Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm) Merr) Melalui Aplikasi Strangulasi.

PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus
maxima (Burm) Merr) MELALUI APLIKASI STRANGULASI

YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI
A24070109

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

RINGKASAN
YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI. Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk
Pamelo (Citrus maxima (Burm) Merr) Melalui Aplikasi Strangulasi.
(Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO).
Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh strangulasi tunggal dan ganda
terhadap keragaan bibit jeruk besar (Citrus maxima (Burm) Merr). Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012 bertempat
di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Institut Pertanian Bogor.
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu
faktor yang dicobakan yaitu perlakuan strangulasi yang terdiri dari empat taraf

yaitu tanpa strangulasi (T0), strangulasi tunggal dengan ketinggian 5 cm dari
okulasi (T1), strangulasi ganda dengan ketinggian 5 cm dari okulasi dan jarak
antar kawat 5 cm (T2), 10 cm (T3), dan 15 cm (T4). Setiap perlakuan diulang
sebanyak 8 kali dengan menggunakan 1 tanaman untuk setiap ulangan sehingga
terdapat 40 satuan percobaan.
Tanaman yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah bibit jeruk
pamelo Citrus maxima (Burm) Merr kultivar Nambangan hasil okulasi dengan
batang bawah Javance citrun. Bibit telah berumur 14 bulan setelah okulasi atau
25 MSS (Minggu Setelah Strangulasi). Perlakuan strangulasi dilakukan di batang
utama yaitu 5 cm di atas sambungan. Strangulasi dilakukan menggunakan kawat
berdiameter 1 mm. Pengikatan kawat pada perlakuan strangulasi ganda dilakukan
dua kali dengan jarak berbeda yaitu 5 cm, 10 cm dan 15 cm. Aplikasi strangulasi
telah dilakukan pada umur 8 bulan setelah okulasi. Pengamatan vegetatif tanaman
dilakukan tiap dua minggu sekali. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah
penyiraman, pemupukan dengan pupuk NPK dan ZA, dan pengendalian OPT
secara manual dan kimia.
Perlakuan strangulasi dapat memperbaiki keragaan pada bibit jeruk
pamelo varietas Nambangan. Perlakuan strangulasi menghasilkan cabang lebih
banyak


daripada

perlakuan

tanpa

strangulasi.

Perlakuan

strangulasi

gandamemberikan pengaruh peningkatan jumlah cabang lebih banyak daripada
perlakuan strangulasi tunggal. Perlakuan strangulasi ganda jarak 15 cm memiliki
pengaruh terbaik dibanding perlakuan strangulasi lainnya.

PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus
maxima (Burm) Merr) MELALUI APLIKASI STRANGULASI

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI
A24070109

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul : PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus
maxima (Burm) Merr) MELALUI APLIKASI STRANGULASI
Nama : YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI
NIM : A24070109

Menyetujui,
Dosen Pembimbing


Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M. Sc.
NIP. 19610202 198601 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M. Sc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Magetan, Jawa Timur pada tanggal 29 Oktober 1989.
Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara anak pasangan Bapak
Tarmunadji, SP dan Ibu Muga Rahayu.
Tahun 1995 penulis lulus dari TK Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM),
Takeran. Tahun 2001 lulus dari MIN PSM Takeran. Penulis melanjutkan sekolah
di SMPN 1 Kawedanan selama 1 tahun sampai 2002 dan lulus dari SMPN 1
Maospati pada tahun 2004. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Unggulan Darul

„Ulum 2 Peterongan, Jombang. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2007 melalui jalur USMI.
Selama perkuliahan penulis menjabat sebagai sekretaris divisi eksternal
Ikatan Alumni Darul Ulum (IKALUM) Bogor periode 2008-2009. Tahun 2010
penulis menjadi panitia pada acara Farmer Field Days 2010 dan Festival Tanaman
XXXI. Tahun 2011 penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar – dasar
Hortikultura selama satu semester pada tahun ajaran 2010/ 2011.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha Menguasai
Ilmu atas rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk
Pamelo (Citrus maxima (Burm) Merr) melalui Aplikasi Strangulasi” dengan baik.
Shalawat dan salam selalu tercurah pada junjungan agung nabi besar Muhammad
SAW yang telah menghijrahkan ummatnya dari kebodohan.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya pada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini:
1. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M. Sc., selalu pembimbing skripsi yang telah
memberikan banyak pengetahuan, bantuan, dorongan, doa, dan waktu

selama kuliah dan membimbing skripsi penulis
2. Dr. Winarso D. Widodo dan Dr. Endah Retno Palupi selaku dosen penguji
atas kritik dan saran yang sangat membangun penulisan skripsi.
3. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syukur selaku pembimbing akademik atas
bantuan, semangat, kesabaran dan doanya selama penulis menuntut ilmu
di institusi ini.
4. Bapak Tarmunadji dan Ibu Muga Rahayu (Mama) yang senantiasa
memberikan teladan, didikan, pengorbanan, dukungan, dan lindungan doa
yang tidak akan terbalas walau sedikit.
5. Mas Aris Siswanto, Mbak Hana Agustinawati, Mas Adhitya Sukarno
Widodo, Mbak Eska Kurnia Yuliarti, Mas Tri Chandra Setyo Wibowo ,
Cahaya Surga, Ibrahim Sultan Adjie, Muhammad Wibawa Sakti
Romadhon, serta seluruh keluarga besar
6. Ibu Arifah dan Ibu Mardjani atas bantuan, ilmu, dan semangatnya.
7. Pak Agus, Pak Mamat, dan Pak Milin
8. Redi Rosadi, R. M. Zaenudin,Zaenal Arifin, Annisa Rachmi Ayurihana,
Achmad Dimyati, Afifah Farida, M. Habib Chirzin, Riska Aprisa, Dita
Actaria, Evi Song, Nendy Rizka Halandevi, Nana Gosleana, Mey Sulistyo

vii


Putri, Indri Fariroh, Pitri Ratna Asih, Dian Ayu, Agung Firmansyah, dan
Wahyu Fikrinda atas bantuan selama penelitian berlangsung.
9. Nugroho Besar Pratama, Yenny Fitria, Retno Dwi Hastiti, Marinda Sari
Sofiyana, Bangun, Euis, Nisa, Priska, Mega, Mbak Yul, Mbak Ii‟, Ana,
dan Bibi.
10. Seluruh keluarga besar AGH 44 Bersatu, karena kita adalah keluarga
Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama ini,
semoga segala urusannya selalu dimudahkan Allah. Penulis berharap hasil
penelitian ini berguna dan memberikan manfaat kepada semua pihak yang
memerlukan.

