Karakterisasi Protein IgG Anti H5N1 Menggunakan Metode SDS-Page (Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamide Gel Electrophoresis) Dari Kolostrum Sapi Yang Divaksin H5N1

!

"

"
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Karakterisasi Protein IgG Anti
H5NI dari Kolostrum Sapi yang Divaksin H5N1 Menggunakan Metode SDS
PAGE adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Komara Dwi Rahardjo
B04062812

#
! .


$%&'& () &*&'+,$.

!

"

#$

#

#

-'.)/) and /).& 01&/+)&')

')

&

(1/ 0
!

!
#
).
) #(
#
) # (
$ &
) !
4$14 556$74
!
( (
$
#
(
0
1/ # 0
/ 23
19$:9 8 / 17$ 9 8

)

*, + ! !
# ).
) .(
$
(
! #-# #
(1$ &
( !
( #
(
#,
!$
#$ &
! #
# ! - !
*23+
(
(
8 $ &
!

#
) !
0
1/ 0
1/ # 0
1 !
) #/
!
#
) !
0
1$ &
!
#
# (
(
#
19$:9
#
!

; $ 98 $

0 .! #%

/

*
0

#%

'(

!
,

+
(1/ 0

-


/

#

#

/

!

$

( /
$
'
#

1/
( $

8 /

$%&'& () &*&'+,$.
! . Karakterisasi Protein IgG Anti H5NI
Menggunakan Metode SDS PAGE dari Kolostrum Sapi yang Divaksin H5N1
Dibawah bimbingan: ') -'.)/) dan /).& 01&/+)&')2

Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi imunoglobulin gamma
(IgG) di dalam kolostrum sapi ,
(FH) yang telah divaksin virus
Avian Influenza subtipe H5N1. Sampel dibagi menjadi tiga sampel yang terdiri
dari Kol I Sp4, Kol II Sp4, dan Kol III Sp4. Sampel tersebut akan dibandingkan
dengan kontrol IgG. Kontrol IgG merupakan sampel kolostrum yang didapatkan
dari sapi FH yang tidak diberikan vaksin subtipe H5N1. Karakterisasi IgG
dilakukan dengan menggunakan metode SDS4PAGE. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa IgG kontrol mempunyai tiga pita protein dan sampel IgG
yang diberi vaksin memiliki 546 pita protein. Berat molekul yang didapatkan
berkisar antara 19,49 sampai 228,08 kDa. Terdapat perbedaan berat molekul
antara sampel Kol 1 Sp4, Kol II Sp4, Kol III Sp4 dengan kontrol IgG. Didasarkan
pada berat molekul juga, terdapat perbedaan antara Kol 1 Sp4, Kol II Sp4, dan

Kol III Sp4. Pada hasil penelitian ini juga didapatkan adanya protein yang tidak
teridentifikasi pada sampel, hal ini disebabkan sampel kolostrum tidak melalui
tahap pemurnian terlebih dahulu. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
ukuran berat molekul pada sampel IgG kolostrum yang divaksin adalah 147,37
kDa, 147,37 kDa, 140,57 kDa dan kontrol IgG adalah 161,57 kDa.
Kata kunci : Kolostrum, IgG, SDS PAGE, berat molekul.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang4Undang
(
. ) 8
/ (

(
<
.

! <

#


)

)
) . $
8 .
= # (
8

8 ( (

#
(

(
/ ( .
(

8 .
.


( ) . 8

(
88 (
(
/ (
# 8

)
)

8

8
( ##8 /
8 8/
8 (
8 .


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

"

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa
NRP

: Karakterisasi
Protein
IgG
Anti
H5N1
Menggunakan Metode SDS4PAGE ( #
# .
.
#
(
) Dari Kolostrum Sapi yang
Divaksin H5N1
: Komara Dwi Rahardjo
: B04062812

Disetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Drh. Sri Murtini, M.Si
19661120 199512 2 001

Dr. Drh. Anita Esfandiari, M.Si
19621214 198903 2 001

Diketahui
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Dr. Nastiti Kusumorini
19621205 198703 2 001

Tanggal Lulus :

