ANALISIS KEGIATAN EKONOMI PEMULUNG SAMPAH DAUR ULANG DI KELURAHAN TERJUN, KECAMATAN MEDAN MARELAN.
ABSTRAK
ASHRI MAULIDA. Analisis Kegiatan Ekonomi Pemulung Sampah Daur Ulang
di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Medan 2017.
Pengelolaan sampah dapat mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan, bahkan jika sampah dikelola dengan baik mempunyai nilai ekonomi
yang cukup menjanjikan. Daur ulang adalah salah satu usaha minimisasi sampah
di tingkat sumber timbulan seperti Rumah Tangga dan Pasar sehingga
penanganannya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semakin efektif. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi sampah bagi pemulung. Apakah
kegiatan ini mempunyai prosfek untuk dikembangkan?. Penelitian ini diharapkan
juga dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan antara lain (1)
pengentasan kemiskinan; (2) untuk mengetahui karakteristik sampah; (3) untuk
mengetahui nilai jual sampah anorganik; (4) nilai margin pemasaran usaha daur
ulang. Untuk itu ditentukan variabel- variabel yang diperkirakan mempengaruhi
ekonomi pemulung yaitu radius pengambilan sampah, pengalaman kerja, jenis
kelamin dan moda angkutan yang digunakan pemulung.
Data primer diperoleh dari rumah tangga, pasar, para pemulung, agen kecil
dan agen besar usaha daur ulang sampah anorganik. Metode analisis deskriptif
antara lain analisis perilaku, analisis karakteristik sampah Rumah Tangga, analisis
nilai sampah anorganik dan analisis margin. Metode analisis Regresi Linear
Berganda (Ordinary Least Square) untuk melihat pengaruh variabel- variabel
tersebut terhadap ekonomi pemulung pada jalur Rumah Tangga dan jalur Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel radius pengambilan
sampah dan pengalaman kerja pemulung berpengaruh positif terhadap nilai
ekonomi pemulung baik pada jalur TPA maupun jalur Rumah Tangga. Sampah
aqua gelas, sampah kertas HVS, sampah tembaga dan sampah botol kaca bening
adalah jenis sampah anorganik yang memiliki nilai jual tinggi per kilogram.
Pemasaran sampah jalur Rumah Tangga lebih efektif dan menguntungkan
daripada jalur TPA. Pemulung jalur Rumah Tangga lebih sejahtera daripada
Pemulung jalur TPA. Kesadaran masyarakat masih rendah dalam menjaga
lingkungannya. Pengembangan kegiatan pada program Bank Sampah mempunyai
prospek untuk mengentaskan kemiskinan.
Kata Kunci: Pemulung, Daur Ulang, Nilai Ekonomi Sampah, Margin.
ABSTRACT
ASHRI MAULIDA. Analysis of Economic Activity Scavenger Waste Recycling
in Falls Village, District of Medan Marelan. Graduate Program, State University
of Medan in 2017.
Waste management can reduce negative impacts on the environment, even
if garbage is properly managed has economic value that is promising. Recycling is
one of the businesses on waste minimization at the source of generation such as
the Household and the Market must be addressed in the Final Disposal (TPA)
more effective. This study aims to determine the economic value for the garbage
collector. Does this activity has to be developed prosfek?. This research is also
expected to assist the government in formulating policies, among others, (1) the
alleviation of poverty; (2) to determine the characteristics of the waste; (3) to
determine the value of the sale of inorganic waste; (4) the value of marketing
margin recycling efforts. For that determined the variables expected to affect the
economy of scavengers that radius trash pickup, work experience, gender and the
mode of transport used scavengers.
Primary data were collected from households, markets, scavengers, agents
of small and large agents inorganic waste recycling business. Descriptive analysis
methods include behavioral analysis, analysis of the characteristics of household
rubbish, garbage value analysis of inorganic and margin analysis. Linear
Regression analysis method (Ordinary Least Square) to see the effect of these
variables on the path towards economic scavengers Household and track Landfill
(TPA).
The results of this study indicate that the variable radius waste pick-up and
work experience scavengers positive effect on the economic value of the landfill
scavengers either on line or lines of Household. Trash aqua glass, waste paper
HVS, copper and garbage bins clear glass bottle is a kind of inorganic waste
which has a high sales value per kilogram. Household garbage Marketing paths
more effectively and profitably than the path landfill. Household scavenger
pathway is more prosperous than landfill scavengers path. Public awareness is still
low in maintaining the environment. Development activities in the Garbage Bank
program has prospects for poverty reduction.
Keywords: Scavenger, Recycling, Trash Economic Value, Margin.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Syukur
senantiasa Penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Penyayang atas petunjuk,
rahmat, kasih sayang, karuniaNya penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian dan
penyusunan tesis ini, dengan judul “Analisis Kegiatan Ekonomi Pemulung Sampah
Daur Ulang di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada
Ayahanda Syamsir, ST dan Ibunda Yenny Mushlihah, S. Pd, karena doa dan
dukungan mereka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dan kepada My
Special Man, Hengki Frans Simatupang, S. Kom yang terus mendukung Penulis,
mendorong dan menyemangati, serta kakak dan adik- adikku, Minny Syamsiah,
Nurul fajar, Abdurrasyid Fakhrurrozy, dan Syamsul Aulia Rahman yang selalu siap
membantu, memberikan doa serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan
penulisan tesis ini.
Peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini dengan
usaha, bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis
dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom,M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
v
3. Ibu Dr. Fitrawaty, M.Si, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Ekonomi Universitas Negeri Medan sekaligus Penguji dan Bapak M. Fitri
Rahmadhana, M. Si selaku Sekretaris Prodi Magister Ilmu Ekonomi, Dosen
Pembimbing semasa S1, juga Dosen paling kece yang begitu sering direpotin
sama saya hehehe.. Terima kasih banyak ya Pak....
4. Bapak Dr. Zahari Zein, M. Sc selaku Pembimbing I, dan Bapak Dr. Rahmat
Mulyana, M. Si selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan, masukan dan saran bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Terima kasih banyak dan maaf sering merepotkan ya Pak...
5. Bapak Dr. Rahmanta Ginting , M.Si , dan Bapak Dr. H. Muhammad Yusuf,
M.Si, selaku Penguji yang telah banyak memberikan masukan yang sangat
berharga bagi Penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan
dengan segenap hati
7. Bapak dan Ibu staf Administrasi Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan.
8. Rekan- rekan mahasiswa satu angkatan, rekan seperjuangan, terutama temanteman di kelas Eksekutif (B) Angkatan 2014 Prodi Ekonomi yang penulis tak
dapat sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan memberikan bantuan
moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. Terima kasih
atas kebersamaan dan kekompakan selama ini.
vi
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, maka perlu masukan
maupun kritikan yang membangun untuk penelitian tesis ini. Semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan,
Semoga rahmat Allah senantiasa tercurah kepada kita semua.
Medan,
Januari 2017
Penulis,
ASHRI MAULIDA
vii
DAFTAR ISI
Halaman:
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI………………………………………………………
DAFTAR TABEL...........................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................
i
iv
vi
vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………….....
1.2 Identifikasi Masalah...................................................................
1.3 Pembatasan Masalah..................................................................
1.4 Rumusan Masalah……………………………………..............
1.5 Tujuan Penelitian……………………………………................
1.6 Manfaat penelitian…………………………………..................
1
21
22
22
23
23
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori……………………………................….............
2.1.1 Hukum Termodinamika.......................................................
2.1.2 Teori Eksternalitas……………..................………….........
2.1.3 Teori Produktifitas..............................................................
2.1.3.1 Fungsi Produksi.........................................................
2.1.3.2 Fungsi Produksi Coub Douglas.................................
2.1.4 Produksi Sampah.................................................................
2.1.5 Teori Elastisitas............................…………………...........
2.1.6 Sistem Pengelolaan Sampah................................................
2.1.6.1 Teknis Operasional Pengelolaan sampah..................
2.1.6.2 Aspek Kelembagaan & Organisasi............................
2.1.6.3 Aspek Pembiayaan Pengelolaan Sampah..................
2.1.6.4 Aspek Hukum & Peraturan.......................................
2.1.6.5 Aspek Peran Serta Masyarakat..................................
2.1.7 Perilaku Manusia Dalam Mengelola Sampah......................
2.1.8 Daur Ulang sebagai Usaha Minimisasi Sampah..................
2.1.9 Jenis- Jenis Bahan yang dapat didaur ulang…..…..............
2.1.9.1 Kaca...........................................................................
2.1.9.2 Plastik........................................................................
2.1.9.3 Kertas.........................................................................
2.1.9.4 Logam........................................................................
2.1.10 Sampah dan Negara Berkembang........................................
2.1.11 Menatap Masa Depan........................………………........
2.1.11.1 Nol Limbah..............................................................
2.1.11.2 Menggunakan Material yang Berkesinambungan....
2.1.11.3 Menutup Simpul......................................................
2.1.11.4 Memikirkan Belanja Kita........................................
2.1.12 Keterkaitan Variabel yang Mempengaruhi
25
25
27
34
36
38
42
43
46
47
57
58
59
60
61
64
68
68
72
77
79
83
84
85
86
87
87
Nilai Ekonomi Sampah Padat............................................
2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………….....
2.3 Kerangka Berpikir………………………………………….…....
2.4 Hipotesis………………………………………………………....
88
91
96
98
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian..............................................................................
3.2 Lokasi Penelitian………………………………….......................
3.3 Jenis dan Sumber Data..................................................................
3.4 Populasi dan Sampel………………………………………….....
3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional………………......
3.6 Teknik Pengumpulan Data……………………………………....
3.7 Teknik Analisis Data………………………………………….....
3.7.1 Analisis Deskriptif.................................................................
3.7.2 Analisis Regresi Berganda....................................................
3.7.3 Analisis Parameter Model Regresi Linear Berganda............
3.8 Uji Asumsi Klasik……………………………………………......
3.9 Uji Hipotesis………………………...............................................
100
100
100
101
103
105
106
106
110
114
115
119
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...........................................................
4.2 Deskripsi Karakteristik Responden...............................................
4.2.1 Rumah Tangga.....................................................................
4.2.2 Pasar.....................................................................................
4.2.3 Pemulung..............................................................................
4.3 Hasil Analisis Deskriptif................................................................
4.3.1 Analisis Perilaku RT.............................................................
4.3.1.1 Pengetahuan dan Sikap RT
Dalam Mengelola Sampah.........................................
4.3.1.2 Tindakan RT Terhadap Mengelola Sampah..............
4.3.2 Analisis Perilaku Pasar........................................................
4.3.3 Analisis Perilaku RT Pemulung...........................................
4.3.4 Analisis Karakteristik Sampah RT yang Memiliki Nilai Jual.
4.3.5 Analisis Nilai Sampah Anorganik........................................
4.3.6 Analisis Margin.....................................................................
4.3.6.1 Analisis Marketing Margin..........................................
4.3.6.1.1 Analisis Marketing Margin Jalur TPA...........
4.3.6.1.2 Analisis Marketing Margin Jalur RT..............
4.3.6.2 Analisis Profit Margin..................................................
4.3.7 Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif...................................
4.4 Hasil Analisis Regresi......................................................................
4.4.1 Hasil Analisis Regresi Jalur TPA............................................
4.4.1.1 Hasil Uji Asumsi Klasik Jalur TPA.............................
4.4.1.1.1 Uji Normalitas Jalur TPA...............................
4.4.1.1.2 Uji Multikolinearitas Jalur TPA......................
4.4.1.1.3 Uji Autokorelasi Jalur TPA............................
4.4.1.1.4 Uji Heteroskedasitas Jalur TPA......................
4.4.1.2 Hasil Analisis Model Regresi Jalur TPA.....................
120
121
121
122
124
126
126
127
131
133
135
140
141
144
145
145
146
148
150
155
155
155
155
156
157
158
159
4.4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Jalur TPA......................................
4.4.1.3.1 Uji F Jalur TPA...............................................
4.4.1.3.2 Uji t Jalur TPA................................................
4.4.1.3.3 Uji Koefisien Determinan R2 Jalur TPA.........
4.4.1.4 Pembahasan Hasil Uji dan Variabel Penelitian
Pada Jalur TPA............................................................
