PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI PERBANDINGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI
PERBANDINGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIK SISWA SMP

TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:
AZRINA PURBA
NIM : 8126172007

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015

ABSTRAK


Azrina Purba. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Perbandingan
dengan Menggunakan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Tesis: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang
berkualitas. Untuk mencapai itu, maka model pengembangan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model pengembangan 4-D yang dikemukakan
Thiagarajan, Semmel and Semmel (1974) yang terdiri dari tahap Define, tahap
Design, tahap Develop dan tahap Disseminate. Sedangkan untuk kualitas
perangkat pembelajaran menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Nieveen
(2007) terdiri dari Relevance, Consistency, Practically dan Efectivenes. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 54 Kerasaan dan
objek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran matematik materi
perbandingan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan adalah RPP, Buku Petunjuk Guru, Buku
Siswa, LAS. Instrumen yang digunakan terdiri dari Lembar validasi perangkat
pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kemampuan
guru mengelola pembelajaran, angket respon siswa dan tes kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

tingkat ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 83,33%; (2) kadar aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung berada pada kriteria batas
toleransi waktu ideal; (3) Tingkat kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran kontekstual sudah baik, karena rata-ratanya telah mencapai kriteria
minimal; (4) Respon siswa terhadap komponen-komponen perangkat dan proses
pembelajaran sudah positif pada ujicoba I dan ujicoba II; (5) Kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa mengalami peningkatan dengan nilai ratarata 1,457 pada pretes dan 3,103 pada postes. Rataan peningkatan (N-Gain)
termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata 0,652. Peneliti menyarankan
agar pembelajaran kontekstual menjadi alternatif bagi guru dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa.
Kata Kunci: Perangkat pembelajaran, Pembelajaran Kontekstual, kemampuan
pemecahan masalah

i

ABSTRACT
Azrina Purba. Development learning materials using contextual teaching and
learning to improve student’s problem solving ability in high school. Thesis:
Graduate Program, State University of Medan, 2015.
The research aimed at producing qualified learning materials.to develop. The

materials it used the 4-D model proposed by Thiagarajan, Semmel and Semmel
which consist of define phase, design phase, develop phased and disseminate
phase. The criteria proposed by Nieveen that is validity, practicality, and
effectiveness is used to judge the acceptability of the material developed.
Subjects in this study were students of class VII SMP Muhammadiyah 54
Kerasaan and objects in this study is to look at the effectiveness. Learning
materials developed were lesson plan, teacher’s guide book, student’s guide
books, student activity sheet and instrument which consist of problem solving
test, observation sheet and scale to reveal student’s responses on the teaching and
learning process conducted.The research found that: (1) the level of
completeness in classical learning outcomes by 83,33%; (2) the activity levels of
students during the learning process have met the tolerance limit ideal time; (3)
the ability of teachers to manage contextual learning is good because the average
has reached the minimum criteria; (4) student response to the components and
learning process has been positive on the first trial amd second trials; (5)
Mathematical problem solving student’s ability has increased with average of
1,457 at pretest and 3,103 at posttest. The average increase (N-Gain) classified as
medium category with average of 0,652. Researchers suggested teachers to
implement the CTL in improving student’s problem solving ability.
Key-words: Learning materials, Contextual learning, Problem solving skills


ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pemurah
atas segala pertolongan-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikanyang diajukan
kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED) guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd)
Program Studi Pendidikan Matematika.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S dan Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc., Ed.,
Ph. D, selaku dosen pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu di
sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran
yang sangat berarti bagi penulis.
2. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D, Bapak Prof. Dr.
Asmin, M.Pd, dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.pd, selaku dosen nara sumber yang
telah


banyak

memberikan

saran

dan

masukan-masukan

dalam

penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd
selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNIMED. Serta Bapak Dapot Tua Manullang, SE, M.Si selaku
staf pada program studi pendidikan matematika Pascasarjana UNIMED yang
telah membantu penulis khususnya administrasi dengan pengurusan berkas
penyelesaian tesis.


iii

4. Direktur dan Wakil Direktur beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED
yang

telah

memberikan

bantuan

dan

kesempatan

kepada

penulis


menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak /Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
UNIMED yang memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi wawasan
keilmuan.
6. Kedua orang tua saya tercinta Ayahanda Antonio Purba, Ibunda Lilik Farida
Damanik, Abangda M. Irvan Purba serta Kakanda Fitriani Purba yang telah
memberikan motivasi, dorongan moral dan material hingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
7. Buat teman-teman terbaik, Fitry Wahyuni, Ade Evi Lubis, Dede Zulfikar,
Hamzah Sa’ban Saragih, Taruli Simarito Silalahi, Idasari Siregar, Zaka
Syahrial serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan, bantuan, dan motivasi yang sangat membangun dari
awal sampai selesainya tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan dalam penulisanpenulisan selanjutnya. Akhir kata, Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis
pribadi dan rekan-rekan seprofesi serta memenuhi fungsinya dengan baik.
Medan,

Agustus 2015


Penulis

AZRINA PURBA

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ......................................................................................

iii

DAFTAR ISI .....................................................................................................

v


DAFTAR TABEL ............................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1.2. Identifikasi Masalah .........................................................................
1.3. Batasan Masalah ...............................................................................
1.4. Rumusan Masalah ............................................................................
1.5. Tujuan Penelitian ..............................................................................
1.6. Manfaat Penelitian ............................................................................


