Pengaruh Strangulasi Single dan Double terhadap Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck).

PENGARUH STRANGULASI SINGLE DAN DOUBLE
TERHADAP PERBAIKAN KERAGAAN
BIBIT JERUK PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck)

WAHYU FIKRINDA
A24070019

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

PENGARUH STRANGULASI SINGLE DAN DOUBLE TERHADAP
PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus grandis (L.)
Osbeck)
(Effect of Single and Double Strangulation on the Improvement of Young
Pummelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) Seedling Performance)
Wahyu Fikrinda1 , Slamet Susanto2
1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor

2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Abstract
The purpose of this research was to study the influence of single and
double strangulation for stimulated vegetatif growth in order to improved canopy
architecture of young pummelo seedling (Citrus grandis (L.) Osbeck). This
research was conducted from March to September 2011 in green house of
Cikabayan Experimental Station IPB, Darmaga. Biochemical analysis was done
in Laboratory of Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor and PostHarvest Laboratory, IPB. The experiment was conducted in Completely
Randomized Block Design one factor consist of 5 treatment there were control
(T0), single strangulation (T1), double strangulation with distance between wire:5
cm (T2), 10 cm (T3) and 15 cm (T4). The experiment consisted of 5 replicates then
there were 25 experimental units. Each experimental unit contained 2 plants and
total crop are 50 plants. Strangulation treatment was done in May 19th and wires
removed in August 10th 2011. The result of this research showed that single and
double strangulation had significant response increase vegetatif growth to the
numbers of scion diameter, numbers of leaf, volume of canopies, numbers of
branch, total strarch in leaf than control. Double strangulation with distance
between 2 wires 15 cm (T4) was the highest number of branch (5 branch),

number of leaf (87.4 leaves) and had significant response increase starch of leaf.
Key words : Single and double strangulation, Improvement canopy architecture,
Pummelo

ii

RINGKASAN
WAHYU FIKRINDA. Pengaruh Strangulasi Single dan Double terhadap
Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck).
(Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO).

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh strangulasi single dan
double dalam merangsang pertumbuhan vegetatif untuk perbaikan keragaan bibit
jeruk pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck). Penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret sampai September 2011 di greenhouse Kebun Percobaan Cikabayan IPB,
Dramaga, Bogor. Analisis yang dilakukan adalah analisis karbohidrat dan nitrogen
daun di Laboratorium BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik),
Cimanggu

Bogor


dan

analisis

brangkasan

dilakukan

di

Laboratorium

Pasca Panen, IPB.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor
sebanyak lima perlakuan yaitu tanpa strangulasi (T0), strangulasi single dengan
ketinggian 5 cm dari mata tempel (T1), strangulasi double dengan jarak antar
kawat 5 cm (T2), 10 cm (T3) dan 15 cm (T4) serta ketinggian 5 cm dari mata
tempel. Percobaan terdiri dari lima ulangan, sehingga terdapat 25 satuan
percobaan. Setiap satu satuan percobaan terdiri dari dua tanaman sehingga total

tanaman yang digunakan 50 tanaman.
Tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman jeruk pamelo
kultivar Nambangan umur 6 bulan hasil grafting dengan batang bawah jeruk
Japansche Citroen. Perlakuan strangulasi menggunakan kawat berdiameter 1 mm
dengan ketinggian 5 cm di atas mata tempel. Pengikatan batang perlakuan
strangulasi double dilakukan dua kali dengan jarak antar kawat yang berbeda yaitu
5 cm, 10 cm dan 15 cm. Strangulasi kawat dilakukan secara serentak pada tanggal
18 Mei 2011 dan dilepas tanggal 11 Agustus 2011. Pengamatan vegetatif tanaman
dilakukan tiap dua minggu sekali, dimulai satu minggu setelah tanaman
distrangulasi sampai dua bulan setelah pelepasan kawat (September 2011).
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah penyiraman, pemupukan (pupuk
daun dan pupuk cair) serta pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan strangulasi single dan
double berpengaruh nyata memperbaiki keragaan bibit jeruk pamelo Nambangan
yang ditunjukkan dari peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman pada peubah
diameter batang, jumlah daun, ukuran tajuk, jumlah cabang serta kandungan
karbohidrat daun. Perlakuan strangulasi single dan double mampu membentuk
tajuk terbuka dengan arsitektur kanopi yang baik sehingga tanaman tidak terlalu
rimbun dan cahaya dapat masuk ke bagian dalam tajuk tanaman. Hal ini

berdampak pada kandungan karbohidrat dan rasio C/N yang nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman kontrol. Pembentukan cabang pada perlakuan
strangulasi double 15 cm (T4) lebih terarah dan nyata meningkatkan jumlah
cabang (5.00 cabang), jumlah daun (87.40 daun) dan secara nyata meningkatkan
kandungan karbohidrat daun lebih cepat dibandingkan dengan kontrol pada
19 MSP. Strangulasi tidak memberikan efek merusak secara permanen pada
jaringan tanaman dan hanya membutuhkan waktu dua bulan untuk pulih kembali.

iv

PENGARUH STRANGULASI SINGLE DAN DOUBLE
TERHADAP PERBAIKAN KERAGAAN
BIBIT JERUK PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

WAHYU FIKRINDA
A24070019


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul

PENGARUH STRANGULASI SINGLE DAN DOUBLE

:

TERHADAP PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK
PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck)
Nama

:

WAHYU FIKRINDA


NIM

:

A24070019

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M. Sc.
NIP. 19610202 198601 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M. Sc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus


ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 11 Januari 1989.
Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Ir. Budi
Purnomo dan Ibu Dra. Ana Julifa.
Riwayat pendidikan penulis, dimulai pada tahun 1993-1995 di TK
Sabilillah, Malang. Tahun 2001 penulis lulus SD Negeri Tunjung Sekar I,
kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan di SMPN 3
Malang. Selanjutnya penulis melanjutkan studi di SMAN 4 Malang dan lulus
tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI dengan program mayor-minor. Selanjutnya pada tahun 2008 penulis
diterima sebagai mahasiswi mayor Agronomi dan Hortikultura dengan minor
Kewirausahaan Agribisnis.
Selama perkuliahan, penulis menjabat sebagai Sekretaris Himpunan
Mahasiswa Arek Malang (HIMAREMA), Institut Pertanian Bogor, periode 20072008 dan 2008-2009. Tahun 2009 penulis menjadi sekretaris dalam acara Seminar
PKM goes to PIMNAS. Penulis juga pernah melakukan kerja magang liburan di
BALITJESTRO tahun 2009 selama satu bulan pada bulan Juli 2009. Tahun 2010

