Analisis Kelayakan Finansial Usaha Sapi Perah CV Cisarua Integrated Farming Kabupaten Bogor, Jawa Barat

(1)

i

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

USAHA SAPI PERAH

CV CISARUA INTEGRATED FARMING KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

SKRIPSI

MUHAMMAD IQBAL ZULKARNAEN NASUTION H34096058

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

ii RINGKASAN

MUHAMMAD IQBAL ZULKARNAEN NASUTION. Analisis

Kelayakan Finansial Usaha Sapi Perah CV Cisarua Integrated Farming Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARMINI)

Peternakan merupakan salah satu subsektor dalam pertanian yang memiliki peran strategis dalam pemenuhan akan pangan dan penciptaan lapangan kerja. Karakteristik produk pangan yang berasal dari ternak memiliki nilai gizi berkualitas dan ternak merupakan sumber pendapatan dan lapangan kerja. Analisis mengenai kelayakan usaha peternakan sapi perah menjadi penting untuk dilakukan karena sapi perah yang komoditinya berupa susu menjadi salah satu alternatif pemenuhan gizi dan juga menekan laju impor pemerintah yang pada akhirnya berimplikasi pada penerimaan negara yang semakin besar. Dalam perencanaan peningkatan produksi susu melalui perbaikan pakan, memerlukan perencanaan yang sesuai agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan bagi pihak yang terlibat. Dengan kata lain, analisis kelayakan finansial diperlukan untuk mendukung perencanaan ini.

Penelitian ini dilakukan di CV CIF, Cibeureum, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa CV CIF merupakan sebuah perusahaan peternakan yang kegiatan produksinya berlangsung secara sistematis dan transparan, selain itu juga CV CIF merupakan salah satu perusahaan penghasil susu terbesar di daerah Cisarua. Selain itu juga pemilihan daerah Cisarua sebagai lokasi penelitian dikarenakan daerah Cisarua merupakan daerah penghasil susu terbesar di daerah Bogor dan sekitarnya. CV CIF mampu memproduksi susu sapi segar sebanyak 1200 liter perhari yang diproduksi dari 63 sapi laktasi, kemudian susu segar tersebut akan dipasarkan dan dijual kepada pembeli tunggal yaitu PT Cimory. Akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh, pihak PT Cimory sendiri saat ini masih mengalami kekurangan pasokan susu dari pihak CV CIF, dengan kata lain PT Cimory bersedia menampung susu lebih banyak lagi dari total produksi susu yang dihasilkan CV CIF pada saat ini.

CV CIF sendiri menyadari bahwa produksi susu yang dihasilkan saat ini masih rendah dan memerlukan suatu metode atau cara yang bertujuan untuk meningkatkan produksi susu guna menutupi kekurangan permintaan susu PT Cimory. Maka untuk menutupi kekurangan permintaan susu PT Cimory, CV CIF menggunakan suatu metode berupa penggunaan teknologi produksi baru dengan cara peningkatan pakan konsentrat pada sapi perah yang didukung dengan adanya pengadaan investasi baru berupa mesin pakan yang berfungsi sebagai alat yang terus mensupply pakan konsentrat pada sapi perah. Tujuan Penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan finansial produksi susu sapi CV CIF dengan teknologi produksi yang kegiatannya dilakukan secara biasa (normal production), (2) Menganalisis kelayakan finansial produksi susu sapi pada CV CIF melalui teknologi produksi baru berupa peningkatan pakan konsentrat pada sapi dan


(3)

iii

investasi mesin pembuat pakan, (3) Menganalisis sensitivitas usaha sapi perah CV CIF akibat adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada usaha yang dijalankan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di peternakan sapi perah CV CIF serta wawancara dengan manajer, supervisor dan

para pekerja secara langsung. Data sekunder diperoleh dari buku-buku dan literatur-literatur yang relevan dengan topik yang diteliti.

Pengumpulan data dilakukan melelui observasi langsung berupa pembuatan pakan dan juga kegiatan produksi susu sapi, pemasaran susu sapi dan pembuatan pakan, wawancara yang mendalam dengan manager dan supervisor serta pekerja yang ada di CV CIF, studi literature dan internet.

Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian diolah dengan bantuan komputer menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan kalkulator. Sedangkan data kualitatif diolah dan disajikan secara deskriptif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran usaha dari tiap-tiap aspek dalam kelayakan finansial. Analisis secara kuantitatif dilakukan terhadap aspek finansial. Adapun aspek fianansial yang dianalisis adalah NPV (Net Present Value), IRR (Inernal Rate Return Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PP (Payback Period) dan analisis sensitivitas (Switching Value). Variabel untuk analisis sensitivitas pada skenario I adalah kenaikan harga konsentrat dan penurunan produksi susu, sedangkan variabel untuk analisis sensitivitas pada skenario II adalah kenaikan harga bahan baku untuk pakan dan penurunan produksi susu.

Secara finansial usaha peningkatan produksi susu dengan metode peningkatan pakan melalui penerapan sebuah teknologi baru berupa mesin pembuat pakan ternyata lebih layak untuk dilakukan mengingat kriteria kelayakan yang dianalisis menghasilkan nilai-nilai yang layak. NPV sebesar Rp. 27,111,345,101, Net B/C sebesar 9.90, IRR sebesar 83 persen dan Payback Period selama 1.9 tahun. Lebih baik dibandingkan dengan nilai-nilai yang diperoleh dari hasil analisis skenario I yaitu NPV sebesar Rp. 3,720,900,569, Net B/C sebesar 1.75, IRR sebesar 8 persen dan Payback Period selama 6.1 tahun.

Berdasarkan perbandingan pada skenario I, peningkatan harga konsentrat sebesar 19.15 persen dan penurunan produksi susu sebesar 12.34 persen, dan pada skenario II berupa peningkatan harga bahan baku pembuatan pakan konsentrat sebesar 274.63 persen dan penurunan produksi susu sebesar 58 persen menunjukan bahwa pada skenario I memiliki tingkat elastisitas yang tinggi di banding dengan skenario II. Persentase perubahan pada skenario II harus menjadi perhatian serius bagi pihak CV CIF agar tidak terjadi kerugian yang besar apabila fenomena yang terjadi dalam kenyataanya melewati batas-batas yang bisa ditolerir.


(4)

iv

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

USAHA SAPI PERAH

CV CISARUA INTEGRATED FARMING KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

MUHAMMAD IQBAL ZULKARNAEN NASUTION H34096058

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

v

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial Usaha Sapi Perah CV Cisarua Integrated Farming Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama : Muhammad Iqbal Zulkarnaen Nasution

NIM : H34096058

Disetujui, Pembimbing

Ir. Harmini, M.Si NIP. 19600921 198703 2 002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

vi PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan

Finansial Usaha Sapi Perah CV Cisarua Integrated Farming Kabupaten Bogor,

Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai skripsi atau

karya ilmiah pada suatu perguruan tinggi atau lembaga manapun untuk memperoleh gelar akademik tertentu. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Muhammad Iqbal Zulkarnaen Nasution


(7)

vii RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Balai pada tanggal 16 Januari 1989. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara.

Pendidikan awal yang diikuti penulis dimulai dari SD Taman Siswa selama enam tahun pada tahun 1994 dan lulus pada tahun 2000. Pendidikan tingkat menengah pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun 2003 di SLTP Swasta Harapan II, Medan. Selanjutnya pendidikan tingkat atas pada SMA AL Ulum dapat diselesaikan pada tahun 2006.

Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Direktorat Program Diploma melalui jalur

USMI. Pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan melalui program

penyelenggaraan khusus Ekstensi Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan taufik dan hidayah-Nya yang selalu dicurahkan kepada penulis selama ini, sehingga sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Sapi Perah CV Cisarua Integrated Farming Kabupaten

Bogor, Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial produksi susu sapi CV Cisarua Integrated Farming melalui penerapan teknologi produksi baru berupa peningkatan pakan konsentrat pada sapi perah dan pengadaan investasi baru berupa mesin pakan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi.

Bogor, Agustus 2011


(9)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah, kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan barbagai pihak dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Ir. Harmini. M.Si selaku pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, nasehat, waktu, motivasi dan kesabaran yang tidak pernah habis serta kebaikan-kebaikan yang tak pernah terhitung yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan dan penyempurnaan skripsi ini. Bujur krina, Hatur Nuhun, Mauliate…

2. Dra. Yusalina. M.Si selaku pembimbing akademik atas motivasi, bantuan ide, saran dan juga semangat yang tiada habisnya yang ditujukan kepada penulis. 3. Dr.Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen penguji pada sidang penulis yang telah

banyak memberikan masukan, saran dan wawasan dalam berfikir.

4. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen komisi pendidikan pada sidang penulis yang tela memberikan saran dan kritikan yang berguna dalam penyempurnaan skripsi penulis.

5. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada saat penulis melakukan kolokium, yang telah memberikan ide, saran dan kritikan yang berguna dalam penyempurnaan skripsi penulis.

6. Bapak Eko, selaku staf CV Cisarua Integrated Farming selama penelitian yang telah memberikan banyak waktu, kesempatan, masukan dan arahan kepada penulis.

7. Seluruh keluarga besar dan staf CV Cisarua Integrated Farming. Terimakasih atas kerjasama, bantuan dan rasa kekeluargaan yang diberikan pada penulis selama melaksanakan penelitian.

8. Ayahku tercinta, abang, kakak, keponakanku (sza-sza, kiboy, gina, septi dan dolly) serta seluruh keluarga besar Nasution’s atas perhatian, arahan, kasih sayang yang tulus, dukungan, semangat, motivasi dan do`anya serta materi yang telah diberikan selama ini.