1
1
20
20
21
21
22

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................
2.1. Kerangka Teoritis .................................................................................
2.1.1. Pengertian Masalah ....................................................................
2.1.2. Pengertian Pemecahan Masalah .................................................
2.1.3. Kemampuan Pemecahan Masalah .............................................
2.1.4. Pendekatan Kontekstual .............................................................
2.1.5. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...................................
1. Pengertian Perangkat Pembelajaran .......................................
2. Cakupan Perangkat Pembelajaran ..........................................
3. Peran Perangkat Pembelajaran ...............................................
4. Kualitas Perangkat Pembelajaran ...........................................

5. UrutanPerangkat Pembelajaran ..............................................
2.1.6. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran ........................
2.1.7. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ........................
2.1.8. Teori Belajar Yang Relevan .......................................................
2.1.9. Penelitian Yang Relevan ............................................................
2.2. Kerangka Konseptual ..........................................................................
2.3. Pertanyaan Penelitian ...........................................................................

23
23
24
26
28
35
43
43
45
46
47
53
54
58
64
70
71
76

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................
3.1. Jenis Penelitian .....................................................................................
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
3.3. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................
3.4. Rancangan Prosedur Penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran

77
77
77
78
78

v

3.4.1. Tahap Define (Pendefinisian) ....................................................
3.4.2. Tahap Design (Perancangan) .....................................................
3.4.3. Tahap Develop (Pengembangan) ...............................................
3.4. Definisi Operasional ............................................................................
3.5. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ..........................
3.6. Teknik Analisis Data ............................................................................

78
82
84
90
92
105

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................
4.1. Deskripsi Hasil pengembangan Perangkat Pembelajaran ....................
4.1.1. Deskripsi Tahap Pendefisian (Define) .......................................
4.1.2. Deskripsi Tahap Perancangan (Design) .....................................
4.1.3. Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop) ...............................
4.2. Deskripsi Hasil Kegiatan Ujicoba ........................................................
4.2.1. Hasil Kegiatan Ujicoba I ............................................................
4.2.2. Hasil Kegiatan Ujicoba II ..........................................................
4.3. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah .......................................
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ...............................................................
4.4.1. Validitas Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan ...........
4.4.2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan ......
4.4.3. Efektivitas Pembelajaran dengan Menggunakan Perangkat
Pembelajaran yang Dikembangkan ............................................
4.4.4 Kemampuan pemecahan masalah matematik ...........................

118
118
118
126
133
157
157
172
187
198
198
201

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................
5.1. Kesimpulan ..........................................................................................
5.2. Saran ....................................................................................................

211
211
214

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

215

LAMPIRAN ......................................................................................................

218

vi

203
207

DAFTAR TABEL
Tabel.
Halaman
2.1. Klasifikasi Bahan Ajar dalam Ranah Pengetahuan ...................................
45
2.2. Criteria for high quality interventions .......................................................
48
3.1. Rancangan Ujicoba ...................................................................................
88
3.2. Kisi-kisi RPP .............................................................................................
93
3.3. Kisi-kisi Instrumen Buku Petunjuk Guru ..................................................
95
3.4. Kisi-kisi Instrumen Buku Siswa ...............................................................
96
3.5. Kisi-kisi Instrumen LAS ...........................................................................
98
3.6. Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Siswa ........................................
100
3.7. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ............
101
3.8. Kisi-kisi Instrumen Respon Siswa ............................................................
102
3.9. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah .......................................
104
3.10. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ....................
105
3.11. Interpretasi rerata skor ...............................................................................
106
3.12. Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment .....................................
109
3.13. Interpretasi Koefisien Reliabilitas .............................................................
110
3.14. Klasifikasi Daya Pembeda Tes ..................................................................
111
3.15. Persentase Waktu Ideal dan Batas Toleransi Aktivitas Siswa ..................
114
3.16. Kriteria Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ...............................
115
3.17. Interpretasi Besar Nilai N-Gain ................................................................
116
4.1. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran ..............................................................
125
4.2. Biodata Validator ......................................................................................
134
4.3. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .......................
135
4.4. Rangkuman Anava Analisis Hoyt untuk validitas RPP .............................
136
4.5. Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi ....................................................
137
4.6. Hasil Validasi Buku Petunjuk Guru (BPG) ..............................................
138
4.7. Rangkuman Anava Analisis Hoyt untuk validitas BPG ............................
140
4.8. Revisi Buku Petunjuk Guru Berdasarkan Hasil Validasi ..........................
140
4.9. Hasil Validasi Buku Siswa (BS) ...............................................................
141
4.10. Rangkuman Anava Analisis Hoyt untuk validitas BS ...............................
143
4.11. Revisi Buku Siswa Berdasarkan Hasil Validasi ........................................
144
4.12. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) .........................................
145
4.13. Rangkuman Anava Analisis Hoyt untuk validitas LAS .............................
146
4.14. Revisi LAS Berdasarkan Hasil Validasi ...................................................
147
4.15. Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Para Ahli
dan Praktisi ................................................................................................
148
4.16. Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
(Pretes/Postes) ............................................................................................
148
4.17. Revisi Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Berdasarkan Hasil Validasi .......................................................................
149
4.18. Hasil Validasi Tes kemampuan Pemecahan Masalah ...............................
155
4.19. Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran ....................................
155
4.20. Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa
Pada Hasil PretesUjicoba I .......................................................................
158