penulis aktif di berbagai kepanitiaan seperti Farmer Field Days 2010 dan Festival
Tanaman XXXI. Tahun 2011 penulis menjadi asisten mata kuliah Tanaman Buah
selama satu semester pada tahun ajaran 2011/2012.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penelitian dan penulisan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Strangulasi Single dan Double terhadap
Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck)” dapat
diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW pembawa cahaya seluruh alam, beserta keluarga dan
sahabatnya. Skripsi ini merupakan bagian dari tugas akhir sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Semua hasil ini tak lepas dari sentuhan orang-orang istimewa yang telah
memberikan bantuan baik secara moril maupun materil kepada penulis. Penulis
ingin menyampaikan rangkaian terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M. Sc., selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, bantuan moral dan materil, saran, kesempatan untuk
berkembang selama penulis memulai penelitian sampai penulisan skripsi

terselesaikan.
2. Dr. Sintho W. Ardie, SP, M.Si. dan Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si., selaku dosen
penguji yang telah bersedia menguji pada ujian skripsi dan telah memberikan
banyak masukan yang bersifat membangun atas perbaikan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Eny Widajati, MS., sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dan dorongan serta motivasi kepada penulis selama tiga
tahun.
4. Ayah dan Ibu atas semua motivasi yang inspiratif, pengorbanan, bantuan dan
dukungan moril maupun materil, kasih sayang serta doa yang selalu ada
untuk penulis.
5. Kakung, Uti, Mas Yuyud, Mbak Fevi, keluarga besar ayah dan ibu atas semua
doa, motivasi, bantuan dan dukungan moril untuk penulis.
6. Keluarga besar BALITJESTRO, Tlekung. Ibu Nurul, Pak Haryono, Pak
Nanang serta Pak Setiono atas ilmu, pengetahuan, motivasi, pustaka, bantuan
penyediaan bibit dan bimbingannya kepada penulis.

4

7. Ibu Mardjani dan Ibu Arifah yang memberikan dukungan, pelajaran hidup
dan kasih sayangnya yang sangat besar kepada penulis.

8. Pak Mamat yang telah memberikan banyak nasehat, petuah, bantuan, doa,
dan dukungan selama penelitian.
9. Nandya Imanda, Ima Fajar Ayu, Erik Mulyana, Aria Muslim, Andra
Mastaufan, Ita Utami Aidid, Hesti Paramita Sari, Purwito Djoko, Rahmat
Hadi Wibowo, Febriani untuk bantuan selama penelitian, inspirasi, semangat,
doa, pelajaran hidup dan dorongan untuk terus berkarya.
10. Nugroho Besar, Yenny F, Prima T, Ira F, Halimah R, Trisnani Y, Bunga yang
memberikan semangat, dukungan serta bantuan selama penelitian.
11. AGH- 44 Bersatu, atas persahabatan dan kekeluargaan yang indah.
12. Keluarga baru LOaDED Unit, Pak Ari, Pak Dody, Bu Enung, Mbak Mirza,
Teh Lina, Bi Cacih atas semua semangat, dorongan dan doa untuk
menyelesaikan skripsi.
13. Teman sekamar Asrama-TPB ; Dewi Askanovi dan Novika, serta teman
Istana 200, Dimas Tiara dan Meutya yang telah banyak memberikan inspirasi,
dorongan, semangat dan doa untuk penulis.
Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama ini.
Penulis berharap hasil penelitian ini berguna dan memberikan manfaat kepada
semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Januari 2012

Penulis

ix

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

ix

PENDAHULUAN ....................................................................................
Latar Belakang.................................................................................
Tujuan .............................................................................................
Hipotesis ..........................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
Jeruk Besar ......................................................................................
Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan ..................................................
Ekologi ............................................................................................
Pembibitan Jeruk Pamelo .................................................................
Pemeliharaan ...................................................................................
Peran Karbohidrat dalam pembentukan Tunas .................................
Strangulasi .......................................................................................

4
4
5
6
6
7
8
9

BAHAN DAN METODE .........................................................................
Waktu dan Tempat ...........................................................................
Bahan dan Alat ................................................................................
Metode Penelitian ............................................................................
Pelaksanaan Penelitian .....................................................................
Pengamatan .....................................................................................

11
11
11
12
13
16

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
Kondisi Umum Penelitian ................................................................
Diameter Batang ..............................................................................
Waktu Munculnya Cabang Baru (HSP)............................................
Jumlah Tunas ...................................................................................
Panjang Tunas Rata-rata per Tanaman .............................................
Jumlah Daun ....................................................................................
Luas Daun .......................................................................................
Ukuran Tajuk ...................................................................................
Karbohidrat Daun ............................................................................
Bobot Basah dan Kering Akar dan Tajuk .........................................

18
18
19
20
20
22
22
23
24
25
26

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
Kesimpulan......................................................................................
Saran . .............................................................................................

28
28
28

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

29

LAMPIRAN .............................................................................................

32

x

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Deskripsi Jeruk Pamelo Nambangan ................................................

05

2.

Kandungan Karbohidrat, Nitrogen, C/N Daun pada Saat
Pelepasan Kawat ............................................................................

24

3.

Bobot Basah dan Kering Akar..........................................................

24

4.

Bobot Basah dan Kering Tajuk ........................................................

25

xi

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Letak Pertanaman pada 1 MSP di Greenhouse Cikabayan, IPB .......

11

2.

Aplikasi Strangulasi Tiap Perlakuan ................................................

12

3.

Proses Transplanting Bibit Jeruk Pamelo Nambangan ....................

14

4.

Kondisi Tanaman Saat Pemasangan dan Pelepasan Kawat ..............

14

5.

Grafik Diameter Batang pada 1-19 MSP .........................................

19

6.

Diagram Batang Waktu Munculnya Cabang Baru ...........................

20

7.

Grafik Jumlah Tunas Vegetatif pada 1-19 MSP ...............................

21

8.

Grafik Panjang Rata-rata Tunas Vegetatif pada 1-19 MSP ..............

22

9.

Grafik Jumlah Daun pada 1-19 MSP ...............................................

23

10.

Grafik Ukuran Tajuk pada 1-19 MSP ...............................................

24

11.

Akar Tiap Perlakuan pada 19 MSP .................................................

26

12.

Tajuk Tiap Perlakuan pada 19 MSP ................................................

27

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Layout Penelitian .............................................................................

33

2.

Penetapan Kadar Nitrogen (N) dengan Metode Kjeldahl ..................

35

3.

Penetapan Karbohidrat Total Daun Metode Nelson Somogy .............

36

4.

