Penilaian faktor internal dan eksternal
dipertimbangkan pada pemberdayaan masyarakat pesisir di wilayah kajian adalah faktor biologi. Faktor ini merupakan faktor penting, karena usaha perikanan
sangat tergantung pada kondisi sumberdaya ikan secara berkelanjutan. Dengan pengelolaan sumberdaya ikan yang terus berkelanjutan maka kegiatan usaha
perikanan dapat terus terjaga, sehingga kebutuhan ekonomi masyarakat pesisir dapat terjamin. Urutan kedua faktor ekonomi, hal ini dapat dimengerti karena
faktor ekonomi merupakan faktor yang penting dalam strategi pemberdayaan, program pemberdayaan hendaknya dapat memberikan manfaat langsung bagi
peningkatan ekonomi nelayan secara khusus dan masyarakat pesisir pada umumnya.
Pada pertimbangan sub kriteria biologi diperoleh vektor prioritas adalah potensi sumberdaya ikan 0,128, ukuran ikan 0,080 dan illegal fishing 0,051.
Di Kabupaten Halmahera Utara, sebagian besar nelayan adalah subsisten yang melakukan kegiatan penangkapan ikan hanya untuk kebutuhan mererka sehari-
hari. Sehingga sub kriteria potensi sumberdaya ikan memberikan kontribusi lebih tinggi bagi mereka sehingga mendapat urutan prioritas pertama dibandingkan
ukuran ikan dan illegal fishing. Pada sub kriteria teknologi diperoleh vektor prioritas adalah ukuran kapal
0,029, jumlah kapal 0,029 dan produktivitas 0,059. Hal ini menunjukkan vektor prioritas produktivitas lebih tinggi daripada ukuran dan jumlah kapal.
Kondisi ini menggambarkan bahwa produktivitas unit penangkapan di wilayah perairan kajian rata-rata rendah karena keterbatasan teknologi dan sebagian besar
armada perikanan tangkapnya berskala kecil. Para nelayan berharap dapat menggunakan alat penangkapan yang produktif, seperti pajeko yang mulai
berkembang di daerahnya tetapi terkendala oleh tingginya investasi pajeko. Pada sub kriteria ekonomi diperoleh vektor prioritas adalah harga ikan
0,099, akses pemasaran 0,099 dan pendapatan 0,050. Hasil analisis diperoleh vektor prioritas dari harga ikan dan akses pemasaran lebih tinggi daripada
pendapatan. Hal ini menggambarkan faktor harga ikan dan akses pasar lebih tinggi dibandingkan pendapatan. Kondisi ini dapat dipahami, karena TPI setempat
tidak berfungsi maka seluruh nelayan hanya menjual ikan tangkapannya kepada dipo-dipo dengan harga rendah.
Pada sub kriteria sosial diperoleh vektor prioritas adalah usia potensial 0,033, pendidikan 0,033 dan motivasi 0,069. Hasil analisis diperoleh vektor
prioritas dari motivasi lebih tinggi daripada usia potensial dan pendidikan. Hal ini disebabkan usaha perikanan di Kabupaten Halmahera Utara masih menggunakan
teknologi tradisional sehingga yang diperlukan dalam melakukan aktivitas usahanya diperlukan motivasi dan ketekunan untuk menggelutinya. Namun
demikian motivasi ini perlu dipupuk dan merupakan modal sosial bagi pengembangan teknologi dan skala usaha perikanan.
Pada sub kelembagaan diperoleh vektor prioritas adalah kelompok masyarakat pesisir ditingkat desa 0,121 dan Koperasi LEPP-M3 0,121. Hal ini
menggambarkan kedua vektor prioritas kelembagaan masyarakat tersebut sama pentingnya untuk dipertimbangkan. Kelembagaan masyarakat pesisir yang telah
dibentuk baik di tingkat desa KMP, KUB dan TPK maupun di tingkat kawasan pesisir Koperasi LEPP-M3 merupakan modal sosial untuk pengembangan
perekonomian di kawasan pesisir. Tinggal bagaimana kelompok dan kelembagaan masyarakat tersebut dapat dimanfaatkan dengan optimal. Oleh karena itu, kedua
lembaga tersebut perlu penguatan kapasitas kelembagaan agar dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri memajukan perkonomian di kawasan pesisir.
Hasil analisis AHP secara keseluruhan menunjukkan bahwa prioritas pilihan model pemberdayaan masyarakat pesisir yang tepat di Kabupaten Halmahera
Utara adalah 1 pengembangan akses permodalan 0,272; 2 pengembangan teknologi dan skala usaha perikanan 0,183; 3 pengembangan akses pemasaran
0,131; 4 penguatan kelembagaan masyarakat pesisir 0,130; 5 pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat 0,116; 6 pembangunan sarana
prasarana penunjang usaha perikanan 0,092; dan 7 pengembangan diversifikasi pengolahanikan 0,040.