Bogor, Februari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman


DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................. 2
Hipotesis .............................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan ..................................................................... 4
Ekologi ................................................................................................................ 5
Pembibitan Jeruk Pamelo .................................................................................... 5
Pemeliharaan ....................................................................................................... 6
Strangulasi ........................................................................................................... 7
BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 11
Waktu Dan Tempat ........................................................................................... 11
Bahan Dan Alat ................................................................................................. 11
Metode Penelitian .............................................................................................. 11
Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 16

Kondisi Umum Penelitian ................................................................................. 16
Jumlah Cabang .................................................................................................. 16
Panjang Cabang dan Diameter Batang .............................................................. 18
Jumlah Daun, Luas Daun, dan Diameter Tajuk ................................................ 19
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 24
Kesimpulan ........................................................................................................ 24
Saran .................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25
LAMPIRAN .......................................................................................................... 27

ix

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Jumlah cabang pada berbagai jarak strangulasi ................................................ 17
2. Panjang cabang pada berbagai jarak strangulasi ............................................... 18
3. Diameter batang pada berbagai jarak strangulasi.............................................. 19

4. Jumlah daun pada berbagai jarak strangulasi .................................................... 20
5. Luas daun pada berbagai jarak strangulasi........................................................ 20
6. Diameter tajuk pada berbagai jarak strangulasi ................................................ 21

x

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Aplikasi Strangulasi ......................................................................................... 12

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman


1. Layout Penelitian .............................................................................................. 28
2. Bentuk Kanopi Tajuk Pamelo Masing-masing Perlakuan Error! Bookmark not
defined.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jeruk merupakan komoditas hortikultura yang dikenal oleh seluruh lapisan
masyarakat. Jeruk besar memiliki rasa yang enak dengan kandungan zat gizi yang
cukup tinggi yang dapat menunjang kebutuhan gizi keluarga. Setiap 100 g jeruk
pamelo mengandung 89 g air, 0.5 g protein, 0.4 g lemak, 9.3 g karbohidrat, 49 SI
vitamin A, 0.07 mg vitamin B1, 0.02 vitamin B2, 0.4 mg niasin dan 44 mg
vitamin C. Jeruk banyak dimanfaatkan sebagai buah segar atau makanan olahan
seperti manisan (Niyomdham, 1997).
Jeruk pamelo merupakan tanaman yang bersifat alternate bearing yaitu
berbuah banyak pada satu musim dan berbuah sedikit pada musim berikutnya. Hal
ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti iklim mikro dan faktor endogen
tanaman. Produksi jeruk besar berfluktuasi. Fluktuasi ini bisa dilihat dari data
BPS (2010) dimana pada tahun 2005 sampai tahun 2008 produksinya masingmasing sebesar 76 324 ton, 63 801 ton, 85 691 ton, 74 249 tondan 76 621 ton.
Secara umum produksi jeruk pamelo di Indonesia masih rendah.
Rendahnya produksi selain diakibatkan karena lahan pertanaman yang terbatas
juga cara budidaya yang kurang maksimal. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian nomor 48 tahun 2006, budidaya tanaman yang baik ditentukan oleh
pemilihan wilayah produksi yang tepat, bibit berkualitas, penanaman yang tepat,
pemupukan, manajemen air dan perlindungan tanaman.
Bibit yang bermutu dan berkualitas merupakan langkah pertama yang
penting dalam keberhasilan budidaya. Bibit berkualitas mempunyai penampilan
fisik (keragaan) yang baik dan membentuk tajuk yang kokoh. Menurut Gilman
dan Black (2011) tajuk yang terbentuk dengan baik akan memaksimalkan
pemanfaatan sinar matahari dalam berfotosintesis sehingga pohon menjadi kokoh
dan dapat berproduksi tinggi. Pada pamelo, masih terdapat kendala yang dihadapi
dalam pembentukan tajuk, antara lain bentuk yang tidak beraturan, berdaun
lebar,cabang produktif lebih sedikit, bentuk percabangan keatas, dan percabangan
cukup rapat (Santoso et al., 2009)

2

Salah satu solusi untuk membentuk bibit pamelo dengan keragaan yang
baik bisa dilakukan melalui strangulasi. Strangulasi adalah suatu usaha untuk
memberikan tekanan atau memperpanjang keadaan istirahatnya pucuk-pucuk
melalui perlakuan gangguan pada sistem transportasi pada batang (Susanto et al.,
2002). Tujuan perlakuan ini adalah untuk menghambat aliran karbohidrat dari
daun (atas) ke daerah perakaran (bawah), sehingga pada tajuk terjadi penumpukan
karbohidrat. Salah satu akibat dari akumulasi karbohidrat di bagian tajuk akibat
strangulasi menurut Ryugo (1988) adalah memunculkan tunas baru. Pembentukan
tunas yang banyak akan mendukung perbaikan keragaan bibit melalui seleksi
cabang primer yang kokoh dan terbuka.

Tujuan
Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh strangulasi tunggal dan ganda
terhadap keragaan bibit jeruk besar (Citrus maxima (Burm) Merr).