4.4.2 Hasil Analisis Regresi Jalur RT...............................................
4.4.2.1 Hasil Uji Asumsi Klasik Jalur RT................................
4.4.2.1.1 Uji Normalitas Jalur RT..................................
4.4.2.1.2 Uji Multikolinearitas Jalur RT........................
4.4.2.1.3 Uji Autokorelasi Jalur RT...............................
4.4.2.1.4 Uji Heteroskedasitas Jalur RT.........................
4.4.2.2 Hasil Analisis Model Regresi Jalur RT.........................
4.4.2.3 Hasil Uji Hipotesis Jalur RT.........................................
4.4.2.3.1 Uji F Jalur RT.................................................
4.4.2.3.2 Uji t Jalur RT...................................................
4.4.2.3.3 Uji Koefisien Determinan R2 Jalur RT.............
4.4.2.4 Pembahasan Hasil Uji dan Variabel Penelitian
Pada Jalur RT................................................................
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan...........................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
162
162
163
164
165
170
170
171
171
172
173
174
177
177
178
179
180
187
190
DAFTAR TABEL
Halaman:
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Tabel 4.15
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Tabel 4.19
Tabel 4.20
Tabel 4.21
Tabel 4.22
: Jumlah Timbulan Sampah Berdasarkan Jumlah
Penduduk Kota Medan 2010-2015...............................
: Jumlah Lapangan Pekerjaan
Per Juta Ton Sampah yang Diproses..............................
: Jenis Elastisitas Berdasarkan
Nilai Koefisien Elastisitasnya........................................
: Simbol Jenis Plastik......................................................
: Persentase Kemasaan Baja yang di Daur Ulang.............
: Lokasi Penelitian...........................................................
: Jenis dan Sumber Data..................................................
: Jumlah Populasi Penelitian...........................................
: Jumlah Sample..............................................................
: Lay Out Angket..............................................................
: Kriteria dari Statistik DW dan Keputusannya................
: Rekapitulasi Persentase Karakteristik RT......................
: Karakteristik Pedagang Pasar Deli................................
: Karakteristik Pemulung RT dan TPA............................
: Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator
Pengumpulan Sampah.....................................................
: Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator
Pemisahan Sampah.........................................................
: Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator
Pembakaran Sampah........................................................
: Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator
Penimbunan Sampah.......................................................
: Tindakan RT Terhadap Pengelolaan Sampah.................
: Harga Jual Sampah Anorganik tahun 2014-2016
pada Tingkat Agen Besar................................................
: Daftar Harga Beli dan Harga Jual Sampah Anorganik
dari Tingkat Pemulung- Pabrik.......................................
: Marketing Margin Jalur TPA Per Jalur Distribusi..........
: Alur Marketing Margin Jalur TPA.................................
: Marketing Margin Jalur RT Per Jalur Distribusi.............
: Alur Marketing Margin Jalur RT....................................
: Daftar Biaya Perlakuan Sampah dalam 1x Penjualan.....
: Nilai Matriks Korelasi Variabel Bebas Jalur TPA..........
: Nilai VIF dari Korelasi variabel Bebas Jalur TPA..........
: Hasil Uji LM Jalur TPA..................................................
: Koefisien R2 jalur TPA
Tanpa Metode White Heteroskedaticity..........................
: Koefisien R2 jalur TPA
Dengan Metode White Heteroskedaticity.......................
: Hasil Estimasi Regresi Berganda Jalur TPA...................
: Hasil Uji F Jalur TPA.....................................................
5
15
45
75
82
100
101
101
103
105
116
121
122
124
127
128
129
130
131
142
142
145
146
147
147
148
156
157
158
158
159
160
163
Tabel 4.23
Tabel 4.23
Tabel 4.24
Tabel 4.25
Tabel 4.26
Tabel 4.27
Tabel 4.28
Tabel 4.29
Tabel 4.30
: Hasil Uji t Jalur TPA......................................................
: Nilai Matriks Korelasi Variabel Bebas Jalur RT............
: Nilai VIF dari Korelasi variabel Bebas Jalur RT............
: Hasil Uji LM Jalur RT.....................................................
: Koefisien R2 jalur RT
Tanpa Metode White Heteroskedaticity.........................
: Koefisien R2 jalur RT
Dengan Metode White Heteroskedaticity......................
: Hasil Estimasi Regresi Berganda Jalur RT....................
: Hasil Uji F Jalur RT.......................................................
: Hasil Uji t Jalur RT........................................................
163
171
172
173
173
174
175
177
178
DAFTAR GAMBAR
Halaman:
Gambar 1.1 : Grafik pertumbuhan sampah perhari dan pertahun
berdasarkan jumlah penduduk kota Medan..............
Gambar 1.2 : Proses kegiatan daur ulang........................................
Gambar 1.3 : Grafik jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta
berdasarkan jumlah sampah yang diproses...............
Gambar 1.4 : Pengelolaan sampah terpadu....................................
Gambar 2.1 : Simbol daur ulang....................................................
Gambar 2.2 : Kaca yang akan didaur ulang...................................
Gambar 2.3 : Simbol dan jenis plastik yang dapat
didaur ulang..............................................................
Gambar 2.4 : Identifikasi jenis plastik............................................
Gambar 2.5 : Kertas daur ulang.....................................................
Gambar 2.6 : Grafik persentase kemasan baja
yang didaur ulang.....................................................
Gambar 2.7 : Skema kerangka berpikir...........................................
Gambar 3.1 : Alur analisis marketing margin..................................
Gambar 4.1 : Harga Jual Sampah Anorganik di Tingkat Agen Besar.
Gambar 4.2 : Alur Marketing Margin Jalur TPA dan RT..................
Gambar 4.3 : Uji Normalitas JB- Test Jalur TPA...............................
Gambar 4.4 : Uji Normalitas JB- Test Jalur RT.....................................
6
13
15
16
65
70
75
76
78
83
96
108
143
147
155
170
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tabulasi Responden RT
Lampiran 2 : Tabulasi Responden Pedagang Pasar Deli
Lampiran 3 : Tabulasi Hasil Pengetahuan Dan Sikap RT
Dalam Mengelola Sampah
Lampiran 4 : Tabulasi Hasil Tindakan RT Dalam Mengelola
Sampah
Lampiran 5 : Rekapitulasi Kuesioner RT
Lampiran 6 : Perilaku Pedagang Pasar Deli
Lampiran 7 : Kondisi RT Pemulung
Lampiran 8 : Perilaku RT Pemulung
Lampiran 9 : Tabulasi Nilai Jual Sampah Anorganik
Pemulung RT
Lampiran 10 : Tabulasi Nilai Jual Sampah Anorganik
Pemulung TPA
Lampiran 11 : Daftar Barang Sisa dan Harga Jual/ kg
Pada Tingkat Pemulung RT
Lampiran 12 : Uji Asumsi Klasik Jalur TPA
Lampiran 13 : Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Asumsi Klasik Nilai Ekonomi
Jalur TPA Berdasarkan Jenis Sampah Anorganik
Lampiran 14 : Hasil Perhitungan Nilai Ekonomi Sampah Jalur TPA
Tanpa Berdasarkan Jenis Sampah
Lampiran 15 : Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Asumsi Klasik Nilai Ekonomi
Sampah Jalur TPA Tanpa Berdasarkan Jenis Sampah Anorganik
Lampiran 16 : Uji Asumsi Klasik Pada Jalur RT
Lampiran 17 : Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Asumsi Klasik Nilai Ekonomi
Jalur RT Berdasarkan Jenis Sampah Anorganik
Lampiran 18 : Hasil Perhitungan Nilai Ekonomi Sampah Jalur RT
Tanpa Berdasarkan Jenis Sampah
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan konsekuensi dari semua aktifitas yang dilakukan
manusia. Dalam kegiatan memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia menghasilkan
“sisa”. Hal ini terjadi karena setiap aktivitas manusia pada dasarnya adalah sebuah
proses pengubahan zat atau energi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Setiap
proses tersebut tidak dapat sepenuhnya mampu diubah melainkan selalu ada
“sisa” atau disebut entropy yang kemudian menjadi sampah atau limbah yang
masuk ke lingkungan. Hal ini juga dijelaskan dalam hukum termodinamika II.
Dalam UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, sampah
diartikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat. Menurut M. Satori dalam Suyoto (2008) pada umumnya orang
sering memandang sampah sebagai “sisa” dan keberadaannya akan mengganggu
estetika lingkungan. Wajar apabila orang berpendapat bahwa sampah harus
“disingkirkan”. Pemahaman masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan
metode ambil- angkut- buang tanpa disertai pengawasan yang baik akan
menambah kompleknya masalah sampah.
Berdasarkan data BPS tahun 2000 dalam Wibowo dan Djajawinata dalam
Pemerintahan Kota Medan 2013 dari 384 kota di Indonesia menimbulkan sampah
sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut dan dibuang
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar 4,2 %, yang dibakar sebesar
37,6% , yang dibuang ke sungai 4,9 % dan tidak tertangani sebesar 53,3 %. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pertambahan penduduk dan
1
2
arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan
semakin tinggi, kendaraan pengangkut yang jumlah maupun kondisinya kurang
memadai, sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan,
dan belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3 R).
Sampah adalah masalah kursial yang dihadapi oleh masyarakat, tidak hanya
diperkotaan namun juga yang tinggal di pinggiran kota. Belakangan sampah
menjadi persoalan kian rumit terutama di metropolitan dan kota- kota besar di
Indonesia. Kasus sampah mencuat terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang
dan Bekasi (Jabodetabek) serta Bandung Raya yang pada akhir tahun 2005 dan
awal tahun 2006 dilanda lautan sampah. Kondisi tumpukan sampah di TPA yang
tidak diolah dapat menyebabkan malapetaka sampah seperti meledak dan longsor
yang telah banyak memakan korban.
Permasalahan sampah juga dialami oleh kota Medan sebagai salah satu kota
besar di Indonesia. Pemerintah kota Medan (2015) menjelaskan setiap hari
produksi sampah kota Medan mencapai 1.725 ton dan sampah yang terangkut
hanya 525 ton/ hari yang terdiri dari 48% sampah organik dan 52% sampah
anorganik. Dan peningkatan timbulan sampahnya mencapai 2-4 persen setiap
tahunnya namun disayangkan peningkatan ini tidak diikuti dengan ketersediaan
prasarana dan sarana persampahan yang memadai sehingga sisa sampah yang
belum terangkut merusak keindahan kota.
Apabila diamati, timbulnya masalah persampahan tidak dapat lepas dari
perilaku manusia/ masyarakat sebagai penghasil dan pengelola sampah. Sejauh ini
dirasakan bahwa pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam kebersihan belum
berjalan sesuai dengan harapan. Masih banyak masyarakat yang membuang
3
sampah sembarangan, padahal tempat sampah tersedia. Mereka juga belum sadar
bahwa sampah memiliki nilai ekonomis yang dapat memberi nilai tambah pada
pereonomian rumah tangga jika dikelola dengan baik dan tekun. Masalah sampah
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung
jawab seluruh masyarakat dalam usaha meminimisasi jumlah sampah yang
diproduksinya setiap hari.
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Dimana pengurangan sampah merupakan kegiatan untuk mengatasi timbulnya
sampah sejak dari produsen sampah (RT, Pasar, dan lainnya), menggunakan ulang
sampah dari sumbernya, dan daur ulang dari sumbernya. Dan upaya penanganan
sampah mencakup pemilahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan hasil
akhir. Jika pengelolaan sampah semakin baik ditingkat hulu (sumbernya) maka
sampah yang dibawa ke bagian hilirnya (TPA) akan semakin sedikit jumlahnya.
Maka masalah yang ditimbulkan oleh sampah tentu akan semakin berkurang pula.
Agar partisipasi masyarakat dapat terwujud secara nyata, perlu ada usaha
yang dapat membangkitkan motivasi, kemampuan, kesempatan dan menggali
serta mengembangkan sumber-sumber yang ada pada masyarakat, sehingga
masyarakat bersedia berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan secara
konsisten dan berkesinambungan. Mengingat perilaku masyarakat besar
pengaruhnya terhadap kebersihan, maka masyarakat harus pula berperan secara
aktif dalam pengelolaan sampah yang optimal.