(10)

x

9. Windu Daniar, yang selalu ada untuk perhatian, do’a, waktu dan semangat yang tiada henti-hentinya bagi penulis.

10. Bang “hot” Harahap, Amli Harahap, Hendra Nasution, Iman D’jawa, Lintar Siagian, Jebs Pujakesuma dan Rahmat Siregar atas semangat dan motivasi yang tak pernah pudar ditelan waktu, serta lawakan yang selalu menyegarkan bagi penulis.”Ula Kam sangsi, Putarkan mak inang,, Bah, Putarkan lah Johor

Sport Club Kita itu…”

11.Teman-teman seperjuangan di ekstensi agribisnis yang telah memberikan bantuan berupa masukan, ide dan juga semangat bagi penulis.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Agustus 2011

Muhammad Iqbal Zulkarnaen Nasution


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...5

1.3 Tujuan Penelitian ...7

1.4 Manfaat penelitian ...7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...7

II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah ...8

2.2 Perkembangbiakan Sapi Perah ...8

2.3 Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah ...12

2.4 Kajian Penelitian Terdahulu ...14

III KERANGKA PEMIKIRAN... 19

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ...19

3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi ...19

3.1.2 Teori Biaya dan Manfaat ...19

3.1.3 Analisis Kelayakan Finansial ...20

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...22

IV METODE PENELITIAN ... 26

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...26

4.2 Jenis Data ...26

4.3 Metode Pengumpulan Data ...26

4.4 Metode Pengolahan Data ...26

4.4.1 Analisis Aspek Finansial...27

4.4.2 Analisis Sensitivitas ...29

4.5 Asumsi Dasar ...29

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 32

5.1 Sejarah Perusahaan ...32

5.2 Lokasi dan Keadaan Geografis ...32

5.3 Aspek Non Finansial ...33

5.3.1 Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan ...33

5.3.2 Aspek Sumberdaya Perusahaan Unit Bisnis Sapi Perah 38 5.3.3 Aspek Permodalan ...40

5.3.4 Aspek Pasar ...40

5.3.5 Aspek Teknis ...42


(12)

xii

VI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 56

6.1. Aspek Finansial ...56

6.1.1. Analisis Laba Rugi pada Skenario I...57

6.1.2. Arus Kas (Cash Flow) pada Skenario I ...58

6.1.3. Laporan Laba Rugi pada Skenario II ...68

6.1.4. Arus Kas (Cash Flow) pada Skenario II ...68

6.1.5. Analisis Kelayakan Finansial ...71

6.1.6. Analisis Sensitivitas ...72

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

7.1 Kesimpulan ...74

7.2 Saran ...74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(13)

xiii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Efisiensi Pengubahan Pakan Menjadi Protein dan Energi ...2

2. Populasi Ternak Indonesia Tahun 2005-2008...2

3. Konsumsi Susu Nasional (2004-2009)...3

4. Neraca Perdagangan Susu Indonesia Tahun 2008 ...3

5 Daftar Penelitian Terdahulu ...17

6. Luas Lahan Peternakan dan Penggunaannya Pada CV CIF 2011...40

7. Jenis, Harga dan Pemasok Bahan Baku Pakan Konsentrat pada CV. CIF ...52

8. Jumlah Bahan Baku Pakan Konsentrat yang Dibutuhkan dalam Satu Kali Proses Mixer ...52

9. Jumlah Pemberian Pakan Hijauan Dan Konsentrat Berdasarkan Bobot Badan Sapi ...54

10. Waktu dan Jumlah Volume Pakan Konsentrat pada Peternakan CV CIF ...54

11. Rincian Biaya Penyusutan pada CV CIF ...57

12. Proyeksi Populasi Sapi Perah Selama Umur Usaha pada CV CIF ...59

13. Proyeksi Penerimaan Penjualan Susu di CV CIF ...60

14. Penerimaan dari Penjualan Induk Afkir Sapi Laktas ...61

15. Penerimaan Penjualan Pedet Jantan Pada CV CIF ...61

16. Penerimaan yang berasal dari komponen Nilai Sisa ...62

17. Rincian Biaya Investasi CV CIF ...63

18. Proyeksi Pengeluaran Untuk Pembelian Pakan Konsentrat dan Hijauan ...67

19. Proyeksi pengeluaran untuk inseminasi buatan dan kesehatan ...67

20 Penerimaan dari penjualan susu sapi dan penjualan pakan konsentrat pada skenario II CV CIF ...69

21. Proyeksi Biaya Variabel Pembelian Input Bahan Baku ...71

22. Hasil Analisis Kelayakan Finansial CV CIF ...72

23. Hasil analisis switching value pada Penurunan Produksi susu, kenaikan Biaya Pakan Konsentrat dan Bahan Baku Pakan Konsentrat pada CV CIF ...73


(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Finansial

UsahaTernak Sapi Perah CV CIF ...25

2. Struktur Organisasi CV CIF ...33

3. Penyedian Air Minum pada Sapi Perah CV CIF ...44

4. Pakan Hijauan dan Mesin Chooper....47

5. Proses Pemerahan Sapi Perah Pada CV CIF ...51


(15)

xv DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Rincian Biaya Investasi Lahan, Peralatan dan Kandang pada CV CIF ...78 2 Analisis Laba Rugi Skenario I (Tanpa Menggunakan Teknologi

Mesin padaCV CIF) ...79 3 Analisis CashFlow Skenario I (Tanpa Menggunakan Teknologi Mesin pada CV CIF) ...80 4 Rincian Biaya Investasi Berupa Kandang, Lahan, Peralatan,

Gudang dan Mesin pada CV CIF ...82 5 Analisis Laba Rugi Skenario II (Menggunakan Teknologi Mesin

pada CV CIF) ...83 6 Analisis Cashflow Skenario II (Menggunakan Teknologi Mesin

pada CV CIF) ...84 7 Analisis SV I (Peningkatan Harga Konsentrat) sebesar 16.35%

Pada Skenario I CV CIF...86 8 Analisis SV I Penurunan Produksi Sebesar 10.52 %

pada Skenario I CV CIF ...88 9 Analisis SV II Peningkatan Bahan Baku pembuatan Pakan Konsentrat

Sebesar 268.31% Pada Skenario II CV CIF ...90 10 Analisis SV II Penurunan Produksi Sebesar 61.61% pada Skenario II CV CIF ...92


(16)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan pemerintah di sektor pertanian yang bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, peningkatan ekspor, memperluas lapangan kerja dan mendukung pembangunan daerah. Pada pembangunan jangka panjang II,

orientasi pembangunan menitikberatkan pada swasembada “plus” yaitu

swasembada pangan secara menyeluruh (Khaidar Z 2009). Swasembada pangan ini merupakan salah satu yang mendukung peningkatan pengembangan pertanian, salah satunya peningkatan pengembangan pertanian di sektor peternakan. Disamping lebih memantapkan swasembada pangan, pengembangan peternakan ini juga diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki gizi melalui pengkonsumsian susu. Pendekatan ini dilakukan melalui pendekatan agribisnis dan agroindustri yang memungkinkan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk peternakan.

Peternakan merupakan salah satu subsektor dalam pertanian yang memiliki peran strategis dalam pemenuhan akan pangan dan penciptaan lapangan kerja. Hasil di bidang peternakan berupa telur, daging dan susu merupakan bahan makanan yang penting karena kandungan zat-zat yang ada didalamnya. Menurut Susilorini et al (2008) ada beberapa faktor yang mendukung peternakan selalu berkelanjutan dan menjanjikan peluang bisnis. Faktor-faktor tersebut adalah kebutuhan pangan yang akan meningkat sejalan dengan kecepatan pertumbuhan populasi manusia. Karakteristik produk pangan yang berasal dari ternak memiliki nilai gizi berkualitas dan ternak merupakan sumber pendapatan dan lapangan kerja.

Sapi perah merupakan hewan ternak yang menghasilkan bahan pangan kaya protein yaitu berupa susu. Hal ini dikarenakan sapi perah memiliki efisiensi pengubahan pakan menjadi protein yang paling tinggi dibanding hewan ternak lainnya (Tabel 1)


(17)

2 Tabel 1. Efisiensi Pengubahan Pakan Menjadi Protein dan Energi

Jenis Ternak Pengubahan Pakan Menjadi Protein (%)

Sapi Perah 33.6

Ayam Broiler 16.7

Ayam Petelur 15.6

Kalkun 12.3

Sapi Potong 8.5

Domba/kambing 5.4

Sumber: Ensminger (1971), diacu dalam Sudono (2005)

Industri persusuan di Indonesia pada saat ini cukup potensial, hal ini dikarenakanan adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Berdasarkan data Dirjen Peternakan (2009), selama periode 2004-2009 produksi susu nasional hanya mampu memenuhi permintaan konsumen susu sebesar 342.000 ton dari total kebutuhan susu segar 1.306.000 ton atau hanya sekitar 26 persen per tahun. Hal ini berarti setiap tahun negara mengimpor sekitar 74 persen dari total kebutuhan susu nasional. Susu yang diimpor utamanya dalam bentuk skim milk powder dan butter fat sebagai bahan baku industri pengolahan susu. Sebagian kecil lainnya diimpor sebagai finished produk. Diperkirakan nilai impor susu, baik sebagai bahan baku maupun finished produk, berkisar Rp 8 triliun atau 800 juta dollar AS (Dewan Persusuan Nasional 2008). Melihat potensi pasar yang dimiliki maka peluang bagi peternakan dalam negeri masih sangat terbuka untuk mengembangkan produksi susu.

