016

Diana AstriaGultom
NIM. 8136172021


iv

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .....................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................

i
iii
v
viii
xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1.2. Identifikasi Masalah .........................................................................
1.3. Batasan Masalah...............................................................................

1.4. Rumusan Masalah ............................................................................
1.5. Tujuan Penelitian .............................................................................
1.6. Manfaat Penelitian ...........................................................................
1.7. Definisi Operasional.........................................................................
1.8. Keterbatasan Penelitian ...................................................................

1
1
13
14
14
15
15
16
18

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................
2.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika .............................................
2.2. Model Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme ..............................
2.2.1. Pengertian Model Pembelajaran ...........................................

2.2.2. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) ....................................................................................
2.2.2.1. Asumsi
Model
pembelajaran
Contextual
Teaching and Learning (CTL) ..............................
2.2.2.2. Prinsip – Prinsip Model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL ................................
2.2.2.3. Perbandingan Model Pembelajaran CTL dengan
Tradisional .............................................................
2.2.2.4. Strategi Model Pembelajaran CTL .........................
2.2.2.5. Komponen Pembelajaran CTL ...............................
2.2.2.6. Skenario Pembelajaran CTL ..................................
2.2.2.7. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL ......
2.2.3. Konstruktivisme ....................................................................
2.2.3.1. Model Pembelajaran Berbasis Konstruktuvisme ..
2.2.3.2. Visi Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme .......
2.2.3.3. Perbandingan Model Konstruktivisme dengan
Model Lama ...........................................................

2.2.3.4. Rancangan Pembelajaran dengan Teori
Konstruktivisme ....................................................
2.2.3.5. Implemetasi Teori Konstruktivisme dalam
Pembelajaran Matematika ......................................

19
19
25
25

v

27
29
29
30
30
31
34
35
37
41
42
44
45
46

2.4. Komunikasi Matematik ...................................................................
2.4.1. Pengertian Komunikasi ..........................................................
2.4.2. Peran Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika ............
2.4.3. Aspek – Aspek Komunikasi ...................................................
2.4.4. Komunikasi Matematik dalam KTSP ....................................
2.5. Kemandirian Siswa ..........................................................................
2.5.1. Pengertian Belajar Mandiri ....................................................
2.5.2. Tujuan Belajar Mandiri57
2.5.3. Kaitan Kemandirian Belajar dengan Komunikasi Matematik
2.6. Materi Program Linier .....................................................................
2.6.1. Pengertian Program Linier .....................................................
2.6.2. Menentukan Daerah Penyelesaian Pertidaksamaan Linier ....
2.6.3. Menentukan Daerah Penyelesaian Sistem Pertidaksamaan
Linier Dua Peubah ..................................................................
2.6.4. Menentukan Model Matematika dari Soal Cerita ..................
2.6.5. Mennetukan Nilai Optimum dari Sistem Pertidaksamaan
Linier.......................................................................................
2.6.6. Garis selidik ...........................................................................
2.7. Penelitian yang Relevan ...................................................................
2.8. Kerangka Berpikir ............................................................................
2..8.1. Model Pembelajran CTL Berbasis Konstruktivisme
Meningkatkan Komunikasi Matematik Siswa .....................
2.8.2. Model Pembelajaran CTL Berbasis Konstruktivisme
Meningkatkan Kemandirian Siswa ......................................
2.9. Hipotesis Tindakan ...........................................................................
BAB III : METODE PENELITIAN ...................................................................
3.1. Jenis Penelitian .................................................................................
3.2. Lokasi dan waktu Penelitian ............................................................
3.2.1. Lokasi .....................................................................................
3.2.2. Waktu Penelitian ....................................................................
3.3. Subjek dan objek Penelitian ............................................................
3.3.1. Subjek Peneltian .....................................................................
3.3.2. Objek Penelitian .....................................................................
3.4. Mekanisme Dan Rancangan Penelitian ............................................
3.4.1. Tahap Perencanaan Tindakan .................................................
3.4.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan .................................................
3.4.3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi ....................................
3.4.4. Evaluasi ..................................................................................
3.4.5. Refleksi ...................................................................................
3.5. Instrumen dan Pengumpul Data ......................................................
3.5.1.Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ...............................
3.5.2. Lembar Pengamatan Guru Mengelola Pembelajaran ............
3.6. Analisis Data ...................................................................................
3.6.1. Analisis Data Tes Kemampuan ..............................................
3.6.2. Analisis Aktifitas Siswa .........................................................

vi

49
49
50
52
54
55
55
57
58
59
59
60
61
63
65
66
68
68
69
69
70
70
71
71
71
72
72
72
72
74
75
88
89
89
90
91
102
102
103
104

3.6.3. Analisis Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ...
3.6.4. Analisis Proses Jawaban Siswa ..............................................
3.7. Indikator Keberhasilan .....................................................................
3.8. Jadwal Kegiatan ...............................................................................