Sampah timbul dari berbagai sumber seperti permukiman yang biasanya
sampah berasal dari sisa pengelolahan makanan. Sampah yang bersumber dari
4
pertanian dan perkebunan seperti jerami maupun sisa pestisida. Sampah yang
timbul dari sisa bangunan dan konstruksi gedung seperti kayu, bambu, triplek,
semen, batu bata dan sebagainya. Sedangkan dari perdagangan (pasar) seperti sisa
sayur mayur dan bungkus makanan. Dan yang berasal dari perkantoran seperti
sisa- sisa alat tulis, kertas- kertas yang tidak lagi terpakai dan juga sampah dari
industri seperti plastik, logam, kaca, mortar yang tidak lagi dipakai.
Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah.
Menurut SNI- S- 04- 1993- 03 dalam Pemerintahan Kota Medan (2013), satuan
timbulan sampah pada kota besar mencapai 0,7- 0,8 kg/ hari. Sedangkan satuan
timbulan sampah pada pasar mencapai 0,10- 0,30 kg/ meter/ hari. Dengan laju
pertumbuhan sampah pada kota besar mencapai 0,8 ton/ tahunnya. Artinya, jika
tahun 2015 kota Medan telah memproduksi sampah 1.725 ton setiap harinya,
maka di tahun 2016 diproyeksikan sampah yang diproduksi kota Medan mencapai
2.208 ton setiap harinya.
Timbulan sampah yang selalu bertambah tiap tahunnya juga menambah
volume sampah secara kumulatif, menyebabkan banyak permasalahan terjadi di
Tempat Pembuangan Akhir. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulan sampah
perkotaan. Pemerintah kota Medan (2013) menjelaskan faktor- faktor yang
mempengaruhi timbulan sampah yaitu jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi,
dan kemajuan teknologi.
Jumlah penduduk yang terus meningkat akan semakin menambah jumlah timbulan
sampah. Berikut data jumlah penduduk beserta timbulan sampah kota Medan tahun 20102015.
5
Tabel 1.1 : Jumlah timbulan sampah berdasarkan jumlah penduduk
kota Medan Tahun 2010- 2015
Tahun
Jumlah
penduduk
Satuan
timbulan
sampah kota
besar (kg/
orang/ hari)
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
Jumlah
timbulan
sampah
perhari (kg)
Jumlah
timbulan
sampah
pertahun
(ton)
612.502
618.229
619.859
619.977
639.813
645.502
2010
2.097.610
1.678.088
2011
2.117.224
1.693.779
2012
2.122.804
1.698.243
2013
2.123.210
1.698.568
2014
2.191.140
1.752.912
2015
2.210.624
1.768.499
Sumber: BPS, data diolah
0,8 satuan timbulan sampah kota besar (SNI- S- 04- 1993- 03 dalam
Pemerintahan Kota Medan, 2013)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tahun 2010 dengan jumlah penduduk
sebanyak 2.097.610 orang, timbulan sampah yang dihasilkan pada tahun tersebut
sebanyak 1.678.088 kg/ hari dan mencapai 612.502 ton/ tahun. Dan jumlah
timbulan sampah semakin meningkat di tahun- tahun berikutnya. Hingga
mencapai 1.768.499/ kg/ hari dan mencapai 645.502/ ton/ tahun dengan jumlah
penduduk sebanyak 2.210.624 orang di tahun 2015. Tabel ini memperlihatkan
bahwa pertumbuhan penduduk mempengaruhi jumlah timbulan sampah.
Meningkatnya populasi penduduk disetiap daerah/kota maka jumlah sampah yang
dihasilkan setiap rumah tangga semakin meningkat.
Tren kenaikan timbulan sampah di kota Medan beiringan dengan kenaikan
jumlah penduduk di kota Medan dapat terlihat jelas dalam grafik berikut ini:
6
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
1
2
3
4
5
6
Gambar 1.1 : Grafik pertumbuhan sampah per hari dan per tahun
berdasarkan jumlah penduduk kota Medan
Apabila penduduk di suatu kota berjumlah besar sedangkan luas
daerahnya relatif kecil, maka sampah yang terkumpul setiap harinya harus segera
dikumpulkan, diangkut, dan dibuang agar tidak menggunung. Jika tidak,
akibatnya seluruh kota akan menjadi kotor, merusak keindahan kota,
menimbulkan bau busuk, serta membahayakan kesehatan masyarakat karena
tumpukan sampah itu menjadi sarang lalat, tikus dan binatang lainnya.
Tidak hanya jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi masyarakat juga
akan mempengaruhi jumlah timbulan sampah. Semakin tinggi keadaaan sosial
ekonomi seseorang akan semakin banyak timbulan sampah yang dihasilkannnya.
Masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi cenderung memilih gaya hidup
instan. Mereka lebih suka membeli makanan dari restauran dan berbelanja di
supermarket sehingga sampah yang ditimbulkan banyak berupa sampah nonorganik. Laju produksi sampah akan terus meningkat. Tidak saja sejajar dengan
pertumbuhan penduduk tetapi juga sejalan dengan meningkatnya pola konsumsi
masyarakat (Suyoto, 2008).
Kemajuan teknologi juga mempengaruhi jumlah timbulan sampah. Seperti
barang elektronik, pada masa lalu orang lebih suka memperbaiki sesuatu daripada
7
membuangnya sehingga penggunaan suatu barang lebih lama. Namun sekarang,
orang cenderung membuang sesuatu yang sudah tidak dapat digunakan karena
lebih murah membeli barang baru daripada memperbaikinya (Morgan, 2009).
Dalam teori Duncan juga dijelaskan bahwa masalah lingkungan (khususnya
lingkungan urban) mempunyai hubungan interdepedensi dengan aspek demografi,
organisasi, dan teknologi yang dikenal dengan model POET yaitu populasi (P),
organisasi (O), enviromental (E), teknologi (T). Perubahan yang terjadi pada
populasi, organisasi, dan teknologi memberikan dampak perubahan terhadap
lingkungan alam (Tabara dan Wostl, 2007)
Pemerintah kota Medan (2013) juga menjelaskan bahwa pertambahan
jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat telah
meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis dan juga keberagaman karakteristik
sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok
dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi besar terhadap
kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.
Dalam hal penanganan sampah dapat diasumsikan bahwa laju produksi
sampah tidak sebanding dengan proses penanganannya. Jika permasalahan
sampah tidak ditangani sebagaimana mestinya, maka dapat menimbulkan
berbagai masalah, sampai pada resiko bagi kesehatan manusia serta makhluk
lainnya. Pengelolaan sampah yang baik merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
mencakup pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangannya (Rizal,
2011).
8
Soekamana (2010) juga menjelaskan bahwa pengelolaan sampah adalah
sebuah upaya komperhensif menangani sampah- sampah yang dihasilkan dari
berbagai aktivitas manusia, dikelompokkan menjadi enam elemen terpisah yaitu
pengendalian bangkitan (control of generation), penyimpanan (storage),
pengumpulan (collection), pemindahan dan pengangkutan (transfer and
transport), pemrosesan (processing) dan pembuangan (diposal).
Senada dengan itu menurut Annihayah (2006) pengelolaan sampah
merupakan
permasalahan
yang
kompleks
yang
melibatkan
pemerintah,
masyarakat dan pelaku usaha dalam penanganannya dan mencakup aspek teknis,
ekonomis, dan sosio politis. Aspek teknis pengelolaan sampah meliputi
manajemen sampah yang terdiri dari lima tahap yaitu dari tahap penampungan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Aspek
ekonomi berkaitan dengan persoalan perbandingan antara input retribusi sampah
yang diterapkan dengan output yang dikeluarkan Pemda untuk mengelola sampah.
Aspek ekonomi erat kaitannya dengan aspek pembiayaan. Ditinjau dari
aspek pembiayaan, pengelolaan sampah perkotaan di Indonesia masih
memerlukan subsidi yang cukup besar. Biaya untuk pengelolaan persampahan
kota besar disyaratkan minimal lebih kurang 10% dari APBD (SNI –T-12-199103 dalam Riyanto, 2008). Sedangkan dari aspek sosio- politik pengelolaan sampah
akan berkaitan dengan persoalan hubungan atau kerjasama pemerintah daerah
dalam menangani sampah. Masalah sampah mutlak harus ditangani secara
bersama-sama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat
itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dan komitmen bersama menuju
perubahan sikap, perilaku dan etika dalam berbudaya lingkungan.
9
Sampah yang semakin banyak tentu memberikan dampak pada
lingkungan, kesehatan, dan sosial. Sampah yang tidak dikelola dengan baik tentu
akan merusak lingkungan seperti bencana banjir, dan pencemaran air, tanah, juga
udara. Bagi kesehatan, sampah dapat menyebabkan penyebaran penyakit, dari
diare sampai kanker paru- paru. Serta secara sosial, akibat sampah dapat
mengurangi estetika lingkungan dan menganggu ketentraman hidup manusia
(Suyoto, 2008). Melihat dampaknya tentu saja sampah harus dikelola dengan baik
agar tidak merugikan kehidupan manusia.
Di sebagian rumah tangga, sampah yang timbul selama ini dikumpulkan
dan dipisahkan. Namun ada juga rumah tangga yang hanya mengumpulkan
sampahnya di tempat sampah, dipinggir jalan raya, di bawah pohon, di bawah
tiang listrik tanpa ada upaya memanfaatkannya bahkan sebagaian dimusnahkan
dan cara dibakar atau ditimbun. Sampah yang dipisahkan oleh RT dapat dijual
kembali ke pemulung yang mencari sampah di lingkungan rumah mereka. sampah
yang dikumpulkan dalam wadah dan tidak dimanfaatkan sebagian diangkut
menggunakan jasa petugas kebersihan dengan membayar retribusi setiap bulannya
lalu dibawa ke TPS atau langsung ke TPA. Sampah yang masuk ke TPA menjadi
lahan rezeki untuk pemulung yang memilah sampah langsung di TPA yang akan
dijual kepada pegepul kecil. Dan selanjutnya sampah dijual kembali ke agen besar
dan pabrik daur ulang untuk dijadikan sebagai bahan dasar produk.
Cara pemusnahan dengan cara pembakaran tidak menyelesaikan masalah
sampah. Bahkan keberadaanya mendorong orang- orang untuk memproduksi
lebih banyak sampah karena menganggap sampah dapat dibakar. Di pasar, para
pedagang hanya mengumpulkan sampah di dekat ia berjualan tanpa berpartisipasi
10
lebih dalam penanganan sampah. Sampah dibiarkan oleh mereka menumpuk di
pojok meja jualannya menjadi tanggung jawab petugas kebersihan karena mereka
merasa telah membayar retribusi.
Murtadho dan Gumbira dalam Martinasari (2009) menjelaskan sampah
yang dihasilkan masyarakat berdasarkan sifatnya terbagi menjadi dua jenis yaitu,
sampah organik meliputi limbah padat semi basah yang berupa bahan organik,
pada umumnya berasal dari limbah hasil pertanian. Sampah ini memiliki sifat
mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena memiliki rantai
karbon relatif pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa sampah padat yang
cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme karena memiliki rantai karbon
yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastik, logam, dan lain-lain.
Sampah- sampah yang dihasilkan oleh masyarakat berakhir di tempat
pembuangan
akhir (TPA). Pemerintahan Kota Medan (2013) menjabarkan
terdapat 2 TPA yang ada di Kota Medan yaitu TPA Namo Bintang yang berada di
Pancur Batu dan dan TPA Terjun yang berada di Kecamatan Medan Marelan.
Namun secara operasional, sejak tahun 2013 TPA Terjun yang beroperasi
menampung seluruh sampah dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan. Karena
TPA Namo Bintang telah berhenti beroperasi pada tahun 2013. Hal ini tentu salah
satu penyebab TPA menjadi over load.
TPA Terjun yang telah beroperasi sejak tahun 1993 dengan luas 137.563
Ha menampung sampah 1.725 ton setiap hari (pada tahun 2015). Sampah yang
masuk ke TPA Terjun beraneka ragam jenisnya. Setiap harinya terdiri dari 77,3 %
sampah organik, 2,99% sampah kertas, 8,85% sampah plastik, 2,24% sampah
kayu, 0,545% sampah karet, 0,335% bongkahan, 0,78% sampah B3, 2,24%
11
sampah pampers dan pembalut, 2,855% sampah lainnya (Pemerintahan Kota
Medan, 2015).
TPA Terjun dioperasikan menggunakan sistem terbuka (open dumping).