Rendahnya penawaran susu yang disebabkan oleh populasi sapi perah yang cenderung stagnan pada tahun 2005-2007 (Tabel 2). Selain itu peningkatan jumlah populasi yang terjadi pada tahun 2008 belum dapat mengatasi kekurangan pasokan susu di Indonesia.

Tabel 2. Populasi Ternak Indonesia Tahun 2005-2008

Komoditi (ekor) 2005 2006 2007 2008

Ayam Buras 278.953.780 291.085.190 272.140.251 290.802.770

Domba 8.327.022 8.979.849 9.514.184 10.391.849

Kambing 13.409.277 13.789.954 14.470.215 15.805.902

Kerbau 2.218.491 2.166.606 2.085.779 2.191.636

Sapi Perah 361.351 369.008 374.067 407.767

Sapi Potong 10.569.312 10.875.125 11.514.871 11.869.158

Babi 6.800.698 6.218.202 6.710.758 7.376.448


(18)

3

Saat ini masyarakat semakin sadar akan pentingnya arti kesehatan dan pemenuhan gizi yang baik, permintaan masyarakat akan susu sapi yang sehat dan berkualitas mengalami peningkatan yang signifikan tiap tahunnya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 3, dimana terjadinya perkembangan konsumsi susu nasional.

Tabel 3. Konsumsi Susu Nasional (2004-2009)

Tahun Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun)

2004 9.47

2005 9.32

2006 9.45

2007 9.0

2008 10.0

2009 10.47

Sumber:Dirjen Peternakan 2009 (diolah)

Seiring dengan perkembangan permintaan susu sapi yang terus meningkat ternyata penawaran yang tersedia di pasar sangat terbatas. Ditambah lagi dengan sedikitnya peternak-peternak dalam negeri yang mampu menghasilkan susu sapi untuk memenuhi permintaan konsumen di pasar. Hal ini dibuktikan dengan data yang menunjukan bahwa Indonesia lebih banyak melakukan kegiatan impor susu dari luar negeri yang digunakan untuk menutupi kekurangan pasokan susu lokal, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Neraca Perdagangan Susu Indonesia Tahun 2008

Keterangan Supply (ribu ton)

Penggunaan Ekspor

(ribu ton) (%)

Konsumsi

(ribu ton) (%)

Lokal 574.4 0 0 574.4 100

Impor 2427.9 233.1 9.6 2194.7 90.39

Total 3002.3 233.1 7.76 2709.1 92.23

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2009)

Terdapat dua faktor yang menyebabkan rendahnya produksi susu dalam negeri yaitu faktor teknis dan faktor ekonomis. Dari faktor teknis, perbandingan produktivitas sapi perah di Indonesia yang hanya 10 liter per hari atau 3.650 Kg susu per laktasi/tahun lebih kecil dari produktivitas sapi perah di Amerika yang bisa menghasilkan 20 liter per arinya atau 7.254 Kg susu per laktasi/tahun.


(19)

4

Produktivitas potensial sapi perah di Indonesia masih jauh dibawah standar produktivitas potensial sapi perah dunia.

Sapi perah jenis Fries Holland yang dikembangbiakan di Indonesia harusnya bisa berproduksi sebanyak 5.205 Kg susu per laktasi/tahun. Sedangkan dari faktor ekonomi, peternak sapi perah kurang mendapatkan insentif yang sesuai dengan yang mereka keluarkan, ditambah lagi biaya produksi yang besar tidak sebanding dengan harga susu sapi yang sangat rendah. Sehingga hal ini dapat mengurangi minat peternak untuk terus memproduksi susu sapi.

Perbaikan pakan dengan acuan peningkatan produksi susu akan menambah biaya pakan yang berdampak pada meningkatnya biaya produksi. Akan tetapi, peningkatan biaya produksi tersebut, akan berbanding lurus dengan pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan, salah satunya menurut Siregar 1996, diacu dalam Kusnadi U dan Juarini E 2006, mengemukakan bahwa pemberian pakan yang memilliki kandungan suplementasi konsentrat yang lebih tinggi berupa protein dan energinya sebanyak 3 kg/hari dapat meningkatkan kemampuan berproduksi susu sampai dengan 22.3 % yang berdampak pada peningkatan pendapatan rata-rata Rp. 685.23/hari. Peningkatan kemampuan berproduksi susu pada sapi-sapi laktasi melalui peningkatan suplementasi pakan yang lebih berkualitas yang dibarengi dengan peningkatan frekuensi pakan juga telah dilakukan dan ternyata memberikan dampak yang positif. Penelitian dilakukan pada sapi-sapi di daerah Tanjungsari dengan suplementasi pakan konsentrat yang lebih berkualitas sebesar 2,3 kg / hari yang disertai dengan peningkatan frekuensi pemberian pakan dari 2 kali menjadi 3 kali sehari ternyata dapat meningkatkan produksi rata-rata sebesar 3.1 kg/hari (Kusnadi U dan Juarini E 2006).

Dengan demikian, peningkatan produksi susu ini memiliki sasaran ke depannya berupa memperluas pangsa pasar untuk memenuhi permintaan dan peningkatan pendapatan oleh perusahaan yang menggunakan sistem atau metode baru berupa peningkatan produksi susu sapi melalui peningkatan pakan. Penelitian yang dilakukan oleh Kusnadi U dan Juarini E menunjukan bahwa masih terbukannya potensi yang terkandung dalam kegiatan peternakan sapi perah dalam rangka memperluas pangsa pasar dan meningkatkan pendapatan usaha


(20)

5

pemeliharaan sapi perah melalui peningkatan pakan. Bila dilihat dari sisi produksi susu yang dihasilkan, yang apabila dilakukan secara berkala dan intensif dapat menghasilkan susu sebanyak 5.205 Kg susu per laktasi/tahun, maka akan menjadi industri yang sangat menjanjikan. Analisis mengenai kelayakan usaha peternakan sapi perah menjadi penting untuk dilakukan karena sapi perah yang komoditinya berupa susu menjadi salah satu alternatif pemenuhan gizi dan juga menekan laju impor pemerintah yang pada akhirnya berimplikasi pada penerimaan negara yang semakin besar.

Dalam perencanaan peningkatan produksi susu melalui perbaikan pakan, memerlukan perencanaan yang sesuai agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan bagi pihak yang terlibat. Dengan kata lain, analisis kelayakan finansial diperlukan untuk mendukung perencanaan ini.

1.2 Perumusan Masalah

Kegiatan peternakan sapi perah merupakan sebuah usaha unggulan di daerah Cisarua, dimana kegiatan tersebut memiliki arti penting dalam perekonomian daerah setempat. Perusahaan peternakan dan peternak-peternak sapi perah setempat sadar bahwa produk akhir dari peternakan tersebut berupa susu memiliki potensi besar dalam perkembangan kedepannya. Akan tetapi, masih terdapat kendala yang menyebabkan perusahaan peternakan tersebut belum mampu menghasilkan produksi susu yang optimal. Keterbatasan modal, kurang terampilnya tenaga ahli dan juga kurang efektifnya teknologi produksi yang digunakan menjadi kendala bagi perusahaan peternakan dan peternak di daerah Cisarua.

CV Cisarua Integrated Farming (CV CIF) merupakan salah satu perusahaan peternakan yang berada di wilayah kecamatan Cisarua, dimana kegatan bisnis utamanya adalah menghasilkan susu sapi segar. Saat ini dalam kegiatan produksinya CV CIF mampu menghasilkan susu sapi segar sebanyak 1200 liter yang diperoleh dari 63 sapi perah produktif. Selanjutnya CV CIF akan menjual semua susu yang diproduksi ke pembeli tunggal yaitu PT Cimory (Cisarua Mountain Dairy) yang menampung semua hasil produksi susu. Selain itu juga melalui wawancara dengan pihak perusahaan, permintaan susu yang diminta oleh


(21)

6

PT Cimory masih sangat besar dan sanggup menampung sekitar 8000 liter hingga 12.000 liter perharinya. Sedangkan dari pihak CV CIF sendiri belum mampu untuk memasok susu dengan jumlah sebesar itu. Sehingga untuk mengupayakan terpenuhinya permintaan PT Cimory, CV CIF menerapkan dua alternatif kegiatan dalam memproduksi susu sapi perah.

Alternatif pertama atau yang dapat disebut skenario I adalah teknologi produksi yang kegiatannya dilakukan secara biasa (normal production) seperti yang dilaksanakan oleh CV CIF saat ini, berupa proses produksi menghasilkan susu sapi dengan pemberian pakan konsentrat yang dibeli dari pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan susu PT Cimory. Selanjutnya adalah alternatif kedua atau skenario II, dimana CV CIF menerapkan suatu metode baru yang telah teruji mampu untuk meningkatkan produksi susu berupa peningkatan pakan konsentrat pada sapi perah, baik itu berupa peningkatan kualitas pakan dan juga kuantitas pakan. Dimana sebelumnya metode tersebut pernah diteliti oleh Kusnadi U dan Juarini E (2006), disebutkan bahwa pemberian peningkatan pakan yang dibarengi dengan peningkatan frekuensi pakan pada sapi perah akan meningkatkan kemampuan produksi susu sampai 22.3 persen. Yang berarti awalnya sapi mampu berproduksi sebanyak 19 liter/hari maka akan terjadi peningkatan sebesar 21.03 liter/ hari. Diharapkan kedepannya metode yang akan diterapkan ini akan berdampak positif bagi CV CIF dalam meningkatkan produksi.