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double
terhadap Diameter Batang Bibit Jeruk Pamelo .................................

38

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double
terhadap Jumlah Daun Bibit Jeruk Pamelo .......................................

39

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double
terhadap Ukuran Tajuk Bibit Jeruk Pamelo ......................................

40

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double
terhadap Jumlah Cabang Bibit Jeruk Pamelo ....................................

41

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double
terhadap Panjang Rata-rata Cabang Bibit Jeruk Pamelo ...................

42

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double
terhadap Luas Daun Bibit Jeruk Pamelo ..........................................

43

Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Strangulasi Single dan Double
terhadap Waktu Muncul Tunas Bibit Jeruk Pamelo ..........................

43

11.

Bobot Basah Akar ............................................................................

44

12.

Bobot Kering Akar ..........................................................................

44

13.

Bobot Basah Tajuk ..........................................................................

44

14.

Bobot Kering Tajuk .........................................................................

45

15.

Karbohidrat Daun ............................................................................

45

16.

Nitrogen Daun .................................................................................

45

17.

Kandungan Pupuk Organik Granul ..................................................

46

18.

Perubahan Bentuk Kanopi Tajuk Jeruk Pamelo per Perlakuan ..........

47

5.
6.
7.
8.
9.
10.

xii

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jeruk merupakan salah satu komoditas buah unggulan yang memiliki
prospek bagus untuk dikembangkan di Indonesia. Pemerintah menetapkan jeruk
sebagai komoditas buah andalan nasional Indonesia dari sepuluh tanaman
hortikultura lainnya. Pertimbangan pemerintah tersebut didasarkan dari potensi
keanekaragaman varietas jeruk yang tinggi di Indonesia. Namun pada
kenyataannya, masih banyak kendala yang ditemui di Indonesia dalam
perkembangan komoditas ini. Kendala tersebut antara lain adanya serangan
penyakit CVPD, keterbatasan pengetahuan petani tentang bercocok tanam jeruk
yang benar serta penanganan pasca panen jeruk yang kurang baik (Aak, 2011)
Jeruk pamelo merupakan tanaman buah asli Indonesia yang banyak
dibudidayakan masyarakat karena buahnya enak dan penampilannya menarik.
Kultivar jeruk pamelo yang berkembang pesat adalah jeruk Nambangan. Menurut
Setiawan (1993) jeruk ini memiliki banyak keunggulan dibanding jeruk pamelo
lainya yaitu memiliki rasa lebih manis, kulit buahnya lebih tipis dan mudah
dipisahkan daging buahnya serta memiliki daya simpan lebih lama (2-3 bulan).
Berdasarkan data BPS tahun 2011 produksi jeruk pamelo masih
berfluktuasi dari tahun 2004 sampai tahun 2009 dengan produksinya masingmasing sebesar 76 324 ton, 63 801 ton, 85 691 ton, 74 249 ton, 76 621 ton dan
105 928 ton. Terjadinya fluktuasi ini terkait dengan sifat jeruk pamelo yang
berbuah musiman, dimana berbuah banyak pada suatu musim dan akan berbuah
sedikit pada musim berikutnya.
Pertumbuhan

dan

pembentukan

cabang

yang

terkontrol

akan

meningkatkan kekokohan tajuk tanaman. Menurut Gilman dan Black (2011)
sistem tajuk yang terbentuk dengan baik akan memaksimalkan penyerapan sinar
matahari dalam berfotosintesis sehingga pohon menjadi kokoh dan dapat
berproduksi tinggi.
Keragaan suatu tanaman ditunjukkan dari penampilan fisik tanaman yang
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Beberapa usaha
memanipulasi keragaan tanaman untuk membentuk arsitektur tajuk menjadi lebih

2

terbuka adalah dengan pemangkasan batang utama, penjarangan dan perundukan
cabang (Munandar, 2001). Meskipun kegiatan tersebut sudah dilakukan, kendala
yang dihadapi dalam budidaya jeruk pamelo terutama pada bagian tajuk tanaman
masih belum teratasi. Kendala yang dihadapi pada tajuk jeruk pamelo yaitu
bentuk tidak beraturan, cenderung lurus ke atas, bercabang sedikit dan daunnya
lebar (Aak, 2011). Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dicoba cara baru
untuk memanipulasi keragaan tanaman muda sehingga diperoleh tajuk yang
kokoh dan terbuka mulai awal tanam.
Hingga kini belum ada penelitian strangulasi pada tanaman muda untuk
memanipulasi keragaan tanaman jeruk pamelo. Adanya pembentukan tunas
vegetatif akibat perlakuan strangulasi pada tanaman muda dapat memudahkan
pembentukan arsitektur tanaman sejak awal. Pembentukan tunas mulai awal
tanam akan mendukung terbentuknya cabang primer yang kokoh dan terbuka
lebih cepat. Menurut Susanto dan Supriyanto (2005) produktivitas tanaman sangat
dipengaruhi oleh luas permukaan dan bukan volume tajuk. Hal ini berarti semakin
luas bagian tajuk yang terkena sinar matahari maka semakin tinggi
produktivitasnya.
Strangulasi merupakan pengikatan batang dengan menggunakan kawat
pada jangka waktu tertentu untuk menghambat translokasi fotosintat dari tajuk ke
akar. Terhambatnya translokasi karbohidrat ke akar menurut Susanto et al. (2002)
menyebabkan akar kekurangan fotosintat dan respirasi akar menurun sehingga
aktivitas akar dalam mengabsorpsi hara dan mineral terganggu. Penurunan
aktivitas akar menurut Putra (2002) akan berdampak pada peningkatan rasio C/N
tajuk. Menurut Ryugo (1988) akumulasi karbohidrat di bagian tajuk akibat dari
perlakuan strangulasi dapat memunculkan tunas baru, pembentukan buah dan
perkembangan buah. Hal ini berarti dengan strangulasi maka pembentukan cabang
baru pada tanaman muda dapat terjadi, mengingat selama ini strangulasi hanya
dilakukan pada tanaman dewasa untuk mempercepat pembungaan.