vii

4.21. Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa
Pada Hasil Postes Ujicoba I ....................................................................
159
4.22. Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa
Pada Ujicoba I .........................................................................................
160
4.23. Persentase Rataan Aktivitas Siswa Ujicoba I ...........................................
162
4.24. Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba I ..................
165
4.25. Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Kegiatan Pembelajaran ujicoba I
168
4.26. Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa
Pada Hasil Pretes Ujicoba II ....................................................................
173
4.27. Tingkat penguasaan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada
hasil postes ujicoba II ..............................................................................
174
4.28. Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa
Pada Ujicoba II .........................................................................................
175
4.29. Persentase Rataan Aktivitas Siswa Ujicoba II .........................................
177
4.30. Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba II .................
180
4.31. Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Kegiatan Pembelajaran Ujicoba II 183
4.32. Frekuensi Nilai Pretes untuk Setiap Indikator .........................................
187
4.33. Frekuensi Nilai Postes untuk Setiap Indikator .........................................
189
4.34. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah .......................................
191
4.35. Rangkuman Hasil Validaasi Perangkat Pembelajaran .............................
192

viii

DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1. Contoh Jawaban Siswa ..............................................................................
11
2.1. Tahap Pengembangan Define ....................................................................
58
2.2. Tahap Pengembangan Design ...................................................................
60
2.3. Tahap Pengembangan Develop .................................................................
62
2.4. Tahap Pengembangan Dissemintae ...........................................................
63
3.1. Modifikasi Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran dari
Model 4-D .................................................................................................
89
4.1. Contoh Jawaban Siswa ..............................................................................
120
4.2. Peta Konsep ...............................................................................................
122
4.3. Diagram Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Ujicoba I ....................................................................................................
155
4.4. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Ujicoba I .............................
158
4.5. Diagram Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba I .............
162
4.6. Diagram Persentase Respon Siswa Ujicoba I ...........................................
168
4.7. Diagram Persentase Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Ujicoba II ................................................................................
171
4.8. Diagram Persentase Rataan Aktivitas Siswa Ujicoba II ...........................
173
4.9. Diagram Nilai Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran Ujicoba II ..........
177
4.10. Diagram Persentase Respon Siswa Ujicoba II ..........................................
180
4.11. Diagram Nilai kemampuan siswa menyelesaikan masalah ......................
191
4.12.Analisis jawaban butir soal 1 .....................................................................
192
4.13.Analisis jawaban butir soal 2 .....................................................................
194
4.14. Analisis jawaban butir soal 3 .....................................................................
195
4.15. Analisis jawaban butir soal 4 .....................................................................
197

ix

DAFTAR LAMPIRAN
LAMIRAN I. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) ...
I.1. RPP 1 ...................................................................................................
I.2. RPP 2 ..................................................................................................
I.3. RPP 3 ..................................................................................................
I.4. RPP 4 ..................................................................................................

218

LAMPIRAN II. BUKU PETUNJUK GURU .................................................

233

LAMPIRAN III. BUKU SISWA .....................................................................

280

LAMPIRAN IV. LEMBAR AKTIVITAS SISWA (LAS) ............................
IV.1 LAS 1 ................................................................................................
IV.2. LAS 2 ...............................................................................................
IV.3. LAS 3 ...............................................................................................
IV.4.LAS 4 ................................................................................................

302

LAMPIRAN V. INSTRUMEN PENELITIAN .............................................
V.1. Kisi-kisi Tes ......................................................................................
V.2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (Pretes) ................................
V.3. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (Postes) ................................
V.4. Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................
V.5. Validasi Buku Petunjuk Guru ...........................................................
V.6. Validasi Buku Siswa .........................................................................
V.7. Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ..........................................
V.8. Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ...............................
V.9. Lembar Penilaian Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran .............
V.10. Lembar Observasi Aktivitas Siswa .................................................
V.11. Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ...
V.12. Lembar Angket Respon Siswa ........................................................