104
106
107
108

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 110
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................ 110
4.1.1. Diagnosa Masalah Siklus 1 .................................................... 112
4.1.2. Perencanaan Tindakan Siklus 1 ............................................. 124
4.1.3. Pelaksanaan Tindakan Dan Observasi Siklus 1 ..................... 125
4.1.4. Perencanaan Tindakan Siklus 2 ............................................. 158
4.2. Diagnosa masalah Siklus 2 .............................................................. 183
4.2.1. Perencanaan Tindakan Siklus 2 ............................................. 183
4.2.2. Pelaksanaan Tindakan Dan Observasi Siklus 2 ..................... 185
4.2.2.1. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 ............................... 185
4.2.2.2. Pelaksanaan Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik Siklus 2 .................................................. 204
4.2.2.3. Observasi Siklus 2 ................................................... 206
4.2.2.4. Diagnosa Kemandirian Belajar Matematik Siklus 2 235
4.3. Refleksi Siklus 2 .............................................................................. 243
4.4. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa (Postes) .............. 251
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 253
4.6. Peningkatan kemampuan Komunikasi Matematik dan Kemandirian
Belajar Siswa ................................................................................... 254
4.7. Temuan Peneliti ............................................................................... 255
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 258
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 258
5.2. Saran ................................................................................................ 260
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 262

vii

DAFTAR TABEL

Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Perkembangan UN SMP-SMK ........................................................
Tabel Kurikulum ................................................................. ...........
Perbandingan Pembelajaran Tradisional dan Kontekstual .. ...........
Tabel Sintaks Pembelajaran CTL......................................... ...........
Teori Jean Piaget dan Vigotsky............................................ ...........
Perbandingan Pembelajaran Tradisional Dan Kontekstual .............
Tabel Pedoman Penskoran Komunikasi Matemat ...........................
Daftar Nama Lima Validator................................................ ...........
Rerata Skor Validasi............................................................. ...........
Tabel Hasil Validasi RPP ..................................................... ...........
Tabel LAS oleh Lima Validator .......................................... ...........
Tabel Rangkuman Hasil Validasi Perangkat oleh Ahli ...... ...........
Tabel Kriteria Valid ............................................................ ...........
Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar ......................................... ...........
Kriteria Pemberian Skor Komunikasi Matematik .............. ...........
Interpretasi Koefisien korelasi Validitas ............................. ...........
Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Pada Siklus 1 dan 2 .
Pedoman Penskoran Angket Kemandirian Belajar Siswa ...............
Kategori Lembar Observasi dan Angket Kemandirian ...................
Hasil Validasi Angket Kemandirian ...............................................
Kriteria Keaktifan siswa ..................................................................

2
23
30
34
40
44
54
81
82
82
84
86
86
91
93
95
96
97
97
99
102

Tabel 22. Nilai Ketuntasan Komunikasi Matematik Siswa ............................ 103
Tabel 23. Kategori NKG .................................................................................. 106
Tabel 24. Jadwal Kegiatan .............................................................................. 109
Tabel 25. Tabel Nilai Ketuntasan Siswa Pre Tes Kemampuan
Komunikasi
.............................. Matematika Siswa Tiap Butir Soal
112
Tabel 26. Tabel Interval Nilai Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa ............................................................................................... 114
Tabel 27. Hasil Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa 115
Tabel 28. Tabel Data Indikator I Angket Kemandirian Belajar Matematika
Siswa Siklus 1 Indikator Memiliki Hasrat Bersaing Untuk Maju
Demi Kebaikan Dirinya .................................................................. 117
Tabel 29. Tabel Data Indikator II Angket Kemandirian Belajar Matematika
Siswa Siklus 1 Indikator Mampu Mengambil Keputusan Dan
Inisiatif Untuk Mengatasi Masalah Yang Dihadapi ....................... 118
Tabel 30. Tabel Data Indikator III Angket Kemandirian
Belajar Matematika Siswa Siklus 1 Indikator Memiliki
Kepercayaan Diri Dalam Mengerjakan Tugas –Tugasnya ............. 119