Sistem ini adalah sistem yang paling sederhana dan murah karena sampah hanya
ditumpuk di lokasi tertentu tanpa perlakuan khusus. Namun sistem pengolahan ini
memberi pengaruh negatif pada lingkungan berupa pencemaran air dan tanah
akibat air lindinya. Lindi adalah substansi cairan yang dihasilkan dalam proses
pembusukan sampah. Contoh lebih baik ditunjukkan oleh TPA di Kota Depok, air
lindi yang dihasilkan TPAnya ditampung ke penampungan air lindi, disaring dan
baru dialirkan ke sungai. Namun bau busuk yang disebabkan oleh air lindi itu
tetap menggangu kualitas udara terutama untuk warga yang tinggal sekitar TPA.
Sampah yang masuk ke TPA Terjun hanya dikumpul dan diratakan oleh
alat berat serta dibiarkan mengering terpapar oleh sinar matahari, terkadang
hangus terbakar akibat gas metana yang ditimbulkan oleh sampah. Saat musim
hujan tiba, masalah sampah semakin bertambah. Armada yang mengangkat
sampah akan mengalami antrian panjang untuk meletakkan sampah di puncak
gunung sampah, karena jalanannya basah dan licin dapat menyebabkan armada
mudah tergelincir.
Sampah yang masuk hanya ditumpuk tanpa pengolahan mengakibatkan
peningkatan volume sampah. Hal ini mampu memperpendek umur TPA dan dapat
membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara.
Di samping itu, sampah juga berpotensi menurunkan kualitas sumber daya alam,
menyebabkan banjir dan konflik sosial, serta menimbulkan berbagai macam
penyakit. Produksi sampah yang terus meningkat apabila dalam penanganannya
12
menyimpang dari kontrol yang seharusnya diberikan akan mengakibatkan
kerugian yang nyata dan langsung.
Sistem pengelolahan sampah di TPA Terjun hanya menggunakan sistem
open dumping terhitung sudah sejak 23 tahun (1993- 2016) TPA tersebut
beroperasi. Sedangkan menurut UU No. 18 Tahun 2008 pasal 44 ayat 2 dikatakan
bahwa “pemerintah daerah harus menutup tempat pembuangan akhir (TPA) yang
menggunakan sistem open dumping paling lama 5 tahun terhitung sejak
berlakunya Undang- Undang ini. Dan pada tahun ini, Undang- Undang tersebut
sudah berjalan selama 8 tahun, dan TPA Terjun masih beroperasi seperti biasanya.
TPA ini sudah sangat mengalami kejenuhan dan dapat menyebabkan masalah
yang lebih berbahaya lagi untuk kemashalatan hidup manusia di sekitarnya.
Jika lahan pembuangan akhir telah penuh, alternatif yang realistis selain dari
pembakaran sampah adalah daur ulang sebagai usaha minimisasi sampah masuk
ke TPA. Harus diingat bahwa selalu ada biaya lingkungan atas proses daur ulang,
tetapi lebih sedikit jika dibandingkan dengan menggunakan bahan mentah yang
berasal dari alam. Mendaur ulang sampah akan lebih menghemat energi daripada
membakarnya. Mendaur ulang kertas menghemat energi sebesar tiga kali dari
pada membakarnya, plastik lima kali dan kain enam kali (Morgan, 2009).
Pemahaman masyarakat terhadap sampah sebagai barang sisa yang tidak
dipakai dan dibuang (end of pipe) harus diganti dengan pendekatan pengelolaan
sampah yang sebagai barang yang memiliki nilai ekonomis. Dalam UU No. 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, bahwa dalam pengelolaan sampah
didasarkan pada asas nilai ekonomis dan manfaat yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan.
13
Salah satu kegiatan pengelolaan sampah dalam usaha minimisasi sampah
yang mengandung keuntungan nilai ekonomis adalah daur ulang. Kegiatan daur
ulang adalah salah satu teknik pengolahan limbah padat menjadi barang yang
berdaya guna sehingga dapat dipakai kembali yang terdiri dari tahap pemilihan,
pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan material bekas pakai,
pembelian material bekas pakai. Proses kegiatan daur ulang dilakukan oleh sektor
informal yaitu pemulung dan pengepul barang bekas (kecil dan besar)
(Martinasari, 2009)
Pemilihan
Pengumpulan
Pemrosesan
Pendistribusian
Pembuatan
produk/
material
bekas pakai
Gambar 1.2 : Proses Kegiatan Daur Ulang
Pada tahap pemilihan, sampah dipilih yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Pada tahap pengumpulan, sampah yang telah dipilih lalu dikumpulkan pada
pengepul kecil atau pengepul besar. Lalu sampah yang telah dikumpulkan oleh
pengepul dibersihkan dan dikelompokkan sesuai jenisnya dan setelah itu
didistribusikan ke pabrik- pabrik daur ulang sampah sebagai bahan dasar
pembuatan material produk bekas.
Kegiatan daur ulang ini dapat diterapkan oleh siapa pun baik perorangan,
rumah tangga, instansi dan juga pemerintah kota. Recycle (daur ulang) juga
dilakukan secara formal dan informal oleh para pelaku daur ulang sampah
diperkotaan. Pelaku formal daur ulang sampah perkotaan adalah steakholder yang
14
diberikan wewenang oleh pemerintah kota untuk menjalankan dan mengelola
sampah. Dan pelaku informal adalah para pemulung, lapak kecil dan lapak besar
yang biasanya mendaur ulang sampah dengan nilai ekonomis tertentu. (Peter J.M
Nas dan Rivke Jaffe dalam Andriyani dan Maryono, 2010).
Sektor informal daur ulang sampah adalah sektor yang melakukan kegiatan
aktivitas daur ulang skala kecil, baik yang dilakukan oleh perorangan dalam
rumah tangga atau usaha daur ulang. Kegiatan sektor informal ini juga disebut
dengan “sektor abu- abu”. Sektor ini memiliki peran yang penting dalam
pertumbuhan ekonomi (William dalam Andriyanti dan Maryono, 2010)
Menurut Andriyanti (2009) Keuntungan kegiatan daur ulang tidak hanya
membantu dalam penanganan masalah sampah perkotaan baik, namun memiliki
fungsi dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Dalam segi penanganan
masalah persampahan perkotaan, manfaat daur ulang sampah untuk mengurangi
jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA dan keindahan kota dapat terjaga
(aspek lingkungan).
Dalam aspek ekonomi, kegiatan daur ulang sampah dapat mengurangi biaya
operasional pengelolaan sampah yaitu menghemat biaya pengangkutan sampah.
Secara umum alokasi pembiayaan sektor persampahan masih dibawah 5% dari
total APBD. Selain itu daur ulang juga membuka lapangan pekerjaan di sektor
informal seperti pemulung dan pelapak sehingga dapat mengurangi pengangguran
(aspek sosial).
Senada dengan itu Morgan (2009) juga menjelaskan bahwa di negara
berkembang maupun negara maju, daur ulang menyediakan banyak lapangan
pekerjaan, polusi yang lebih sedikit, dan berkesinambungan. Di Eropa dan
15
Amerika Utara, ada banyak perusahaan dengan teknologi tinggi yang membuat
produk dari bahan- bahan daur ulang. Sedangkan di negara- negara berkembang
proyek daur ulang memberikan lapangan pekerjaan bagi anggota masyarakat yang
paling miskin.
Semua jenis pemrosesan sampah menciptakan lapangan pekerjaan, tetapi
program daur ulang yang dilakukan secara intensif memerlukan tenaga kerja dan
menciptakan jauh lebih banyak lapangan kerja. Ini merupakan hal penting bagi
negara- negara yang memiliki tingkat pengangguran cukup tinggi. Seperti data
yang dipaparkan oleh komunitas Friends of Earth dalam Morgan (2009), jumlah
lapangan pekerjaan yang tercipta dari jumlah sampah yang diproses (per juta ton)
di bawah ini:
Tabel 1.2 : Jumlah lapangan kerja per juta ton sampah yang diproses
Jumlah lapangan
pekerjaan
Tempat pembuangan sampah
40-60
Insinerator
100-290
Pembuatan kompos
200-300
Daur ulang
400-590
Sumber data: friends of earth (Morgan, 2009)
Jenis pemrosesan sampah
600
Jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta
berdasarkan jumlah sampah yang diproses
500
400
300
200
100
0
t.pembuangan
Sampah
insinerator
pembuatan
kompos
jenis pengelolahan sampah
daur ulang
Gambar 1.3 : grafik jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta
berdasarkan jumlah sampah yang diproses
16
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa proses daur ulang yang intensif tentu
akan memerlukan tenaga kerja yang banyak sehingga memungkinkan dapat
menciptakan lapangan kerja yang banyak, serta akan mengurangi jumlah sampah
dengan signifikan.
Kegiatan daur ulang sampah diantara pelaku daur ulang sampah (pemulung,
pelapak kecil, dan pelapak besar) dapat dipandang sebagai suatu hubungan antar
sistem yang dapat dikategorikan sebagai node, subpoint, dan centerpoint (Sejati
dalam Andriyani, 2009). Suatu area pelaksanaan kegiatan daur ulang sampah
dikatakan sebagai suatu area terbuka maupun tertutup, dimana terjadi interaksi
antara node, sub point, dan center point. Sebagai representasi dari interaksi dan
hubungan transfer sampah daur ulang antara pemulung, lapak kecil, dan lapak
besar.
Menurut Sejati dalam Andriyani (2009) hubungan interaksi yang mungkin
terjadi diantara pelaku menurut hirarkinya adalah sampah daur ulang dari node
dibawa ke subpoint kemudian dikirim ke centerpoint. Node adalah area dimana
pemulung beraktivitas, sub point adalah area dimana lapak kecil beraktivitas dan
centerpoint adalah area dimana lapak besar beraktivitas.
Gambar 1.4 : Pengolahan Sampah Terpadu, Sejati (2009)
17
Karakteristik pemulung dalam melakukan kegiatan pemilahan sampah
terbagi menjadi dua, yaitu pemulung menggunakan moda dan tanpa moda.
Pemulung yang menggunakan moda terbagi menjadi bermotor (misalnya motor
sampah, dll) dan nonmotor (menggunakan becak, sepeda,dll). Sedangkan
pemulung tanpa moda hanya mengandalkan tenaga misalnya berjalan kaki
maupun mendorong gerobak.
Peran pengepul berada pada tahap pengumpulan, pemrosesan dan
pendistribusian. Setelah sampah dipilah dan dikumpulkan oleh pemulung, sampah
anorganik dilakukan pengepakan sampah kemudian disetorkan ke pabrik daur
ulang sampah. Menurut Poerwadarminta dalam Andriyani (2009), pengertian
lapak adalah tempat pengumpulan barang bekas. Lapak sampah terbagi menjadi
dua yaitu lapak besar dan kecil. Lapak kecil tidak melakukan pendistribusian ke
pabrik daur ulang. Sedangkan lapak besar adalah lapak yang langsung
mendistribusikan kumpulan sampah anorganik yang telah diterima menuju ke
pabrik pabrik pembuatan produk/ material barang bekas.
Namun, para pelapak kecil di TPA Terjun selain menerima sampah yang
dikumpulkan oleh pemulung, juga mengambil sampah langsung dari truk- truk
sampah yang akan masuk ke TPA dan juga saling membeli barang dengan para
pengepul kecil di wilayah studi untuk memenuhi permintaan pasar setiap harinya.
Para pekerja lapak kecil juga melakukan pemilahan sampah yang langsung
diturunkan truk sampah ke dalam lapak mereka.
Minimal sebanyak 23 ton/ hari sampah (jumlah ini yang hanya diolah oleh
pengepul sekitar TPA) diolah mereka untuk dijual ke pengepul besar maupun
langsung ke pabrik barang bekas. Pada hari libur sampah yang diolah oleh para
18
pelaku daur ulang ini akan jauh lebih banyak, karena pada hari libur jumlah
pemulung semakin bertambah. Di wilayah studi terdapat banyak pemulung yang
mengumpulkan sampah langsung diTPA, dan beberapa pemulung mengumpulkan
sampah langsung ke RT, juga terdapat 8 pengepul kecil di dekat TPA, dan 22
agen besar dari berbagai daerah yang menjadi pelanggan pengepul kecil di sekitar
TPA Terjun. Namun, pengepul besar yang menjadi pelanggan mereka yang
berada dekat dengan wilayah studi hanya 5 pengepul besar (hasil observasi).