Untuk mendukung metode tersebut, diperlukan penerapan suatu teknologi yang berfungsi untuk mensupply pakan tersebut kepada sapi perah. Sehingga untuk mewujudkannya, CV CIF melakukan suatu kegiatan investasi berupa pembelian mesin pembuat pakan konsentrat. Metode yang akan dilakukan tersebut merupakan suatu metode yang sudah terbukti dan telah memberikan hasil yang bermanfaat bagi perusahaan atau peternakan yang menerapkannya. Dengan adanya mesin pembuat pakan tersebut akan memudahkan perusahaan untuk menerapkan metode baru tersebut yang bertujuan untuk memenuhi permintaan susu dari PT Cimory.


(22)

7

Berdasarkan data di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan finansial pada CV CIF dengan teknologi produksi yang kegiatannya dilakukan secara biasa (normal production)?

2. Bagaimana kelayakan finansial pada CV CIF dengan menggunakan teknologi produksi baru berupa peningkatan pakan konsentrat pada sapi dan investasi mesin pembuat pakan?

3. Bagaimana sensitivitas usaha sapi perah akibat adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada usaha tersebut ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kelayakan finansial produksi susu sapi CV CIF dengan teknologi produksi yang kegiatannya dilakukan secara biasa (normal production).

2. Menganalisis kelayakan finansial produksi susu sapi CV CIF melalui teknologi produksi baru berupa peningkatan pakan konsentrat pada sapi dan investasi mesin pembuat pakan.

3. Menganalisis sensitivitas usaha sapi perah akibat adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada usaha ternak sapi perah.

1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi peternakan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan rencana kerja selanjutnya.

2. Bagi peneliti, sebagai sarana belajar dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah.

3. Bagi kalangan akademis, sebagai referensi atau sumber informasi untuk penelitian mengenai kelayakan finansial.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Kegiatan penelitian hanya dilakukan di peternakan sapi perah di CV CIF Desa Barusirem Rt 03/06, Kampung Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.


(23)

8 II TINJAUAN PUSTAKA

Sapi adalah hewan ternak terpenting dikarenakan setiap bagian dalam tubuhnya memiliki fungsi dan kegunaan diantaranya sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50 persen kebutuhan daging di dunia, 95 persen kebutuhan susu dan 85 persen kebutuhan kulit. Hal ini menunjukan bahwa sapi memiliki peranan yang penting dalam pemenuhan gizi manusia.

2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah

Menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia

No.940/kpts/OT.210/10/97, yang dimaksud usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak potong, telur, susu termasuk menggemukan suatu ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Menurut Mandaka (2005), usaha ternak sapi perah kerakyatan di Indonesia memiliki komposisi peternak skala kecil (memiliki kurang dari empat ekor sapi perah) dengan persentase 80 persen, peternak skala menengah (memiliki empat sampai tujuh ekor sapi perah) dengan persentase 17 persen dan peternak skala besar (memiliki lebih dari tujuh ekor sapi perah) dengan persentase tiga persen.

2.2 Perkembangbiakan Sapi Perah

Perkembangbiakan merupakan faktor yang penting dan mendukung pengembangan peternakan karena peternakan dianggap berhasil diantaranya apabila produksi dan reproduksi tinggi atau tercapainya efisiensi reproduksi. Perkembangbiakan ini adalah sebagai upaya untuk peningkatan populasi dan produktivitas susu sapi perah (Ginting 2009).

Sapi dara untuk pertama kalinya mulai dikawinkan pada umur dua tahun, sebab pada umur tersebut sapi dara sudah mencapai dewasa kelamin, sehingga diharapkan pada umur ± 3 tahun dapat beranak untuk pertama kali. Hal-hal yang


(24)

9

perlu diperhatikan dalam perkembangbiakan ternak sapi perah adalah sebagai berikut:

1) Lama dan Siklus Birahi

Sapi yang sedang dibirahi harus segera dikawinkan, karena bila terlambat kawin harus menunggu datangnya masa birahi berikutnya hingga 40–60 hari. Akibat yang ditimbulkan dari kejadian tersebut akan berimbas pada produksi susu yang dihasilkan akan menurun. Periode birahi rata-rata 21 hari sekali, tetapi ada juga sapi-sapi yang memiliki periode birahi bervariasi dari 17-26 hari. Lama masa birahi ini berlangsung selam 6-36 jam dengan rata-rata 18 jam untuk sapi betina dewasa dan 15 jam untuk sapi dara. Sapi yang sedang birahi akan menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

1. Nampak gelisah dan sering mengeluh.

2. Sering mengibas-ngibaskan ekornya, atau kalau ekor dipegang akan diangkat keatas.

3. Nafsu makan berkurang.

4. Sering menaiki atau mau dinaiki kawannya.

5. Vulva tampak membengkak dan berwarna agak kemerahan. 6. Dari vagina keluar cairan berwarna putih agak pekat. 7. Produksi susu menurun.

Teramatinya tanda birahi yang merupakan siklus serta mata rantai dari periode menjadi awal proses reproduksi. Birahi setelah beranak terjadi 21-80 hari atau rata-rata 60 hari setelah beranak, kondisi ini tergantung interval pemerahan, yaitu:

1. Pada sapi yang diperah 4 kali sehari terjadi birahi kurang lebih 69 hari sejak beranak.

2. Pada sapi yang diperah 2 kali sehari terjadi birahi 46 hari sejak beranak atau rata-rata 60 hari.

3. Pada induk yang menyusui anaknya, akan kembali birahi pada hari ke-72 sejak beranak.


(25)

10 2) Lama Bunting

Lama bunting sapi perah bervariasi antara 275-287 hari atau rata-rata 280 hari. Umumnya kebuntingan sapi diikuti gejala-gejala berikut:

1) Sapi menjadi tenang

2) Terlihat adanya pertambahan besar dari dinding perut 3) Adanya kecenderungan naiknya berat badan

Sesudah tujuh bulan atau sekitar 224 hari setelah terjadi kebuntingan, sapi perah induk harus dikeringkan dan lamanya kering kandang adalah sekitar dua bulan atau 60 hari ini bertujuan mengistirahatkan sel-sel ambingnya dan mempersiapkan produksi kolostrum bagi anaknya (Hidajati N 1997, diacu dalam Helmy et al. 2002).

3) Calving Interval

Calving Interval atau selang beranak sapi adalah 12-14 bulan. Jika selang beranak diperpendek akan menurunkan produksi susu sebesar 3,7-9 persen pada laktasi yang sedang berjalan atau yang akan datang. Jika selang beranak diperpanjang sampai 450 hari, laktasi yang sedang berlaku dan laktasi yang akan datang akan meningkatkan susu yang dihasilkan sebesar 3,5 persen. Meskipun demikian, jika ditinjau dari segi ekonomi akan merugikan karena susu yang dihasilkan tidak sepadan jika dibandingkan dengan pakan yang diberikan (Sudono et al 2003).

4) Perkawinan kembali setelah beranak

Sapi dewasa yang habis beranak bisa dikawinkan kembali sesudah 60-90 hari, sebab pada saat itu jaringan alat reproduksi yang rusak akibat melahirkan telah pulih kembali. Namun biasanya perkawinan ini sering dilakukan sekitar 60 hari setelah beranak, sebab menurut Siregar 1996 dalam Hutagalung (2008) mengungkapkan bahwa apabila dapat diupayakan kawin per bunting (S/C) tidak lebih dari dua kali dan sapi perah induk mulai dikawinkan sekitar 60 hari setelah beranak, maka akan dapat diperoleh panjang laktasi dan selang beranak yang optimal.

Metode perkawinan sapi perah yang dilakukan CV. Cisarua Integrated Farming adalah secara buatan, yaitu melalui Inseminasi Buatan (IB) yang berasal dari Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari. IB adalah satu cara yang dilakukan


(26)

11

untuk mempercepat peningkatan mutu genetik dan populasi ternak (Hutagalung 2008). IB merupakan bioteknologi reproduksi pertama yang telah diaplikasi di Indonesia sejak tahun 1956 yang dimulai dengan penggunaan semen cair (fresh semen) dan mulai tahun 1972 digunakan semen beku (frozen semen). Semen tersebut berasal dari mani sapi jantan yang telah diproses terlebih dahulu, dan selanjutnya akan dimasukkan ke dalam saluran alat kelamin sapi betina dengan menggunakan metode alat khusus yang disebut inseminator gun. Dengan inseminasi buatan, daya reproduksi sapi yang jantan dapat ditingkatkan. Bila dengan kawin alami hanya dapat dihasilkan 10-20 keturunan dalam setahun, maka dengan inseminasi buatan akan dapat dihasilkan 10-20.000 dosis semen yang dapat menghasilkan lebih banyak keturunan.

Tujuan menggunakan sistem IB ini adalah sebagai berikut: 1. Memperbaiki mutu genetik ternak.

2. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ke tempat yang dibutuhkan sehingga biaya lebih efisien.

3. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama.

4. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur. 5. Mencegah penularan atau penyebaran penyakit kelamin.

Sedangkan keuntungan dari penggunaan metode perkawinan IB adalah: 1. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan.

2. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik.

3. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi wanita (inbreading)

4. Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.

5. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan lalu mati.

6. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar.

7. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.


(27)

12 2.3 Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah

Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Salah satu hasil dari sapi yang sangat berguna adalah susu. Susu merupakan bahan makanan asal ternak yang memiliki kandungan gizi tinggi. Hal ini mengakibatkan permintaan akan susu meningkat seiring dengan semakin bertambahnya populasi manusia setiap tahunnya.

