8 Berdasarkan Gambar 3, perlakuan salinitas tidak memberikan pengaruh
yang berbeda nyata p0,05 terhadap kadar glukosa hemolimfe kepiting bakau. Namun dapat dilihat bahwa hanya pada perlakuan 25 ppt yang mengalami
penurunan kadar glukosa dari pengukuran awal ke pengukuran akhir.
Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan atau Feeding Conversion Rate FCR selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Rasio konversi pakan kepiting bakau Berdasarkan Gambar 4, perlakuan salinitas memberikan pengaruh yang
berbeda nyata p0,05 terhadap rasio konversi pakan. Semakin rendah nilai konversi pakan maka semakin besar pula nilai efesiensi pakan yang diberikan.
Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik atau Spesific Growth Rate SGR kepiting bakau
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Laju pertumbuhan spesifik harian kepiting bakau
5.70 4.50
3.50 4.20
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
15 ppt 20 ppt
25 ppt 30 ppt
F CR
Perlakuan
a a
a a
0.41 0.68
1.04 0.7
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
15 ppt 20 ppt
25 ppt 30 ppt
SG R
Perlakuan
b c
b a
9 Berdasarkan Gambar 5, perlakuan salinitas memberikan pengaruh yang
berbeda nyata p0,05 terhadap SGR kepiting bakau. Perlakuan 25 ppt berbeda nyata dan memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan
lain, yaitu sebesar 1,85. Perlakuan 15 ppt juga berbeda nyata dengan perlakuan yang lain dengan nilai yang lebih rendah yaitu sebesar 1,35. Namun perlakuan
20 ppt dan 30 ppt tidak saling berbeda nyata p0,05.
Survival Rate SR
Survival Rate atau tingkat kelangsungan hidup kepiting bakau yang dipelihara selama 30 hari pada salinitas yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Survival Rate kepiting bakau Berdasarkan Gambar 6, kepiting bakau yang dipelihara pada salinitas 15 ppt,
20 ppt, 25 ppt, dan 30 ppt memberikan pengaruh yang nyata p0,05 terhadap tingkat kelangsungan hidup. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa perlakuan 15 ppt dan 20 ppt berbeda nyata p0,05 dengan perlakuan 25 ppt dan 30 ppt. Namun antar perlakuan 15 ppt dan 20 ppt tidak
saling berbeda nyata p0,05. Perlakuan 25 ppt dan 30 ppt juga tidak saling berbeda nyata p0,05.
Parameter Fisika-Kimia Air
Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air media pemeliharaan kepiting yang dirangkai dalam sistem resirkulasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Fisika-kimia air media pemeliharaan kepiting sistem resirkulasi
Perlakuan DOppm
Suhu°C pH
TANppm Alkppm
TSS 15 ppt
7.04 ± 0.8 27.02 ± 0.7
7.18 ± 0.3 0.23 ± 0.16
131.1 0.04 ± 0.04
20 ppt 7.03 ± 1.0
26.74 ± 0.6 7.27 ± 0.4
0.26 ± 0.17 180.0
0.06 ± 0.11 25 ppt
6.82 ± 0.9 26.77 ± 0.8
7.23 ± 0.4 0.31 ± 0.15
200.0 0.13 ± 0.07
30 ppt 6.69 ± 0.9
27.03 ± 0.8 7.38 ± 0.3
0.72 ± 0.28 222.2
0.12 ± 0.05 Standar FAO
2011 5
25 - 35 7.0 - 9.0
3 80
secchi disc 20-30 cm
13.33 20
53.33 40
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
15 ppt 20 ppt
25 ppt 30 ppt
SR
Perlakuan
b b
a a
10 Berdasarkan pengukuran parameter fisika-kimia air media pemeliharaan
kepiting pada sistem resirkulasi selama penelitian, kisaran nilai kualitas air masih layak untuk mendukung kehidupan kepiting bakau.
Kelimpahan Bakteri Penghasil Senyawa Nitrit dan Amonium
Pertumbuhanbobot harian pada benih ikan nila yang dipelihara selama 20 hari dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan antar semua perlakuan baik 0 ppt, 2 ppt, dan 4 ppt P0,05.
Tabel 3 Kelimpahan bakteri penghasil senyawa nitrit dan amonium
Perlakuan Bakteri Nitrit
Bakteri Amonium selml
selml 15 ppt
2,4 x 10
5
2,4 x 10
5
20 ppt 1,1 x 10
5
4,6 x 10
4
25 ppt 2,1 x 10
4
1,5 x 10
4
30 ppt 4 x 10
2
7 x 10
2
Berdasarkan Tabel 3, kelimpahan bakteri nitrit dan amonium tertinggi terdapat pada sistem resirkulasi dengan salinitas 15 ppt yaitu sebesar 2,4 x
10
5
selml. Sedangkan untuk kelimpahan bakteri nitrit dan amonium yang paling rendah terdapat pada sistem resirkulasi dengan salinitas 30 ppt yaitu masing-
masing sebesar 4 x
10
2
selml dan 7 x
10
2
selml.
Pembahasan
Keberhasilan kegiatan budidaya kepiting, terutama kegiatan pembesaran dapat dilihat dari produksi kepiting yang ditunjukkan oleh pertumbuhan yang
pesat dalam waktu singkat dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Karim 2007 menjelaskan bahwa secara fisiologis, pertumbuhan hanya dapat terjadi
apabila terdapat kelebihan energi, setelah energi melalui pakan yang dikonsumsi dikurangi dengan kebutuhan energi untuk berbagai aktivitas. Terjadinya
perubahan kondisi lingkungan terutama salinitas akan mempengaruhi jumlah energi yang digunakan terutama untuk keperluan osmoregulasi.
Salinitas merupakan salah satu faktor eksternal abiotik yang berpengaruh cukup penting bagi kehidupan biota perairan termasuk kepiting Kumlu et al.
2001. Salinitas media akan memberi pengaruh terhadap pengaturan ion- ion internal sehingga akan dibutuhkan energi untuk transport aktif ion- ion guna
mempertahankan lingkungan internalnya. Hal ini berkaitan dengan terjadinya proses perubahan osmolaritas media yang akan menentukan beban osmotik yang
dialami oleh kepiting, kemudian akan berpengaruh terhadap sintasan serta pertumbuhan kepiting.
Berdasarkan hasil penelitian Yue-Chai 2010, perlakuan salinitas ekstrim 5 ppt dan 35 ppt dapat mengurangi tingkat kekebalan kepiting, sehingga perlakuan
kadar garam pada kepiting bakau Scylla serrata dapat mempengaruhi THC pada kepiting. Total hemosit yang diamati sangat penting untuk mengetahui peranannya