Hipotesis
1. Perlakuan strangulasi meningkatkan jumlah cabang bibit jeruk pamelo
dibanding tanaman yang tidak distrangulasi.
2. Strangulasi ganda memberikan pengaruh peningkatan pertumbuhan vegetatif
yang lebih baik daripada perlakuan strangulasi tunggal.
3. Terdapat pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan pertumbuhan vegetatif
antara strangulasi ganda dengan jarak antar kawat 5 cm, 10 cm, dan 15 cm
terhadap perbaikan keragaan bibit jeruk pamelo (Citrus maxima(Burm)
Merr).

TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan
Indonesia memiliki tiga jenis jeruk komersial dan diunggulkan, yakni
jeruk siem, jeruk keprok, dan jeruk besar (Citrus maxima Merr). Tanaman jeruk
besar (pamelo) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Secara sistematis klasifikasi
jeruk besar dapat dilihat sebagai berikut


Famili

: Rutaceae



Sub-famili

: Aurantioidae



Tribe

: Citriae



Sub-tribe

: Citrinae



Genus

: Citrus



Spesies

:Citrus grandis (L.) Osbeck /Citrus maxima(Burm) Merr

Salah satu varietas jeruk pamelo yang sudah dilepas di Indonesia adalah
jeruk Pamelo Nambangan. Jeruk pamelo Nambangan sangat populer di Indonesia
dan merupakan varietas unggulan. Jeruk ini merupakan salah satu jenis unggul
yang berasal dari daerah Nambangan. Saat ini jeruk besar Nambangan banyak
dibudidayakan di daerah Kabupaten Magetan tepatnya di daerah Beta Suka
Mangu, yaitu kecamatan: Bendo, Takeran, Sukomoro, Kawedanan, Magetan, dan
Nguntoronadi. Menurut Setiawan dan Sunarjono (2003) pergeseran sentra
produksi terjadi akibat adanya perluasan kota sehingga lahan yang digunakan
untuk perkebunan jeruk besar semakin berkurang.
Jeruk Pamelo Nambangan memiliki batang berbentuk pohon seperti
payung, percabangan jorong ke atas, tinggi 4-5 m, diameter 44.5-56.8 cm, warna
tunas hijau muda, dan permukaan pucuk berbulu. Daun bertipe tunggal, warna
bagian atas hijau tua dan bagian bawah hijau muda, bentuk daun brevi petiolata,
panjang daun 11.6-13.1 cm, lebar daun 2.2-3.4 cm, tepi daun dentata, ketiak tidak
berduri, keadaan daun evergreen. Bunga bertipe tunggal, posisi bunga axiliary,
aroma bunga harum, panjang tangkai 1.2-1.6 cm, warna mahkota putih berbintik
hijau, warna kelopak bunga hijau berbintik putih, jumlah bunga per tunas buah 6-

5

7 buah. Buah berbentuk bundar, sedikit pipih, kurang simetris dengan dasar agak
tegak. Kulit buah berwarna hijau kekuningan, daging merah muda-merah, jumlah
juring 13-14 buah, tekstur agak lunak, aroma kuat dan rasa buah manis segar,
produksi 200-300 buah/ pohon (Susanto, 2000). Selain ukurannya yang relatif
besar dibandingkan spesies jeruk lainnya, buah memiliki kulit yang relatif lebih
tebal. Tiap tangkai jeruk besar rata-rata menghasilkan satu buah (Niyomdham,
1997). Buah jeruk ini banyak mengandung air dan tahan disimpan pada suhu
kamar hingga 4 bulan(Setiawan, 1993).

Ekologi
Jeruk di Indonesia kebanyakan tumbuh di tiga daerah utama yaitu Jawa,
Sumatra, dan Kalimantan Barat (Sugiyarto, 1992). Jeruk Pamelo dapat tumbuh
baik di dataran rendah tropik dengan suhu bulanan rata-rata 25-30° C dan
kelembaban 50-85%. Tanaman menyukai daerah dengan musim kemarau 3-4
bulan dan curah hujan tahunan sekitar 1500-1800 mm/tahun. Ketinggian tempat
ideal untuk pertanaman ini tidak lebih dari 400 m dpl. Jeruk Pamelo mampu
beradaptasi pada kisaran tanah yang luas, mulai dari tanah berpasir hingga
lempung berat; namun tipe tanah idealnya adalah yang mampu menunjang
perakaran yang dalam, tekstur tanah sedang, gembur dan subur serta bebas kadar
garam yang membahayakan (Niyomdham, 1997). Jenis tanah yang ringan sampai
sedang merupakan media tumbuh yang baik dengan kisaran pH 5-6 dimana pada
pH 6 produksi maksimal dapat diperoleh. Jika pH dibawah 5, daun jeruk akan
menguning dan buah tidak berkembang (Setiawan, 1993) dan pada pH 6-7
tanaman masih bisa berproduksi dengan baik.

Pembibitan Jeruk Pamelo
Tanaman jeruk dapat diperbanyak secara generatif (biji) dengan masa
berbuahsetelah berumur 6-8 tahun (Niyomdham, 1997). Perbanyakan secara
vegetatif (okulasi) memiliki masa berbuah sekitar 3 sampai 5 tahun setelah
tanaman ditanam. Ryugo (1988) menyatakan bahwa jeruk yang berasal dari bibit

6

dengan perbanyakan vegetatif akan cepat berbuah, yakni 2-4 tahun lebih cepat
dibandingkan dengan bibit yang berasal dari biji.
Ciri-ciri bibit jeruk pamelo yang baik menurut antara lain berumur 6 bulan
ke atas, diameter batang bawah 1.0-1.5 cm, tinggi minimal sambungan dari
pangkal akar ± 20 cm, tinggi bibit minimal 70 cm dari pangkal akar, bibit lurus
dan vigor, perakaran lurus dan sehat, serta daunnya hijau cerah dan subur
(Direktorat Jendral Hortikultura, 2006).