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat
dan nikmat4Nya kepada umatnya. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan
kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabat4sahabatnya. Rasa syukur
yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat4Nya atas segala karunianya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tulisan ini adalah hasil penelitian pada
paruh waktu terakhir masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin
dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu , penulis menyampaikan terima kasih kepada :
Dr. Drh. Sri Murtini, MSi dan Dr. Drh. Anita Esfandiari, MSi selaku
pembimbing skripsi dengan penuh kesabaran telah memberikan arahan,
bimbingan serta evaluasi dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini,
Keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a, dukungan moril dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini,
Teman4teman sepenelitian (Fajar, Fitri) atas kerjasama dan kebersamaan
serta pengertiannya yang besar selama ini,
Teman4teman kost Aglonema atas bantuan dan pengertiannya selama ini,
Teman seperjuangan AESCULAPIUS 43 atas dukungan dan semangatnya,
Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang
turut membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca maupun pihak4
pihak lain yang berkepentingan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan skripsi ini, namun penulis berharap tulisan ini dapat memberi
manfaat sebagai sumber informasi untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Januari 2011

Komara Dwi Rahardjo

Penulis dilahirkan di Rancaekek, Bandung. pada tanggal 08 Februari 1989
sebagai anak kedua dari pasangan Adjat Sudradjat dan Yuyun Herawati Spd.
Penulis menempuh pendidikan di TK At4Taqwa, SD N Jelegong tahun
199442000, SMP Al4MA’SOEM 20042003, SMA N I RANCAEKEK dari tahun
200342006. Kemudian diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan berhasil masuk di Fakultas Kedokteran
Hewan tercinta.

"
&3&%&/
"

.......................................................................................... viii

"

................................................................................... ix

2
Latar Belakang ...........................................................................................

1

Tujuan Penelitian

................................................................................

4

Manfaat Penelitian............................................................................... ......

4

Virus Avian Influenza ................................................................................

5

Patogenitas Avian Influenza ......................................................................

6

Sistem Kekebalan.......................................................................................

6

Kolostrum ..................................................................................................

7

Pengenalan Kolostrum .......................................................................

7

Komposisi Kolostrum ........................................................................

8

Proses Pembentukan Kolostrum ........................................................

9

Immunoglobulin .........................................................................................

9

Definisi ...............................................................................................

9

Struktur Imunoglobulin ......................................................................

9

2

Imunoglobulin pada Sapi ................................................................... 10
SDS PAGE ................................................................................................ 11
2
Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 14
Bahan dan Alat ........................................................................................... 14
Metode Penelitian ...................................................................................... 14
Vaksinasi Induk Sapi....................................................................... 14
SDS4PAGE ...................................................................................... 15
................................................................ 16

2

....................................................................... 20

2
"

..................................................................................... 21
…………………………………………………………………. 24

"

&3&%&/
1. Wabah H5N1 pada Manusia Tahun 2010 ....................................................

2

2. Berat Molekul Komponen4komponen Protein ............................................ 17
3. Protein Globulin pada Kolostrum Sapi ....................................................... 17

"

&3&%&/
1. Struktur H5N1 ......................................................................................

5

2. Struktur dasar imunoglobulin .............................................................. 10
3. Klasifikasi imunoglobulin .................................................................... 11
4. Mekanisme sederhana SDS4Page ........................................................ 13
5. Profil pita protein hasil SDS4PAGE .................................................... 18

1

&.&' 43&5&/
Kejadian

)

8 Avian Influenza (AI) tahun 2003 telah dilaporkan

terjadi pada suatu populasi ternak unggas di Asia Tenggara dan sekitarnya,
diantaranya negara China, Indonesia, Kamboja, Jepang, Republik Korea Utara,
Laos, Malaysia dan Vietnam (WHO 2010). Asia Tenggara dicermati sebagai asal
terjadinya pandemi berikutnya, mengingat pengelolaan ternaknya yang relatif
masih tradisional (Basuno 2008).
Avian influenza atau flu burung merupakan penyakit pada unggas yang
disebabkan oleh virus >

