Laju Pertumbuhan Harian LPH Pertumbuhan Panjang Konversi Pakan FCR Kualitas Air

6 2.5 Parameter Pengamatan 2.5.1 Tingkat Kelangsungan Hidup SR Kelangsungan hidup ikan diamati setiap hari dari awal hingga akhir perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup ikan dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan Effendie 1997: SR = × 100 Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup Nt = Jumlah ikan pada akhir perlakuan No = Jumlah ikan pada awal perlakuan

2.5.2 Laju Pertumbuhan Harian LPH

Laju pertumbuhan spesifik dihitung menggunakan rumus berikut Huisman, 1987: LPH = − 1 × 100 Keterangan : Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir perlakuan gram Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal perlakuan gram n = Lama perlakuan

2.5.3 Pertumbuhan Panjang

Nilai pertumbuhan panjang didapatkan berdasarkan selisih panjang benih ikan patin pada awal perlakuan dengan panjang benih ikan patin pada akhir perlakuan. Pertumbuhan panjang dihitung melalui rumus berikut Effendie 1997: Pertumbuhan panjang = Lt – Lo Keterangan : Lt = Panjang rata-rata benih akhir perlakuan cm Lo = Panjang rata-rata benih awal perlakuan cm 7

2.5.4 Konversi Pakan FCR

Nilai konversi pakan yang digunakan selama perlakuan ini dapat diketahui melalui rumus berikut Effendie 1997: FCR = Keterangan : FCR = Konversi pakan Pa = Jumlah pakan yang dihabiskan gram Bt = Biomassa ikan pada akhir perlakuan gram Bo = Biomassa ikan pada awal perlakuan gram Bm = Biomassa ikan yang mati gram 2.5.5 Hematologi Ikan 2.5.5.1 Total Eritrosit Total eritrosit dihitung berdasarkan Blaxhall dan Daisley 1973 dengan cara: sampel darah dihisap dengan pipet bulir merah sampai skala 1. Kemudian ditambahkan larutan Hayem’s dengan cara dihisap sampai skala 101, lalu campuran tersebut dihomogenkan dengan cara pipet digoyang membentuk angka delapan selama 3-5 menit. Setelah itu tetesan pertama dari dalam pipet dibuang, dan tetesan selanjutnya dikeluarkan ke atas hemasitometer yang sudah ditutup dengan kaca penutup, Selanjutnya dilakukan perhitungan sel darah merah pada 5 kotak besar hemasitometer di bawah miroskop. Total sel darah merah didapatkan berdasarkan rumus berikut: ∑ eritrosit = ∑ sel eritosit terhitung x pengencervolume

2.5.5.2 Total Leukosit

Total leukosit dihitung berdasarkan Blaxhall dan Daisley 1973 dengan cara: sampel darah dihisap dengan pipet bulir putih sampai skala 0,5. Kemudian ditambahkan larutan Turk’s dengan cara dihisap sampai skala 11, lalu campuran tersebut dihomogenkan dengan cara pipet digoyang membentuk angka delapan selama 3-5 menit. Setelah itu tetesan pertama dari dalam pipet dibuang, dan tetesan selanjutnya dikeluarkan ke atas hemasitometer yang sudah ditutup dengan kaca penutup, Selanjutnya dilakukan perhitungan sel darah putih pada 5 kotak 8 kecil hemasitometer di bawah miroskop. Total sel darah putih didapatkan berdasarkan rumus berikut: ∑ leukosit = ∑ sel leukosit terhitung x pengencervolume

2.5.5.3 Kadar Hemoglobin Hb

Kadar hemoglobin diukur melalui metode Sahli dengan menggunakan Sahlinometer Wedemeyer dan Yasutake 1977. Prosedur pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan cara: darah dihisap dengan pipet Sahli sampai skala 20 mm 3 atau 0,2 ml. Kemudian darah di dalam pipet dimasukkan ke dalam tabung Hb-meter yang telah diisi HCl 0,1 N sampai skala 10 pada skala yang berwarna merah, lalu diaduk dan didiamkan selama 3-5 menit. Setelah itu ditambahkan akuades sedikit demi sedikit sampai warna campuran darah dan HCl sama dengan warna larutan standar yang ada di dalam Hb-meter. Selanjutnya kadar hemoglobin dibaca dengan melihat permukaan cairan dan dicocokkan dengan angka pada skala yang berwarna kuning. Kadar hemoglobin yang terbaca memiliki satuan gram yang berarti banyaknya hemoglobin dalam satuan gram per 100 ml darah.