Andriyani (2009) menjelaskan proses kegiatan daur ulang dilakukan oleh
sektor informal perkotaan yaitu pemulu
ASHRI MAULIDA. Analisis Kegiatan Ekonomi Pemulung Sampah Daur Ulang
di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Medan 2017.
Pengelolaan sampah dapat mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan, bahkan jika sampah dikelola dengan baik mempunyai nilai ekonomi
yang cukup menjanjikan. Daur ulang adalah salah satu usaha minimisasi sampah
di tingkat sumber timbulan seperti Rumah Tangga dan Pasar sehingga
penanganannya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semakin efektif. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi sampah bagi pemulung. Apakah
kegiatan ini mempunyai prosfek untuk dikembangkan?. Penelitian ini diharapkan
juga dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan antara lain (1)
pengentasan kemiskinan; (2) untuk mengetahui karakteristik sampah; (3) untuk
mengetahui nilai jual sampah anorganik; (4) nilai margin pemasaran usaha daur
ulang. Untuk itu ditentukan variabel- variabel yang diperkirakan mempengaruhi
ekonomi pemulung yaitu radius pengambilan sampah, pengalaman kerja, jenis
kelamin dan moda angkutan yang digunakan pemulung.
Data primer diperoleh dari rumah tangga, pasar, para pemulung, agen kecil
dan agen besar usaha daur ulang sampah anorganik. Metode analisis deskriptif
antara lain analisis perilaku, analisis karakteristik sampah Rumah Tangga, analisis
nilai sampah anorganik dan analisis margin. Metode analisis Regresi Linear
Berganda (Ordinary Least Square) untuk melihat pengaruh variabel- variabel
tersebut terhadap ekonomi pemulung pada jalur Rumah Tangga dan jalur Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel radius pengambilan
sampah dan pengalaman kerja pemulung berpengaruh positif terhadap nilai
ekonomi pemulung baik pada jalur TPA maupun jalur Rumah Tangga. Sampah
aqua gelas, sampah kertas HVS, sampah tembaga dan sampah botol kaca bening
adalah jenis sampah anorganik yang memiliki nilai jual tinggi per kilogram.
Pemasaran sampah jalur Rumah Tangga lebih efektif dan menguntungkan
daripada jalur TPA. Pemulung jalur Rumah Tangga lebih sejahtera daripada
Pemulung jalur TPA. Kesadaran masyarakat masih rendah dalam menjaga
lingkungannya. Pengembangan kegiatan pada program Bank Sampah mempunyai
prospek untuk mengentaskan kemiskinan.
Kata Kunci: Pemulung, Daur Ulang, Nilai Ekonomi Sampah, Margin.
ABSTRACT
ASHRI MAULIDA. Analysis of Economic Activity Scavenger Waste Recycling
in Falls Village, District of Medan Marelan. Graduate Program, State University
of Medan in 2017.
Waste management can reduce negative impacts on the environment, even
if garbage is properly managed has economic value that is promising. Recycling is
one of the businesses on waste minimization at the source of generation such as
the Household and the Market must be addressed in the Final Disposal (TPA)
more effective. This study aims to determine the economic value for the garbage
collector. Does this activity has to be developed prosfek?. This research is also
expected to assist the government in formulating policies, among others, (1) the
alleviation of poverty; (2) to determine the characteristics of the waste; (3) to
determine the value of the sale of inorganic waste; (4) the value of marketing
margin recycling efforts. For that determined the variables expected to affect the
economy of scavengers that radius trash pickup, work experience, gender and the
mode of transport used scavengers.
Primary data were collected from households, markets, scavengers, agents
of small and large agents inorganic waste recycling business. Descriptive analysis
methods include behavioral analysis, analysis of the characteristics of household
rubbish, garbage value analysis of inorganic and margin analysis. Linear
Regression analysis method (Ordinary Least Square) to see the effect of these
variables on the path towards economic scavengers Household and track Landfill
(TPA).
The results of this study indicate that the variable radius waste pick-up and
work experience scavengers positive effect on the economic value of the landfill
scavengers either on line or lines of Household. Trash aqua glass, waste paper
HVS, copper and garbage bins clear glass bottle is a kind of inorganic waste
which has a high sales value per kilogram. Household garbage Marketing paths
more effectively and profitably than the path landfill. Household scavenger
pathway is more prosperous than landfill scavengers path. Public awareness is still
low in maintaining the environment. Development activities in the Garbage Bank
program has prospects for poverty reduction.
Keywords: Scavenger, Recycling, Trash Economic Value, Margin.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Syukur
senantiasa Penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Penyayang atas petunjuk,
rahmat, kasih sayang, karuniaNya penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian dan
penyusunan tesis ini, dengan judul “Analisis Kegiatan Ekonomi Pemulung Sampah
Daur Ulang di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada
Ayahanda Syamsir, ST dan Ibunda Yenny Mushlihah, S. Pd, karena doa dan
dukungan mereka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dan kepada My
Special Man, Hengki Frans Simatupang, S. Kom yang terus mendukung Penulis,
mendorong dan menyemangati, serta kakak dan adik- adikku, Minny Syamsiah,
Nurul fajar, Abdurrasyid Fakhrurrozy, dan Syamsul Aulia Rahman yang selalu siap
membantu, memberikan doa serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan
penulisan tesis ini.
Peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini dengan
usaha, bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis
dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom,M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
v
3. Ibu Dr. Fitrawaty, M.Si, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Ekonomi Universitas Negeri Medan sekaligus Penguji dan Bapak M. Fitri
Rahmadhana, M. Si selaku Sekretaris Prodi Magister Ilmu Ekonomi, Dosen
Pembimbing semasa S1, juga Dosen paling kece yang begitu sering direpotin
sama saya hehehe.. Terima kasih banyak ya Pak....
4. Bapak Dr. Zahari Zein, M. Sc selaku Pembimbing I, dan Bapak Dr. Rahmat
Mulyana, M. Si selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan, masukan dan saran bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Terima kasih banyak dan maaf sering merepotkan ya Pak...
5. Bapak Dr. Rahmanta Ginting , M.Si , dan Bapak Dr. H. Muhammad Yusuf,
M.Si, selaku Penguji yang telah banyak memberikan masukan yang sangat
berharga bagi Penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan
dengan segenap hati
7. Bapak dan Ibu staf Administrasi Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan.
8. Rekan- rekan mahasiswa satu angkatan, rekan seperjuangan, terutama temanteman di kelas Eksekutif (B) Angkatan 2014 Prodi Ekonomi yang penulis tak
dapat sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan memberikan bantuan
moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. Terima kasih
atas kebersamaan dan kekompakan selama ini.
vi
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, maka perlu masukan
maupun kritikan yang membangun untuk penelitian tesis ini. Semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan,
Semoga rahmat Allah senantiasa tercurah kepada kita semua.
Medan,
Januari 2017
Penulis,
ASHRI MAULIDA
vii
DAFTAR ISI
Halaman:
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI………………………………………………………
DAFTAR TABEL...........................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................
i
iv
vi
vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………….....
1.2 Identifikasi Masalah...................................................................
1.3 Pembatasan Masalah..................................................................
1.4 Rumusan Masalah……………………………………..............
1.5 Tujuan Penelitian……………………………………................
1.6 Manfaat penelitian…………………………………..................
1
21
22
22
23
23
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori……………………………................….............
2.1.1 Hukum Termodinamika.......................................................
2.1.2 Teori Eksternalitas……………..................………….........
2.1.3 Teori Produktifitas..............................................................
2.1.3.1 Fungsi Produksi.........................................................
2.1.3.2 Fungsi Produksi Coub Douglas.................................
2.1.4 Produksi Sampah.................................................................
2.1.5 Teori Elastisitas............................…………………...........
2.1.6 Sistem Pengelolaan Sampah................................................
2.1.6.1 Teknis Operasional Pengelolaan sampah..................
2.1.6.2 Aspek Kelembagaan & Organisasi............................
2.1.6.3 Aspek Pembiayaan Pengelolaan Sampah..................
2.1.6.4 Aspek Hukum & Peraturan.......................................
2.1.6.5 Aspek Peran Serta Masyarakat..................................
2.1.7 Perilaku Manusia Dalam Mengelola Sampah......................
2.1.8 Daur Ulang sebagai Usaha Minimisasi Sampah..................
2.1.9 Jenis- Jenis Bahan yang dapat didaur ulang…..…..............
2.1.9.1 Kaca...........................................................................
2.1.9.2 Plastik........................................................................
2.1.9.3 Kertas.........................................................................
2.1.9.4 Logam........................................................................
2.1.10 Sampah dan Negara Berkembang........................................
2.1.11 Menatap Masa Depan........................………………........
2.1.11.1 Nol Limbah..............................................................
2.1.11.2 Menggunakan Material yang Berkesinambungan....
2.1.11.3 Menutup Simpul......................................................
2.1.11.4 Memikirkan Belanja Kita........................................
2.1.12 Keterkaitan Variabel yang Mempengaruhi
25
25
27
34
36
38
42
43
46
47
57
58
59
60
61
64
68
68
72
77
79
83
84
85
86
87
87
Nilai Ekonomi Sampah Padat............................................
2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………….....
2.3 Kerangka Berpikir………………………………………….…....
2.4 Hipotesis………………………………………………………....
88
91
96
98
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian..............................................................................
3.2 Lokasi Penelitian………………………………….......................
3.3 Jenis dan Sumber Data..................................................................
3.4 Populasi dan Sampel………………………………………….....
3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional………………......
3.6 Teknik Pengumpulan Data……………………………………....
3.7 Teknik Analisis Data………………………………………….....
3.7.1 Analisis Deskriptif.................................................................
3.7.2 Analisis Regresi Berganda....................................................
3.7.3 Analisis Parameter Model Regresi Linear Berganda............
3.8 Uji Asumsi Klasik……………………………………………......
3.9 Uji Hipotesis………………………...............................................
100
100
100
101
103
105
106
106
110
114
115
119
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...........................................................
4.2 Deskripsi Karakteristik Responden...............................................
4.2.1 Rumah Tangga.....................................................................
4.2.2 Pasar.....................................................................................
4.2.3 Pemulung..............................................................................
4.3 Hasil Analisis Deskriptif................................................................
4.3.1 Analisis Perilaku RT.............................................................
4.3.1.1 Pengetahuan dan Sikap RT
Dalam Mengelola Sampah.........................................
4.3.1.2 Tindakan RT Terhadap Mengelola Sampah..............
4.3.2 Analisis Perilaku Pasar........................................................
4.3.3 Analisis Perilaku RT Pemulung...........................................
4.3.4 Analisis Karakteristik Sampah RT yang Memiliki Nilai Jual.
4.3.5 Analisis Nilai Sampah Anorganik........................................
4.3.6 Analisis Margin.....................................................................
4.3.6.1 Analisis Marketing Margin..........................................
4.3.6.1.1 Analisis Marketing Margin Jalur TPA...........
4.3.6.1.2 Analisis Marketing Margin Jalur RT..............
4.3.6.2 Analisis Profit Margin..................................................
4.3.7 Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif...................................
4.4 Hasil Analisis Regresi......................................................................
4.4.1 Hasil Analisis Regresi Jalur TPA............................................
4.4.1.1 Hasil Uji Asumsi Klasik Jalur TPA.............................
4.4.1.1.1 Uji Normalitas Jalur TPA...............................
4.4.1.1.2 Uji Multikolinearitas Jalur TPA......................
4.4.1.1.3 Uji Autokorelasi Jalur TPA............................
4.4.1.1.4 Uji Heteroskedasitas Jalur TPA......................
4.4.1.2 Hasil Analisis Model Regresi Jalur TPA.....................
120
121
121
122
124
126
126
127
131
133
135
140
141
144
145
145
146
148
150
155
155
155
155
156
157
158
159
4.4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Jalur TPA......................................
4.4.1.3.1 Uji F Jalur TPA...............................................
4.4.1.3.2 Uji t Jalur TPA................................................
4.4.1.3.3 Uji Koefisien Determinan R2 Jalur TPA.........
4.4.1.4 Pembahasan Hasil Uji dan Variabel Penelitian
Pada Jalur TPA............................................................