Pemeliharaan
Pada

setiap

tanaman

yang

dibudidayakan

perlu

dilakukan

pemeliharaan. Pemeliharaan tersebut dilakukan agar tanaman menghasilkan
produksi yang optimal. Beberapa aspek pemeliharaan yang penting dilakukan
antara lain: pemangkasan, pemupukan, pengairan pengendalian OPT.
Tanaman jeruk yang masih muda dipangkas dan disisakan tiga cabang
kerangka utama, yang terbawah berjarak 30-40 cm dari permukaan tanah.
Pemangkasan berikutnya adalah pemangkasan pemeliharaan agar bagian dalam
pohon dapat terbuka, untuk memastikan agar buah yang ada di cabang yang
menjuntai tidak akan menyentuh permukaan tanah; pemangkasan ini juga
dimaksudkan untuk membuang cabang-cabang yang mati (Niyomdham, 1997).
Kebutuhan pemupukan untuk jeruk pada umumnya berlaku juga untuk
jeruk pamelo, mencakup hara mikro (mg, Zn, Mn, Cu dan B) dan makro (N, P,
dan K). Pemupukan dengan pupuk kandang setahun sekali atau dua tahun sekali
akan menjadi dasar yang baik. Petani jeruk dianjurkan memupuk jeruk sebanyak 5
kg NPK (16-16-16) per pohon per tahun dengan pemberian dua bulan sekali dan
pemupukan daun pada setiap habis munculnya daun secara serempak. Pemupukan
terakhir sebelum pemanenan digunakan NPK (13-13-21) yang kaya akan kalium
untuk memperbaiki rasa buah. Pemupukan dianjurkan sebanyak dua kali, yaitu
sebelum berbunga dan 4-5 bulan kemudian (Niyomdham, 1997).
Pengairan penting sejak sebelum pohon berbunga sampai setelah buah
dipanen. Selama periode kering berikutnya pengairan dihentikan sampai pohon
menunjukkan tanda-tanda layu. Hal ini dilakukan untuk memaksa pembungaan

7

awal dengan cara mengairi tanaman yang layu, asalkan pasokan air itu dapat
dijamin kelangsungannya sampai musim hujan mulai lagi (Niyomdham, 1997).
Penyakit yang sering menyerang jeruk pamelo antara lain CVPD
(Citrus Virus Phloem Degeneration) (Shalimar, 1993), kanker bakteri,busuk akar,
„gummosis‟ di pangkal batang, busuk coklat pada buah (Niyomdham,
1997).Serangan OPT umumnya berkorelasi dengan kelembaban tinggi (Ashari,
1995) Oleh karena itu kualitas drainase harus selalu dijaga.

Strangulasi
Strangulasi merupakan salah satu cara memanipulasi tanaman dengan
pencekikan batang ataupun cabang tanaman. Strangulasi terutama ditujukan untuk
memanipulasi transportasi asimilat dari daun menuju akar agar lebih lambat atau
berhenti sama sekali. Unsur hara bersama air mengalir dari tanah ke jaringan
xylem yang diakar dan batang pada sel-sel xylem, dan sampai di daun untuk
digunakan dalam proses fotosintesis. Jaringan yang ada di sebelah luar (floem),
yang dilapisi kulit dan jaringan gabus, mengangkut hasil fotosintesis dari daun
untuk diedarkan ke seluruh tubuh tanaman. Strangulasi pada batang sebatas
melukai xylem maka memungkinkan terjadi penumpukan karbohidrat di tajuk
tanaman. Kandungan karbohidrat di daun pada tanaman jeruk yang distrangulasi
selama 3 dan 20 bulan nyata meningkat dibandingkan dengan tanaman kontrol
(Yamanishi dan Hasegawa., 1993)
Adanya gangguan pada metabolisme tanaman terutama yang berkaitan
dengan translokasi hasil-hasil asimilat dari daun ke perakaran berkorelasi positif
dengan akumulasi karbohidrat di tajuk tanaman. Perlakuan penghambatan
translokasi karbohidrat ke bagian bawah tanaman seperti strangulasi dan
pengeratan batang mampu meningkatkan akumulasi karbohidrat di bagian atas
tanaman sehingga akan merangsang pembungaan (Biale dan Young, 1981).
Hasil penelitian Sari (2006) menunjukkan periode strangulasi berpengaruh
sangat nyata terhadap peningkatan kandungan karbohidrat daun. Yamanishi dan
Hasegawa (1995) menyatakan bahwa kandungan karbohidrat yang tinggi pada
daun tanaman dewasa akan merangsang tanaman untuk pembungaan dan
pembentukan buah. Menurut Yamanishidan Hasegawa (1995) strangulasi juga

8

dapat mempengaruhi pertumbuhan tunas, transpirasi dan laju fotosintesis pada
daun tanaman jeruk besar. Menurut Ramda (2005) tanaman yang diberi perlakuan
strangulasi memiliki tunas yang lebih pendek dan lebih sedikit daripada tanaman
tanpa strangulasi.

BAHAN DAN METODE
Waktu Dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan
Februari 2012 bertempat di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga,
Institut Pertanian Bogor.
Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit pamelo kultivar
Nambangan hasil okulasi dengan Javance citrun. Bibit berumur 25 minggu dan
telah distrangulasi tunggal dan ganda pada umur 8 bulan. Bahan lain yang
digunakan adalah pupuk NPK mutiara (15-15-15), pupuk ZA, insektisida Decis
2.5 EC, dan kertas koran.
Peralatan

yang

pangkas,sprayer,gelas ukur,

digunakan

adalah

kawat,

tang,

gunting

jangka sorong, timbangan, penggaris, kain, dan

ember.
Metode Penelitian
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu
faktor yang dicobakan yaitu perlakuan strangulasi yang terdiri dari empat taraf
yaitu :
T0 : tanpa strangulasi
T1 : aplikasi tunggal
T2 : aplikasi ganda dengan jarak 5 cm
T3 : aplikasi ganda dengan jarak 10 cm
T4 : aplikasi ganda dengan jarak 15 cm
Setiap perlakuan diulang sebanyak 8 kali dengan menggunakan 1 tanaman
untuk setiap ulangan sehingga terdapat 40 satuan percobaan. Model aditif linier
yang digunakan adalah :
Yij