3

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh strangulasi single dan
double dalam merangsang pertumbuhan vegetatif untuk perbaikan keragaan bibit
jeruk pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck).
Hipotesis
1. Perbedaan strangulasi single (T1) dan double pada ketinggian 5 cm dari
mata tempel dengan jarak antar kawat 5 cm (T2), 10 cm (T3) dan 15 cm
(T4)

memberikan

pengaruh

yang

berbeda

terhadap

peningkatan

pertumbuhan vegetatif untuk perbaikan keragaan bibit jeruk pamelo
(Citrus grandis (L.) Osbeck).
2. Perlakuan

strangulasi

double

memberikan

pengaruh

peningkatan

pertumbuhan vegetatif yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan
strangulasi single.

xii

TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk Besar
Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo
berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa
jenis berasal dari Florida, Australia Utara serta Kaledonia (Sunarjono, 2005).
Selain di Indonesia, jeruk besar juga ditanam di Malaysia, Vietnam dan Thailand
(Setiawan,1993). Secara sistematis klasifikasi jeruk besar dapat dilihat sebagai
berikut :
Famili

: Rutaceae

Sub famili

: Aurantioidae

Tribe

: Citriae

Sub-tribe

: Citriniae

Genus

: Citrus

Spesies

: Citrus maxima Meer atau (Citrus grandis (L.) Osbeck)

Menurut Verheij dan Coronel (1997) tanaman jeruk pamelo mempunyai
pohon berkayu dengan tinggi tanaman antara 5-15 m, sesuai dengan varietas,
umur tanaman dan cara perbanyakan. Batang kayu sangat kokoh dengan tajuk
yang tidak terlalu tinggi. Cabangnya banyak dan tidak beraturan. Tanaman yang
telah tua dan tinggi bentuk tajuknya semakin tinggi dan melebar, sehingga tercipta
ruangan teduh yang cukup luas dibawahnya. Letak daun pada batang terpencarpencar sehingga daun masih bisa menerima sinar matahari. Daun berbentuk bulat
telur dan lebih besar dari jenis jeruk lain. Tepi daunnya agak rata, sedangkan di
dekat ujungnya agak berombak dan ujungnya tumpul. Daun muda berwarna hijau
muda kekuningan dan akan berubah menjadi hijau tua. Daun tua berbulu halus,
sedang yang muda tidak. Antara daun dan batang dihubungkan dengan tangkai
daun yang bersayap lebar.
Tanaman jeruk pamelo mulai berproduksi pada umur 4-6 tahun,
tergantung varietas dan perawatan. Pada jeruk Nambangan, panen raya terjadi
pada bulan Mei-Juni. Produktivitasnya sangat bervariasi sesuai varietas, umur dan
tingkat pertumbuhan tanaman yang didukung oleh kondisi lingkungan. Sebagai
patokan biasanya satu pohon jeruk pamelo bisa menghasilkan buah 75-100 buah.

5

Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan
Menurut Sutopo et al.(2005) jeruk Nambangan termasuk jeruk pamelo
yang paling banyak ditanam oleh petani dan memiliki daya simpan lebih baik
dibandingkan dengan kultivar lain. Berdasarkan Ditjen Hortikultura (2006) jeruk
Nambangan ini dikembangan di sentra produksinya di Kabupaten Magetan yang
tersebar di Bendo, Takeran, Sukomoro dan Kawedanan. Menurut Pangestuti et al.
(2004) jeruk Nambangan adalah salah satu varietas pamelo unggul Indonesia yang
dilepas pada tahun 2000 dan sampai saat ini paling banyak diminta pasar. Hal ini
berkaitan dengan karakteristik buah yang memenuhi selera konsumen yaitu warna
daging kemerahan, rasa manis asam dengan sedikit rasa getir dan jumlah bijinya
tidak banyak atau bahkan tidak ada sama sekali. Daya simpannya cukup lama
yaitu antara 2-3 bulan. Deskripsi jeruk pamelo kultivar Nambangan ditunjukkan
pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Jeruk Pamelo Nambangan
Batang

Daun

Bunga

Buah

- Bentuk pohon
seperti payung
- Percabangan
jorong ke atas
- Tinggi tanaman
4-5 m
- Diameter batang
atas 44.5 - 56.8 cm
- Warna tunas hijau
muda
- Permukaan pucuk
berbulu

- Keadaan daun
evergreen
- Tipe daun tunggal
- Warna bagian atas
hijau tua, bagian
bawah hijau muda
- Bentuk daun brevi
petiolata
- Panjang daun
11.6-13.1 cm dan
lebar daun 2.2-3.4
cm
- Tepi daun dentata
- Pada ketiak tidak
ada duri

- Tipe bunga
tunggal
- Posisi bunga
axilliary
- Aroma bunga
harum
- Panjang tangkai
bunga 1.2-1.6 cm
- Warna mahkota
bunga putih
berbintik hijau
- Warna kelopak
bunga hijau muda
berbintik putih
- Jumlah bunga per
tunas 6-7 buah

- Warna kulit buah
hijau kekuningan
- Warna daging
buah merah mudamerah
- Jumlah juring 1314 buah
- Tekstur buah agak
lunak
- Aroma kuat dan
rasa buah manis
segar
- Produksi jeruk
pamelo 200-230
buah/pohon
- Bentuk bundar,
sedikit pipih,
kurang simetris
dengan dasar agak
tegak

Sumber: Susanto (2000)

6

Ekologi
Hampir seluruh wilayah Indonesia dapat ditanami jeruk pamelo namun
yang terbaik penanaman pada ketinggian dibawah 400 m dpl. Penanaman di atas
400 m dpl menyebabkan jeruk menjadi asam, getir dan berkulit tebal.
Jeruk pamelo memerlukan jenis tanah yang ringan sampai sedang,
gembur, subur, banyak mengandung oksigen dan memiliki kisaran pH antara 5-6.
Jika pH di bawah 5, daun jeruk akan menguning dan buah tidak berkembang
dengan baik. Jika pH di atas 5-6, tanaman jeruk seperti kekurangan unsur borium
pada pucuk daun. Selain itu jeruk pamelo tidak tahan dengan genangan air
sehingga drainase harus diperhatikan. Oleh sebab itu, sebaiknya tanah banyak
mengandung pasir dan jika lahan kurang subur harus dilakukan pemupukan.
Semua jenis jeruk terutama pamelo tidak menyukai tempat yang
terlindung atau ternaungi. Cahaya matahari yang cukup akan mendorong
terbentuknya tunas-tunas dan buah serta membuat batang jeruk menjadi lebih
kuat. Menurut Ryugo (1988) intensitas cahaya yang cukup memperbaiki kualitas
buah apel dan menurut Krajewski dan Rabe dalam Mataa (1998) intensitas cahaya
juga memperbaiki kualitas buah jeruk. Intensitas cahaya yang diperlukan jeruk
pamelo pada saat bibit, dewasa (di dataran rendah), dewasa (di dataran 100-300
dpl), dewasa (di dataran 300-500 dpl) dan dewasa (di dataran tinggi) masingmasing sebesar 30-50 %, 50-75 %, 75-85 %, 85-90 % dan 90-95 %.
Kelembaban dan suhu juga berpengaruh pada pertumbuhan pohon jeruk.
Kelembaban udara rata-rata yang cocok untuk ditanami jeruk adalah 70-80 %.
Menurut Soelarso (1996) suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk antara
(25-30)oC. Aktivitas pertumbuhan jeruk sangat terganggu bila suhu kurang dari
13oC namun masih dapat bertahan pada suhu 38oC.