325

LAMPIRAN VI . DATA HASIL VALIDASI ................................................
352
VI.1. Hasil Validasi Ahli dan Praktisi pada RPP .....................................
VI.2. Hasil Validasi Ahli dan Praktisi pada Buku Petunjuk Guru ...........
VI.3. Hasil Validasi Ahli dan Praktisi pada Buku Siswa .........................
VI.4. Hasil Validasi Ahli dan Praktisi pada LAS .....................................
VI.5. Hasil Penilaian Ahli dan Praktisi pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah ........................................................................
VI.6. Hasil Penilaian Ahli dan Praktisi Terhadap Keterlaksanaan Perangkat
Pembelajaran ....................................................................................
LAMPIRAN VII. DATA HASIL UJICOBA TERBATAS ..........................

x

356

LAMPIRAN VIII. DATA HASIL UJICOBA PENELITIAN.......................
375
VIII.1. Nilai Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Ujicoba I ............
VIII.2. Nilai Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Ujicoba I ............
VIII.3. Nilai Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Ujicoba II ...........
VIII.4. Nilai Postes Kemampuan Pemecahan Masalaha Ujicoba II .........
VIII.5. Deskripsi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Ujicoba I ...........
VIII.6. Deskripsi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Ujicoba II ..........
VIII.7. Deskripsi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba I
VIII.8. Deskripsi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba II
VIII.9. Deskripsi Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran
Ujicoba I ......................................................................................
VIII.10. Deskripsi Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran
Ujicoba II .....................................................................................
VIII.11. Nilai Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah untuk Tiap
Indikator .....................................................................................
VIII.12. Nilai Postes kemampuan Pemecahan Masalah untuk Tiap Indikator
VIII.13. Nilai N-Gain ...............................................................................
LAMPIRAN IX. DOKUMENTASI ................................................................
LAMPIRAN X. SURAT-SURAT
X.1. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Tesis
X.2. Undangan Seminar Proposal
X.3. Pengantar Izin Penelitian dari Universitas
X.4. Surat Balasan yang Menyatakan Telah Melaksanakan Penelitian
X.5. Undangan Ujian Tesis
X.6. Riwayat Hidup Peneliti

xi

392

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah.
Keberlangsungan hidup suatu bangsa ditunjang oleh keberhasilan

pendidikannya. Lemahnya pendidikan dalam suatu bangsa menjadi bagian awal
dari hancurnya bangsa itu. Oleh karena adanya pengaruh yang sangat penting itu,
selalu diperlukan perbaikan-perbaikan dan inovasi dalam pendidikan dari masa ke
masa. Dalam sistem pendidikan, peserta didik merupakan subyek yang menjadi
fokus utama. Seharusnya para pendidik menfokuskan keberhasilan dan kualitas
para peserta didiknya.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, salah satu pelajaran yang penting
dalam menunjang peningkatan kualitas para peserta didik yaitu pelajaran
matematika. Matematika merupakan pelajaran yang menuntut pola berfikir yang
logis, sistematis dan terstruktur. Menurut Hudojo (1988:3) matematika merupakan
pelajaran yang berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun
secara hierarkis dan penalarannya deduktif. Hal itu tentu saja membawa akibat
kepada bagaimana terjadinya proses belajar matematika tersebut. Selain itu dapat
membuat individu menjadi pribadi yang lebih mandiri dan berkompeten. Sehingga
jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka akan sangat memungkinkan
dapat menghasilkan generasi-generasi yang memiliki kualitas tinggi.
Selanjutnya Hudojo (2005:37) juga menjelaskan bahwa matematika adalah
suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat
diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun menghadapi kemajuan

1

2

IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak
SD. Selain itu pembelajaran matematika harus menjadi fokus para pendidik dalam
memampukan siswa menerapkan konsep, dan prinsip matematika di dalam
kehidupan sehari-hari.
Guru sebagai tenaga pendidik tetap harus berpikir keras bagaimana
mengemas materi pelajaran matematika agar menjadi menarik dan mudah
dipahami oleh siswa, sehingga gairah dan motivasi mereka untuk belajar
matematika meningkat. Karena gairah dan motivasi yang kuat merupakan salah
satu faktor pendorong keberhasilan pembelajaran.
Dalam kurikulum 2013, pembelajaran matematika mendapat tugas untuk
membangun kompetensi siswa dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan
sekolah menengah dalam melakukan pemecahan masalah, penalaran, dan
mengkomunikasikan gagasan. Dengan adanya nuansa baru dalam kurikulum
matematika berimplikasi langsung pada kegiatan penyelenggaraan pendidikan
matematika. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 yang termuat dalam draft
pengembangan kurikulum 2013 lebih menekankan pada proses belajar yang
berpusat pada siswa. Selain itu proses pembelajaran juga diharapkan mengacu
pada pendekatan saintifik dimana siswa tidak lagi diberi tahu namun, mencari
tahu sendiri melalui penemuan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa di dalam pendidikan
orientasinya adalah peserta didik. Dalam proses belajar mengajar peserta didik
harus dibekali bagaimana belajar itu yang sebenarnya. Oleh karenanya peserta
didik harus dilatih menyelesaikan masalah. Ini sejalan dengan pernyataan
Ruseffendi (1991:291) bahwa kemampuan memecahkan masalah amatlah penting

