28
selain itu tempat tumbuh tanaman tersebut dikelilingi oleh tanaman-tanaman besar, sehingga tanaman ini terhalang dalam menyerap karbondioksida.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa massa karbondioksida berbanding lurus dengan massa karbohidrat, dibuktikan dengan persamaan reaksi pada proses
fotosintesis. Semakin tinggi massa karbohidrat maka semakin besar pula massa karbondioksida, karena karbondioksi adalah yang menjadi unsur pereaksi dalam
pembentukan karbohidrat.
5.2. Daya Rosot CO
2
per Luas Daun
Berbagai faktor mempengaruhi daya rosot CO
2
di setiap tanaman, salah satu faktornya adalah luas dari daun pada tanaman tersebut. Daya rosot CO
2
per luas daun tidak selalu berbanding lurus dengan massa CO
2
, hal ini disebabkan karena terdapat faktor pembagi yaitu luas sampel daun tanaman yang diteliti. Semakin besar luasan
sampel daun maka semakin kecil daya rosot CO
2
yang diterima per cm
2
daun, begitu juga sebaliknya, semakin kecil luas daun, maka semakin besar daya rosot CO
2
per cm
2
. Data mengenai daya rosot CO
2
tanaman per luas daun dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Daya rosot CO
2
per luas daun
No. Nama Jenis Massa
CO
2
bersih Luas daun
cm
2
Daya rosot
CO
2
luas daun
10
-4
gcm
2
Daya rosot
CO
2
luas daunjam 10
-4
gcm
2
jam 1.
Pterocarpus indicus 14,253
3737,35 38,137
3,178 2.
Saraca indica 16,669
1851,1 89,714
7,476 3.
Bauhinia variegata 8,238
5182,61 15,895
1,324 4.
Brownea hybrida 8,326
3498,13 23,801
1,983 5.
Eperua falcata 8,044
2311,3 34,802
2,900 6.
Endertia spectabilis 16,581
3028,22 54,756
4,563 7.
Dysoxylum cauliflorum 8,479
3155,19 26,873
2,239 8.
Eusideroxylon zwageri 15,223
1408,28 108,098
9,008 9.
Neonauclea glabra 15,767
870,88 181,049
15,087 10.
Bhesa robusta 9,972
2858,22 34,890
2,907
Sutrian 1992 menyatakan bahwa laju fotosintesis per satuan tanaman pada kebanyakan kasus ditentukan sebagian besar oleh luas daun. Nilai daya rosot CO
2
yang didapat merupakan hasil konversi dari massa karbohidrat hasil fotosintesis,
29
maka daya rosot CO
2
tanaman juga dipengaruhi oleh luas daun, karena dapat dikatakan semakin luas daun maka semakin banyak kloroplas yang digunakan untuk
melakukan fotosintesis maka semakin banyak pula karbondioksida yang digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Neonauclea glabra memiliki
kemampuan tertinggi dalam menyerap CO
2
per jamnya yaitu sebesar 15,087 x 10
-4
gcm
2
jam. Hal ini disebabkan karena N.glabra memiliki daya rosot yang terbesar kedua. Sedangkan S.indica walaupun memiliki daya rosot CO
2
tertinggi yaitu sebesar 16,669 gram, namun karena luas daun yang besar sebesar 1851,1 cm
2
, maka hasil daya rosot perluas daun perjamnya meghasilkan nilai sebesar 7,476 x 10
-4
gcm
2
jam.
Gambar 8 Kurva persamaan kuadrat Saraca indica. Kemampuan terendah dalam menyerap CO
2
dari ke 10 jenis adalah Bauhinia variegata
sebesar 1,324 gcm
2
jam. Hal ini disebabkan karena massa CO
2
yang dihasilkan oleh tanaman ini sedikit yaitu sebesar 8,238 gram, sedangkan luas daunnya
cukup besar yaitu sebesar 5182,61 cm
2
, adapun hal lain yang mempengaruhi yaitu ketebalan daun tersebut tidak besar sehingga tidak banyak stomata dan kloroplas yang
akan membantu dalam fotosintesis. Jenis lain yang memiliki daya rosot CO
2
rendah adalah Brownea hybrida, yaitu sebesar 1,983 gcm
2
jam, hal ini karena jumlah luasan dari daun tersebut besar, yaitu sebesar 3498,13 cm
2
sedangkan daya rosot CO
2
bersih dari jenis tersebut kecil
30
sebesar 8,326 gram seperti terlihat pada Gambar 9., sehingga B.hybrida memiliki angka pembagi yang besar dan mengakibatkan jumlah daya rosot CO
2
per luas daun per jamnya kecil.
Gambar 9 Kurva persamaan kuadrat Brownea hybrida. Karena ketebalan daun mempengaruhi absorbsi cahaya dan daun yang tebal
akan memiliki kloroplas yang lebih banyak per satuan luas daun Sitompul Guritno 1995. Di dalam kloroplas terdapat klorofil yang mampu memanfaatkan cahaya
sebagai energi untuk reaksi-reaksi dalam fotosintesis, semakin banyak klorofil dalam tanaman maka semakin aktif tanaman dalam berfotosintesis. Ketebalan daun juga
berpengaruh terhadap daya rosot CO
2
per cm
2
luas daun. Hal ini terlihat pada F. elastica
yang merupakan jenis yang memiliki ketebalan relatif tinggi sehingga memiliki daya rosot CO
2
per luas sampel daun tertinggi. Pernyataan ini didukung oleh Sitompul dan Guritno 1995 yang menyatakan ketebalan daun menentukan
absorbsi cahaya dan daun yang tebal akan memiliki kloroplas yang lebih banyak per satuan luas daun. Di dalam kloroplas terdapat klorofil yang mampu memanfaatkan
cahaya sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis.
31
5.3. Daya Rosot CO