Saat ini sebagian besar susu di Indonesia masih harus diimpor (sekitar 70 %), sedangkan 30% nya dipasok dari produksi susu domestik yang sebagian besar dihasilkan oleh peternakan sapi perah rakyat. Selain itu, susu yang dihasilkan oleh peternak sapi perah Indonesia banyak yang tidak memenuhi standar IPS, sehingga banyak susu yang ditolak pabrik pengolahan susu. Tidak ada langkah lain selain membuang susu, dan hal ini tentu akan merugikan peternak Indonesia.. Susu dihasilkan melalui proses pemerahan dari sapi indukan. Sapi yang sehat tentunya akan menghasilkan susu yang berkualitas. Oleh karena itu, diperlukan penanganan-penanganan yang baik dalam pemeliharaannya.

Dalam kegiatan pelaksanaan pemeliharaan sapi perah, hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:

1) Pemeliharaan

Pemeliharaan Induk Bunting

Pemberian pakan yang mengandung unsure Ca dan P, yang berguna untuk kesehatan dan penguatan janin

Keadaan fisik

Memberikan suplemen yang berfungsi untuk menambah produksi susu di masa laktasi.

2) Pengandangan

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang


(28)

13

3) Sanitasi, tindakan preventif dan perawatan

Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan, ternak dimandikan 2 hari sekali.

Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa.

4) Pemberian pakan

Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).

Sumber konsentrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur dan kapur. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari. Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman


(29)

14

dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.

2.4 Kajian Penelitian Terdahulu

Adapun kajian-kajian penelitian terdahulu tetap mengacu pada masalah analisis kelayakan finansial dan pendapatan adalah:

Mustikasari (2010), melakukan penelitian dengan menggunakan analisis kelayakan finansial usahaternak sapi perah di TPK Cibedug, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usahaternak anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Barat (KPSBB) di Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug.

Dalam penelitiannya, Mustikasari menggunakan skenario dalam mengukur kelayakan usahaternak sapi perah. Skenario I, pada kelompok I memperoleh nilai sebesar 72,73 persen responden layak untuk diusahakan, sedangkan 27.27 persen dianggap tidak layak untuk diusahakan. Kelompok II sebesar 55.56 persen usahaternak responden layak untuk diusahakan dan 44.44 persen usahaternak responden tidak layak diusahakan. Kelompok III, 80 persen usahaternak layak diusahakan, dan 20 persen tidak layak diusahakan. Selanjutnya dalam skenario II, pada kelompok I memperoleh nilai sebesar 72,73 persen responden layak untuk diusahakan, sedangkan 27.27 persen dianggap tidak layak untuk diusahakan. Kelompok II sebesar 55.56 persen usahaternak responden layak untuk diusahakan dan 44.44 persen usahaternak responden tidak layak diusahakan. Kelompok III, 70 persen usahaternak layak diusahakan, dan 30 persen tidak layak diusahakan. Secara finansial usahaternak anggota KPSBU TPK Cibedug layak untuk diusahakan, karena sebesar 70 persen pada skenario I dan 63.33 persen pada skenario II secara analisis finansial layak untuk diusahakan.

Hermanto (2010), dalam penelitiannya menggunakan Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah Kelompok Ternak Baru Sireum Di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan tujuan menganalisis kelayakan usaha ternak sapi perah pada setiap skala usaha


(30)

15

dilihat dari aspeks non-finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial, serta ekonomi dan lingkungan.

Analisis dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial, serta ekonomi dan lingkungan. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial berdasarkan kriteria kelayakan investasi berupa NPV, IRR, Net B/C Ratio, PP, dan Sensitivitas. Dalam penelitiannya diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 9.749.415 lebih besar dari nol, IRR sebesar 11 persen lebih besar dari tingkat diskonto dan Net B/C sebesar 1,21 dan PP sebesar empat tahun satu bulan.

Purnomo (2008), dalam penelitiannya menggunakan Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nenas (Studi Kasus Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). Penelitian ini bertujuan mengkaji kegiatan dan kelayakan agribisnis nenas serta menganalisis pengaruh perubahan harga output, harga input dan tingkat produksi terhadap kelayakan agribisnis nanas.

Hasil perhitungan kelayakan pada tingkat bunga 15 persen, secara finansial usaha pengembangan nanas layak untuk dilaksanakan dengan kriteria sebagai berikut: NPV sebesar Rp. 269.566.747,91, IRR sebesar 24 persen, NBC sebesar 1,35 dan PP selama 29 bulan.

Ginting (2009), penelitian dilakukan dengan menggunakan Analisis Pengembangan Populasi Sapi Perah Di CV CIF, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bertujuan merumuskan ide pengembangan bisnis dalam meningkatkan produksi susu segar melalui peningkatan populasi ternak sapi perah, serta menganalisis tingkat kelayakan finansial dalam usaha produksi susu sapi segar oleh CV CIF dengan adanya peningkatan populasi sapi perah. Jumlah produksi dan produktivitas susu sapi perah yang diusahakan di CV CIF diasumsikan mengalami peningkatan sebesar 75,04 persen setelah adanya pengembangan bisnis melalui penambahan populasi sapi perah. Jumlah produksi susu yang dulunya berkisar 370.166,8 liter per tahun menjadi rata-rata 1.483.110 liter per tahun. Penambahan populasi sapi perah merupakan suatu langkah untuk mendapatkan tambahan peningkatan jumlah produksi susu sapi perah yang


(31)

16

diusahakan di CV CIF. Secara makro tahapan pengembangan bisnis ini memiliki pengaruh yang besar terhadap pengatasan masalah kekurangan susu nasional dan secara mikro tahapan pengembangan bisnis ini meningkatkan profit yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan rencana peningkatan kuantitas produksi susu yang dihasilkan.

Produksi susu berbanding lurus dengan populasi sapi sehingga peningkatan populasi sapi perah merupakan salah satu alternatif yang dapat meningkatkan produksi susu sapi pada CV CIF.

Selanjutnya, nilai-nilai yang diperoleh dari kriteria-kriteria investasi adalah sebagai berikut, usaha ternak ini juga dinilai layak untuk dilaksanakan karena nilai

Net Present Value (NPV) yang didapat pada discount factor 7 persen bernilai positif (lebih besar dari nol), yaitu sebesar Rp 19.014.406.617; Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) yang lebih dari satu atau sebesar 3,19 ; Internal Rate Retrun

(IRR) yang lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu atau sebesar 24,74 persen; dan payback periode (PP) yang lebih kecil dari umur proyek, yaitu 2 tahun 3 bulan.


(32)

17 Tabel 5 Daftar Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun

penelitian Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

1 Wina Guslyani Ginting

2009 Kajian

Pengembangan Bisnis peningkatan produksi susu melalui usaha peningkatan populasi sapi perah, di CV Cisarua Integrated Farming, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

NPV IRR PP

Switching value

Menghasilkan nilai NPV sebesar Rp

19.014.406.617, IRR sebesar 24.74%, Net B/C sebesar 3.19 dan PP selama 2 tahun 3 bulan

2 Dwi Mustikasari

2010 Analisis Kelayakan Finansial Usahaternak Sapi Perah (Studi Kasus Peternak Anggota KPSBU di TPK Cibedug Kabupaten, Bandung Barat, Provinsi Jawa Timur) NPV IRR PP Switching value

Memiliki NPV sebesar Rp. 25.199.188, IRR sebesar 23 persen, net B/C1.29 dan PP selama 9 tahun 3 bulan

3 Bangun Tri Hermanto

2010 Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah Kelompok Ternak Barusireum di Desa Cibeureum

Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. NPV IRR PP Switching value Menghasilkan NPV sebesar Rp.904.982.084, IRR sebesar 74 persen, net B/C 5.07 dan PP selama 2 tahu 5 bulan

4 Iwan Purnomo

2008 Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nenas NPV IRR PP Switching value Menghasilkan NPV sebesar Rp. 269.566.747,91, IRR sebesar 24 persen, NBC sebesar 1,35 dan PP selama 29 bulan

Beberapa penelitian terdahulu yang ditulis oleh Ginting WG, Mustikasari DA, Hermanto BT terdapat kesamaan dalam alat analisis penelitian, yaitu menggunakan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan NPV, IRR, Net B/C dan PP. Dari hasil beberapa penelitian tersebut, dinyatakan bahwa usaha tersebut layak untuk dijalankan dengan kriteria NPV lebih besar dari nol, IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku, Net B/C lebih besar dari satu dan PP lebih pendek dari umur proyek.

Khususnya penelitian yang dilakukan Hermanto BT dan Ginting WG terdapat adanya persamaan berupa nilai IRR diatas 30 persen dan nilai NPV yang sangat besar, hal ini mengindikasikan bahwa kelayakan usaha yang dianalisis dan dijalankan memang benar sesuai adanya dan tidak terdapat kegiatan irrasional


(33)

18

Selanjutnya terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan beberapa penelitian yang lain, diantaranya adalah perbedaan lokasi dan waktu penelitian. Adapun penelitian yang menggunakan lokasi yang sama, tetapi topik pembahasan yang diambil tidak sama dengan topik peneliti. Selain itu hasil perhitungan dari kriteri-kriteria investasi berupa NPV, IRR, Net B/C dan PP dapat dipastikan tidak akan memiliki kesamaan dengan penelitian ini.