Pembibitan Jeruk Pamelo
Bibit yang baik merupakan langkah awal keberhasilan budidaya jeruk
pamelo. Bibit yang berasal dari biji sifatnya berbeda dengan bibit cangkokan atau
okulasi. Tiap cara perbanyakan ini mempunyai keunggulan dan kekurangan
masing-masing. Berdasarkan cara memperolehnya, bibit digolongkan menjadi dua
yaitu secara generatif dan vegetatif. Bibit dengan perbanyakan generatif adalah

7

bibit yang diperoleh dari biji. Sedangkan bibit vegetatif adalah bibit yang
diperoleh dengan memperbanyak bagian tanaman yang somaklonal.
Menurut Saptarini et al. (2002) terdapat beberapa syarat yang harus
dipenuhi agar tanaman dapat berbuah sesuai dengan yang diharapkan. Syarat
tersebut antara lain menggunakan bibit unggul, lingkungan tempat tumbuh
tanaman sesuai, lingkungan tanah memenuhi syarat dan keadaan tanaman sehat
dan sudah dewasa. Sedangkan hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bibit
jeruk pamelo adalah pertumbuhan batang, cabang dan daunnya. Penampakan luar
seperti gejala serangan hama dan penyakit juga penting untuk diketahui. Ciri-ciri
bibit jeruk pamelo yang baik menurut Ditjen Hortikultura (2006) antara lain
berumur 6 bulan ke atas, diameter batang-bawah 1.0-1.5 cm, tinggi minimal
sambungan dari pangkal akar ± 20 cm, tinggi bibit minimal 70 cm dari pangkal
akar, bibit lurus dan vigor, perakaran lurus dan sehat serta daunnya hijau cerah
dan subur.

Pemeliharaan
Pemeliharaan disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah dan kondisi
tanaman. Beberapa pemeliharaan yang penting dilakukan adalah pemupukan,
pengairan, pemangkasan dan pengendalian OPT.
Menurut Setiawan (1993) tanaman jeruk pamelo memerlukan pupuk alami
(kandang) dan pupuk buatan. Walaupun pupuk kandang tidak sebesar pupuk
buatan, tetapi pupuk ini mampu memperbaki struktur tanah. Pupuk kandang
membuat tanah lebih subur, gembur, dan lebih mudah diolah dan fungsi ini tidak
dapat digantikan oleh pupuk buatan. Kedua jenis pemupukan ini harus dilakukan
secara teratur dan terus menerus dalam jumlah yang cukup. Pemupukan buatan
harus diberikan karena kandungan unsur hara dalam pupuk kandang belum
mencukupi.
Penambahan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)
dapat berupa pupuk majemuk atau kombinasi dari pupuk tunggal seperti Urea,
SP-36 dan KCl. Cara pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman dimana
untuk bibit jeruk, pupuk dapat diberikan dalam bentuk cair.

8

Menurut Setiawan (1993) kebutuhan air pada tanaman dewasa sebesar
50 L/m2 dengan penguapan di daerah tropis sebesar 90 L/m2 per bulannya. Pada
tanaman muda, kebutuhan air lebih kecil dari angka tersebut. Apabila pada
tanaman dewasa paling tidak dibutuhkan ± 140 L/m2 tiap bulannya atau
4.67 L/m2 tiap harinya sehingga kebutuhan air tanaman muda kurang dari
4.67 L/hari.
Menurut Ryugo (1988) dan Verheij dan Coronel (1992) pemangkasan
dapat meningkatkan efisien pemanenan energi matahari serta mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemangkasan terbagi menjadi dua,
yaitu pemangkasan bentuk dan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk dilakukan
pada tanaman yang belum mempunyai bentuk yang baik. Pemangkasan ini
dilakukan pada tanaman yang belum produksi (umur 0-3 tahun). Menurut Susanto
(2005) tujuan pemangkasan ini adalah membentuk kerangka atau struktur
percabangan atau membentuk arsitektur pohon yang diinginkan. Sedangkan
pemangkasan pemeliharaan memiliki tujuan merangsang pertumbuhan tunas baru,
mencegah serangan penyakit, merangsang pertumbuhan tunas baru, mengurangi
kerimbunan, dan membentuk tajuk agar lebih bagus.

Peran Karbohidrat dalam Pembentukan Tunas
Selama

masa

perkembangan,

tanaman

muda

akan

mengalami

pertumbuhan cabang utama, sistem perakaran dan kegiatan bagian atas seperti
pucuk, cabang primer dan cabang sekunder. Semua karbohidrat pada saat bibit
digunakan untuk pertumbuhan vegetatif. Menurut Verheij dan Coronel (1986)
banyaknya buah yang dihasilkan berhubungan dengan pertumbuhan tajuk untuk
mencapai ukuran yang kokoh dahulu sebelum bunga pertama muncul. Lebatnya
buah berkaitan erat dengan percabangan. Tingkat hasil panen yang rendah
berhubungan dengan pertumbuhan tajuk yang kurang maksimal.
Pencincinan batang dan pengeratan pada tanaman dewasa dapat
meningkatkan pembentukan bunga dan terjadinya akumulasi pati pada daun.
Kadar pati umumnya rendah saat tanaman aktif memunculkan tunas baru,
pembentukan buah dan perkembangan buah. Menurut Ryugo (1988) pengeratan

9

pada pohon apel dan cabang tanaman pear menunjukkan hasil yang sama yaitu
mengalami peningkatan pembentukan bunga.
Menzel et al. (1995) menyatakan bahwa kandungan pati maksimum terjadi
pada cabang-cabang kecil sebelum pembungaan dan rendah saat tanaman aktif
memunculkan tunas-tunas baru, pembentukan buah dan perkembangan buah pada
tanaman leci. Kandungan pati juga berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif
dan generatif. Pati umumnya rendah saat tanaman mengalami pertumbuhan
vegetatif dan tinggi menjelang tanaman berbunga pada tanaman dewasa.