viii

Tabel 31. Tabel Data Angket Kemandirian Belajar Matematika
Siswa Indikator IV Siklus 1 Bertanggungjawab Terhadap
Apa Yang Dilakukan ....................................................................... 120
Tabel 32. Tabel Data Angket Kemandirian Belajar Matematika Siswa
Indikator V Siklus 1 Mampu Memutuskan Atau Mengerjakan
Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain ................................................ 121
Tabel 33. Tabel Data Angket Kemandirian Belajar Matematika Siswa
Indikator VI Siklus 1 Adanya Inisiatif Pada Kegiatan Belajar ....... 122
Tabel 34. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Mengelola Pembelajaran
Siklus 1 ............................................................................................ 143
Tabel 35. Tabel Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa ....................................... 145
Tabel 36. Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Siklus 1 ............................................................................................ 150
Tabel 37. Tabel Aktifitas Guru oleh Pengamat 1 dan 2 Pertemuan I
sampai IV ....................................................................................... 152
Tabel 38. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Siklus 1 ............................................................................................ 178
Tabel 39. Hasil Kemampuan Komunikasi Matematika Siklus-1 Tiap211`
Indikator .......................................................................................... 182
Tabel 40. Tabel Refleksi Siklus 1 .................................................................... 184
Tabel 41. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Mengelola Pembelajaran
Siklus 2 ............................................................................................ 208
Tabel 42. Tabel Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa ........................................ 210
Tabel 43. Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran Siklus 2 ..................................................................... 212
Tabel 44. Hasil Kemampuan Komunikasi Matematika Siklus-2
Tiap Indikator .................................................................................. 232
Tabel 45. Tabel Data Indikator I Angket Kemandirian Belajar Matematika Siswa
Siklus 2 Indikator Memiliki Hasrat Bersaing Untuk Maju Demi
Kebaikan Dirinya ............................................................................... 235
Tabel 46. Tabel Data Indikator II Angket Kemandirian Belajar
Matematika Siswa Siklus 2 Indikator Mampu Mengambil
Keputusan Dan Inisiatif Untuk Mengatasi Masalah Yang
Dihadapi .......................................................................................... 237
Tabel 47. Tabel Data Indikator III Angket Kemandirian
Belajar Matematika Siswa Siklus 2 Indikator Memiliki
Kepercayaan Diri Dalam Mengerjakan Tugas –Tugasnya ............. 238
Tabel 48. Tabel Data Angket Kemandirian Belajar Matematika
Siswa Indikator IV Siklus 2 Bertanggungjawab Terhadap
Apa Yang Dilakukan ....................................................................... 239
ix

Tabel 49. Tabel Data Angket Kemandirian Belajar Matematika Siswa
Indikator V Siklus 2 Mampu Memutuskan Atau Mengerjakan
Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain ................................................
Tabel 50. Tabel Data Angket Kemandirian Belajar Matematika Siswa
Indikator VI Siklus 2 Adanya Inisiatif Pada Kegiatan Belajar .......
Tabel 51. Catatan Lapangan Siklus 2 ..............................................................
Tabel 52. Refleksi Aktifitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa Siklus 2 .................................................................................
Tabel 53. Tabel Observasi Aktifitas Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik Siswa Siklus 2 ...............................................................
Tabel 54. Tabel Postes ......................................................................................

x

240
241
244
246
249
252

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

1.
2.
3.
4.
5.

Pola Jawaban Siswa Sebelum dilakukan Penelitian ...................
Hasil jawaban komunikasi matematik ........................................
Hasil jawaban kemandirian siswa ...............................................
Pengaruh Konstruktivisme dalam Proses Belajar Mengajar .....
Contoh Masalah Sebelum Dilakukan Penelitian Nilai
Optimum .....................................................................................
Gambar 6. Prosedur Penelitian oleh Kemmis dan Taggart .........................
Gambar 7. Grafik Nilai Pre tes Komunikasi Matematik Siswa ...................
Gambar 8. Grafik Indikator Angket Kemandirian Matematika Siswa .........
Gambar 9. Pola jawaban siswa menentukan daerah pertidaksamaan linier .
Gambar 10. Lembar Penyelesaian LAS 1 Siswa Siklus 1 ..............................
Gambar 11. Lembar Penyelesaian LAS 2 Siswa Siklus 1 ..............................
Gambar 12. Lembar Penyelesaian LAS 3 Siswa Siklus 1 ..............................
Gambar 13. Lembar Penyelesaian LAS 4 Siswa Siklus 1 ..............................
Gambar 14. Grafik Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Observer 1 ..............
Gambar 15. Grafik Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Observer 2 ..............
Gambar 16. Grafik Observasi 1 Aktifitas Guru Siklus 1 ...............................
Gambar 17. Grafik Observasi 2 Aktifitas Guru Siklus 1 ...............................
Gambar 18a. Lembar Penyelesaian TKKM 1 Siswa Siklus 1 .........................
Gambar 18b.Lembar Penyelesaian TKKM 1 Siswa Siklus 1 .........................
Gambar 19. Lembar Penyelesaian TKKM 2. Siswa Siklus 1 ........................
Gambar 20. Lembar Penyelesaian TKKM 3a. Siswa Siklus 1 ......................
Gambar 21 . Lembar Penyelesaian TKKM 3b. Siswa Siklus 1 ......................
Gambar 22 . Lembar Penyelesaian TKKM 4. Siswa Siklus 1 ........................
Gambar 23. Lembar Penyelesaian LAS 1 Siswa Siklus 2 ..............................
Gambar 24. Lembar Penyelesaian LAS 2 Siswa Siklus 2 ..............................
Gambar 25. Lembar Penyelesaian LAS 3 Siswa Siklus 2 ..............................
Gambar 26. Lembar Penyelesaian LAS 4 Siswa Siklus 2 ..............................
Gambar 27. Lembar Penyelesaian TKKM 1 Siswa Siklus 2 .........................
Gambar 28. Grafik Observasi 1 dan 2 Aktifitas Guru Siklus 2 ......................
Gambar 29. Lembar Penyelesaian TKKM 2 Siswa Siklus 2 .........................
Gambar 30. Lembar Penyelesaian TKKM 3. Siswa Siklus 2 ........................
Gambar 31. Lembar Penyelesaian TKKM 4 Siswa Siklus 2 .........................
Gambar 32. Grafik Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II ........
Gambar 33. Grafik Indikator Angket Kemandirian Matematik Siswa
Siklus 2 .......................................................................................
Gambar 34. Grafik Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa .........................................................................................