(34)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Bagian ini akan menjelaskan mengenai konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian kelayakan usaha ternak sapi perah pada CV CIF, Cibeureum, Cisarua, Bogor, Jawa Barat yaitu analisis kelayakan finansial.

3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi

Dalam kemampuan peternak berproduksi susu sangat berdampak pada tingkat kesejahteraan peternak itu sendiri. Semakin tinggi tingkat produksi susu yang dihasilkan akan mampu memberikan pendapatan yang tinggi bagi petani, demikian juga sebaliknya. Untuk menganalisis kelayakan usaha dalam penelitian ini digunakan pendekatan analisa proyek dengan kriteria investasi yang dapat digunakan antara lain:

a. Net Benefit Ratio (Net B/C) yaitu rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negative. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut

b. Net Present Value (NPV) yaitu nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan totalpresent value biaya, atau jumlah

present value dari manfaat bersih tambahan selama umur proyek.

c. Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR nya lebih besar dari DF-nya.

3.1.2Teori Biaya dan Manfaat

Dalam suatu kegiatan usaha atau proyek, sangat diperlukan adanya suatu konsep biaya dan manfaat yang dikeluarkan atau diperoleh. Biaya dapat diartikan sebagai segala suatu yang dapat mengurangi tujuan sedangkan manfaat dapat diartikan sebagai suatu yang dapat membantu sebuah tujuan (Gittinger 1986). Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Biaya modal merupakan dana investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin.


(35)

20

2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.

3) Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat dapat juga dibedakan menjadi:

1) Manfaat langsung (direct benefit) yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapatan, kesempatan kerja dan penurunan biaya.

2) Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama suatu proyek, seperti perubahan produktivitas tenaga kerja karena ada perbaikan kesehatan atau keahlian. Perbaikan distribusi pendapatan dan lain sebagainya.

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaanya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger 1986).

3.1.3Analisis Kelayakan Finansial

Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya adalah NPV (Net Present Value), IRR (Inernal Rate Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PP (Payback Period) dan analisis kepekaan (Switching Value). Setiap kriteria digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek untuk dijalankan, selain itu digunakan untuk memberi urutan (ranking) berbagai usulan investasi menurut tingkat keuntungan masing-masing.

a) NPV (Net Present Value)

NPV (Net Present Value) suatu proyek atau usaha adalah selisish antara nilai sekarang manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Menurut (Umar 2003),

Net Present Value diartikan sebagai nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Menurut Husnan dan


(36)

21

Muhammad (2000), metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih pada masa yang akan datang. Nilai sekarang dapat dihitung dengan menentukan bunga terlebih dahulu.. Kriteria kelayakan berdasarkan NPV adalah:

1) NPV > 0, artinya proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dijalankan

2) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal. Dengan kata lain proyek tersebut tidak untung ataupun tidak rugi. 3) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan atau dengan kata lain proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.

b) IRR (Internal Rate of Return)

Metode ini mengitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa-masa mendatang atau didefenisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV sama dengan 0.

Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.

c) Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), Net B/C menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satuan biaya yang dikeluarkan selama umur proyek.

Net B/C merupakan angka perbandingan present value dari net benefir yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Kriteria kelayakan Net B/C adalah:

1) Net B/C > 1, maka NPV > 0, proyek layak untuk dijalankan dang menguntungkan

2) Net B/C < 1, maka NPV < 0, proyek mangalami kerugian dan tidak layak untuk dijalankan.


(37)

22

3) Net B/C = 0, maka NPV =0, proyek tidak mengalami kerugian ataupun untung tapi masih layak untuk dijalankan.

d) PP (Payback Period)

Payback Period atau tingkat pengembalian adalah suatu indicator untuk menilai kelayakan suatu proyek atau usaha yang akan dijalankan. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain.

e) Analisis Sensitivitas

Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran yang pada akhirnya akan mmepengaruhi kegiatan usaha atau proyek. Menurut Kadariah (2001), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika suatu kesalahan atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat.

Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Menutur Gittinger (1986), pengujian ini dilakukan sampai tingkat maksimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besar proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). NPV = 0 akan membuat IRR sama dengan suku bunga sekarang dan akan membuat Net B/C sama dengan 1. Analisis switching value dilakukan pada perubahan harga input dan output yang terdiri dari empat perubahan harga yaitu penurunan harga output, kenaikan biaya total, kenaikan biaya investasi dan kenaikan biaya operasional.

3.2 KerangkaPemikiran Operasional

CV CIF merupakan salah satu peternakan sapi perah penghasil susu terbesar di daerah Cisarua. CV CIF mampu memproduksi susu sapi segar sebanyak 1200 liter perhari yang diproduksi dari 63 sapi laktasi, kemudian susu segar tersebut akan dipasarkan dan dijual kepada pembeli tunggal yaitu PT Cimory. Akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh, pihak PT Cimory sendiri saat ini masih mengalami kekurangan pasokan susu dari pihak CV CIF, dengan kata lain PT Cimory bersedia menampung susu lebih banyak lagi dari total produksi susu yang


(38)

23

dihasilkan CV CIF pada saat ini. Sehingga untuk mengupayakan terpenuhinya permintaan PT Cimory, CV CIF menerapkan dua alternatif kegiatan dalam memproduksi susu sapi perah.

Alternatif pertama atau yang dapat disebut skenario I adalah teknologi produksi yang kegiatannya dilakukan secara biasa (normal production) seperti yang dilaksanakan oleh CV CIF saat ini, berupa kegiatan proses produksi menghasilkan susu sapi dengan pemberian pakan berupa konsentrat yang dibeli dari pihak lain dengan tujuan untuk memenuhi permintaan susu PT Cimory. Tujuan di lakukannya analisis pada skenario I adalah untuk melihat keadaan aktual yang terjadi saat ini dalam peternakan sapi CV CIF, sehingga bisa diketahui perbandingan mengenai manfaat yang diperoleh ataupun biaya yang dikeluarkan pada proyek yang dijalankan.

Selanjutnya adalah alternatif kedua atau skenario II, dimana CV CIF menerapkan suatu metode baru yang telah teruji mampu untuk meningkatkan produksi susu berupa peningkatan pakan konsentrat pada sapi perah, baik itu berupa peningkatan kualitas pakan dan juga kuantitas pakan. Dimana sebelumnya metode tersebut pernah diteliti oleh Kusnadi U dan Juarini E (2006), disebutkan bahwa pemberian peningkatan pakan yang dibarengi dengan peningkatan frekuensi pakan pada sapi perah akan meningkatkan kemampuan produksi susu sampai 22.3 persen. Yang berarti awalnya sapi mampu berproduksi sebanyak 19 liter/hari maka akan terjadi peningkatan sebesar 21.03 liter/ hari. Diharapkan kedepannya metode yang akan diterapkan ini akan berdampak positif bagi CV CIF dalam meningkatkan produksi.

Untuk mendukung metode tersebut, diperlukan adanya penerapan teknologi baru yang berfungsi untuk mensupply pakan tersebut kepada sapi perah. Sehingga untuk mewujudkannya, CV CIF melakukan suatu kegiatan investasi berupa pembelian mesin pembuat pakan konsentrat. Metode yang akan dilakukan tersebut merupakan suatu metode yang sudah terbukti dan telah memberikan hasil yang bermanfaat bagi perusahaan atau peternakan yang menggunakannya. Dengan adanya mesin pembuat pakan tersebut akan memudahkan perusahaan untuk menerapkan metode baru tersebut yang bertujuan untuk memenuhi permintaan susu dari PT Cimory.


(39)

24

Analisis kelayakan finansial ini digunakan untuk melihat pengaruh yang diberikan oleh perubahan pola pemberian pakan baik itu segi suplementasi dan frekuensi pemberian pakan yang awalnya 5 kg/ekor/hari sebanyak 2 kali sehari menjadi 9 kg/ekor/perhari sebanyak 3 kali sehari. Dengan adanya perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan kelayakan usaha ternak sapi perah CV CIF dengan menggunakan modal sendiri. Aspek finansial yang akan dianalisis adalah NPV (Net Present Value), IRR (Inernal Rate Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PP (Payback Period). Selain kajian terhadap aspek kelayakan, penelitian juga menganlisis switching value. Analisis ini berguna untuk mengetahui batasan-batasan sejauh mana perubahan-perubahan pada variabel-variabel agar mengetahui tingkat kelayakan usaha. Variabel yang sering digunakan adalah kenaikan harga-harga pada komponen masing-masing biaya variabel, penurunan volume produksi dan penurunan harga jual.

Berikut adalah bagan kerangka pemikiran operasional yang akan dijalankan dalam melakukan penelitian.


(40)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Finansial UsahaTernak Sapi Perah CV CIF

Kriteria Kelayakan Finansial:

NPV IRR Net B/C PP

Kriteria Kelayakan Finansial:

NPV IRR Net B/C PP

Metode Lama:

Pemberian pakan sebanyak 5 Kg/hari dengan frekuensi 2 kali sehari

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI OLEH PERUSAHAAN

Teknologi produksi pemberian pakan pada sapi perah yang masih belum optimal yang mengakibatkan rendahnya produksi susu yang dihasilkan oleh CV CIF.

Metode Baru:

Peningkatan pemberian pakan menjadi 9 Kg/hari, dengan frekuensi 3 kali

sehari. Adanya penambahan

investasi baru berupa mesin pembuat pakan.

