Menghormati tamu dan keutamaan mempersilakannya_1

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Seorang lelaki datang menemui Rasulullah saw. lalu
berkata: Aku sangat menderita. Rasulullah saw. bertanya
kepada salah seorang istri beliau, tetapi mendapat jawaban:
Demi Zat yang mengutusmu membawa kebenaran, aku hanya
mempunyai air. Rasulullah saw. bertanya kepada istri beliau
yang lain tetapi mendapat jawaban yang sama. Dan semua
istri beliau memberikan jawaban yang sama: Tidak, demi Zat
yang

mengutusmu

membawa

kebenaran!

Aku

tidak

mempunyai apapun selain air. Maka Rasulullah saw.

mengumumkan: Siapakah yang mau menjamu orang ini,
semoga Allah merahmatinya. Seorang sahabat dari Ansar
berdiri dan berkata: Aku wahai Rasulullah! Lalu diajaknya
orang itu ke rumah. Sahabat Ansar itu bertanya kepada
istrinya: Apakah

kamu

mempunyai

sesuatu?

istrinya

menjawab: Tidak, kecuali makanan anak-anakku. Sahabat itu
berkata: Alihkanlah perhatian mereka dengan sesuatu. Nanti
kalau

tamu


kita

masuk,

padamkanlah

lampu

dan

perlihatkanlah seolah-olah kita sedang makan. Apabila ia
hendak makan, maka hampirilah lampu dan matikanlah.
Mereka pun duduk, sementara tamu mereka makan. Pada
keesokan harinya, ketika bertemu Nabi saw., beliau bersabda:
Allah benar-benar kagum terhadap perbuatan kalian berdua
kepada tamu kalian tadi malam.
(Shahih Muslim No.3829)