xi

8
8
9
48
63
73
115
124
130
133
134
137
140
146
148
153
155
159
162
164
168
169
174
191
195
199
203
206
215
221
225
230
234
243
253

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Perkembangan kurikulum dalam dunia pendidikan sekolah menuntut
adanya perkembangan pembelajaran matematika karena matematika merupakan
ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern yang mempunyai
peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan daya pikir manusia. Oleh karena
itu, matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai sekolah dasar sampai
tingkat lanjutan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif.
Tetapi tidak semua peserta didik menguasainya dengan baik, padahal
matematika merupakan ilmu yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari.
Penguasaan peserta didik dalam belajar matematika menjadi lemah, bahkan siswa
merasa kesulitan disebabkan oleh dua faktor yakni dari dalam diri siswa dan
faktor dari luar diri siswa itu sendiri. Faktor dari dalam diri siswa diantaranya
yaitu: kemampuan awal, ekonomi, fisik dan psikis. Sedangkan faktor dari luar
siswa menurut Amri (2013: 25–26) diantaranya keluarga, tempat tinggal, kondisi,
sekolah, guru, cuaca dan

keamanan. Faktor dari dalam dan luar diri siswa

sedemikian rupa mempengaruhi motivasi yang diperoleh siswa pada akhir
pembelajaran matematika. Abdurrahman menambahkan (2012: 202), tak sedikit
orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Hal
ini mengakibatkan timbulnya kecenderungan hanya sedikit siswa yang
memperoleh nilai memuaskan dan kebanyakan siswa memperoleh nilai yang
1

2

masih rendah yakni di bawah standar ketuntasan belajar minimum. Siswa
cenderung belajar dengan cara dibaca saja dan kurang mengetahui tentang
pentingnya matematika dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang, siswa
kurang memahami konsep–konsep matematika, kurangnya motivasi dari orang
tua, atau bahkan cara guru di kelas saat mengajar monoton, dan kurangnya
fasilitas belajar siswa.
Salah satu pemecahan masalah di atas adalah dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan

mereka sendiri

dalam memahami konsep matematika dari pengetahuan sebelumnya yang
sudah dipelajari. Sehingga diharapkan pemahaman terhadap matematika
dapat berkembang terus–menerus.
Untuk lebih jelasnya, Tjalla (2015:3) yang menyatakan bahwa: “hasil
rerata nilai UN dari masing-masing satuan pendidikan, dimana masih perlu
dilakukan peningkatan pencapaian nilai rerata peserta ujian”, dengan tabel berikut
ini:
Tabel 1. Perkembangan UN SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK
KOMPONEN

SMP/MTs
2009

2009

2010

SMK
2009

2010

3,605,163

1,517,013

1,522,156 706,832

863,679

% Kelulusan 94.82

90.27

93.74

89,88

93.85

88,82

Rerata Nilai 7.33

7.21

7.25

7,29

7.44

7,02

Peserta

3,437,117

SMA/MA

2010

(Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010)
Selain itu diperoleh

gambaran

memperlihatkan bahwa prestasi

hasil

studi PISA tahun 2006 yang

anak Indonesia dalam bidang matematika

3

masih

berada

di bawah

skor

rata-rata internasional. Pencapaian skor

matematika anak Indonesia 393 (skor rata-rata internasional = 429). Ranking anak
Indonesia dalam bidang matematika berada pada urutan ke-50 dari 57 negara
peserta. Gambaran hasil studi PIRLS memperlihatkan bahwa skor prestasi
membaca rata-rata siswa Indonesia adalah 407, menduduki posisi ke lima dari
urutan bawah, di atas Qatar (353), Kuwait (330), Maroko (323), dan Afrika
Selatan (302).