Analisis Sensitivitas

Rekomendasi Bagi Perusahaan Dalam Meningkatkan Produksi

Susu sapi perah Analisis Sensitivitas

Umpan Balik


(41)

26 IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di CV CIF, Cibeureum, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa CV CIF merupakan sebuah perusahaan peternakan yang kegiatan produksinya berlangsung secara sistematis dan transparan, selain itu juga CV CIF merupakan salah satu perusahaan penghasil susu terbesar di daerah Cisarua. Selain itu juga pemilihan daerah Cisarua sebagai lokasi penelitian dikarenakan daerah Cisarua merupakan daerah penghasil susu terbesar di daerah Bogor dan sekitarnya.

4.2 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di peternakan sapi perah CV CIF serta wawancara dengan manajer, supervisor dan para pekerja secara langsung. Selain itu juga dilakukan pengambilan data sekunder dari literatur-literatur, baik yang ada di perpustakaan ataupun di tempat lain berupa penelitian-penelitian terdahulu mengenai kelayakan finansial, baik berupa artikel cetak maupun artikel elektronik.

4.3 MetodePengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan maret hingga juni 2011. Adapun kegiatan yang dilakukan selama pengumpulan data antara lain observasi langsung berupa pembuatan pakan dan juga kegiatan produksi susu sapi dan pemasaran susu sapi. Wawancara yang mendalam dengan manager dan supervisor serta pekerja yang ada di CV CIF, studi literature dan pencarian internet.

4.4 MetodePengolahan Data

Data dan informasi yang telah terkumpul dikelompokan dan disajikan dalam bentuk tabel (tabulasi), kemudian diolah. Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian diolah dengan bantuan komputer menggunakan program


(42)

27

disajikan dalam bentuk deskriptif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran usaha dari tiap-tiap aspek dalam kelayakan finansial.

Analisis secara kuantitatif dilakukan terhadap aspek finansial. Adapun aspek fianansial yang dianalisis adalah NPV (Net Present Value), IRR (Inernal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PP (Payback Period) dan analisis sensitivitas (Switching Value).

4.4.1AnalisisAspek Finansial

4.4.1.1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah manfaat bersih yang diterima perusahaan selama umur proyek pada tingkat discount factor tertentu. NPV diperoleh dari nilai investasi dengan penerimaan arus kas bersih pada masa yang akan datang. Menurut Nurmalina et al (2010) rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV

adalah sebagai berikut :

NPV =

n

t

t

i Ct Bt 1 (1 )

Dimana : Bt =Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t

Ct =Biaya (cost) pada tahun ke-t n =Umur proyek (tahun)

t =Periode (1,2,3,...)

i =Discount rate (%) Kriteria penilaian :

NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan.

NPV = 0, maka proyek tidak untung tetapi juga tidak rugi, jadi keputusan diserahkan kepada pengambil keputusan yaitu pada pihak manajemen perusahaan.

NPV < 0, maka proyek ini merugikan karena keuntungan lebih kecil dari biaya, jadi lebih baik tidak dilaksanakan.

4.4.1.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio)

Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah NPV positif (pembilang), dengan NPV negatif (penyebut). Net B/C Ratio ini menunjukkan besarnya tambahan manfaat pada tambahan biaya sebesar satu satuan. Menurut Nurmalina


(43)

28 et al (2010) rumus yang digunakan dalam perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut :

Dimana : Bt= Manfaat (benefit) pada tahun ke-t Ct= Biaya (cost) pada tahun ke-t t= Periode (1,2,3,...)

n= Umur proyek (tahun) i= Discount rate (%) Kriteria penilaian :

Net B/C > 1, maka proyek layak atau menguntungkan.

Net B/C = 1, maka proyek tidak untung dan tidak rugi.

Net B/C < 1, maka proyek tidak layak atau tidak menguntungkan.

4.4.1.3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek. Suatu usaha atau kegiatan investasi dikatakan menguntungkan apabila nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga dan sebaliknya jika nilai IRR

lebih kecil dari tingkat suku bunga, maka usaha tersebut tidak menguntungkan untuk dijalankan. Menurut Nurmalina et al (2010) rumus yang digunakan dalam perhitungan IRR adalah sebagai berikut :

1 2

2 1

1

1 i i

NPV NPV

NPV i

IRR

Dimana : i1= Discount rate yang menghasilkan NPV positif. i2= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif.

NPV1= NPV yang bernilai positif. NPV2= NPV yang bernilai negatif.


(44)

29 4.4.1.4. Payback Periode (PP)

Payback periode (PP) atau masa pengembalian investasi merupakan perhitungan terhadap lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu proyek untuk dapat mengembalikan biaya investasi awal. Menurut Nurmalina et al (2010) rumus metode ini adalah sebagai berikut :

PP= I V

Dimana : PP=Jumlah waktu (tahun/periode) yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi.

V =Jumlah modal investasi.

I =Manfaat bersih rata-rata per tahun.

4.4.2 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat perubahan pada beberapa variabel seperti harga jual output, keterlambatan pelaksanaan, perubahan volume produksi, serta kenaikan biaya produksi (Gittinger, J. P 1986).

Analisis sensitivitas menggunakan metode switching value atau nilai peralihan. Perhitungan switching value ini merupakan perhitungan untuk melihat ambang batas usaha atau proyek dapat dijalankan meskipun terdapat perubahan pola komponen biaya dan harga input baik peningkatan maupun penurunan dari nilai sebelumnya.

4.5 AsumsiDasar

Analisis kelayakan finansial usahaternak sapi perah di CV CIF, Cibeureum, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, menggunakan beberapa asumsi yaitu:

1) Umur proyek adalah 10 tahun, hal ini didasarkan pada umur ekonomis investasi yang paling lama dan vital bagi peternakan (bangunan kandang) yaitu 10 tahun.

2) Tahun ke-1 direncanakan sebagai tahun investasi, dikarenakan pada tahun pertama kegiatan produksi susu bisa berlangsung.


(45)

30 3) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia yang berlaku pada saat penelitian sebesar 6.75 persen pada tahun diadakannya penelitian yaitu tahun 2011.

4) Upah tenaga kerja yang diberikan kepada karyawan CV CIF merupakan upah rata-rata yang diberikan di daerah Cisarua.

5) Harga input dan harga output yang digunakan dalam perhitungan ini berdasarkan data harga sewaktu melakukan penelitian yaitu pada taun 2011.

6) Penentuan harga pakan dan susu yang dilakukan dalam perhitungan adalah harga saat dalam penelitian. Diasumsikan konstan hingga umur proyek berakhir, dikarenakan keadaan ekonomi selama proyek berlangsung adalah tetap, tidak terjadi inflasi atau deflasi ekonomi.

7) Nilai penyusutan dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan metode garis lurus dimana harga beli dikurangi dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomisnya.

8) Rata-rata produksi susu harian yang dihasilkan setiap ekor sapi laktasi dan dara bunting adalah 19 liter per hari selama 305 hari. Setelah dikurangi masa produksi kolostrum selama 4-5 hari, maka produksi susu yang bisa diperah adalah 300 hari.

9) Harga jual produksi susu murni yang dihasilkan adalah Rp 5000 per liter, harga ini sesuai dengan kualitas susu yang memiliki grade A di IPS PT. Cimory dan harga jual dari pakan konsetrat yang dijual adalah sebesar Rp. 3000 per kg.

10) Kemampuan sapi melahirkan pedet setiap tahunnya adalah satu ekor dengan sex ratio 50 : 50 dan tingkat mortalitas pada tiap sapi yang akan dilahirkan pada tahun berikutnya sebesar 10 persen.

11) Pedet jantan yang dijual diasumsikan berumur satu bulan, bertujuan untuk mengurangi biaya pemeliharaan. Sapi laktasi dalam masa produktifnya yang berumur enam hingga delapan tahun akan mengalami penurunan produksi susu dan pada tahun kedelapan akan diafkir.

12) Luasan kebutuhan kandang dihitung dalam satuan luas per satuan ternak, dimana kebutuhan luasan kandang untuk setiap satu ekor sapi dewasa (1 ST) adalah 4,5 m2. Penetapan biaya investasi untuk pembuatan kandang sapi


(46)

31

dewasa tersebut adalah Rp 950.000 per m2. Kebutuhan luasan kandang untuk setiap ekor sapi muda (1/2 ST) adalah 4 m2. Penetapan biaya investasi

untuk pembuatan kandang sapi dara tersebut adalah Rp 750.000 per m2. Kebutuhan luasan kandang untuk setiap ekor pedet (1/4 ST) adalah 3 m2. Penetapan biaya investasi untuk pembuatan kandang sapi pedet tersebut adalah Rp 560.000 per m2. Dan untuk setiap satu lahan m2 dihargai sebesar Rp.300.000.

13) Nilai sisa dari tiap teknologi seperti mobil, mesin pakan dll, menggunakan standar yang berasal dari pabrik pembuat berupa spesifikasi manual untuk penggunaan dan perawatan mesin.


(47)

32

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Perusahaan

Perusahaan peternakan CV CIF berdiri pada tahun 1999 yang berlokasi di daerah Cisarua dengan jumlah sapi pertamanya adalah 20 ekor sapi FH (Fries Holland) yang berproduksi rata-rata 10 liter/ekor/hari. Selanjutnya pada tahun 2001, CV CIF melakukan penambahan jumlah sapi sebanyak 75 ekor, dengan produksi susu rata-rata 13 liter/ekor/hari yang merupakan hasil perkawinan dan pembelian dari peternakan di daerah Boyolali, Garut, dan Pangalengan (Bandung). Tahun 2002 perusahaan melakukan penyeleksian calon induk dengan perkawinan melalui Inseminasi Buatan (IB) menggunakan straw yang berasal dari Kanada sehingga jumlah sapi bertambah menjadi 110 ekor. Pada tahun 2003 sapi perah yang dipelihara di CV CIF terserang penyakit brucellosis dan afkir sebanyak 30 ekor. Hasil dari pengafkiran tersebut perusahaan melakukan pembelian sapi dara bunting dan sapi laktasi pertama yang berasal dari peternakan di Boyolali (Jawa Tengah).