3

bukan saja bagi mereka yang kemudian hari akan mendalami matematika,
melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam kehidupan seharihari.
Memecahkan suatu permasalahan merupakan suatu aktivitas dasar bagi
manusia. Sebahagian besar dalam kehidupan kita berhadapan dengan berbagai
masalah-masalah sehingga kita perlu untuk mencari penyelesaian masalahnya.
Begitu juga dalam pembelajaran matematika, siswa-siswa dihadapkan pada
masalah-masalah. Untuk itu siswa harus dibekali dengan keterampilan
memecahkan masalah tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut di atas National
Council of Teachers of Mathematics (NCTM) di Amerika Serikat pada tahun 80an menyatakan bahwa “problem solving must be the focus of school mathematics
in the 1980s” atau pemecahan masalah harus menjadi fokus utama matematika
sekolah di tahun 80-an (Tim MKPBM, 2001:86). Selanjutnya NCTM (2000:67)
merekomendasikan ada lima kompetensi standar matematika (doing math) yang
utama, yaitu: kemampuan pemecahan masalah (problem solving), komunikasi
(comunication), koneksi (connection), penalaran (reasoning), dan representasi
(representation). Hal ini menunjukkan bahwa pemecahan masalah (problem
solving) menjadi salah satu rekomendasi dalam pembelajaran matematika.
Ini sesuai dengan pernyataan NCTM

(1991)

sebelumnya

yang

mengemukakan ”... problem solving should be the central focus of the
mathematics curriculum. As such, it is a primary goal of all mathematics
instruction and an integral part of all mathematics activity”. Pernyataan ini
memiliki makna bahwa pemecahan masalah harus menjadi fokus kurikulum

4

matematika sehingga pemecahan masalah adalah tujuan utama dari semua
pembelajaran matematika dan bagian terpenting dari semua aktivitas matematika.
Menurut Cooney seperti yang dikutip oleh Hudojo (2005:130) bahwa
mengajar siswa menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu
menjadi analitik di dalam mengambil keputusan. Dengan kata lain, jika seorang
siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu
mengambil keputusan sebab siswa itu mempunyai keterampilan tentang
bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan
menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang diperolehnya.
Berkaitan dengan hal itu teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne
(dalam Tim MKPBM, 2001:83) bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi
dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah sebab pemecahan masalah
merupakan tipe belajar paling tinggi dari delapan tipe, yaitu: signal learning,
stimulus-respon learning, chaining, verbal association, discrimination learning,
concept learning, rule learning dan problem solving. Senada dengan pernyataan
tersebut Suryadi (2008:4) melalui penelitian yang dilakukannya menyatakan
bahwa untuk mendorong terjadinya aksi mental maka proses pembelajaran harus
diawali sajian masalah yang memuat tantangan bagi siswa untuk berpikir. Ini
berarti masalah juga dapat dijadikan sebagai dorongan belajar dan membangun
pengetahuan baru siswa. Dari pernyataan di atas terlihat bahwa memecahkan
masalah merupakan aktivitas mental yang tinggi.
Di dalam proses memecahkan masalah tentu ada masalah yang akan
diselesaikan. Tidak semua pertanyaan disebut sebagai masalah. Pada umumnya
yang dianggap masalah dalam belajar matematika bukanlah soal yang biasa

5

dijumpai siswa. Seperti yang diungkapkan Hudojo (1988:119) bahwa suatu
pertanyaan akan merupakan masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai
aturan/ hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan
jawaban pertanyaan tersebut. Lebih lanjut Hudojo (2005:127) mengungkapkan
bahwa suatu pertanyaan merupakan masalah bergantung kepada individu dan
waktu. Ini berarti, suatu pertanyaan merupakan masalah bagi siswa, tetapi
mungkin bukan merupakan suatu masalah bagi siswa lain. Sehingga dapat terjadi
bagi seseorang, pertanyaan itu dapat dijawab dengan menggunakan prosedur rutin
baginya, namun bagi orang lain untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan
pengolahan pengetahuan yang telah dimiliki secara tidak rutin.
Polya (1973:154) menggolongkan masalah matematik menjadi dua
golongan, yaitu: “... problems ‘to find’ and problems ‘to prove’. The aim of a
problem to find, is to find a certain object, the unknown of the problem. The aim
of a problem to prove is to show conclusively that a certain clearly stated
assertion is true, or else to show that it is false”. Problem ‘to find’: bertujuan
untuk

menemukan

(membangun,

menghasilkan,

memperoleh

atau

mengidentifikasi) suatu objek tertentu yang tidak dikenal dari masalah. Sedangkan
Problem ‘to prove’ bertujuan untuk memutuskan kebenaran suatu pernyataan,
membuktikannya atau menyangkalnya.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat kita pahami bahwa masalah
yang dihadapi siswa itu sendiri bukanlah suatu pertanyaan biasa tetapi sebuah
pertanyaan yang dapat diselesaikan oleh siswa melalui prosedur non rutin.
Namun, pertanyaan yang dihadapkan harus sesuai dengan struktur kognitif siswa
sehingga dapat diterima oleh siswa tersebut.