4.4.2 Hasil Analisis Regresi Jalur RT...............................................
4.4.2.1 Hasil Uji Asumsi Klasik Jalur RT................................
4.4.2.1.1 Uji Normalitas Jalur RT..................................
4.4.2.1.2 Uji Multikolinearitas Jalur RT........................
4.4.2.1.3 Uji Autokorelasi Jalur RT...............................
4.4.2.1.4 Uji Heteroskedasitas Jalur RT.........................
4.4.2.2 Hasil Analisis Model Regresi Jalur RT.........................
4.4.2.3 Hasil Uji Hipotesis Jalur RT.........................................
4.4.2.3.1 Uji F Jalur RT.................................................
4.4.2.3.2 Uji t Jalur RT...................................................
4.4.2.3.3 Uji Koefisien Determinan R2 Jalur RT.............
4.4.2.4 Pembahasan Hasil Uji dan Variabel Penelitian
Pada Jalur RT................................................................
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan...........................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
162
162
163
164
165
170
170
171
171
172
173
174
177
177
178
179
180
187
190
DAFTAR TABEL
Halaman:
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Tabel 4.15
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Tabel 4.19
Tabel 4.20
Tabel 4.21
Tabel 4.22
: Jumlah Timbulan Sampah Berdasarkan Jumlah
Penduduk Kota Medan 2010-2015...............................
: Jumlah Lapangan Pekerjaan
Per Juta Ton Sampah yang Diproses..............................
: Jenis Elastisitas Berdasarkan
Nilai Koefisien Elastisitasnya........................................
: Simbol Jenis Plastik......................................................
: Persentase Kemasaan Baja yang di Daur Ulang.............
: Lokasi Penelitian...........................................................
: Jenis dan Sumber Data..................................................
: Jumlah Populasi Penelitian...........................................
: Jumlah Sample..............................................................
: Lay Out Angket..............................................................
: Kriteria dari Statistik DW dan Keputusannya................
: Rekapitulasi Persentase Karakteristik RT......................
: Karakteristik Pedagang Pasar Deli................................
: Karakteristik Pemulung RT dan TPA............................
: Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator
Pengumpulan Sampah.....................................................
: Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator
Pemisahan Sampah.........................................................
: Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator
Pembakaran Sampah........................................................
: Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator
Penimbunan Sampah.......................................................
: Tindakan RT Terhadap Pengelolaan Sampah.................
: Harga Jual Sampah Anorganik tahun 2014-2016
pada Tingkat Agen Besar................................................
: Daftar Harga Beli dan Harga Jual Sampah Anorganik
dari Tingkat Pemulung- Pabrik.......................................
: Marketing Margin Jalur TPA Per Jalur Distribusi..........
: Alur Marketing Margin Jalur TPA.................................
: Marketing Margin Jalur RT Per Jalur Distribusi.............
: Alur Marketing Margin Jalur RT....................................
: Daftar Biaya Perlakuan Sampah dalam 1x Penjualan.....
: Nilai Matriks Korelasi Variabel Bebas Jalur TPA..........
: Nilai VIF dari Korelasi variabel Bebas Jalur TPA..........
: Hasil Uji LM Jalur TPA..................................................
: Koefisien R2 jalur TPA
Tanpa Metode White Heteroskedaticity..........................
: Koefisien R2 jalur TPA
Dengan Metode White Heteroskedaticity.......................
: Hasil Estimasi Regresi Berganda Jalur TPA...................
: Hasil Uji F Jalur TPA.....................................................
5
15
45
75
82
100
101
101
103
105
116
121
122
124
127
128
129
130
131
142
142
145
146
147
147
148
156
157
158
158
159
160
163
Tabel 4.23
Tabel 4.23
Tabel 4.24
Tabel 4.25
Tabel 4.26
Tabel 4.27
Tabel 4.28
Tabel 4.29
Tabel 4.30
: Hasil Uji t Jalur TPA......................................................
: Nilai Matriks Korelasi Variabel Bebas Jalur RT............
: Nilai VIF dari Korelasi variabel Bebas Jalur RT............
: Hasil Uji LM Jalur RT.....................................................
: Koefisien R2 jalur RT
Tanpa Metode White Heteroskedaticity.........................
: Koefisien R2 jalur RT
Dengan Metode White Heteroskedaticity......................
: Hasil Estimasi Regresi Berganda Jalur RT....................
: Hasil Uji F Jalur RT.......................................................
: Hasil Uji t Jalur RT........................................................
163
171
172
173
173
174
175
177
178
DAFTAR GAMBAR
Halaman:
Gambar 1.1 : Grafik pertumbuhan sampah perhari dan pertahun
berdasarkan jumlah penduduk kota Medan..............
Gambar 1.2 : Proses kegiatan daur ulang........................................
Gambar 1.3 : Grafik jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta
berdasarkan jumlah sampah yang diproses...............
Gambar 1.4 : Pengelolaan sampah terpadu....................................
Gambar 2.1 : Simbol daur ulang....................................................
Gambar 2.2 : Kaca yang akan didaur ulang...................................
Gambar 2.3 : Simbol dan jenis plastik yang dapat
didaur ulang..............................................................
Gambar 2.4 : Identifikasi jenis plastik............................................
Gambar 2.5 : Kertas daur ulang.....................................................
Gambar 2.6 : Grafik persentase kemasan baja
yang didaur ulang.....................................................
Gambar 2.7 : Skema kerangka berpikir...........................................
Gambar 3.1 : Alur analisis marketing margin..................................
Gambar 4.1 : Harga Jual Sampah Anorganik di Tingkat Agen Besar.
Gambar 4.2 : Alur Marketing Margin Jalur TPA dan RT..................
Gambar 4.3 : Uji Normalitas JB- Test Jalur TPA...............................
Gambar 4.4 : Uji Normalitas JB- Test Jalur RT.....................................
6
13
15
16
65
70
75
76
78
83
96
108
143
147
155
170
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tabulasi Responden RT
Lampiran 2 : Tabulasi Responden Pedagang Pasar Deli
Lampiran 3 : Tabulasi Hasil Pengetahuan Dan Sikap RT
Dalam Mengelola Sampah
Lampiran 4 : Tabulasi Hasil Tindakan RT Dalam Mengelola
Sampah
Lampiran 5 : Rekapitulasi Kuesioner RT
Lampiran 6 : Perilaku Pedagang Pasar Deli
Lampiran 7 : Kondisi RT Pemulung
Lampiran 8 : Perilaku RT Pemulung
Lampiran 9 : Tabulasi Nilai Jual Sampah Anorganik
Pemulung RT
Lampiran 10 : Tabulasi Nilai Jual Sampah Anorganik
Pemulung TPA
Lampiran 11 : Daftar Barang Sisa dan Harga Jual/ kg
Pada Tingkat Pemulung RT
Lampiran 12 : Uji Asumsi Klasik Jalur TPA
Lampiran 13 : Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Asumsi Klasik Nilai Ekonomi
Jalur TPA Berdasarkan Jenis Sampah Anorganik
Lampiran 14 : Hasil Perhitungan Nilai Ekonomi Sampah Jalur TPA
Tanpa Berdasarkan Jenis Sampah
Lampiran 15 : Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Asumsi Klasik Nilai Ekonomi
Sampah Jalur TPA Tanpa Berdasarkan Jenis Sampah Anorganik
Lampiran 16 : Uji Asumsi Klasik Pada Jalur RT
Lampiran 17 : Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Asumsi Klasik Nilai Ekonomi
Jalur RT Berdasarkan Jenis Sampah Anorganik
Lampiran 18 : Hasil Perhitungan Nilai Ekonomi Sampah Jalur RT
Tanpa Berdasarkan Jenis Sampah
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan konsekuensi dari semua aktifitas yang dilakukan
manusia. Dalam kegiatan memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia menghasilkan
“sisa”. Hal ini terjadi karena setiap aktivitas manusia pada dasarnya adalah sebuah
proses pengubahan zat atau energi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Setiap
proses tersebut tidak dapat sepenuhnya mampu diubah melainkan selalu ada
“sisa” atau disebut entropy yang kemudian menjadi sampah atau limbah yang
masuk ke lingkungan. Hal ini juga dijelaskan dalam hukum termodinamika II.
Dalam UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, sampah
diartikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat. Menurut M. Satori dalam Suyoto (2008) pada umumnya orang
sering memandang sampah sebagai “sisa” dan keberadaannya akan mengganggu
estetika lingkungan. Wajar apabila orang berpendapat bahwa sampah harus
“disingkirkan”. Pemahaman masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan
metode ambil- angkut- buang tanpa disertai pengawasan yang baik akan
menambah kompleknya masalah sampah.
Berdasarkan data BPS tahun 2000 dalam Wibowo dan Djajawinata dalam
Pemerintahan Kota Medan 2013 dari 384 kota di Indonesia menimbulkan sampah
sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut dan dibuang
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar 4,2 %, yang dibakar sebesar
37,6% , yang dibuang ke sungai 4,9 % dan tidak tertangani sebesar 53,3 %. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pertambahan penduduk dan
1
2
arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan
semakin tinggi, kendaraan pengangkut yang jumlah maupun kondisinya kurang
memadai, sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan,
dan belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3 R).
Sampah adalah masalah kursial yang dihadapi oleh masyarakat, tidak hanya
diperkotaan namun juga yang tinggal di pinggiran kota. Belakangan sampah
menjadi persoalan kian rumit terutama di metropolitan dan kota- kota besar di
Indonesia. Kasus sampah mencuat terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang
dan Bekasi (Jabodetabek) serta Bandung Raya yang pada akhir tahun 2005 dan
awal tahun 2006 dilanda lautan sampah. Kondisi tumpukan sampah di TPA yang
tidak diolah dapat menyebabkan malapetaka sampah seperti meledak dan longsor
yang telah banyak memakan korban.
Permasalahan sampah juga dialami oleh kota Medan sebagai salah satu kota
besar di Indonesia. Pemerintah kota Medan (2015) menjelaskan setiap hari
produksi sampah kota Medan mencapai 1.725 ton dan sampah yang terangkut
hanya 525 ton/ hari yang terdiri dari 48% sampah organik dan 52% sampah
anorganik. Dan peningkatan timbulan sampahnya mencapai 2-4 persen setiap
tahunnya namun disayangkan peningkatan ini tidak diikuti dengan ketersediaan
prasarana dan sarana persampahan yang memadai sehingga sisa sampah yang
belum terangkut merusak keindahan kota.
Apabila diamati, timbulnya masalah persampahan tidak dapat lepas dari
perilaku manusia/ masyarakat sebagai penghasil dan pengelola sampah. Sejauh ini
dirasakan bahwa pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam kebersihan belum
berjalan sesuai dengan harapan. Masih banyak masyarakat yang membuang
3
sampah sembarangan, padahal tempat sampah tersedia. Mereka juga belum sadar
bahwa sampah memiliki nilai ekonomis yang dapat memberi nilai tambah pada
pereonomian rumah tangga jika dikelola dengan baik dan tekun. Masalah sampah
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung
jawab seluruh masyarakat dalam usaha meminimisasi jumlah sampah yang
diproduksinya setiap hari.
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Dimana pengurangan sampah merupakan kegiatan untuk mengatasi timbulnya
sampah sejak dari produsen sampah (RT, Pasar, dan lainnya), menggunakan ulang
sampah dari sumbernya, dan daur ulang dari sumbernya. Dan upaya penanganan
sampah mencakup pemilahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan hasil
akhir. Jika pengelolaan sampah semakin baik ditingkat hulu (sumbernya) maka
sampah yang dibawa ke bagian hilirnya (TPA) akan semakin sedikit jumlahnya.
Maka masalah yang ditimbulkan oleh sampah tentu akan semakin berkurang pula.
Agar partisipasi masyarakat dapat terwujud secara nyata, perlu ada usaha
yang dapat membangkitkan motivasi, kemampuan, kesempatan dan menggali
serta mengembangkan sumber-sumber yang ada pada masyarakat, sehingga
masyarakat bersedia berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan secara
konsisten dan berkesinambungan. Mengingat perilaku masyarakat besar
pengaruhnya terhadap kebersihan, maka masyarakat harus pula berperan secara
aktif dalam pengelolaan sampah yang optimal.