.' - #

tipe A, yang menyerang ayam, burung,

itik, kalkun, angsa dan jenis unggas lainnya (CDC 2005). Hewan yang peka dan
terdeteksi positif AI di Indonesia meliputi ayam, puyuh, itik, beberapa jenis
burung dan babi (Haryono 2005). Avian Influenza dapat menular ke hewan lain.
Virus ini juga dapat menyerang manusia, bahkan untuk kawasan Asia Tenggara,
Indonesia menduduki peringkat pertama dengan jumlah korban manusia
meninggal dunia terbanyak akibat flu burung (KOMNAS FBPI 2010).
Akibat wabah AI, Indonesia mengalami kerugian ekonomi cukup tinggi,
kerugian tersebut berupa merosotnya permintaan daging ayam sampai 60%,
karena masyarakat takut makan daging ayam. Jumlah peternak yang memiliki
peternakan ayam skala kecil diperkirakan 80.000 orang dengan rata4rata
kepemilikan 5000420.000 ekor. Melalui peternakan tersebut, setiap hari dihasilkan
1,3 juta ton telur dan daging ayam sebanyak 141,2 milyar ekor per tahun
(Wardhani 2007). Kerugian ekonomi yang diderita diperkirakan mencapai 3,244,3
triliun rupiah akibat pemusnahan massal 100 juta ekor, baik yang tertular H5N1
maupun depopulasi untuk pengendalian penyakit (KOMNAS FBPI 2004).
Sampai dengan 31 Agustus 2010 di seluruh dunia terdapat 505 kasus pada
manusia dan 300 kasus diantaranya dilaporkan meninggal (Tabel 1). Indonesia
menduduki peringkat pertama dengan jumlah kasus tertinggi, dilaporkan sebanyak
168 kasus dan 139 diantaranya meninggal (WHO 2010). Hal ini dapat disebabkan

2

karena sistem pemeliharaan unggas yang belum tertata (Kompas 2008). Manusia
yang rawan terinfeksi oleh virus AI antara lain pekerja di peternakan ayam atau
unggas domestik lain, Rumah Potong Unggas (RPU), pengangkut (sopir)
distribusi ayam (Rahayu 2010).
Tabel 1. Wabah H5N1 pada manusia tahun 2010
Negara
Azerbajian
Bangladesh
Cambodia
China
Djibouti
Egypt
Indonesia
Iraq
Laos
Myanmar
Nigeria
Pakistan
Thailand
Turkey
Vietnam
Total

Jumlah
Kasus
8
1
10
39
1
112
168
3
2
1
1
3
25
12
119

Jumlah Kasus
Meninggal
5
0
8
26
0
36
139
2
2
0
1
1
17
4
59

505

300

Sumber: WHO (2010)

Berdasarkan kasus yang terjadi, maka pemerintah menetapkan sembilan
langkah strategi sebagai tindak penanggulangan pada unggas. Salah satunya
adalah dengan cara pemberian vaksinasi pada unggas. Upaya pencegahan
terhadap manusia dapat dilakukan dengan cara (a) menghindari kontak langsung
dengan unggas yang terinfeksi; (b) menghindari konsumsi daging/ telur yang tidak
dimasak secara sempurna; (c) istirahat, makan dan minum yang cukup, serta olah
raga; (d) bagi penderita flu usahakan menutup mulut jika batuk serta gunakan
masker bila perlu (Winarno 2005).
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau >
(

(OIE) serta Organisasi Pangan dan Pertanian atau ,
>

#
#

#

(FAO) dalam pernyataan bersama pada September

2004 menyatakan bahwa kebijakan melakukan vaksinasi unggas dalam rangka

3

pengendalian AI ditetapkan oleh masing4masing negara berdasarkan penilaian
terhadap situasi yang terjadi di negara bersangkutan (Naipospos 2006).
Pemerintah telah menetapkan kebijakan pengendalian AI dengan cara
mengizinkan secara resmi peredaran dua jenis vaksin AI untuk unggas produksi
dalam negeri dan enam jenis vaksin impor yang telah dikaji secara teknis
berdasarkan rekomendasi ahli dan telah melalui pengujian oleh lembaga
pemerintah yang mempunyai kompetensi (Naipospos 2006). Namun sampai saat
ini belum dipastikan adanya bentuk imunisasi AI untuk manusia berupa vaksin.
PT. Bio Farma Indonesia siap memproduksi vaksin flu burung atau (AI) untuk
manusia pada 2011 dengan target produksi awal 20 juta dosis. Rencana itu
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya pandemi flu burung (Anonim 2008).
Tizard (1988) menyatakan bahwa ada dua cara imunisasi untuk membuat
individual kebal terhadap penyakit menular, yaitu imunisasi pasif dan aktif. Salah
satu aplikasi imunisasi pasif adalah pemberian kolostrum yang mengandung
antibodi (imunoglobulin) terhadap antigen tertentu.
Sekresi kelenjar ambing menjamin terjadinya transfer imunitas pasif dan
menyediakan pakan untuk anak yang baru lahir. Pemindahan imunoglobulin (pada
sapi) dari darah ke kelenjar ambing terjadi segera sebelum, sewaktu, dan sesudah
partus (Toelihere 1981). Kandungan