6

Berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah Bruner (dalam Trianto,
2009:38) mengatakan bahwa: “Berusaha sendiri untuk mencari penyelesaian
masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna”. Pemecahan masalah itu sendiri merupakan latihan untuk
siswa yang berhadapan dengan sesuatu yang tidak rutin kemudian mencoba untuk
menyelesaikannya dan ini adalah salah satu kompetensi yang harus ditumbuhkan
dan dikembangkan pada siswa. Sebuah soal pemecahan masalah biasanya memuat
suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi
tidak secara langsung tahu caranya. Jika seorang anak dihadapkan pada suatu
masalah matematika dan anak tersebut langsung tahu cara menyelesaikannya
dengan benar maka masalah yang diberikan tidak dapat digolongkan pada
kategori soal pemecahan masalah. Oleh karena itu diharapkan peserta didik
mampu menyelesaikan permasalahan matematika sehingga prestasi belajar juga
akan dicapai.
Berdasarkan rekomendasi NCTM dan juga penjelasan para ahli tersebut
dapat kita ketahui bahwa problem solving sangat penting dalam pelajaran
matematika. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah bagi peserta didik,
seperti halnya kemampuan yang lain, yaitu penalaran dan pembuktian,
komunikasi, koneksi, maupun representasi matematik, terbukti dari ditentukannya
standar untuk kemampuan-kemampuan tersebut. Standar kemampuan pemecahan
masalah tersebut tertulis dalam NCTM (2000:334) yang merumuskan tentang
standar pemecahan masalah.sebagai berikut:

7

“Instructional programs from prekindergarten through grade 12 should
enable all students to- : (1)Build new mathematical knowledge through
problem solving; (2) Solve problems that arise in mathematics and in
other contexts; (3) Apply and adapt a variety of appropriate strategies to
solve problems; (4) Monitor and reflect on process of mathematical
problem solving”
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika harusnya
memungkinkan siswa membangun pengetahuan yang baru melalui pemecahan
masalah, menyelesaikan masalah yang muncul dari matematika atau dalam
konteks lain, menerapkan dan mengadaptasi berbagai pendekatan dan strategi
yang sesuai untuk menyelesaikan masalah dan memonitor serta merefleksi pada
proses pemecahan masalah matematik.
Berkaitan dengan hal tersebut Bransford (dalam NCTM, 2000)
menyatakan bahwa para pemecah masalah yang baik menyadari apa yang sedang
mereka lakukan dan seringkali memonitor, atau meninjau sendiri, kemajuan diri
mereka sendiri, atau menyesuaikan strategi-strategi mereka saat menghadapi dan
memecahkan permasalahan. Dari uraian tersebut kita ketahui terampil
memecahkan masalah merupakan salah satu dari kelima kemampuan yang penting
harus dimiliki siswa.
Secara umum Polya (1973:5) menyatakan bahwa ada empat fase dari
pemecahan masalah, yaitu (1) Understanding the problem; (2) Devising a plan;
(3) Carrying out the plan; (4) Looking back. Selanjutnya Suherman, dkk (Tim
MKPBM, 2001:84) memberikan penjelasan tentang fase-fase solusi pemecahan
masalah yang diungkapkan oleh Polya tersebut. Fase pertama adalah memahami
masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak
mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Setelah siswa

8

dapat memahami masalahnya dengan benar, selanjutnya mereka harus mampu
menyusun rencana penyelesaian masalah.
Kemampuan melakukan fase kedua sangat tergantung pada pengalaman
siswa dalam menyelesaikan masalah. Bervariasi pengalaman mereka, ada
kecendrungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu
masalah. Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis
atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana
yang dianggap paling tepat. Langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah
adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari fase
pertama sampai fase penyelesaian ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai
kesalahan yang tidak perlu dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai
pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan. Setiap langkah
yang dilakukan selalu membawa ide yang berbeda.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka disimpulkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal tes kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat dari
tiga proses penyelesaian, yaitu: (1) Membuat model matematis; (2) Memilih
strategi pemecahan masalah yang tepat untuk menyelesaikan model matematis
tersebut; dan (3) menjelaskan jawaban dan memeriksa kebenarannya.
Namun, kenyataan saat ini menunjukkan bahwa pencapaian siswa pada
pelajaran matematika tergolong rendah dan belum memenuhi harapan. Hal ini
diindikasikan dengan rendahnya hasil belajar siswa begitu juga dengan
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Ini terlihat baik dari hasil ujian
nasional maupun hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan siswa
terhadap matematika masih relatif rendah.

9

Rendahnya kemampuan siswa serta kesalahan siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika dapat kita ketahui dari beberapa hasil penelitian. Penelitian
yang dilakukan oleh Nuroniah, dkk (2013) memperoleh hasil bahwa
kecenderungan kesalahan yang dilakukan peserta didik hampir merata untuk
setiap soal yang diberikan, dan kecenderungan kesalahan yang paling menonjol
yaitu kesalahan data yang tidak tepat, prosedur tidak tepat dan hierarki
keterampilan. Adapun penyebab kesalahan terjadi karena peserta didik belum
memiliki keterampilan menyelesaikan masalah matematika, serta belum
terlihatnya keterampilan manipulasi numerik sehingga memberikan kesimpulan
bahwa kemampuan masalah peserta didik masih rendah.
Hasil di atas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hanifah
(2009) yang menyatakan bahwa kesulitan yang paling banyak dialami siswa
dalam menyelesaikan soal cerita matematika adalah kesulitan dalam memahami
soal dan belum terampil dalam menyelesaikan masalah soal matematika
berbentuk soal cerita. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat,
dkk (2013) yang memaparkan tentang penyebab kesalahan pada siswa dalam
menyelesaikan soal matematika yang ditinjau dari

gaya kognitif siswa dan

memperoleh hasil bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent
cenderung melakukan kesalahan fakta dan operasi sedangkan siswa yang
memiliki gaya kognitif Field Dependent cenderung melakukan kesalahan fakta,
konsep, operasi dan prinsip. Adapun yang menjadi penyebab kesalahan siswa
tersebut adalah siswa kurang teliti dalam melengkapi jawaban, terjadi miskonsepsi
siswa dan siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal cerita. Begitu juga dengan
informasi awal penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2012) menjelaskan