Sampah timbul dari berbagai sumber seperti permukiman yang biasanya
sampah berasal dari sisa pengelolahan makanan. Sampah yang bersumber dari
4
pertanian dan perkebunan seperti jerami maupun sisa pestisida. Sampah yang
timbul dari sisa bangunan dan konstruksi gedung seperti kayu, bambu, triplek,
semen, batu bata dan sebagainya. Sedangkan dari perdagangan (pasar) seperti sisa
sayur mayur dan bungkus makanan. Dan yang berasal dari perkantoran seperti
sisa- sisa alat tulis, kertas- kertas yang tidak lagi terpakai dan juga sampah dari
industri seperti plastik, logam, kaca, mortar yang tidak lagi dipakai.
Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah.
Menurut SNI- S- 04- 1993- 03 dalam Pemerintahan Kota Medan (2013), satuan
timbulan sampah pada kota besar mencapai 0,7- 0,8 kg/ hari. Sedangkan satuan
timbulan sampah pada pasar mencapai 0,10- 0,30 kg/ meter/ hari. Dengan laju
pertumbuhan sampah pada kota besar mencapai 0,8 ton/ tahunnya. Artinya, jika
tahun 2015 kota Medan telah memproduksi sampah 1.725 ton setiap harinya,
maka di tahun 2016 diproyeksikan sampah yang diproduksi kota Medan mencapai
2.208 ton setiap harinya.
Timbulan sampah yang selalu bertambah tiap tahunnya juga menambah
volume sampah secara kumulatif, menyebabkan banyak permasalahan terjadi di
Tempat Pembuangan Akhir. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulan sampah
perkotaan. Pemerintah kota Medan (2013) menjelaskan faktor- faktor yang
mempengaruhi timbulan sampah yaitu jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi,
dan kemajuan teknologi.
Jumlah penduduk yang terus meningkat akan semakin menambah jumlah timbulan
sampah. Berikut data jumlah penduduk beserta timbulan sampah kota Medan tahun 20102015.
5
Tabel 1.1 : Jumlah timbulan sampah berdasarkan jumlah penduduk
kota Medan Tahun 2010- 2015
Tahun
Jumlah
penduduk
Satuan
timbulan
sampah kota
besar (kg/
orang/ hari)
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
Jumlah
timbulan
sampah
perhari (kg)
Jumlah
timbulan
sampah
pertahun
(ton)
612.502
618.229
619.859
619.977
639.813
645.502
2010
2.097.610
1.678.088
2011
2.117.224
1.693.779
2012
2.122.804
1.698.243
2013
2.123.210
1.698.568
2014
2.191.140
1.752.912
2015
2.210.624
1.768.499
Sumber: BPS, data diolah
0,8 satuan timbulan sampah kota besar (SNI- S- 04- 1993- 03 dalam
Pemerintahan Kota Medan, 2013)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tahun 2010 dengan jumlah penduduk
sebanyak 2.097.610 orang, timbulan sampah yang dihasilkan pada tahun tersebut
sebanyak 1.678.088 kg/ hari dan mencapai 612.502 ton/ tahun. Dan jumlah
timbulan sampah semakin meningkat di tahun- tahun berikutnya. Hingga
mencapai 1.768.499/ kg/ hari dan mencapai 645.502/ ton/ tahun dengan jumlah
penduduk sebanyak 2.210.624 orang di tahun 2015. Tabel ini memperlihatkan
bahwa pertumbuhan penduduk mempengaruhi jumlah timbulan sampah.
Meningkatnya populasi penduduk disetiap daerah/kota maka jumlah sampah yang
dihasilkan setiap rumah tangga semakin meningkat.
Tren kenaikan timbulan sampah di kota Medan beiringan dengan kenaikan
jumlah penduduk di kota Medan dapat terlihat jelas dalam grafik berikut ini:
6
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
1
2
3
4
5
6
Gambar 1.1 : Grafik pertumbuhan sampah per hari dan per tahun
berdasarkan jumlah penduduk kota Medan
Apabila penduduk di suatu kota berjumlah besar sedangkan luas
daerahnya relatif kecil, maka sampah yang terkumpul setiap harinya harus segera
dikumpulkan, diangkut, dan dibuang agar tidak menggunung. Jika tidak,
akibatnya seluruh kota akan menjadi kotor, merusak keindahan kota,
menimbulkan bau busuk, serta membahayakan kesehatan masyarakat karena
tumpukan sampah itu menjadi sarang lalat, tikus dan binatang lainnya.
Tidak hanya jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi masyarakat juga
akan mempengaruhi jumlah timbulan sampah. Semakin tinggi keadaaan sosial
ekonomi seseorang akan semakin banyak timbulan sampah yang dihasilkannnya.
Masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi cenderung memilih gaya hidup
instan. Mereka lebih suka membeli makanan dari restauran dan berbelanja di
supermarket sehingga sampah yang ditimbulkan banyak berupa sampah nonorganik. Laju produksi sampah akan terus meningkat. Tidak saja sejajar dengan
pertumbuhan penduduk tetapi juga sejalan dengan meningkatnya pola konsumsi
masyarakat (Suyoto, 2008).
Kemajuan teknologi juga mempengaruhi jumlah timbulan sampah. Seperti
barang elektronik, pada masa lalu orang lebih suka memperbaiki sesuatu daripada
7
membuangnya sehingga penggunaan suatu barang lebih lama. Namun sekarang,
orang cenderung membuang sesuatu yang sudah tidak dapat digunakan karena
lebih murah membeli barang baru daripada memperbaikinya (Morgan, 2009).
Dalam teori Duncan juga dijelaskan bahwa masalah lingkungan (khususnya
lingkungan urban) mempunyai hubungan interdepedensi dengan aspek demografi,
organisasi, dan teknologi yang dikenal dengan model POET yaitu populasi (P),
organisasi (O), enviromental (E), teknologi (T). Perubahan yang terjadi pada
populasi, organisasi, dan teknologi memberikan dampak perubahan terhadap
lingkungan alam (Tabara dan Wostl, 2007)
Pemerintah kota Medan (2013) juga menjelaskan bahwa pertambahan
jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat telah
meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis dan juga keberagaman karakteristik
sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok
dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi besar terhadap
kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.
Dalam hal penanganan sampah dapat diasumsikan bahwa laju produksi
sampah tidak sebanding dengan proses penanganannya. Jika permasalahan
sampah tidak ditangani sebagaimana mestinya, maka dapat menimbulkan
berbagai masalah, sampai pada resiko bagi kesehatan manusia serta makhluk
lainnya. Pengelolaan sampah yang baik merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
mencakup pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangannya (Rizal,
2011).
8
Soekamana (2010) juga menjelaskan bahwa pengelolaan sampah adalah
sebuah upaya komperhensif menangani sampah- sampah yang dihasilkan dari
berbagai aktivitas manusia, dikelompokkan menjadi enam elemen terpisah yaitu
pengendalian bangkitan (control of generation), penyimpanan (storage),
pengumpulan (collection), pemindahan dan pengangkutan (transfer and
transport), pemrosesan (processing) dan pembuangan (diposal).
Senada dengan itu menurut Annihayah (2006) pengelolaan sampah
merupakan
permasalahan
yang
kompleks
yang
melibatkan
pemerintah,
masyarakat dan pelaku usaha dalam penanganannya dan mencakup aspek teknis,
ekonomis, dan sosio politis. Aspek teknis pengelolaan sampah meliputi
manajemen sampah yang terdiri dari lima tahap yaitu dari tahap penampungan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Aspek
ekonomi berkaitan dengan persoalan perbandingan antara input retribusi sampah
yang diterapkan dengan output yang dikeluarkan Pemda untuk mengelola sampah.
Aspek ekonomi erat kaitannya dengan aspek pembiayaan. Ditinjau dari
aspek pembiayaan, pengelolaan sampah perkotaan di Indonesia masih
memerlukan subsidi yang cukup besar. Biaya untuk pengelolaan persampahan
kota besar disyaratkan minimal lebih kurang 10% dari APBD (SNI –T-12-199103 dalam Riyanto, 2008). Sedangkan dari aspek sosio- politik pengelolaan sampah
akan berkaitan dengan persoalan hubungan atau kerjasama pemerintah daerah
dalam menangani sampah. Masalah sampah mutlak harus ditangani secara
bersama-sama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat
itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dan komitmen bersama menuju
perubahan sikap, perilaku dan etika dalam berbudaya lingkungan.
9
Sampah yang semakin banyak tentu memberikan dampak pada
lingkungan, kesehatan, dan sosial. Sampah yang tidak dikelola dengan baik tentu
akan merusak lingkungan seperti bencana banjir, dan pencemaran air, tanah, juga
udara. Bagi kesehatan, sampah dapat menyebabkan penyebaran penyakit, dari
diare sampai kanker paru- paru. Serta secara sosial, akibat sampah dapat
mengurangi estetika lingkungan dan menganggu ketentraman hidup manusia
(Suyoto, 2008). Melihat dampaknya tentu saja sampah harus dikelola dengan baik
agar tidak merugikan kehidupan manusia.
Di sebagian rumah tangga, sampah yang timbul selama ini dikumpulkan
dan dipisahkan. Namun ada juga rumah tangga yang hanya mengumpulkan
sampahnya di tempat sampah, dipinggir jalan raya, di bawah pohon, di bawah
tiang listrik tanpa ada upaya memanfaatkannya bahkan sebagaian dimusnahkan
dan cara dibakar atau ditimbun. Sampah yang dipisahkan oleh RT dapat dijual
kembali ke pemulung yang mencari sampah di lingkungan rumah mereka. sampah
yang dikumpulkan dalam wadah dan tidak dimanfaatkan sebagian diangkut
menggunakan jasa petugas kebersihan dengan membayar retribusi setiap bulannya
lalu dibawa ke TPS atau langsung ke TPA. Sampah yang masuk ke TPA menjadi
lahan rezeki untuk pemulung yang memilah sampah langsung di TPA yang akan
dijual kepada pegepul kecil. Dan selanjutnya sampah dijual kembali ke agen besar
dan pabrik daur ulang untuk dijadikan sebagai bahan dasar produk.
Cara pemusnahan dengan cara pembakaran tidak menyelesaikan masalah
sampah. Bahkan keberadaanya mendorong orang- orang untuk memproduksi
lebih banyak sampah karena menganggap sampah dapat dibakar. Di pasar, para
pedagang hanya mengumpulkan sampah di dekat ia berjualan tanpa berpartisipasi
10
lebih dalam penanganan sampah. Sampah dibiarkan oleh mereka menumpuk di
pojok meja jualannya menjadi tanggung jawab petugas kebersihan karena mereka
merasa telah membayar retribusi.
Murtadho dan Gumbira dalam Martinasari (2009) menjelaskan sampah
yang dihasilkan masyarakat berdasarkan sifatnya terbagi menjadi dua jenis yaitu,
sampah organik meliputi limbah padat semi basah yang berupa bahan organik,
pada umumnya berasal dari limbah hasil pertanian. Sampah ini memiliki sifat
mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena memiliki rantai
karbon relatif pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa sampah padat yang
cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme karena memiliki rantai karbon
yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastik, logam, dan lain-lain.
Sampah- sampah yang dihasilkan oleh masyarakat berakhir di tempat
pembuangan
akhir (TPA). Pemerintahan Kota Medan (2013) menjabarkan
terdapat 2 TPA yang ada di Kota Medan yaitu TPA Namo Bintang yang berada di
Pancur Batu dan dan TPA Terjun yang berada di Kecamatan Medan Marelan.
Namun secara operasional, sejak tahun 2013 TPA Terjun yang beroperasi
menampung seluruh sampah dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan. Karena
TPA Namo Bintang telah berhenti beroperasi pada tahun 2013. Hal ini tentu salah
satu penyebab TPA menjadi over load.
TPA Terjun yang telah beroperasi sejak tahun 1993 dengan luas 137.563
Ha menampung sampah 1.725 ton setiap hari (pada tahun 2015). Sampah yang
masuk ke TPA Terjun beraneka ragam jenisnya. Setiap harinya terdiri dari 77,3 %
sampah organik, 2,99% sampah kertas, 8,85% sampah plastik, 2,24% sampah
kayu, 0,545% sampah karet, 0,335% bongkahan, 0,78% sampah B3, 2,24%
11
sampah pampers dan pembalut, 2,855% sampah lainnya (Pemerintahan Kota
Medan, 2015).
TPA Terjun dioperasikan menggunakan sistem terbuka (open dumping).