)

pada perahan pertama

kolostrum biasanya berkisar antara 2% (20 g/L) sampai 15% (150 g/L). kemudian
akan terus menurun konsentrasinya pada pemerahan berikutnya. Pada pemerahan
ketiga konsentrasinya hanya 40% dari pemerahan pertama (Anonim 2011)
Pemberian kolostrum (sebagai imunisasi pasif) pada mahluk hidup (khususnya
neonatus) akan memicu terbentuknya imunitas pasif (IgG) (Toelihere 1981).
Penggunaan kolostrum untuk kepentingan imunisasi

pasif

dapat

diaplikasikan dalam upaya pengendalian AI. Hal ini disebabkan kolostrum
memiliki unsur kekebalan berupa imunoglobulin. Unsur kekebalan tersebut
berfungsi sebagai sumber pertahanan utama, baik dalam pencegahan maupun
tindakan penanggulangan terhadap adanya paparan antigen seperti virus, bakteri,
dan lain4lain (Thapa 2005).
Efektifitas dan kemampuan netralisasi IgG terhadap virus dipengaruhi oleh
susunan protein pada antibodi (IgG) (Handayani 2008). Apabila terdapat

4

perbedaan susunan protein pada IgG maka kemampuan netralisasi virus akan
berbeda pula (Tizard 2000). Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk
mengetahui susunan protein IgG dari kolostrum anti H5N1.

-,-&/
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik imunoglobulin anti
H5N1 pada kolostrum sapi.

&/1&&.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
karakteristik imunoglobulin anti H5N1 pada kolostrum sapi.

5

)'-0 6)&/ /13-4/7&
>

(AI) merupakan virus yang termasuk ke dalam famili

.' - # , memiliki amplop ( -

( ), bersegmen dan memilki

-

RNA. Avian influenza dibedakan ke dalam 3 tipe, yaitu tipe A, B,
C. Tipe A merupakan tipe AI yang sangat penting, karena virus ini tersebar luas
dimana4mana dan menginfeksi multi spesies seperti unggas dan manusia.
Sedangkan virus AI tipe B dan C merupakan virus yang patogen pada manusia
dan jarang sekali menginfeksi spesies lain.

Gambar 1. Struktur H5N1
(http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung)

Virus ini mempunyai bentuk yang pleomorfik, dari bentuk bulat dengan
garis tengah rata4rata 120 nm sampai berbentuk filament, juga memiliki tonjolan
pada selubung viral berupa Hemaglutinin (H) dan Neruroamidase (N) (Gambar 1).
Diperkirakan ada 9 varian H dan 14 varian N. Hemaglutinin berfungsi dalam
perlekatan virus pada sel4sel inang, sedangkan neuroamidase berfungsi dalam
menghancurkan asam neuroaminic yang berperan dalam

, pada saat

sel inang akan lisis (CFS & PHISU 2005).
Virus H5N1 memiliki waktu inkubasi berkisar antara 345 hari. Penularan
virus biasanya melalui unggas dan dimungkinkan pula menjangkiti beberapa jenis

6

mamalia. Penularan Flu burung pada unggas terjadi secara cepat dengan resiko
kematian yang cukup tinggi yakni sekitar 80% (KOMNAS FBPI 2010).

&.$ 4/).&0 )'-0 6)&/ /13-4/7&
Infeksi virus Avian Influenza (AI) dimulai ketika virus memasuki sel
inang setelah terjadi penempelan ( 8

-

dengan reseptor spesifik pada

permukaan sel inang. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel inang dan akan
mengintergrasikan materi genetiknya di dalam inti sel inang. Virus menggunakan
sistem genetik pada DNA (

'. ))

#) sel inang untuk bereplikasi

membentuk virion4virion baru dan menginfeksi sel iang disekitarnya. H5N1 dapat
bereplikasi di dalam sel nasofaring (Peiris

$ 2004), di dalam saluran

pencernaan (De jong 2005), serta dapat dideteksi dalam darah, cairan
cerebrospinal, dan tinja pada manusia yang terinfeksi (WHO 2005).
Gejala klinis yang sering ditemukan pada ayam/unggas yang terinfeksi flu
burung, antara lain jenggel dan pial membengkak dengan warna kebiruan,
pendarahan merata pada kaki yang berupa bintik4bintik merah, adanya cairan pada
mata dan hitung, keluar cairan eksudat jernih hingga kental dari rongga mulut,
diare, haus berlebihan, kerabang telur lembek (DEPTAN 2005). Gejala klinis
pada manusia penderita AI antara lain demam, sakit tenggorokan, batuk, keluar
ingus, infeksi mata, nyeri otot, sakit kepala, lemas dan dalam waktu singkat dapat
menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan paru4paru (pneumonia) dan
kematian (Rahayu 2010).