Strangulasi
Saat ini untuk mempertahankan produktivitas tanaman, terutama tanaman
yang berbuah musiman diperlukan suatu teknik khusus untuk mengatur
pembungaan tanaman. Teknik ini menurut Poerwanto (2003) dapat dilakukan
secara kimia maupun fisik. Teknik pengaturan pembungaan dengan cara fisik
adalah strangulasi dan girdling. Strangulasi merupakan pengikatan batang pada
tanaman dengan menggunakan kawat berdiameter 1-3 mm (tergantung umur
tanaman) pada waktu 3-20 bulan tanpa menghilangkan kulit kayu batang tanaman.
Aplikasi

strangulasi

berbeda

dengan

girdling

yang

aplikasinya

harus

menghilangkan kulit kayu batang tanaman terlebih dahulu. Menurut Tjitrosomo
(1984) daun-daun di atas bagian yang digirdling tidak akan layu karena suplai air
di daerah ini tidak terputus. Kondisi ini juga sama dengan aplikasi strangulasi,
akan tetapi jika melewati jaringan xilem, maka pohon akan segera mati karena
kekurangan air.
Kandungan karbohidrat pada daun jeruk pamelo yang diberi perlakuan
strangulasi selama 3 dan 20 bulan meningkat dibandingkan dengan kontrol
(Yamanishi et al., 1993). Hal ini terjadi karena adanya penumpukan karbohidrat
di atas bagian tanaman. Kerat batang dapat menekan gerakan fotosintesis dari
daun ke akar, sehingga terjadi penumpukan karbohidrat yang dapat digunakan
untuk pembungaan (Ryugo, 1988).
Jeruk pamelo

merupakan tanaman dikotil (berkeping dua)

dan

berkambium, dan memiliki jaringan kayu (xylem) yang terletak di bagian dalam
dan floem di bagian luar. Menurut Susanto et al. (2002) perlakuan strangulasi

10

pada batang sebatas kambium dimungkinkan untuk menekan hasil fotosintesis
dari daun ke akar sehingga terjadi penumpukan karbohidrat pada daun, yang
selanjutnya digunakan untuk pembungaan dan pembuahan. Menurut Putra (2002)
perlakuan strangulasi meningkatkan kandungan gula dan karbohidrat serta nisbah
C/N pada daun. Penelitian Yamanishi dan Hasegawa (1995) menunjukkan bahwa
kandungan karbohidrat yang tinggi pada daun tanaman dewasa akan merangsang
tanaman untuk pembungaan dan pembentukan buah. Menurut Ryugo (1988)
akumulasi karbohidrat di bagian tajuk tersebut akan memunculkan tunas baru,
pembentukan buah dan perkembangan buah.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam aplikasi strangulasi. Putra (2002) melakukan penelitian
strangulasi jeruk pamelo dengan ukuran kawat yang berbeda. Hasilnya, ukuran
kawat strangulasi harus disesuaikan dengan ketebalan kulit batang tanaman.
Rosawani (2004) menambahkan bahwa ukuran kawat juga harus disesuaikan
dengan umur tanaman. Sari (2006) menjelaskan bahwa periode strangulasi
berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan kandungan karbohidrat daun.
Selanjutnya Naviati (2007) menyatakan strangulasi ganda menghasilkan
pertumbuhan generatif dan kandungan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan
dengan strangulasi tunggal.

xii

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2011 di
greenhouse Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Institut Pertanian Bogor
(Gambar 1). Aplikasi strangulasi (pengikatan kawat) dilakukan secara serentak
pada 18 Mei 2011 dan pelepasan kawat dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2011.
Analisis hara dilakukan di Laboratorium BALITRO (Balai Penelitian Tanaman
Obat dan Aromatik), Cimanggu Bogor. Analisis brangkasan dilakukan di
Laboratorium Pasca Panen, IPB.

Gambar 1. Letak Pertanaman pada 1 MSP di Greenhouse Cikabayan, IPB

Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50 pohon bibit
jeruk pamelo hasil okulasi kultivar Nambangan berumur 6 bulan yang merupakan
hasil seleksi (bibit jeruk unggul bermutu bebas penyakit dan memiliki
pertumbuhan yang baik). Bahan yang digunakan untuk perlakuan adalah kawat
putih diameter 1 mm. Bahan media tumbuh yang digunakan adalah pasir, tanah,
pupuk kandang (2:1:1) (V:V:V) menggunakan polybag ukuran 35 cm x 30 cm.
Bagian atas media ditambahkan pupuk organik granul dengan bobot 0.5 kg tiap
polybag. Bahan pemeliharaan tanaman yaitu pupuk NPK mutiara 15-15-15

12

(15 g/L air), pupuk ZA (15 g/L air), pupuk gandasil daun, insektisida Decis 2.5 EC
(5 cc/L air) dan paranet 40 %.
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media adalah sekop, cangkul
dan timbangan. Peralatan untuk strangulasi yaitu tang untuk mengikat dan
melepas kawat, gunting kawat untuk memotong kawat dan cutter untuk
menghilangkan kalus saat pelepasan kawat. Alat untuk pemeliharaan antara lain,
sprayer, knapsack 15 L untuk penyemprotan insektisida, gelas ukur dan gunting
pangkas. Alat untuk pengamatan terdiri dari meteran, jangka sorong dan peralatan
analisis laboratorium bobot brangkasan.

Metode Penelitian
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor.
Percobaan terdiri dari lima perlakuan (Gambar 2), yaitu :
T0 : tanpa strangulasi
T1 : aplikasi single dengan ketinggian 5 cm dari mata tempel
T2 : aplikasi double dengan jarak 5 cm antar kawat dan ketinggian 5 cm dari
mata tempel
T3 : aplikasi double dengan jarak 10 cm antar kawat dan ketinggian 5 cm dari
mata tempel
T4 : aplikasi double dengan jarak 15 cm antar kawat dan ketinggian 5 cm dari
mata tempel

(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 2. (a). Aplikasi T1, (b). Aplikasi T2, (c). Aplikasi T3, (d). Aplikasi T4

13

Model aditif linier yang digunakan adalah :
Yij

= µ + τ i + ε ij

Dengan i = 1, 2, 3, 4, 5
j = 1, 2, 3, 4, 5
Yij

: Nilai pengamatan pengaruh perlakuan strangulasi ke-i dan ulangan ke-j

µ

: Nilai tengah umum

τi

: Pengaruh perlakuan strangulasi ke-i

ε ij

: Pengaruh galat percobaan pengaruh perlakuan strangulasi ke-i dan
ulangan ke-j
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam dan

uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Seluruh proses analisis data dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft® Office Excel 2007 dan SAS
System for Windows versi 9.13.

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Bahan Tanam
Tahap awal dari penelitian ini adalah persiapan media tanaman dan
pemilihan bibit. Bibit yang digunakan merupakan hasil seleksi perbanyakan
okulasi yang memiliki pertumbuhan seragam dan sehat.
a.

Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan terdiri dari campuran pasir, tanah dan pupuk

kandang dengan perbandingan (2:1:1) (V:V:V). Media tanam disiapkan dengan
memasukkan campuran media ke dalam polybag ukuran 30 cm x 35 cm.
b.

Transplanting
Bibit dipindah tanam ke polybag yang telah berisi media tanam. Bibit yang

diambil memiliki pertumbuhan yang sehat dan seragam serta memiliki perakaran
yang baik (Gambar 3). Perakaran tanaman yang dipilih harus lurus dan sehat.
Selain itu, jika terdapat tunas di batang bawah maka dilakukan pewiwilan.

14

Gambar 3. Proses Transplanting Bibit Jeruk Pamelo Nambangan
Aplikasi Strangulasi
Strangulasi dilaksanakan dengan melilitkan kawat berdiameter 1 mm pada
batang dengan menekan kawat ke batang sedalam diameter kawat tersebut
(Gambar 4a). Pelepasan kawat dilakukan setelah batang distrangulasi selama tiga
bulan dengan menghilangkan kalus terlebih dahulu (Gambar 4b).

(a)

(b)

Gambar 4. (a). Pemasangan Kawat Berdiameter 1 mm, (b). Kondisi Tanaman Saat
Setelah Pelepasan Kawat
Pemeliharaan
Pemeliharaan

yang

dilakukan

meliputi

pemupukan,

penyiraman,

pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan dan pemberian naungan.
1. Pemupukan
a. Pemupukan NPK mutiara (15-15-15) dan ZA
Pemupukan ini dilakukan tiap dua minggu sekali. Konsentrasi yang
digunakan tiap pupuk (NPK mutiara dan ZA) adalah 15 g/L. Setelah
dilarutkan dalam air, tiap tanaman memperoleh 100 mL pupuk cair.

15

b. Pemupukan organik granul
Pemupukan dilakukan pada saat satu minggu setelah pindah tanam
media dan setelah pelepasan kawat strangulasi. Setiap tanaman
memperoleh 500 g. Pupuk disebar di atas media tanam. Kandungan
pupuk terdapat pada Lampiran 17.
2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari, tiap pagi dan sore hari.
Volume penyiraman untuk tiap tanaman adalah 1 L.
3. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan beberapa kali. Pertama, pemangkasan
sebelum aplikasi strangulasi, dilakukan pada tunas adventif dan tunas
samping. Kedua, pemangkasan setelah pelaksanaan strangulasi, dilakukan
serentak pada tunas pucuk untuk menyeragamkan semua tanaman.
4. Pengendalian OPT
Pengendalian OPT dilakukan tiap minggu secara manual dengan
mencuci bagian daun dan bagian yang terkena tungau karat dengan
menggunakan air. Sedangkan pengendalian secara kimia dilakukan tiap
satu bulan sekali dengan menyemprotkan insektisida secara teratur pada
semua tanaman jeruk. Insektisida yang digunakan yaitu Decis 2.5 EC
(5 cc/L air).

16

Pengamatan
Pengamatan dilakukan satu minggu setelah perlakuan strangulasi dan
dilanjutkan sampai dua bulan setelah strangulasi dilepas. Pengamatan dilakukan
tiap dua minggu sekali dengan peubah yang diamati meliputi :
1. Diameter batang
Diameter batang yang diukur adalah bagian batang atas yang berada di
bawah perlakuan strangulasi di atas pangkal batang.
2. Waktu munculnya cabang baru (HSP)
Waktu munculnya cabang baru dihitung berdasarkan keluarnya cabang
primer pertama setelah aplikasi strangulasi.
3. Jumlah tunas dan panjang rata-rata tunas per tanaman
Jumlah tunas dihitung berdasarkan banyaknya tunas yang membentuk
cabang. Panjang rata-rata tunas per tanaman, dihitung dengan cara
membagi panjang total tunas dengan jumlah tunas yang terdapat pada satu
tanaman.
4. Jumlah dan luas daun
Daun yang diukur adalah daun yang berkembang penuh dengan warna
daun yang masih hijau. Luas daun diukur tiap bulan dengan menggunakan
metode gravimetri (perbandingan berat). Contoh daun yang diamati
sebanyak lima daun per tanaman. Daun terlebih dahulu digambar di kertas,
yang menghasilkan tiruan (replika) daun. Selanjutnya dari kertas yang
sama dibuat potongan dengan ukuran tertentu kemudian digunting dan
ditimbang, sehingga diperoleh luas daun dengan perhitungan :

Luas daun = Bobot kertas replika daun x luas kertas standar
Bobot kertas
Dari setiap satuan percobaan dihitung luas dari lima daun terpilih,
kemudian hasilnya dirata-ratakan. Berdasarkan hal ini dapat dihitung luas
daun per tanaman dengan mengalikan rata-rata luas daun dengan jumlah
daun per tanamannya.

17

5. Ukuran tajuk
Pengukuran tajuk dilakukan dengan mengukur diameter tajuk (panjang
dan lebar) serta tinggi dari pangkal batangnya.
6. Kandungan karbohidrat dan nitrogen daun
Analisis kandungan karbohidrat dalam bentuk gula total pada daun
menggunakan metode Semogyi Nelson sedangkan kandungan nitrogen
menggunakan metode semi-mikro Kjedahl (Yoshida et al., 1972). Metode
analisis terlampir (Lampiran 2 dan 3).
7. Bobot basah dan kering akar dan tajuk
Pengamatan bobot basah dan kering akar dan tajuk dilakukan secara
destruktif pada akhir penelitian. Pengamatan tersebut dilakukan terhadap
10 tanaman contoh. Pengukuran bobot kering akar dan tajuk dilakukan
dengan menimbang bobot basah, kemudian dikeringkan dalam oven pada
suhu 70oC selama 48 jam.