= µ + τ i + ε ij

(i = 1, 2, 3, 4, 5 ; j = 1, 2, 3, 4, 5)

12

Yij

:Nilai pengamatan pengaruh perlakuan strangulasi ke-i dan ulangan
ke-j

µ

: Nilai tengah umum

τi

: Pengaruh perlakuan strangulasi ke-i

ε ij

: Pengaruh galat percobaan pengaruh perlakuan strangulasike-i
dan ulangan ke-j

Pengolahan data dilakukan dengan analisis menggunakan sidik ragam dan
uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).
Pelaksanaan Penelitian
Aplikasi Strangulasi
Penelitian ini merupakan penelitian strangulasi lanjutan. Strangulasi telah
dilaksanakan pada saat bibit berumur 8 bulan setelah okulasi. Sebelum aplikasi
perlakuan, tanaman terlebih dulu dipangkas di bagian pucuknya, selanjutnya
dilakukan splikasi strangulasi. Aplikasi strangulasi tunggal dan ganda dilakukan
pada bagian pangkal batang atas. Jarak strangulasi dari pangkal batang atasadalah
10 cm di atas okulasi.

Gambar 1. Aplikasi Strangulasi (a). Pemasangan Kawat Berdiameter 1 mm, (b).
Kondisi Tanaman Saat Setelah Pelepasan Kawat (Sumber: Fikrinda. 2012)
Pelaksanaan strangulasi dilakukan dengan melilitkan kawat berdiameter 1
mm pada pangkal batang atas. Kawat ditekan sedalam diameter kawat tersebut.
Strangulasi dilaksanakan secara serentak pada batang, dengan aplikasi tunggal dan

13

ganda. Beda jarak pada aplikasi ganda yaitu 5 cm, 10 cm dan 15 cm. Kawat
dilepas 3 bulan setelah aplikasi.
Pemeliharaan
Bibit jeruk pamelo yang digunakan sebagai bahan penelitian berumur 14
bulan setelah okulasi atau 25 MSP. Bibit diletakkan di greenhouse dengan jarak 1
m x 1 m antar tanaman. Jumlah satuan tanaman yang digunakan adalah 40
tanaman. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah:

1. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setiap dua minggu sekali. Pupuk yang digunakan
adalah

pupuk NPK (15-15-15) mutiara dan ZA dengan konsentrasi masing-

masing 15 gram/ liter. Setelah dilarutkan, masing-masing tanaman memeperoleh
100 mL pupuk cair.

2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap dua kali sehari pada pagi dan sore hari.
Diameter air adalah 1 liter per tanaman.

3. Pengendalian OPT
Pengendalian OPT
Pengendalian

dilakukan dengan cara manual dan kimiawi.

secara manual dilakukan menggunakan tangan. Pengendalian

secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida setiap sebulan sekali.
Insektisida yang digunakan adalah Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 5 cc/ L.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada umur 7 bulan setelah perlakuan strangulasi.
Pengamatan dilakukan tiap dua minggu sekali dengan peubah yang diamati
meliputi :

14

1.

Diameter batang
Diameter batang yang diukur adalah pangkal batang atas yang berada
dibawah perlakuan strangulasi.

2.

Jumlah cabang
Jumlah cabang dihitung berdasarkan banyaknya tunas yang membentuk
cabang. Cabang yang diamati adalah cabang yang keluar dari batang
utama.

3.

Panjang rata-rata cabang per tanaman
Panjang rata-rata cabang per tanaman dihitung dengan membagi panjang
total cabang dengan jumlah cabang yang terdapat pada tanaman

4.

Jumlah daun
Daun yang dihitung adalah keseluruhan daun yang menempel pada
cabang. Daun yang dihitung adalah daun yang muncul dan berkembang
sempurna.

5.

Luas daun
Luas daun diukur setiap sebulan sekali. Daun yang diukur adalah daun
dewasa dimana daun telah berkembang penuh dengan warna yang masih
hijau. Luas daun diukur tiap bulan dengan menggunakan metode
gravimetri (perbandingan berat) yaitu membandingkan berat kertas
replika dengan berat kertas standar yang telah diketahi luasannya.
Pertama membuat kertas standar yaitu memotong kertas dengan ukuran
tertentu kemudian ditimbang. Setelah itu membuat kertas replika. Contoh
daun yang diamati sebanyak lima daun per tanaman. Daun terlebih dulu
digambar di atas kertas sehingga menghasilkan replika daun lalu
digunting dan ditimbang. Luas daun didapatkan dengan perhitungan:

15

Dari setiap satuan percobaan dihitung luas dari lima daun terpilih,
kemudian hasilnya dirata-ratakan. Berdasarkan hal ini dapat dihitung luas
daun per tanaman dengan mengalikan rata-rata luas daun dengan jumlah
daun per tanamannya.

6.