10

bahwa siswa tidak mampu menyelesaikan soal tentang luas persegi panjang yang
terlihat dari pola jawaban siswa yang tidak dapat mengidentifikasi unsur yang
diketahui dan ditanyakan dalam soal.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa
siswa masih banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal
matematika. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa disebabkan karena siswa
sulit memahami soal, belum terampil dalam memecahkan masalah dan siswa
jarang diberikan soal berbentuk soal cerita yang mengarah pada kemampuan
pemecahan masalah yang mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal kemampuan pemecahan masalah. Sehingga dapat kita
ambil kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika masih rendah
Berkaitan dengan hal di atas penulis juga melakukan studi pendahuluan
pada tiga SMP yang ada di kecamatan pematang bandar kabupaten simalungun.
Dari hasil observasi ketiga SMP yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa
siswa lebih cenderung pasif dalam kegiatan belajar, pembelajaran masih
didominasi guru, siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru.
Sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk membangun ide-ide dan
pengetahuan yang mereka miliki. Ini berbeda jauh dengan yang diharapkan pada
kurikulum 2013 yaitu, siswa dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri
melalui investigasi, siswa juga dituntut untuk dapat menemukan sendiri
penyelesaian dari masalah. Peran guru hanyalah sebagai fasilitator bukan
penyedia sumber informasi.

11

Untuk memperkuat alasan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa masih rendah maka penulis juga memberikan tes untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah materi perbandingan kepada siswa.
Tes ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan kemampuan
pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal tes materi perbandingan
tersebut. Salah satu contoh soal tes kemampuan pemecahan masalah beserta
jawaban salah satu siswa sebagai berikut:
Masalah : “Seorang pedagang membeli 24 kg mangga seharga Rp 42.000,00.
Pada hari berikutnya ia membeli 60 kg mangga dengan kualitas yang
sama. Buatlah model matematika dari permasalahan di atas dan
Tentukan besarnya uang yang harus dibayar oleh pedagang itu?”.
Penulis memperoleh hasil bahwa hampir seluruh siswa tidak mampu
menyelesaikan soal dengan benar. Dari tes yang diberikan kepada 24 orang siswa
diperoleh hanya 5 orang siswa yang mampu menjawab soal dengan benar, 10
orang siswa mampu menentukan langkah strategi namun tidak selesai dan 5 orang
siswa menjawab tidak sesuai yang diminta soal dan bahkan 4 orang siswa yang
tidak menjawab sama sekali. Salah satu contoh hasil jawaban siswa dari tes
kemampuan pemecahan masalah yang diberikan diperlihatkan pada gambar
berikut ini.

12

Dari jawaban siswa di atas kita dapat mengidentifikasi kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal tes kemampuan pemecahan masalah berdasarkan tiga
proses dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan tiga proses tersebut terlihat
bahwa siswa mencoba menjawab dengan langkah pertama membuat model
matematis dari situasi yang berhubungan dengan konteks dunia nyata. Namun,
terjadi kesalahan terlihat siswa tidak memahami masalah yang diberikan. Untuk
proses kedua, yakni memilih strategi pemecahan masalah yang tepat juga terjadi
kesalahan. Ini dapat dilihat dari pola jawaban siswa keliru dalam menyelesaikan
soal di atas karena siswa hanya mengalikan 24 kg dan 60 kg dengan Rp
24.000,00. Selanjutnya untuk proses yang ketiga yakni “menjelaskan jawaban
yang diperoleh dan memeriksa kembali”, hasil yang diperoleh masih jauh dari
yang diharapkan.
Berdasarkan gambaran penjelasan tentang tes kemampuan pemecahan
masalah di atas jelas terlihat bahwa siswa tidak mampu memecahkan soal
matematika di atas, ini memiliki arti bahwa pengetahuan siswa dalam pemecahan
masalah matematik masih sangat rendah. Permasalahan pemecahan masalah
matematik menjadi sebuah masalah yang serius dan harus segera diselesaikan.
Keberhasilan para peserta didik dapat dipengaruhi salah satunya dengan
keberhasilan pembelajarannya. Sedangkan keberhasilan suatu pembelajaran,
dipengaruhi banyak faktor, diantaranya tersedianya sumber pembelajaran yang
baik, salah satunya adalah sebuah perangkat pembelajaran yang mampu
menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
Sebuah perangkat pembelajaran digunakan sebagai sumber penting bagi
siswa dalam memahami konsep pelajaran. Seorang guru harus dapat menyusun