Rata-rata prestasi membaca internasional adalah 500 (Tjalla,

2015: 4).
Berdasarkan uraian-uraian di atas, perlu
model pembelajaran yang
pembelajaran

tepat

pemilihan dan penggunaan

sebagai penyelesaian terhadap masalah

matematika siswa tentang nilai

matematika yang

rendah,

penguasaan materi siswa yang kurang, dan minat siswa terhadap matematika
yang

rendah

bahkan

anggapan

siswa bahwa

matematika

adalah mata

pelajaran yang sulit.
Istilah model pembelajaran dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti
La Iru dan Arihi (dalam Prastowo, 2014 : 63) juga menyebutkan komponen
model pembelajaran yaitu: fokus, sintaks, dan sistem pendukung. Dan model
pembelajaran secara umum juga memiliki 5 ciri yaitu: prosedur yang sistematis,
hasil belajar diterapkan secara khusus, penetapan lingkungan secara khusus,
memiliki ukuran keberhasilan tertentu, menetapkan kemungkinan siswa
melakukan interaksi dan beraksi dengan lingkungan.
Berdasarkan uraian tentang model pembelajaran diatas, maka model
pembelajaran yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah model

4

pembelajaran

Contextual

Teaching And Learning (CTL)

berbasis

konstruktivisme dimana menurut Lawson (dalam Dahar, 2006:158) dijelaskan
bahwa model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme lebih menitikberatkan
adanya orientasi: (1) elisitasi gagasan (2) restrukturisasi penyusunan teori, (3)
perkembangan teori,

(4) pembentukan teori, (5) aplikasi dan (6) review

(membandingkan dengan gagasan sebelumnya. Demikian halnya menurut
Prastowo (2014:76) menyebutkan ada 12 prinsip pokok pembelajaran berbasis
konstruktivisme: pertama, mendorong dan menerima otonomi dan inisiatif siswa;
kedua, menggunakan kata dasar; ketiga, menggunakan kognitif; keempat, respon
siswa; kelima, menggali pemahaman siswa; keenam, siswa aktif dalam dialog;
ketujuh, menimbulkan sikap inkuiri; kedelapan, mengelaborasi; kesembilan,
mendorong terjadinya diskusi intens; kesepuluh, member kesempatan siswa
berpikir; kesebelas, menciptakan analogi; keduabelas, mengembangkan sikap
keingintahuan siswa pada siklus belajar.
Sedangkan

model

pembelajaran

CTL merupakan

konsep

yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata dan mendorong peserta

didik membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.

Prinsip–prinsip

pembelajaran

kontekstual

adalah

saling

ketergantungan, diferensiasi, dan pengaturan diri. Pembelajaran kontekstual
merupakan pembelajaran aktif yang mengembangkan level kognitif siswa.
Untuk mengimplementasikan

pembelajaran

kontekstual, guru dalam

pembelajaran mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya dengan dunia

5

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari dengan
melibatkan tujuh komponen utama CTL yakni: constructivisme, inquiri,
questioning, learning community, modeling, reflection, authenctic assessment.
Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan model pembelajaran berbasis
konstruktivisme mengarah pada kognitif siswa dan bersifat kontekstual. Atau dapat
dikatakan konstruktivisme memiliki hubungan dengan kontekstual karena
pembelajaran konstruktivisme diciptakan semirip mungkin dengan situasi dunia
nyata yakni pembelajaran kontekstual.
Selain itu, dengan adanya model pembelajaran CTL yang berbasis
konstruktivisme ini diharapkan keaktifan siswa baik belajar sendiri maupun
bersama dalam kelompok dapat lebih baik lagi terutamanya pada bergantinya terus
menerus kurikulum oleh pemerintah demi peningkatan kualitas pendidikan
Indonesia ini. Dan diharapkan

di

kiranya guru-guru mencari cara untuk lebih

mengerti apa yang dipikirkan dan dialami siswa dalam proses belajar,
memikirkan beberapa kegiatan dan aktivitas yang dapat merangsang siswa
berpikir. Interaksi antar siswa di kelas dihidupkan, siswa diberi kebebasan
mengungkapkan gagasan dan pemikiran mereka sendiri.
Interaksi antar siswa agar sesuai dengan diharapkan, dibutuhkan adanya
komunikasi dalam pembelajaran matematika. Seperti yang dikemukakan oleh
Bansu I. Ansari (Pena, 2003:10) bahwa: “komunikasi dalam
dengan

kemampuan dan keterampilan

matematik berkaitan

siswa dalam berkomunikasi”.

tersebut didukung oleh Greenes dan Schulman

Hal

menyatakan bahwa, melalui

6

komunikasi, siswa dapat menyatakan

ide

matematika

melalui

ucapan,

tulisan, demonstrasi, dan melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda. Siswa
dapat pula memahami, menafsirkan dan menilai

ide yang disajikan serta dapat

mengkonstruksi matematika.
Sedangkan kemampuan komunikasi matematik menurut National Council
of Teachers of Mathematics (dalam