)0.4%

4548&3&/
Sistem kekebalan dibagi menjadi dua, yaitu

(HMI)/sistem kekebalan humoral dan

2 #

2 #
#

#

.

. (CMI)/sistem

kekebalan seluler. Sistem kekebalan humoral melibatkan peran sel B dan
imunoglobulin yang terdapat dalam serum, sedangkan sistem kekebalan seluler
melibatkan peran sel T (Mayer 2009). Vaksinasi adalah pemberian vaksin ke
dalam tubuh individu untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
(Kreier dan Mortensen 1990). Pemberian vaksin pada prinsipnya dapat mencegah
terjadinya infeksi. Pencegahan dengan vaksinasi akan memberikan dampak yang

7

lebih baik karena tidak menimbulkan resistensi dan tidak meninggalkan residu
pada ternak (Soeripto 2001).
Tizard (1988) menyatakan bahwa ada dua cara imunisasi untuk membuat
hewan kebal terhadap penyakit menular. Cara pertama, disebut imunisasi pasif,
menghasilkan kekebalan sementara dengan cara memindahkan antibodi dari
hewan resisten pada hewan rentan. Antibodi yang dipindahkan secara pasif ini
memberi perlindungan secara cepat, namun demikian cepat dikatabolisasi oleh
tubuh, sehingga perlindungan makin berkurang dan akhirnya hewan yang
diimunisasi menjadi rentan lagi terhadap infeksi ulang. Antibodi pada imunisasi
pasif dihasilkan dari hewan donor melalui imunisasi aktif. Antibodi yang
diperoleh dimurnikan, kemudian diberikan kepada hewan yang masih rentan agar
terbentuk tanggap kebal. Kedua, imunisasi aktif, yaitu teknik imunisasi dengan
pemberian antigen kepada hewan, sehingga terjadi peningkatan tanggap kebal
berperantara antibody oleh hewan itu sendiri. Dibandingkan dengan imunisasi
pasif, imunisasi aktif memiliki perlindungan tubuh yang berlangsung lebih lama.

$3$0.'-%
4/ 4/&3&/

$3$0.'-%

Kolostrum mengandung substansi yang berbentuk seperti susu yang
diproduksi menjelang dan segera setelah proses kelahiran. Kolostrum memililki
konsistensi agak kental dan berwarna kekuningan, kaya akan kandungan protein.
Kolostrum juga merupakan salah satu sumber gizi yang mengandung banyak
lemak, protein, karbohidrat dan beberapa mikronutrient seperti vitamin dan
mineral. Mengandung pula IgA yang berfungsi memberi perlindungan pada
traktus gastrointestinal dari berbagai infeksi pada anak yang baru lahir (Thapa
2005).

$%9$0)0)

$3$0.'-%

Menurut Thapa (2005), ada beberapa komponen yang terkandung dalam
kolostrum. Komponen utama terdiri dari unsur kekebalan dan unsur pertumbuhan.

8

1. Unsur kekebalan.
Unsur ini terdiri dari beberapa komponen yakni:
a. Antibodi spesifik, merupakan unsur kekebalan yang didapat dari maternal
antibodi yang telah terpapar antigen,
b. Imunoglobulin, merupakan sumber pertahanan utama, baik dalam
pencegahan maupun penanggulangan pada paparan antigen. Ada 5 tipe
imunoglobulin yaitu IgA, IgD, IgE, IgG dan IgM,
c.

?

.( ( #

(PRP), berfungsi menstimulasi thymus untuk

meregulasi sistem kekebalan dalam tubuh,
d. @

, merupakan protein yang terikat pada unsur besi, berfungsi

dalam melawan sel kanker,
$

. 8

dan @. ( 8

$

2. Unsur pertumbuhan
Memiliki fungsi dalam membantu pertumbuhan, regenerasi dan mempercepat
perbaikan pada jaringan dan organ yang mengalami gangguan. Unsur ini
terdiri dari beberapa komponen yakni:
a. EGF ( (

!