Sistem ini adalah sistem yang paling sederhana dan murah karena sampah hanya
ditumpuk di lokasi tertentu tanpa perlakuan khusus. Namun sistem pengolahan ini
memberi pengaruh negatif pada lingkungan berupa pencemaran air dan tanah
akibat air lindinya. Lindi adalah substansi cairan yang dihasilkan dalam proses
pembusukan sampah. Contoh lebih baik ditunjukkan oleh TPA di Kota Depok, air
lindi yang dihasilkan TPAnya ditampung ke penampungan air lindi, disaring dan
baru dialirkan ke sungai. Namun bau busuk yang disebabkan oleh air lindi itu
tetap menggangu kualitas udara terutama untuk warga yang tinggal sekitar TPA.
Sampah yang masuk ke TPA Terjun hanya dikumpul dan diratakan oleh
alat berat serta dibiarkan mengering terpapar oleh sinar matahari, terkadang
hangus terbakar akibat gas metana yang ditimbulkan oleh sampah. Saat musim
hujan tiba, masalah sampah semakin bertambah. Armada yang mengangkat
sampah akan mengalami antrian panjang untuk meletakkan sampah di puncak
gunung sampah, karena jalanannya basah dan licin dapat menyebabkan armada
mudah tergelincir.
Sampah yang masuk hanya ditumpuk tanpa pengolahan mengakibatkan
peningkatan volume sampah. Hal ini mampu memperpendek umur TPA dan dapat
membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara.
Di samping itu, sampah juga berpotensi menurunkan kualitas sumber daya alam,
menyebabkan banjir dan konflik sosial, serta menimbulkan berbagai macam
penyakit. Produksi sampah yang terus meningkat apabila dalam penanganannya
12
menyimpang dari kontrol yang seharusnya diberikan akan mengakibatkan
kerugian yang nyata dan langsung.
Sistem pengelolahan sampah di TPA Terjun hanya menggunakan sistem
open dumping terhitung sudah sejak 23 tahun (1993- 2016) TPA tersebut
beroperasi. Sedangkan menurut UU No. 18 Tahun 2008 pasal 44 ayat 2 dikatakan
bahwa “pemerintah daerah harus menutup tempat pembuangan akhir (TPA) yang
menggunakan sistem open dumping paling lama 5 tahun terhitung sejak
berlakunya Undang- Undang ini. Dan pada tahun ini, Undang- Undang tersebut
sudah berjalan selama 8 tahun, dan TPA Terjun masih beroperasi seperti biasanya.
TPA ini sudah sangat mengalami kejenuhan dan dapat menyebabkan masalah
yang lebih berbahaya lagi untuk kemashalatan hidup manusia di sekitarnya.
Jika lahan pembuangan akhir telah penuh, alternatif yang realistis selain dari
pembakaran sampah adalah daur ulang sebagai usaha minimisasi sampah masuk
ke TPA. Harus diingat bahwa selalu ada biaya lingkungan atas proses daur ulang,
tetapi lebih sedikit jika dibandingkan dengan menggunakan bahan mentah yang
berasal dari alam. Mendaur ulang sampah akan lebih menghemat energi daripada
membakarnya. Mendaur ulang kertas menghemat energi sebesar tiga kali dari
pada membakarnya, plastik lima kali dan kain enam kali (Morgan, 2009).
Pemahaman masyarakat terhadap sampah sebagai barang sisa yang tidak
dipakai dan dibuang (end of pipe) harus diganti dengan pendekatan pengelolaan
sampah yang sebagai barang yang memiliki nilai ekonomis. Dalam UU No. 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, bahwa dalam pengelolaan sampah
didasarkan pada asas nilai ekonomis dan manfaat yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan.
13
Salah satu kegiatan pengelolaan sampah dalam usaha minimisasi sampah
yang mengandung keuntungan nilai ekonomis adalah daur ulang. Kegiatan daur
ulang adalah salah satu teknik pengolahan limbah padat menjadi barang yang
berdaya guna sehingga dapat dipakai kembali yang terdiri dari tahap pemilihan,
pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan material bekas pakai,
pembelian material bekas pakai. Proses kegiatan daur ulang dilakukan oleh sektor
informal yaitu pemulung dan pengepul barang bekas (kecil dan besar)
(Martinasari, 2009)
Pemilihan
Pengumpulan
Pemrosesan
Pendistribusian
Pembuatan
produk/
material
bekas pakai
Gambar 1.2 : Proses Kegiatan Daur Ulang
Pada tahap pemilihan, sampah dipilih yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Pada tahap pengumpulan, sampah yang telah dipilih lalu dikumpulkan pada
pengepul kecil atau pengepul besar. Lalu sampah yang telah dikumpulkan oleh
pengepul dibersihkan dan dikelompokkan sesuai jenisnya dan setelah itu
didistribusikan ke pabrik- pabrik daur ulang sampah sebagai bahan dasar
pembuatan material produk bekas.
Kegiatan daur ulang ini dapat diterapkan oleh siapa pun baik perorangan,
rumah tangga, instansi dan juga pemerintah kota. Recycle (daur ulang) juga
dilakukan secara formal dan informal oleh para pelaku daur ulang sampah
diperkotaan. Pelaku formal daur ulang sampah perkotaan adalah steakholder yang
14
diberikan wewenang oleh pemerintah kota untuk menjalankan dan mengelola
sampah. Dan pelaku informal adalah para pemulung, lapak kecil dan lapak besar
yang biasanya mendaur ulang sampah dengan nilai ekonomis tertentu. (Peter J.M
Nas dan Rivke Jaffe dalam Andriyani dan Maryono, 2010).
Sektor informal daur ulang sampah adalah sektor yang melakukan kegiatan
aktivitas daur ulang skala kecil, baik yang dilakukan oleh perorangan dalam
rumah tangga atau usaha daur ulang. Kegiatan sektor informal ini juga disebut
dengan “sektor abu- abu”. Sektor ini memiliki peran yang penting dalam
pertumbuhan ekonomi (William dalam Andriyanti dan Maryono, 2010)
Menurut Andriyanti (2009) Keuntungan kegiatan daur ulang tidak hanya
membantu dalam penanganan masalah sampah perkotaan baik, namun memiliki
fungsi dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Dalam segi penanganan
masalah persampahan perkotaan, manfaat daur ulang sampah untuk mengurangi
jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA dan keindahan kota dapat terjaga
(aspek lingkungan).
Dalam aspek ekonomi, kegiatan daur ulang sampah dapat mengurangi biaya
operasional pengelolaan sampah yaitu menghemat biaya pengangkutan sampah.
Secara umum alokasi pembiayaan sektor persampahan masih dibawah 5% dari
total APBD. Selain itu daur ulang juga membuka lapangan pekerjaan di sektor
informal seperti pemulung dan pelapak sehingga dapat mengurangi pengangguran
(aspek sosial).
Senada dengan itu Morgan (2009) juga menjelaskan bahwa di negara
berkembang maupun negara maju, daur ulang menyediakan banyak lapangan
pekerjaan, polusi yang lebih sedikit, dan berkesinambungan. Di Eropa dan
15
Amerika Utara, ada banyak perusahaan dengan teknologi tinggi yang membuat
produk dari bahan- bahan daur ulang. Sedangkan di negara- negara berkembang
proyek daur ulang memberikan lapangan pekerjaan bagi anggota masyarakat yang
paling miskin.
Semua jenis pemrosesan sampah menciptakan lapangan pekerjaan, tetapi
program daur ulang yang dilakukan secara intensif memerlukan tenaga kerja dan
menciptakan jauh lebih banyak lapangan kerja. Ini merupakan hal penting bagi
negara- negara yang memiliki tingkat pengangguran cukup tinggi. Seperti data
yang dipaparkan oleh komunitas Friends of Earth dalam Morgan (2009), jumlah
lapangan pekerjaan yang tercipta dari jumlah sampah yang diproses (per juta ton)
di bawah ini:
Tabel 1.2 : Jumlah lapangan kerja per juta ton sampah yang diproses
Jumlah lapangan
pekerjaan
Tempat pembuangan sampah
40-60
Insinerator
100-290
Pembuatan kompos
200-300
Daur ulang
400-590
Sumber data: friends of earth (Morgan, 2009)
Jenis pemrosesan sampah
600
Jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta
berdasarkan jumlah sampah yang diproses
500
400
300
200
100
0
t.pembuangan
Sampah
insinerator
pembuatan
kompos
jenis pengelolahan sampah
daur ulang
Gambar 1.3 : grafik jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta
berdasarkan jumlah sampah yang diproses
16
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa proses daur ulang yang intensif tentu
akan memerlukan tenaga kerja yang banyak sehingga memungkinkan dapat
menciptakan lapangan kerja yang banyak, serta akan mengurangi jumlah sampah
dengan signifikan.
Kegiatan daur ulang sampah diantara pelaku daur ulang sampah (pemulung,
pelapak kecil, dan pelapak besar) dapat dipandang sebagai suatu hubungan antar
sistem yang dapat dikategorikan sebagai node, subpoint, dan centerpoint (Sejati
dalam Andriyani, 2009). Suatu area pelaksanaan kegiatan daur ulang sampah
dikatakan sebagai suatu area terbuka maupun tertutup, dimana terjadi interaksi
antara node, sub point, dan center point. Sebagai representasi dari interaksi dan
hubungan transfer sampah daur ulang antara pemulung, lapak kecil, dan lapak
besar.
Menurut Sejati dalam Andriyani (2009) hubungan interaksi yang mungkin
terjadi diantara pelaku menurut hirarkinya adalah sampah daur ulang dari node
dibawa ke subpoint kemudian dikirim ke centerpoint. Node adalah area dimana
pemulung beraktivitas, sub point adalah area dimana lapak kecil beraktivitas dan
centerpoint adalah area dimana lapak besar beraktivitas.
Gambar 1.4 : Pengolahan Sampah Terpadu, Sejati (2009)
17
Karakteristik pemulung dalam melakukan kegiatan pemilahan sampah
terbagi menjadi dua, yaitu pemulung menggunakan moda dan tanpa moda.
Pemulung yang menggunakan moda terbagi menjadi bermotor (misalnya motor
sampah, dll) dan nonmotor (menggunakan becak, sepeda,dll). Sedangkan
pemulung tanpa moda hanya mengandalkan tenaga misalnya berjalan kaki
maupun mendorong gerobak.
Peran pengepul berada pada tahap pengumpulan, pemrosesan dan
pendistribusian. Setelah sampah dipilah dan dikumpulkan oleh pemulung, sampah
anorganik dilakukan pengepakan sampah kemudian disetorkan ke pabrik daur
ulang sampah. Menurut Poerwadarminta dalam Andriyani (2009), pengertian
lapak adalah tempat pengumpulan barang bekas. Lapak sampah terbagi menjadi
dua yaitu lapak besar dan kecil. Lapak kecil tidak melakukan pendistribusian ke
pabrik daur ulang. Sedangkan lapak besar adalah lapak yang langsung
mendistribusikan kumpulan sampah anorganik yang telah diterima menuju ke
pabrik pabrik pembuatan produk/ material barang bekas.
Namun, para pelapak kecil di TPA Terjun selain menerima sampah yang
dikumpulkan oleh pemulung, juga mengambil sampah langsung dari truk- truk
sampah yang akan masuk ke TPA dan juga saling membeli barang dengan para
pengepul kecil di wilayah studi untuk memenuhi permintaan pasar setiap harinya.
Para pekerja lapak kecil juga melakukan pemilahan sampah yang langsung
diturunkan truk sampah ke dalam lapak mereka.
Minimal sebanyak 23 ton/ hari sampah (jumlah ini yang hanya diolah oleh
pengepul sekitar TPA) diolah mereka untuk dijual ke pengepul besar maupun
langsung ke pabrik barang bekas. Pada hari libur sampah yang diolah oleh para
18
pelaku daur ulang ini akan jauh lebih banyak, karena pada hari libur jumlah
pemulung semakin bertambah. Di wilayah studi terdapat banyak pemulung yang
mengumpulkan sampah langsung diTPA, dan beberapa pemulung mengumpulkan
sampah langsung ke RT, juga terdapat 8 pengepul kecil di dekat TPA, dan 22
agen besar dari berbagai daerah yang menjadi pelanggan pengepul kecil di sekitar
TPA Terjun. Namun, pengepul besar yang menjadi pelanggan mereka yang
berada dekat dengan wilayah studi hanya 5 pengepul besar (hasil observasi).
Andriyani (2009) menjelaskan proses kegiatan daur ulang dilakukan oleh
sektor informal perkotaan yaitu pemulu