2.5.5.4 Kadar Hematokrit He

Kadar hematokrit diukur berdasarkan Anderson dan Siwicki 1993 dengan cara: sampel darah dimasukkan ke dalam tabung mikrohematokrit sampai ¾ bagian tabung, lalu ujung tabung disumbat dengan crystoseal. Setelah itu tabung disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Kemudian dilakukan pengukuran panjang darah yang mengendap a dan panjang total volume darah b di dalam tabung mikro hematokrit. Kadar hematokrit dinyatakan sebagai volume padatan sel darah yang dihitung dengan rumus berikut: He = ab x 100

2.5.5.5 Diferensial Leukosit

Perhitungan diferensial leukosit ditentukan berdasarkan Amlacher 1970. Perhitungan dilakukan dengan cara mengamati preparat ulas darah. Pembuatan preparat ulas darah ini dilakukan dengan cara: darah diteteskan di atas gelas objek yang telah dibilas alkohol, lalu ujung gelas objek kedua diletakkan di atas gelas 9 objek yang telah ditetesi darah dengan membentuk sudut sebesar 30 ˚. Kemudian gelas objek kedua tersebut ditarik sampai bagian ujung terpanjang gelas objek pertama dengan menyentuh darah tetapi tidak menyentuh permukaan gelas objek pertama. Preparat dikeringanginkan dan difiksasi dengan metanol selama 5 menit. Selanjutnya preparat dikeringanginkan kembali dan dilakukan pewarnaan dengan Giemsa selama 15 menit. Setelah itu preparat dibilas dengan air mengalir dan dikeringanginkan, lalu preparat ulas diamati di bawah mikroskop, kemudian dihitung jenis-jenis leukosit dan dihitung pula persentase dari masing-masing jenis leukosit tersebut.

2.5.5.6 Aktivitas Fagositosis

Perhitungan aktivitas fagositosis mengacu pada Anderson dan Siwicki 1993 dilakukan dengan cara: sebanyak 50 µl sampel darah dimasukkan ke dalam eppendorf dan ditambahkan 50 µl suspensi bakteri Staphylococcus aureus dalam PBS yang memiliki kepadatan 10 7 CFUml. Campuran tersebut dihomogenkan dan diinkubasi selama 20 menit. Kemudian sebanyak 5 µl campuran tersebut dibuat preparat ulas dan dikeringanginkan, selanjutnya difiksasi dengan metanol dan dikeringanginkan. Selanjutnya preparat diwarnai dengan pewarna Giemsa selama 15 menit, lalu dibilas dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Pengamatan aktivitas fagositosis dilakukan di bawah mikroskop dan dihitung persentase dari total 100 sel darah putih yang menunjukkan aktivitas fagositosis.

2.5.6 Kualitas Air

Pengukuran kualitas air yang berupa DO, pH, dan TAN dilakukan pada saat awal dan akhir perlakuan. Sedangkan parameter suhu dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Tabel 1 di bawah ini adalah satuan dan alat ukur dari parameter kualitas air yang diamati. Tabel 1. Satuan dan alat ukur dari parameter kualitas air Parameter Satuan Alat ukur Suhu o C Termometer Oksigen terlarut ppm DO meter pH - pH meter TAN ppm Spektrometer 10

2.6 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap RAL. Data dianalasis dengan menggunakan program SPSS 16.0 dan dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan. Parameter yang dianalisis statistik secara kuantitatif terdiri dari kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang, serta konversi pakan. Sedangkan data hematologi dan kualitas air dilakukan analisis secara deskriptif.