,

), berfungsi melindungi bagian permukaan

kulit, juga dalam pengaturan pertumbuhan dan regenerasi sel4sel atau
jaringan yang rusak,
b. &

!

,

A dan B (TGF A dan B), menstimulasi

proliferasi sel pada jaringan ikat dan membantu dalam proses
pembentukan sumsum tulang dan kartilago,
c.

- #

!

,

(PDGF), membantu proses pembelahan

sel pada jaringan ikat, otot4otot halus, dan fibroblas. Juga membantu
dalam regenerasi sel neuron,
d. Vitamin dan mineral, merupakan salah satu komponen penting dalam
proses metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh,
e. Asam amino, merupakan )

#

)

dibutuhkan dalam proses pertumbuhan.

8 (dasar penyusun) protein, yang

9

'$040 4%84/.-5&/

$3$0.'-%

$3$0.'$ 4/40)0

Kolostrogenesis merupakan bagian dari laktogenesis atau pembentukan
susu. Laktogenesis terdiri dari dua tahap yaitu laktogenesis tahap I dan
laktogenesis tahap II. Laktogenesis tahap I ditandai dengan produksi suatu cairan
yang disebut pre4kolostrum. Laktogenesis tahap II dimulai segera sebelum induk
melahirkan, ketika kelenjar ambing pertama kali melepaskan kolostrum sampai
kelenjar ambing menghasilkan susu non4kolostrum. Kolostrogenesis diatur oleh
hormon laktogenik diantaranya adalah estrogen, progesteron, dan prolaktin.
Transfer imunoglobulin dari sirkulasi darah ke kelenjar ambing atau kolostrum
terjadi sebelum, sewaktu dan segera sesudah induk melahirkan (Toelihere 1981).
Selama masa kebuntingan terjadi, proliferasi seluler saluran ambing dan alveoli
berada di bawah pengaruh hormon progesteron dan estrogen yang berasal dari
ovarium dan plasenta (Hidayat

$ 2009).

Kolostrogenesis terjadi bersamaan dengan penurunan kadar progesteron
dan estrogen di dalam darah dan peningkatan kadar prolaktin atau hormon
laktogenik dari kelenjar hipofisa. Prolaktin dibutuhkan untuk memulai sekresi
susu dan mempertahankan laktasi. Peningkatan prolaktin didukung oleh stimulasi
kelenjar ambing melalui penghisapan dan pengeluaran kolostrum atau air susu
dari alveoli kelenjar ambing (Hidayat

. 2009).

%-/$ 3$8-3)/
Menurut Simorangkir (1995), imunoglobulin (Ig) merupakan suatu fraksi
globulin serum yang berhubungan dengan aktivitas pertahanan tubuh.
Imunoglobulin berperan utama dalam mekanisme kekebalan yang diperantai oleh
antibodi. Mayer (2009) menyatakan bahwa imunoglobulin merupakan molekul
glikoprotein yang diproduksi oleh plasma sel melalui respon

yang

memilki fungsi sebagai antibodi.

.'-5.-' %-/$ 3$8-3)/
Struktur imunoglobulin tersusun atas rantai berat/panjang (
dan rantai ringan/pendek (

-.

)

). Semua rantai disatukan oleh ikatan

disulfida. Setiap imunoglobulin mengandung oligosakarida (karbohidrat), yang

10

berfungsi sebagai sum
sumber energi. Terdiri dari dua regio,, yaitu
yai
regio
variabel/konstan sebagai
bagai tempat ikatan dengan antigen dan regio engsel
engs (
), mempunyai
ai sifa
sifat fleksibel dan juga merupakan terbentuknya
uknya bentuk Y
pada molekul antibodi
odi (G
(Gambar 2) (Mayer 2009).

