DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH DESA BERDASARKAN PERATURAN BUPATI NO. 31 TAHUN 2006 (Studi di Desa Wonoasri Dan Desa Wonosobo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH DESA BERDASARKAN PERATURAN
BUPATI NO. 31 TAHUN 2006 (Studi di Desa Wonoasri Dan Desa
Wonosobo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Oleh: BUDI HARYANTO ( 03230041 )
Goverment Science
Dibuat: 2010-03-31 , dengan 3 file(s).

Keywords: Dampak Pemekaran Wilayah Desa
ABSTRAKSI
Dalam Peraturan pemerintah No. 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria
Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Wilayah dinyatakan bahwa daerah dapat dibentuk
atau dimekarkan jika memenuhi syarat-syarat antara lain: kemampuan ekonomi, potensi daerah,
sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, serta pertimbangan lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Kriteria tersebut dirasakan kurang bersifat
operasional misalnya dalam bentuk standardisasi berapa besar nilai setiap indikator, sehingga
suatu daerah layak untuk dimekarkan.
Inti dari pemekaran desa yang dilakukan di desa Wonokarto adalah untuk meningkatkan dan
mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Pemekaran desa ini dinilai cukup
memenuhi syarat. Dilihat dari jumlah pertumbuhan penduduk yang meningkat, dan luas
wilayahnya yang memungkinkan terjadinya pemekaran untuk memudahkan pelayanan terhadap
masyarakat.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak
pemekaran Desa Wonokarto menjadi Desa Wonoasri dan Desa Wonosobo. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif yaitu melaporkan obyek penelitian dengan cara menggambarkan dan
memaparkan keadaan sesuai dengan kenyataan yang ditemui untuk mempermudah dalam
menjelaskan dan menjabarkan mengenai obyek yang diteliti.
Dampak positif yang terjadi dan dirasakan masyarakat dari adanya pemekaran wilayah dilihat
dari aspek kemudahan administrasi adalah ini positif. Pada pelayanan pengurusan KK dan KTP
yang diberikan oleh aparat desa adalah terkendala masalah klasik yaitu transportasi. Sehingga
masyarakat sudah banyak yang mengetahui permasalahan karena sudah disosialisasikan oleh
perangkat desa mengenai pengurusan KTP melalui perangkat desa maupun pihak Ketua RT dan
Ketua RW.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dampak pemekaran wilayah di desa Wonoasri dan desa
Wonosobo dalam bidang pembangunan prasarana masih belum terlihat signifikan
penambahannya. Diharapkan Pemerintah Kabupatan Pacitan agar dapat meningkatkan
pemberian fasilitas dan komunikasi sehingga keterkaitan antara lembaga swadaya masyarakat
dan pihak desa sebagai lembaga birokrasi dapat seiring sejalan.

ABSTRACT
In government rule No.129 / 2000 about Condition of Area Development Making, Criteria,
Erasing, and Compounding there stated that a region could be formed or developed if it fulfilled

conditions like: economic ability, area potential, socio-culture, citizen amount, areal width, and
another consideration those made possible the regional autonomy. The criterias were considered
not operationally, like in standardization in how large all indicators value, so that a region proper

to be developed.
The core of village development in Wonokarto was to increase and bring the government service
nearer to the society. Village development was considered fit with the conditions. From the
perspective of increasing people amount and area width which made development possible to
make the service to the society easier.
The research’s purposes were to find out the effect of Wonokarto village into Wonoasri and
Wonosobo village. The research was descriptive, reporting research object by describing and
explaining situation as the fact met to explain the object research easier.
Positive effect happened and felt by the society from the area development from administration
was positive. In Family Card and ID card service gave by village officer there was a classical
problem, transportation. So that the society had already know about the problem since it had
been socialized by village officer whether chief of RT and chief of RW.
From the research there found that area development in Wonoasri and Wonosobo villages in
facility development still was not significant. There hoped that Pacitan Regency to increase
facility and communication so that the relation among Private Organization and village as
bureaucracy institution could be fit.