xii

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian
Selama masa persiapan bahan tanam yaitu pemindahan ke media pasir,
pupuk kandang dan tanah (2:1:1) (V:V:V) dan periode awal penanaman sampai
4 MST, tanaman ditempatkan di greenhouse Leuwikopo, IPB. Tanaman jeruk
pamelo pada tahap awal mengalami gejala stres yang terlihat dari banyaknya daun
yang menggulung. Upaya yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan bibit
jeruk pamelo ini adalah memberikan pupuk cair NPK mutiara dan ZA masingmasing (15 g/L air) tiap minggu. Pemulihan stres dilakukan selama sebulan
dimana setelahnya daun nampak lebih segar, berwarna lebih hijau dan tidak
menggulung. Aplikasi strangulasi dilakukan setelah tanaman pulih dari stres.
Selama pemulihan tanaman dari stres, tanaman jeruk pamelo mengalami
serangan hama berupa belalang (Phyllium fulchrifolium) dan tungau merah
(Panonychus citri). Serangan hama masih dapat dikendalikan secara manual dan
pengendalian kimia tetap dilakukan sebulan sekali untuk pencegahan OPT.
Pengendalian tungau merah secara manual dilakukan dengan mencuci daun
terutama bagian bawahnya menggunakan air.
Setelah tanaman segar dan pertumbuhan sudah cukup baik, tanaman
dipindahkan ke greenhouse Cikabayan, IPB. Penyesuaian dengan lingkungan
dilakukan selama dua minggu, selanjutnya aplikasi strangulasi dilakukan. Selama
distrangulasi, tanaman tumbuh dengan baik.
Pengaruh strangulasi tidak berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman
yang ditandai dengan kondisi tanaman pasca strangulasi yang cukup baik. Selama
penelitian, tanaman tidak mengalami gangguan abiotik (cekaman air dan cekaman
hara) dan gangguan biotik (serangan hama/penyakit) yang menyebabkan kematian
tanaman. Pemasangan naungan dilakukan untuk mencegah adanya stres tanaman
yang diakibatkan oleh intensitas cahaya dan suhu yang ekstrim di dalam rumah
kaca. Suhu di dalam rumah kaca berkisar antara (21.8- 36)oC pada pagi sampai
sore hari. Davies dan Albrigo (1994) menyatakan bahwa pada saat suhu antara
25oC sampai dengan 30oC memungkinkan terjadinya pertumbuhan pucuk dan
perkembangan panjang tunas yang tinggi.

19

Diameter Batang
Perlakuan strangulasi memberikan pengaruh sangat

nyata dalam

memperbesar diameter batang atas tanaman mulai 3 MSP (Minggu Setelah
Perlakuan) sampai dengan 19 MSP dibandingkan kontrol. Perlakuan strangulasi
single (T1), strangulasi double jarak 5 cm (T2) dan strangulasi double jarak 10 cm
(T3) memiliki hasil yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (T0) namun berbeda
sangat nyata dengan perlakuan strangulasi double dengan jarak 15 cm (T4). Hasil
uji lanjut DMRT pada 19 MSP menunjukkan perlakuan strangulasi double dengan
jarak 15 cm (T4) menghasilkan diameter batang paling besar (1.331 cm) dan tidak
berbeda nyata dengan kontrol (T0) (1.107 cm) namun berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya (Gambar 5).

1,40
Diameter batang (cm)

1,20

b
b
b

a

1,00
0,80

a
ab
bc
c

a

a

ab
bc
c

b

0,60
0,40
0,20
0,00
1

3

5

7

9

MSP

11

Kontrol

Strangulasi single

Strangulasi double 10 cm

Strangulasi double 15 cm

13

15

17

19

Strangulasi double 5 cm

Gambar 5. Grafik Diameter Batang pada 1-19 MSP
Diameter tanaman kontrol (T0) dari minggu ke minggu mengalami
kenaikan yang cukup drastis karena mengalami pembentukan cabang samping
yang sedikit sehingga asimilat difokuskan untuk pembesaran diameter cabang.
Hal ini berbeda dengan perlakuan strangulasi single, double dengan jarak 5 cm
(T2) dan jarak 10 cm (T3) yang memiliki jumlah cabang samping yang lebih
banyak sehingga asimilat yang digunakan terbagi untuk pembentukan cabang.

20

Waktu Munculnya Cabang Baru
Perlakuan strangulasi single maupun double tidak memberikan pengaruh
nyata pada waktu munculnya cabang baru. Strangulasi single (T1) dan strangulasi
double dengan jarak 10 cm (T3) membentuk cabang pada 5.5 HSP dan 5.5 HSP
dan tidak berbeda dengan strangulasi double 5 cm (T2), strangulasi double 15 cm
(T4) dan kontrol (T0) yang membentuk cabang pada 6.1 HSP, 6.6 HSP dan
6.8 HSP (Gambar 6).

Gambar 6. Diagram Batang Waktu Muncul Cabang Baru

Jumlah Tunas
Perlakuan strangulasi memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan
jumlah tunas vegetatif pada 9 sampai 15 MSP. Perlakuan strangulasi double
dengan jarak 10 cm (T3) pada 13 sampai 19 MSP memiliki jumlah tunas yang
tidak berbeda nyata dengan kontrol (T0) tetapi berbeda sangat nyata dengan
perlakuan strangulasi single dan perlakuan strangulasi double dengan jarak 5 cm
(T2) dan 15 cm (T4) (Gambar 7).
Perkembangan cabang pada tanaman tanpa strangulasi berbeda dengan
perlakuan strangulasi, dimana perkembangan pada tanaman tanpa strangulasi (T0)
dimulai dengan pertumbuhan pucuk terminal. Akibatnya jumlah tunas samping
yang terbentuk lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman strangulasi yang
terlihat mulai 7 MSP. Mulai dari 13 MSP, jumlah tunas samping tanaman kontrol
mulai meningkat dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan T3 sampai 19 MSP.

21

Jumlah tunas vegetatif (buah)

6
5.3a

5

a

a
4

ab

ab
3

b

2

b

1
0
1

3

5

7

9

11

13

15

17

19

MSP
Kontrol

Strangulasi single

Strangulasi double 10 cm

Strangulasi double 15 cm

Strangulasi double 5 cm

Gambar 7. Grafik Jumlah Tunas Vegetatif pada 1-19 MSP
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan pembentukan cabang samping
pada strangulasi single dan double banyak terbentuk di bagian bawah perlakuan
strangulasi. Menurut Harjadi (1996) pembentukan cabang samping terkait adanya
penghentian dominansi pucuk sehingga hormon auksin yang dibentuk pada
jaringan meristematik aktif (tunas, daun muda dan buah) akan bergarak ke bagian
lain dari tanaman dengan distribusi yang tidak seragam. Gardner et al. (1991)
menambahkan transport auksin berlangsung secara basipetal yaitu dari ujung ke
basal. Transport auksin tersebut terkait dengan pembentukan cabang di bagian
bawah yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan cabang yang terbentuk di
bagian tengah dan atas strangulasi.

22

Panjang Rata-rata Tunas per Tanaman
Perlakuan strangulasi memberikan pengaruh terhadap parameter panjang
tunas rata-rata pada 11, 13, 17 dan 19 MSP (Gambar 8). Pada 11-19 MSP
perlakuan kontrol memiliki panjang tunas rata-rata tertinggi dan berbeda dengan
perlakuan strangulasi si