Ansari 2003:11) lebih lanjut lagi dapat

bermanfaat dalam hal:
(1) guru dapat menginventarisasi dan konsulidasi pemikiran
matematik siswa melalui komunikasi; (2) siswa dapat
mengkomunikasikan pemikiran matematik secara terurut dan
jelas pada teman, guru dan lainnya; (3) guru dapat
menganalisis dan menilai pemikiran matematika siswa serta
strategi yang digunakan; (4) siswa dapat menggunakan
bahasa matematika untuk mengungkapkan ide matematik
dengan tepat.
Selain

daripada

model

pembelajaran

berbasis

konstruktivisme

dan

komunikasi matematik, penelitian ini juga berkaitan dengan kemandirian belajar
matematika siswa. Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung kepada orang
lain, bebas, dan dapat melakukan sendiri. Seperti halnya menurut Wedemeyer
(dalam Rusman, 2012: 353) menyatakan bahwa:
peserta didik yang belajar secara mandiri memiliki
kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri
pembelajaran yang diberikan guru/pendidik di kelas. Peserta
didik dapat mempelajari pokok materi tertentu dengan
membaca modul atau melihat dan mengakses program
mislanya e-learning tanpa bantuan atau dengan bantuan
terbatas dari orang lain. Mempunyai tanggung jawab dalam
mengatur dan mendisplinkan dirinya dan dalam
mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri.
Sikap – sikap tersebut perlu dimiliki peserta didik karena hal
tersebut merupakan ciri kedewasaan orang terpelajar.

7

Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal ini ditambahkan lagi oleh
Panen (dalam Rusman 2012 : 355),
bahwa yang terpenting dalam belajar mandiri adalah
peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik
dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga
akhirnya peserta didik tidak tergantung pada guru/pendidik,
pembimbing, teman atau orang lain dalam belajar. Kalau
mendapat kesulitan, barulah peserta didik akan bertanya atau
mendiskusikannya kepada teman, guru/pendidik atau
oranglain. Peserta didik yang mandiri akan mampu mencari
sumber belajar yang dibutuhkannya. Tugas guru dalam
belajar mandiri adalah menjadi fasilitator yaitu menjadi orang
yang siap memberikan bantuan kepada peserta didik bila
diperlukan seperti menetukan tujuan belajar, memilih bahan
dan media belajar, serta memecahkan kesulitan yang tidak
dapat dipecahkan peserta didik sendiri.
Selain dari hal di atas, pemilihan bahan ajar juga sangat diperlukan dalam
pembelajaran karena di dalam materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
standar isi yang harus dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai kompetensi
yang telah ditentukan (Amri, 2013: 82).
Dalam hal ini peneliti memilih materi program linier dengan alasan bahwa
pada materi matematika ini banyak siswa yang masih bingung atau kesulitan
dalam hal menyelesaikan soal, misalnya pada soal cerita dan pemberian simbol
untuk pertidaksamaan untuk kata “lebih dari” atau “kurang dari” serta penentuan
daerah penyelesaian pertidaksamaan linier satu variabel yang masih belum sesuai
dengan diharapkan.
Berikut ini ditampilkan soal materi program linier dalam bentuk soal cerita
yang terdapat dalam kehidupan sehari–hari:

8

Lasma , Timbul , dan Saroha pergi bersama-sama ke salah satu
toko buah di Pematangsiantar. Lasma membeli 2 kg apel, 2 kg
anggur, dan 1 kg jeruk dengan harga tak kurang dari Rp
67.000,00. Timbul membeli 3 kg apel, 1 kg anggur, dan 1 kg
jeruk dengan harga tak lebih dari Rp 61.000,00. Saroha 1 kg
apel, 3 kg anggur, dan 2 kg jeruk dengan harga kurang dari Rp.
80.000,00. Maka : tuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan,
buatlah model matematika dan tentukan penyelesaian
sehingga diperoleh harga 1 kg apel, 1 kg anggur, dan 4 kg jeruk!
Gambar 1. Pola jawaban siswa sebelum dilakukan penelitian
Soal cerita tersebut merupakan soal cerita yang mewakili model
matematika dari program linier, dimana

peneliti menemukan kesulitan siswa

dalam

bentuk komunikasi matematik dan

menyelesaikan

soal dalam

kemandirian siswa pada pembelajaran matematika. Sebagian besar siswa SMK
tidak memahami soal materi program linier yang diberikan.
Soal di atas diberikan kepada 32 siswa di kelas X SMK Immanuel Medan,
sekitar 30 % saja yang dapat menjawab dengan benar dan sisanya menjawab
dengan salah. Adapun contoh jawaban siswa ditunjukkan pada gambar 1.1. dan
1.2. berikut:

Tidak dapat
menterjemahkan
bentuk atau simbol
pertidaksamaan linier
Gambar 2. Hasil Jawaban Komunikasi Matematik

9

Siswa tidak
mampu
menuntaskan
jawaban dengan
benar

Terdapat coretan
pada jawaban
siswa, menandakan
siswa tidak percaya
diri akan ide
jawabannya.