Tahun 2004 sapi yang ada di peternakan tersebut bertambah menjadi 100 ekor, kemudian pada tahun 2005 bertambah lagi menjadi 103 ekor. Pada tahun 2006 populasi sapi perah di CV CIF semakin meningkat menjadi 115 ekor. Hingga pada saat ini populasi sapi perah di CV CIF telah mencapai 136 ekor dengan produksi susu rata-rata 19 liter/ekor/hari.

5.2 Lokasi dan Keadaan Geografis

Perusahaan peternakan CV CIF terletak di kampung Paragajen atau lebih dikenal dengan kampong Baru Sirem RT 03/006, Desa Cibereum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat berjarak ±22km dari pusat pemerintahan kota Bogor dengan topografi 1.000-1.200 meter di atas permukaan laut, suhu lingkungan berkisar antara 24-27 °C dengan kelembapan udara 85 persen serta curah hujan sebesar 3.500 mm per tahun. Keadaan suhu pada daerah ini sangat kondusif untuk usaha peternakan, dan tanahnya juga subur untuk mendukung penyediaan rumput.


(48)

33 5.3 Aspek Non Finansial

5.3.1 Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan

Perusahaan CV CIF merupakan perusahaan milik keluarga yang modalnya berasal dari pemilik sendiri. Perusahaan ini dikelola langsung oleh pemilik sekaligus direktur perusahaan yaitu bapak Haji Djawahir. Pemilik perusahaan membawahi langsung manajer farming, dalam kegiatannya manajer dibantu oleh supervisor. Manajer membawahi 3 unit bisnis secara langsung yang ada di CV CIF. Organisasi adalah suatu kesatuan sosial yang dikoordinasikan dengan batas yang relatif dapat ditentukan, dan berfungsi secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan bersama (Purnomo diacu dalam Sumardjo, 2001). Struktur organisasi perusahaan berbentuk organisasi lini. Pada bentuk ini kekuasaan mengalir langsung dari pimpinan perusahaan ke manajemen, kemudian diteruskan kepada karyawan di bawahnya. Struktur organisasi CV CIF dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Organisasi CV CIF

Pada gambar 2 menunjukan aliran organisasi yang jelas, baik itu mengenai atasan dan bawahan, serta memudahkan setiap perangkat organisasi dalam melakukan pembagian tugasnya. Organisasi perusahaan terdiri atas pimpinan perusahaan (direktur), manajer farming, supervisor sapi perah, bagian administrasi dan keuangan dan supervisor bagian pakan. Karyawan memiliki tanggung jawab


(49)

34

tersendiri dalam setiap kegiatan usaha perusahaan. Deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing pada unit bisnis sapi perah adalah sebagai berikut:

1) Manajer

Dalam kegiatannya manajer farm bertugas untuk merencanakan, menkoordinasikan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengendalikan program serta bertanggung jawab atas perusahaan. Keserasian dan efektifitas pekerjaan/tugas harus direncanakan dan diusulkan manajer kepada pimpinan untuk pengesahan. Tugas dan pekerjaan manajer farm pada CV CIF ditetapkan sebagai berikut:

1. Bertanggung jawab terhadap kelancaran operasional farm dan keberhasilan usaha.

2. Mengawasi efektivitas kerja seluruh karyawan farm.

3. Mengawasi administrasi, Pengeluaran dan Pemasukan Kas farm.

4. Menjaga dan menjalin hubungan baik dengan karyawan, klien dan masyarakat sekitar.

5. Mengupayakan perbaikan dan peningkatan produksi serta efisiensi di segala bidang.

6. Memberikan masukan dan ide-ide kreatif kepada pimpinan yang berhubungan dengan keuntungan perusahaan dan kemajuan usaha secara tertulis.

7. Secara periodik manajer mengadakan pertemuan dengan para staf dan karyawan membahas keberhasilan usaha disegala segi, mempertajam koordinasi antar bagian dan efektifitas manajemen dan pemberian masukan ide-ide kreatif seperti dikatakan pasal 6 kepada pimpinan.

2) Supervisor

Tugas utama dari supervisor pada unit bisnis sapi perah adalah mengawasi setiap kegiatan pada unit bisnis yang dikelola sekaligus sebagai petugas kesehatan hewan, inseminasi buatan (IB), dan pemeriksaan kebuntingan (PKB) untuk unit bisnis sapi perah, yang bertanggung jawab langsung pada manajer. Supervisor divisi sapi perah bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan ternak, dan mengawasi gejala yang diperlihatkan oleh sapi baik dari tanda birahi maupun gejala sakit, kemudian melakukan penanganan terhadap penyakit yang diderita oleh sapi, serta menangani perkawinan sapi. Supervisor bagian sapi perah juga


(50)

35

berperan dalam memberikan terobosan yang bersifat inovatif untuk perkembangan

produksi bagi perusahaan. Job description untuk supervisor unit bisnis CV CIF secara tertulis adalah:

1. Bertanggung jawab terhadap kelancaran operasional farm khususnya produksi susu dan reproduksi.

2. Mengontrol secara langsung kerja anak kandang dan memberi peringatan tegas dan tertulis apabila tidak berjalan dengan semestinya, bila perlu memberhentikan sementara setelah diberi peringatan sampai tiga kali.

3. Bertanggung jawab atas tercapainya produksi susu minimal 15 liter per ekor rata-rata pada sapi laktasi dan mengadakan pencatatan hasil perah susu dengan melakukan penimbangan setiap pagi dan sore, serta melaporkan jumlah produksi susu secara tertulis.

4. Melaporkan kepada staf administrasi atas penggunaan obat-obatan untuk dibuatkan stok inventorinya dan membuat anggaran obat lain yang belum tersedia, yang selanjutnya diperiksa oleh manajer farm untuk persetujuan. 5. Bertanggung jawab terhadap kesehatan dan reproduksi seluruh sapi termasuk

pedet dan penanganan masalah penyakit.

6. Membuat laporan kematian pedet/sapi bila ada, secara tertulis dan detail sebab-sebab kematian yang diketahui oleh manajer farm pada hari itu juga ke pimpinan.

7. Membuat laporan kesehatan dan reproduksi secara tertulis yang dilaporkan setiap bulan kepada pimpinan.

3) Bagian Administrasi

Tugas bagian admnistrasi secara umum adalah mencatat segala transaksi yang terjadi yang berhubungan dengan keuangan dan pengeluaran perusahaan, menulis serta mengirim surat yang berhubungan dengan program kerja dan kegiatan CV CIF, menyimpan segala arsip yang berhubungan dengan perusahaan, dan memberikan laporan rutin mengenai produksi dan perkembangannya. Tugas dan tanggung jawab staf bagian administrasi pada CV CIF secara tertulis adalah:


(51)

36

1. Bertanggung jawab terhadap administrasi, pengeluaran dan pemasukan kas

farm.

2. Membuat laporan keuangan, termasuk rugi laba yang diberikan kepada pimpinan setiap bulan.

3. Membuat anggaran dan mengatur pemberian gaji atau bonus dengan persetujuan manajer farm.

4. Membuat anggaran dan mengatur pengadaan stock konsentrat yang dibutuhkan sapi berdasarkan perencanaan dan permintaan dari manager farm

serta membuat administrasi pemasukan dan penggunaan barang-barang tersebut

5. Membuat stock obat-obatan sesuai yang dibutuhkan dan menjamin ketersediaan obat-obatan, serta membuat administrasi pemasukan dan penggunaan obat-obatan tersebut.

6. Memberikan masukan dan ide-ide kreatif kepada pimpinan yang berhubungan dengan keuntungan perusahaan.

4) Bagian Pemeliharaan sapi Perah

Tugas utama karyawan pada bagian pemeliharaan sapi adalah memelihara sapi perah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan, yaitu menyangkut pemberian pakan konsentrat dan hijauan pada sapi perah, dan melakukan proses pemerahan pada sapi yaitu sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Dalam melaksanakan tugasnya karyawan juga bertanggung jawab untuk melakukan pencatatan hasil produksi susu dari setiap ekor sapi per harinya. Setiap karyawan pada bagian pemeliharaan sapi perah juga bertanggung jawab untuk memperhatikan perkembangan & kesehatan sapi di setiap lokal kandang yang telah ditentukan. Tugas dan tanggung jawab karyawan bagian pemeliharaan sapi perah pada CV CIF adalah sebagai berikut:

1. Mengamati kondisi sapi (Estrus dan Kesehatan) dan melaporkannya. 2. Memandikan sapi

3. Memberi pakan konsentrat sesuai SOP 4. Memberi pakan rumput sesuai SOP 5. Membersihkan lantai kandang sapi 6. Mencuci peralatan perah sesuai SOP


(1)

88

Lampiran 8 Analisis SV I Penurunan Produksi Sebesar 10.52 % pada Skenario I CV CIF


(2)

(3)

90

Lampiran 9 Analisis SV II Peningkatan Bahan Baku pembuatan Pakan Konsentrat Sebesar 268.31% Pada Skenario II CV CIF


(4)

(5)

92

Lampiran 10 Analisis SV II Penurunan Produksi Sebesar 61.61% pada Skenario II CV CIF


(6)