Diameter tajuk
Pengukuran diametertajuk dilakukan dengan mengukur sisi terpanjang
tajuk dan tegak lurusnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
Selama penelitian berlangsung, secara umum tanaman berada dalam
kondisi baik. Kondisi tanaman yang baik dapat dilihat dari keadaan bibit yang
tidak layu, daun berwarna hijaucerah dan tidak menggulung. Penyiraman
dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kelembaban media tanam sehingga mencegah layu permanen.
Jeruk pamelo tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-300 C
(Niyomdham, 1997). Suhu di dalam rumah kaca Cikabayan pada siang hari sangat
panas hingga mencapai 400 C. Hal ini dapat menyebabkan tanaman stress karena
suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan cekaman kekeringan. Cekaman
kekeringan terjadi karena adanya transpirasi yang berlebihan pada tajuk.
Transpirasi yang berlebihan dapat menyebabkan layu pada tanaman. Upaya yang
dilakukan untuk mengurangi transpirasi berlebih di tajuk adalah dengan
meletakkan bak berisi air pada beberapa celah pertanaman.
Hama dan penyakit tidak banyak muncul dan hanya menyerang sebagian
kecil tanaman. Hama yang muncul adalah tungau (Tetranycus urticae) dan kutu
perisai (Aspidiella hartii) sedangkan penyakit yang muncul adalah cendawan
jelaga, dimana kemunculan tiga organisme ini saling berkaitan. Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan secara manual dan kimia.
Jumlah Cabang
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah cabang dipengaruhi secara

nyata oleh strangulasi pada umur

27-37 MSP. Perlakuan strangulasi

mempengaruhi peningkatan jumlah cabang pada pengamatan pertama hingga
keempat (Gambar 1). Tanaman yang mengalami perlakuan strangulasi
memunculkan cabang lebih banyak dibandingkan perlakuan tanpa strangulasi.
Perlakuan strangulasi tunggal tidak berbeda dengan perlakuan tanpa strangulasi
(T0) sedangkan perlakuan strangulasi ganda berbeda dengan perlakuan tanpa
strangulasi (T0). Perlakuan strangulasi ganda 5 cm (T2) dan strangulasi ganda 10
cm (T3) tidak berbeda dengan perlakuan tanpa strangulasi namun berbeda dengan

17

perlakuan strangulasi ganda 15 cm (T4). Perlakuan strangulasi ganda jarak 15 cm
T4 memiliki jumlah cabang paling banyak (5 cabang).

Tabel 1. Jumlah cabang pada berbagai jarak strangulasi
Jumlah cabang
27
29
31
33
35
37
MSP
MSP
MSP
MSP
MSP
MSP
3 b 3,25 b 3,25 b 3,25 b
3,25
3,5
Tanpa strangulasi
2,75 b 3,25 b 3,25 b 3,25 b
3,5
4
Strangulasi tunggal
3b
3b
3 b 3,25 b
3,5
3,5
Strangulasi ganda jarak 5 cm
4 ab
4 ab
4 ab
4
4
Strangulasi ganda jarak 10 cm 3,75 b
4,75 a
4,75 a
4,75 a
5
5
Strangulasi ganda jarak 15 cm 4,75 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Strangulasi

Pamelo merupakan salah satu tanaman yang mempunyai kecenderungan
dominansi apikal dimana pertumbuhan mengarah ke pucuk. Adanya pemangkasan
pucuk pada tahap awal akan mematahkan dominansi apikal. Menurut Acquaah
(2004) dominansi tunas apikal akan menekan pertumbuhan tunas aksilar.
Pematahan dominansi apikal akan memicu pertumbuhan baru yaitu memunculkan
tunas aksilar.
Salah satu usaha untuk mengatur tunas aksilar adalah dengan strangulasi.
Strangulasi adalah perlakuan melukai batang menggunakan kawat untuk
mengganggu aliran transportasi dari tajuk ke akar. Gangguan translokasi akibat
pemangkasan atau pelukaan dapat mengubah jalur source ke sink (Taiz dan
Zeiger, 2006). Menurut Susanto et al. (2002) strangulasi pada batang sebatas
kambium dimungkinkan untuk menekan hasil fotosintesis dari daun ke akar
sehingga terjadi penumpukan karbohidrat pada daun. Putra (2002) menyatakan
bahwa perlakuan strangulasi meningkatkan kandungan gula dan karbohidrat serta
nisbah C/N pada daun. Salah satu akibat akumulasi karbohidrat di bagian tajuk
menurut Ryugo (1988) adalah memunculkan tunas baru. Perlakuan strangulasi
ganda pada jarak 15 cm (T4) merupakan perlakuan strangulasi yang
memunculkan tunas baru paling banyak yaitu 5 buah.
Banyaknya tunas yang muncul akan memudahkan seleksi. Seleksi
dilakukan dengan memilih 3cabang kerangka utama (Shalimar, 1993 dan

18

Niyomdham, 1997) yang kuat dan seimbang untuk dipertahankan sebagai cabang.
Sisa cabang dibuang melalui pemangkasan.
Pada perlakuan tanpa strangulasi (T0) cabang cenderung terbentuk di
bagian atas dan tidak menyebar sehingga tajuk menjadi lebih rapat dan banyak
daun ternaungi. Menurut Jaya (2009) daun yang ternaungi atau terhalang sinar
matahari akan bertindak sebagai sink. Pada bibit yang distrangulasi (T1, T2, T3,
dan T4) kebanyakan cabang terbentuk di bagian atas dan di bagian bawah
sehingga kanopi tidak terlalu rimbun atau lebih terbuka. Acquuah (2004)
menyatakan kanopi yang terbuka membuat sirkulasi udara lebih bebas. Hal ini
menunjukkan strangulasi berperan dalam mengatur letak percabangan dalam
rangka membentuk arsitektur kanopi yang tidak terlalu rimbun.

Panjang Cabang dan Diameter Batang
Perlakuan strangulasi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang cabang
dan pembesaran diameter batang pada umur 27-37 MSP. Panjang cabang total
pada seluruh perlakuan berkisar antara 80.68–136.78 cm. Diameter batang
berkisar antara 1.14 - 1.46 cm. Panjang cabang dan diameter batang bibit tidak
berbeda antar perlakuan.