Gambar 3. Hasil Jawaban Kemandirian Siswa.
Dari jawaban tersebut, sangat jelas
yang

penguasaan materi matematika

diharapkan dari siswa terlihat rendah tidak seperti yang diharapkan,

yakni dengan adanya jawaban siswa yang belum menunjukkan penyelesaian soal
matematika yang benar. Selain itu pembelajaran yang konstruk, komunikasi
matematik dan kemandirian siswa juga masih sangat jauh seperti yang diharapkan
dalam pembelajaran matematika.
Dari segi model pembelajaran CTL berbasis konstruktivisme terlihat jelas
bahwa jawaban siswa tersebut

untuk struktur

penyelesaiannya

masih asal

dikerjakan. Belum memenuhi teori penyelesaian program linier. Siswa tersebut
menyelesaikannya dengan gagasan yang

semudahnya, review akan tahapan

penyelesaian siswa tersebut juga belum mendekati pada sasaran penyelesaian

10

yang sebenarnya sudah diajarkan guru dan siswa tidak mampu menemukan ide
dalam jawabannya dari pemahaman materi yang dipelajari.
Dari segi komunikasi matematik atas penyelesaian siswa tersebut masih
terlihat

rendah.

Siswa

belum

mampu

menentukan

simbol

matematika

pertidaksamaaan “tak kurang dari”, “ tak lebih dari”, “kurang dari”.
Dari

segi

kemandirian,

siswa

tersebut

masih

belum

mampu

menggunakan pemikiran yang terampil sesuai yang diharapkan materi pelajaran
program linier tersebut. Saat siswa menyelesaikan soal mengalami kesulitan
dengan adanya coretan pada jawaban, siswa tidak bertanya ke guru supaya
penyelesaian yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan benar.
Sehingga penyelesaian yang diharapkan adalah sebaiknya siswa lebih
dahulu membuat “apa yang diketahui, ditanya” seperti berikut ini:
Pembahasan :
Diketahui : misalkan :
apel = x
anggur = y
jeruk = z
Ditanya: tuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, buatlah model
matematika dan tentukan penyelesaian sehingga diperoleh harga 1 kg
apel, 1 kg anggur, dan 4 kg jeruk
Jawab:
Dimisalkan :
apel = x

11

anggur = y
jeruk = z
Dari soal, dapat disusun model matematika dari sistem pertidaksamaan linear
sebagai berikut :
Lasma : 2x + 2y + z ≤ 67.000

…………………(1)

Timbul : 3x + y + z ≥ 61.000

…………………(2)

Saroha: x + 3y + 2z ≤ 80.000

…………………(3)

Ditanya : x + y + 4z = ....?
Untuk menjawab pertanyaan seperti ini umumnya yang harus kita cari terlebih
dahulu adalah harga satuan masing-masing barang. Adapun penyelesaian yang
diharpakan dari soal adalah sebagai berikut:
Dari persamaan no 1 dan 2 diperoleh persamaan 4 :
2 x  2 y  z  67.000

3x  y  z  61.000 
- x + y = 6000

Dari persamaan no 2 dan 3 diperoleh persamaan 5 :

x2
3 x  y  z  61.000
x  3 y  2 z  80.000 x1


6 x  2 y  2 z  122.000
x  3 y  2 z  80.000 
5 x  y  42.000

12

5 x  y  42.000
 x  y  6.000
4 x  48.000
x  12.000


 12.000  y  6000
y  18.000


2 x  2 y  z  67.000
2(12.000)  2(18.000)  z  67.000
z  67.000  24.000  36.000
z  7.000

Dari persamaan no 4 dan 5 diperoleh :
Jadi, harga untuk 1 kg apel, 1 kg anggur, dan 4 kg jeruk adalah :
x + y + 4z = 12.000 + 18.000 + 4(7000) = Rp 58.000,00.

Berdasarkan uraian – uraian di atas, dapat disimpulkan kemampuan
siswa rendah berdasarkan jawaban yang diperoleh, siswa tidak dapat membuat
model matematika, menjelaskan ide secara lisan maupun tulisan menyatakan
peristiwa sehari – hari dalam bahasa atau simbol matematika. Dan kemandirian
siswa juga masih rendah terlihat pada penyelesaian siswa tersebut yang tampak
banyak coretan (keraguan), yang menandakan penguasaan materi kurang.
Jika siswa mampu menyelesaikan soal seperti di atas, maka model
pembelajaran kontekstual berbasis konstruktivisme dan komunikasi matematik
sudah dimiliki siswa untuk menyelesaikan soal matematika. Siswa juga sudah

13

mampu memberikan

ide atau gagasan yang dapat dituliskan maupun

digambarkan yang menjadikan kemandirian siswa tercapai.
Selain itu, salah satu penyebab rendahnya komunikasi matematik dan
kemandirian siswa dalam pembelajaran matematika yakni dipengaruhi oleh model
pembelajaran yang digunakan guru masih banyaknya menggunakan pembelajaran
tradisional. Sedangkan, pembelajaran konsep matematika pada masa ini lebih sering
berhubungan dengan dunia nyata (kontekstual).
Jadi, berdasarkan uraian – uraian tersebut, penulis tertarik untuk membuat
penelitian ini dengan judul: “Implementasi Model Pembelajaran CTL Berbasis
Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Dan
Kemandirian Siswa Kelas X Teknik Sepeda Motor SMK Immanuel Medan Tahun
Ajaran 2014/2015.”