13

sebuah bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang baik. Selaras dengan hal
tersebut Amri (2013:81) menjelaskan bahwa tuntutan kompetensi yang harus
dimiliki guru (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial
dan kompetensi profesi), pengembangan bahan pembelajaran dan media
merupakan salah satu kewajiban yang diemban guru untuk mengembangkan
kompetensi yang dimiliki, pada gilirannya dapat meningkatkan eksistensinya
sebagai guru yang profesional. Ini menjadi salah satu faktor penting yang
berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan secara menyeluruh yaitu
kemampuan dan keberhasilan guru merancang bahan ajar maupun perangkat
pembelajaran.
Selanjutnya Amri (2013:59) mengungkapkan mengapa bahan ajar perlu
untuk dikembangkan karena bahan pembelajaran menempati posisi yang sangat
penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan
pembelajaran

dapat

mencapai

sasaran.

Bahan

ajar

maupun

perangkat

pembelajaran yang dikembangkan sudah semestinya tetap memperhatikan
pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai dengan kurikulum yang
berlaku, kesesuaian dengan materi pokok yang diajarkan, mendukung pengalaman
belajar dan sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah dalam
mengembangkan asessmen.
Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi
ajar yang disusun dan diterbitkan oleh instansi tertentu yang berupa buku paket,
LKS dan lain sebagainya. Untuk itu perlu adanya upaya yang dilakukan guru
dalam menyusun sebuah perangkat pembelajaran yang baik dan mudah dipahami

14

oleh siswa dan sesuai dengan pedoman pengembangan perangkat pembelajaran
serta mampu mendukung peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Amri (2013:97) mengungkapkan bahwa buku pelajaran yang ada di
lapangan, ditinjau dari jumlah, jenis, maupun kualitasnya sangat bervariasi.
Sementara itu, buku pelajaran pada umumnya menjadi rujukan utama dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian, jika mutu buku tidak memenuhi standar
mutu, terutama dalam kaitannya dengan konsep dan aplikasi konsep (miskonsepsi,
bahkan salah konsep), buku tersebut menjadi sumber pembodohan, bukan sumber
pencerdasan anak didik. Buku demikian sangat berbahaya bagi dunia pendidikan.
Kondisi yang kita hadapi di lapangan adalah belum tersedianya perangkat
pembelajaran yang sesuai dengan harapan di atas. Kondisi di lapangan siswa
hanya menggunakan buku paket dan LKS yang diterbitkan/diedarkan oleh instanti
tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa guru jarang membuat bahan ajar sendiri
seperti LKS. Seperti yang kita ketahui LKS yang ada belum mencerminkan LKS
yang semestinya. LKS biasa hanya menuntut latihan-latihan biasa tanpa
pengembangan kemampuan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah
seperti yang diharapkan.
Selain buku ajar dan LKS, instrumen tes yang diberikan guru juga belum
memadai. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru bahwa selama ini
instrumen tes yang diberikan guru

belum mengarahkan siswa dalam

menyelesaikan masalah. Tes yang diberikan selama ini hanya berupa soal-soal
yang mengacu pada kemampuan pemahaman dan pengetahuan. Soal-soal yang
diberikan guru sering diambil dari soal-soal yang ada di buku paket siswa. Ini
belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu siswa mampu menyelesaikan soal-

15

soal tes kemampuan pemecahan masalah. Sehingga perlu dilakukan perbaikan
dengan mengembangkan sebuah tes yang mampu mengarahkan siswa untuk
menyelesaikan masalah matematik.
Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah
perangkat untuk materi ajar perbandingan. Alasan mengapa materi ajar ini yang
dikembangkan karena masih banyak siswa yang belum mampu memahami konsep
perbandingan dan menyelesaikan soal-soal perbandingan. Siswa masih mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal perbandingan. Dari hasil ulangan harian
siswa pada materi ini juga masih tergolong rendah. Hal tersebut juga didukung
fakta yang diperoleh dari pemberian soal tes kemampuan pemecahan masalah
yang telah diuraikan di atas. Siswa yang mampu menyelesaikan dengan benar
hanya 5 orang siswa, menjawab dari 24 siswa yang ada 10 orang siswa mampu
menentukan langkah strategi namun tidak selesai dan 5 orang siswa menjawab
tidak sesuai yang diminta soal dan bahkan 4 orang siswa yang tidak menjawab
sama sekali. Ini jelas menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi ajar
perbandingan masih sangat rendah.
Berdasarkan keterangan di atas, maka perlu dikembangkan sebu

Dokumen yang terkait

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis

0 2 9

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DINAMIKA ROTASI.

1 6 31

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL.

0 2 30

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 SIMANINDO.

0 1 45

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTS MADINATUSSALAM SEI ROTAN.

0 5 46

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL.

0 6 41

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 3 SUNGGAL.

0 14 42

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN KOMPUTER PADA SISWA SMA.

0 2 115

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Lembar Kerja Siswa Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

0 0 8

UJI KEVALIDAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PBLPR MATERI PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN DISPOSISI MATEMATIK DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Aprian Subhananto

0 0 10