Tabel 2. Panjang cabang pada berbagai jarak strangulasi
Panjang cabang (cm) tn
27
29
31
33
35
MSP
MSP
MSP
MSP
MSP
Tanpa strangulasi
67,70 74,06 79,91 90,52 99,60
Strangulasi tunggal
51,53 57,88 66,50 71,96 78,98
Strangulasi ganda jarak 5 cm
84,93 93,27 107,96 114,47 131,34
Strangulasi ganda jarak 10 cm 102,03 108,16 118,42 126,83 135,21
Strangulasi ganda jarak 15 cm 68,99 78,51 84,96 92,80 95,74
Strangulasi

37
MSP
101,78
80,69
134,73
136,78
101,01

19

Tabel 3. Diameter batang pada berbagai jarak strangulasi

Strangulasi
Tanpa strangulasi
Strangulasi tunggal
Strangulasi ganda jarak 5 cm
Strangulasi ganda jarak 10 cm
Strangulasi ganda jarak 15 cm

27
MSP
1,11
0,79
0,83
1,18
1,08

29
MSP
1,26
0,88
0,90
1,19
1,08

Diameter batang (cm)
31
33
MSP
MSP
1,27
1,33
0,94
0,96
0,94
0,98
1,25
1,27
1,13
1,18

35
MSP
1,39
1,11
1,06
1,32
1,21

37
MSP
1,46
1,25
1,14
1,36
1,21

Batang merupakan distribusi makanan antara tajuk dan akar. Menurut
Acquuah (2004) batang berfungsi memindahkan air dan mineral melalui
pembuluh xylem ke daun untuk produksi makanan dan menyalurkan makanan
dari daun ke organ lain pada tanaman melalui pembuluh floem. Taiz danZeiger
(2006) menyatakan bahwa perpindahan fotosintat dipengaruhi oleh kekuatan sink.
Kekuatan sink terdiri dari dua faktor, ukuran sink dan aktivitas sink. Ukuran sink
adalah total biomassa dari jaringan sink, dan aktivitas sink adalah tingkat kenaikan
fotosintesis per unit biomassa dan jaringan sink. Pada vase vegetatif, aktivitas sink
yang terkuat adalah pucuk.Banyaknya pucuk aksilar menyebabkan karbohidrat
dialokasikan pada pucuk-pucuk tersebut.

Jumlah Daun, Luas Daun, dan Diameter Tajuk
Hasil sidik ragam menunjukkan rata-rata jumlah dan luas daun tidak
dipengaruhi perlakuan strangulasi pada umur 27-37 MSP. Jumlah daun berkisar
antara 108.75–156.25 lembar. Luas daun tanaman berkisar antara 59.12 m2 hingga
74.70 m2. Jumlah dan luas daun pada bibit tidak berbeda antar perlakuan.

20

Tabel 4. Jumlah daun pada berbagai jarak strangulasi

Strangulasi
Tanpa strangulasi
Strangulasi tunggal
Strangulasi ganda jarak 5 cm
Strangulasi ganda jarak 10 cm
Strangulasi ganda jarak 15 cm

27
MSP
87,00
78,75
92,00
114,75
91,75

29
MSP
99,00
87,00
99,75
117,75
96,25

Jumlah daun
31
33
MSP
MSP
105,75 114,75
93,00 101,00
104,50 109,25
120,00 121,00
120,00 120,00

35
MSP
124,25
109,50
124,00
146,00
122,75

37
MSP
126,00
108,75
136,25
156,25
127,25

Tabel 5. Luas daun pada berbagai jarak strangulasi
Strangulasi
Tanpa strangulasi
Strangulasi tunggal
Strangulasi ganda jarak 5 cm
Strangulasi ganda jarak 10 cm
Strangulasi ganda jarak 15 cm

29 MSP
46,70
49,41
58,27
59,35
61,19

Luas daun (m2)
33 MSP
59,17
54,72
62,90
70,67
62,18

37 MSP
68,51
59,12
74,48
74,70
71,16

Daun merupakan organ source yang memproduksi fotosintat (Taiz dan
Zeiger, 2006) yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Banyaknya daun yang dihasilkan akan mempengaruhi luas daun total. Salisbury
dan Ross (1995) menyatakan semakin banyak daun yang dihasilkan dengan luas
daun yang besar maka fotosintat yang dihasilkan juga tinggi. Menurut Sitompul
(1995) kemampuan daun untuk menghasilkan produk fotosintat ditentukan oleh
produktivitas per satuan luas daun dan luas total daun. Fotosintat ini diperlukan
untuk proses pemanjangan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel.
Meskipun demikian, tidak semua daun bisa dikatakan sebagai source,
karena daun yang efektif memproduksi fotosintat adalah daun dewasa (Taiz dan
Zeiger, 2006) dan tidak ternaungi cahaya matahari (Jaya, 2009). Oleh karena itu,
selain melihat jumlah dan luas daun, perlu diperhatikan juga diameter tajuk.

21

Tabel 6. Diameter tajuk pada berbagai jarak strangulasi

Strangulasi
Tanpa strangulasi
Strangulasi tunggal
Strangulasi ganda jarak 5 cm
Strangulasi ganda jarak 10 cm
Strangulasi ganda jarak 15 cm

27
MSP
0,16
0,17
0,18
0,27
0,17

29
MSP
0,18
0,17
0,21
0,27
0,22

Diameter tajuk
31
33
MSP
MSP
0,21
0,21
0,18
0,17
0,19
0,20
0,25
0,25
0,24
0,28

35
MSP
0,20
0,22
0,22
0,24
0,28

37
MSP
0,21
0,24
0,24
0,26
0,28

Hasil sidik ragam menunjukkan diameter tajuk tidak dipengaruhi
perlakuan strangulasi pada