1.2. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka identifikasi permasalahannya
adalah sebagai berikut:
1. Pengusaan materi matematika siswa masih rendah.
2. Siswa kurang mampu menyelesaikan soal yang diberikan.
3. Siswa kurang mampu membuat model matematika dari masalah yang
diberikan.
4. Komunikasi matematik siswa dalam pembelajaran masih kurang.
5. Kemandirian
rendah.

belajar siswa dalam pembelajaran matematika

masih

14

6. Guru kurang kreatif dalam memilih metode, model, pendekatan atau
strategi yang sesuai dengan pembelajaran matematika.
7. Guru belum mampu menguasai teori-teori kontrukstivisme.
8. Model pembelajaran yang digunakan guru tidak tepat.
I.3. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas banyak permasalahan yang muncul dan
membutuhkan penelitian tersendiri untuk memperjelas dan mengarahkan yang
akan diteliti, oleh karena itu batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Upaya meningkatkan komunikasi matematik siswa melalui implementasi
model pembelajaran CTL berbasis konstruktivisme.
2. Upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa

dalam pembelajaran

matematika siswa melalui implementasi model pembelajaran CTL berbasis
konstruksi.
I.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan

masalah

di

atas,

maka

rumusan

masalah

penelitian ini adalah:
1. Bagaimana meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa
melalui

implementasi

model

pembelajaran

CTL

berbasis

konstruktivisme ?
2. Bagaimana meningkatkan kemandirian siswa dalam pembelajaran
matematika melalui implementasi model pembelajaran CTL berbasis
konstruktivisme ?

15

1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan implementasi model pembelajaran CTL
berbasis konstruktivisme dalam pembelajaran matematika.
2. Untuk

menganalisis

peningkatan

kemandirian

siswa

dalam

pembelajaran matematika.

1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Bagi siswa, yaitu:
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui
implementasi model pembelajaran CTL berbasis konstruktivisme pada
materi pelajaran program linier.
b. Meningkatkan kemandirian siswa dalam pembelajaran matematika
melalui implementasi implementasi model

pembelajaran

CTL

berbasis konstruktivisme pada materi pelajaran program linier.
2.

Bagi peneliti, yaitu: dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
pembelajaran matematika dengan implementasi model pembelajaran CTL
berbasis konstruktivisme pada materi pelajaran program linier dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematik dan kemandirian siswa,
khususnya siswa kelas X Teknik Sepeda Motor (TSM) SMK Immanuel
Medan.

3. Bagi guru, yaitu:

16

a. Dapat menambah wawasan dan pengalaman sebagai solusi terhadap
masalah komunikasi matematik yang dialami siswa tentang pelajaran
program linier dengan mengimplementasikan model pembelajaran
CTL berbasis konstruktivisme dalam pembelajaran matematika.
b. Dapat meningkatkan keterampilan dalam memunculkan kemandirian
siswa selama berlangsungnya

pembelajaran

tentang pelajaran

program linier dengan mengimplementasikan model pembelajaran
CTL berbasis konstruktivisme.
c. Sebagai bahan perbaikan untuk mata pelajaran yang lainnya.
4. Bagi sekolah, yaitu:
a. Penelitian ini

dapat

memberikan

pembelajaran CTL berbasis

gambaran

mengenai

model

konstruktivisme dalam meningkatkan

kualitas pendidkan di sekolah khususnya di kelas X Teknik Sepeda
Motor (TSM) SMK Immanuel Medan

pada mata pelajaran

matematika.
b. Memotivasi para guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas
(PTK) guna meningkatkan profesionalisme sebagai pendidik.
I.7. Definisi Operasional
Berikut ini adalah beberapa istilah yang perlu didefinisikan secara
operasional dengan tujuan agar tidak terjadi salah paham terhadap beberapa istilah
yang digunakan di dalam penelitian. Beberapa istilah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

17

1. Model pembelajaran CTL berbasis konstruktivisme
Model

pembelajaran

berbasis

konstruktivisme

adalah

model

pembelajaran CTL dengan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali
dengan terjadinya konflik kognitif. Hal tersebut hanya dapat diatasi melalui
pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil
interaksi dengan lingkungannya
2. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Model Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa oleh tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian autentik dan tahapan
pembelajaran diawali dengan relating, kemudian pada inti cooperating,
experimenting, applying, dan diakhiri transfering.
3. Komunikasi matematik
Komunikasi matematik adalah kemampuan siswa menyampaikan sesuatu
yang diketahui melalui peristiwa dialog di li