umur 27-37 MSP. Perlakuan strangulasi tidak

memberikan pengaruh nyata pada diameter tajuk. Diameter tajuk berkisar antara
0.21 m3 - 0.28 m3 tidak berbeda antar perlakuan.
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menentukan terbuka atau
tidaknya suatu tajuk adalah diameter tajuk. Semakin besar diameter tajuk
menandakan tajuk semakin terbuka. Arsitektur tajuk yang baik mempunyai bentuk
tajuk yang kokoh dan terbuka sehingga tanaman tidak terlalu rimbun dan cahaya
dapat masuk. Menurut Ashari (1995) posisi tajuk yang teratur memungkinkan
daun menjerap sinar matahari secara leluasa dan dapat memperkecil atau
meniadakan efek naungan sesama daun dalam tajuk tanaman.Ryugo (1988),
Verheij dan Coronel (1992) sertaGilman dan Black (2011) menyatakan
pembentukan arsitektur kanopi yang baik dapat meningkatkan efisiensi
pemanenan energi matahari, mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan strangulasi dapat memperbaiki keragaan pada bibit jeruk
pamelo Nambangan. Perlakuan strangulasi menghasilkan jumlah cabang lebih
banyak daripada perlakuan tanpa strangulasi. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah
total cabang terbentuk pada perlakuan terstrangulasi dalam jumlah yang lebih
banyak dengan letak percabangan yang menyebar dibandingkan kontrol.
Perlakuan strangulasi ganda memberikan pengaruh peningkatan jumlah
cabang lebih banyak daripada perlakuan strangulasi tunggal. Pada semua
perlakuan strangulasi ganda, perlakuan strangulasi ganda dengan jarak 15 cm
merupakan perlakuan yang menghasilkan jumlah cabang terbanyak dengan arah
yang menyebar.

Saran
Perbaikan keragaan bibit jeruk pamelo Nambangan dapat dilakukan
dengan strangulasi ganda dengan jarak 15 cm. Aplikasi dilakukan pada batang
atas dengan jarak 10 cm dari batas okulasi.

DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. 2004. Horticulture : principles and practices 3rd ed.Pearson Education,
Inc., New Jersey.
Ashari, S.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2010. Katalog BPS: 3101015. Jakarta: BPS.
Direktorat Jendral Hortikultura. 2006. Standar Prosedur Operasional Pamelo
Betasuka. Direktorat Budidaya Tanamn Buah, Ditjen Hortikultura. Jakarta.
33 hal.
Fikrinda, W. 2012. Pengaruh Strangulasi Single dan Double terhadap Perbaikan
Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck). Skripsi.
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Gilman, E. F., dan Black, R. J. 2011. Prunning Landscape Trees and Shrubs.
University of Florida. 863:1-13.
Niyomdham, C. 1997. Citrus maxima (Burm.) Merr. Hal 153-157. dalam : E. W.
M. Verheij dan R. E. Coronel (Ed). PROSEA. Sumberdaya Nabati Asia
Tenggara 2. P. T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian. 2006. Permentan No. 48 tentang Pedoman Budidaya
Tanaman yang Baik dan Benar (Good Agricultural Practices). Jakarta.
Kementrian Pertanian.
Ramda, V. H. 2005. Pengaruh Periode Strangulasi terhadap Pembungaan Jeruk
Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Nambangan. Skripsi. Program
Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 41 hal.
Ryugo, K. 1988. Fruit Culture. It Science and Art. United State of America
Salisbury, F. B., danC. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1. ITB Press.
Bandung. 241 hal
Santoso, A. P., Hayati, N. E., Haryanti, S. E., Pinem, R. T. R. 2009. Sertifikasi
Benih Jeruk. Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi Direktorat Jenderal
Hortikultura.
Sari, H. R. 2006. Pengaruh Waktu Strangulasi yang Berbeda terhadap Pembungaan
Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Nambangan. Skripsi.
Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 36
hal.

26

Setiawan, I. A. 1993. Usaha Pembudidayaan Jeruk Besar. Penebar Swadaya.
Jakarta. 56 hal.
Setiawan, A. I., dan H. Sunarjono. 2003. Jeruk Besar, Pembudidayaan di Pot dan
di Kebun. Penebar Swadaya. Jakarta. 111 hal.
Shalimar, A. N. T. 1993. Budidaya Jeruk. Pusat Perpustakaan Pertanian dan
Komunikasi Penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor. 20hal
Sitompul, S. M., B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Malang
Sugiyarto, M. 1992. Review of Citrus Cultivars in Indonesia. Proceedings of Asian
Citrus Rehabilitation Conference. Ministry of Agriculture, Republic of
Indonesia Agency for Agricultural Research and Development, Central
research Institute for Horticulture, FAO/UNDP. p315-322.
Susanto, S. 2000. Studi tentang Penyediaan dan Perbaikan Penampilan
Pertumbuhan Bibit Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar
Cikoneng dan Nambangan Bebas Penyakit Sistemik. Laporan penelitian
Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. 120 hal.
Susanto, S., S. Minten, dan A. Mursyada. 2002. Pengaruh strangulasi terhadap
pembungaan jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan.
J. Agrotropika, 7 (1) : 34-47 hal.
Taiz, L., Zeiger,E., 2006. Plant Physiology 4th ed. Sinauer Associates Inc.
Sunderland, Massachutes. 764 p
Verheij, E. W. M., dan B. C. Stone. 1997. Citrus (L). Hal 140-150. dalam : E. W.
M. Verheij dan R. E. Coronel (Ed). PROSEA. Sumberdaya Nabati Asia
Tenggara 2. P. T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yamanishi, O. K., Y. and Hasegawa, K. 1993. Effect of branch strangulation in late
session on reproductive phase of young pummelo tress grown in a plastic
house. J. Jpn. Trop. Agr., 37(4):290-297.
Yamanishi, O. K., and Hasegawa, K. 1995. Trunk strangulation responses to the
detrimental effect of heavy shade on fruit size and quality of „tosa buntan‟
pummelo. J Hort. Sci., 70(6)875-887

LAMPIRAN

28

Lampiran 1. Layout Penelitian

29

Lampiran 2. Bentuk Kanopi Tajuk Pamelo Masing-masing Perlakuan
Perlakuan tanpa strangulasi (T0)

Perlakuan strangulasi tunggal (T1)

Perlakuan strangulasi ganda
jarak 5 cm (T2)

Perlakuan strangulasi ganda
jarak 10 cm (T3)

Perlakuan strangulasi ganda jarak 15 cm (T4)