4 )$
&')&843:5$/0.&/

Ga
Gambar 2. Struktur Dasar Imunoglobulin
(http://pat
p://pathmicro.med.sc.edu/mayer/IgStruct2000.htm)

%-/$ 3$8-3)/ &9)
Klasifikasi imunog
imunoglobulin dibagi berdasarkan fungsi dan susunan
susuna rantai
panjang/

-.

yang terbentuk pada regio variabel/konstan. Imunoglobulin
Imuno

pada sapi terdiri dari :

1. Imunoglobulin
ulin G atau Gamma (γ), merupakan Ig dengan jumlah terbesar
dalam tubuh yang berfungsi dalam menstimulasi fagositosis
ositosis (Decker
2000). Selain
in itu juga sebagai komponen utama dalam kolostrum
kolost
sapi
yaitu sekitar 854490%. Immunoglobulin ini terdiri dari 2 rantai
tai berat
be H dan
2 rantai ringan
ngan L. IgG pada sapi terdiri dari 2 macam sub4kelas
kelas yaitu
y
IgG1
dan IgG2 dengan berat molekul masing4masing sebesar 150 kDa (Roitt
. 1998).
ulin M atau Mu (L), dihasilkan pada kekebalan primer (Tizzard
2. Imunoglobulin
1988). Kandunga
ndungan dalam kolostrum sekitar 7%. Terdiri
diri atas
a
lima
monomer (pentam
pentamer) dengan berat molekul sebesar 900 kDa. Molekul
monomer dihubungka
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan disulfida
disulf
pada

11

domain CH4 menyerupai gelang. Tiap monomer dihubungkan satu dengan
lainnya pada ujung permulaan dan akhirnya oleh protein J yang berfungsi
sebagai kunci (Roitt

. 1998).

3. Imunoglobulin A atau Alpha (α), berfungsi dalam mencegah perlekatan
mikroba pada sel4sel epitel. Terdiri dari 2 jenis yaitu IgA dalam serum dan
IgA dalam mukosa. IgA berbentuk dimer yang terdiri dari 2 molekul
monomer, dan sebuah komponen sekretori serta sebuah rantai J dengan
berat molekul sekitar 385 kDa (Roitt

. 1998).

4. Imunoglobulin D atau Delta (δ), sebagai reseptor antigen (Tizzard 1988).
Rantai δ mempunyai berat molekul 60.000470.000 dan l2% terdiri dari
karbohidrat. Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan
imunoglobulin permukaan sel limfosit B bersama IgM dan diduga
berperan dalam diferensiasi sel (Roitt

$ 1998).

5. Imunoglobulin E atau epsilon (€), bereaksi pada hipersensitifitas,
membantu eosinofil menghancurkan parasit (Decker 2000).

Gambar 3. Klasifikasi Imunoglobulin (Santoso 2010)

Elektroforesis merupakan teknik pemisahan fraksi4fraksi zat berdasarkan
migrasi partikel bermuatan listrik di bawah pengaruh medan listrik karena adanya

12

perbedaan ukuran, bentuk, muatan, atau sifat kimia molekul (Handayani 2006).
SDS4PAGE merupakan salah satu teknik elektroforesis yang banyak digunakan
pada bidang biokimia, forensik, genetik dan biologi molekuler untuk memisahkan
protein sesuai dengan kemampuan mobilitas elektroforesis protein tersebut
(Anonim 2010).
#

# .

(SDS), merupakan sebuah deterjen bermuatan

negatif, berfungsi untuk mengikat daerah hidrofobik dari molekul protein,
sehingga menyebabkan molekul protein tersebut membentang dari rantai globular
menjadi rantai polipeptida linier. Cara kerja SDS, yaitu melepaskan masing4
masing molekul protein dari asosiasinya dengan protein lain atau molekul lipid.
Teknik elektroforesis menggunakan bahan SDS ( #

# .

) banyak

digunakan pada proses pemisahan protein dan asam nukleat. Menurut Rantam
(2003), SDS akan mengikat residu hidrofobik dari bagian belakang peptida secara
komplit,

dengan

demikian

protein

SDS4komplek

bermigrasi

melalui

poliakrilamid, tergantung pada berat molekul.
Selama elektroforesis terjadi di dalam agar, protein dipengaruhi oleh dua
gaya yaitu gaya elektroforetik dan gaya elektroendosmotik. Gaya elektroforetik
disebabkan oleh perbedaan potensial, menyebabkan protein berpindah ke anoda,
sedangkan gaya elektroendosmotik menyebabkan perpindahan protein ke katoda
(Handayani 2006).
.

.

#

melalui polimerisasi dari

, memiliki konsistensi seperti gel (jelly). Dibentuk
.

# dan )

.

# .

.

#

ini

berfungsi untuk menahan protein4protein yang memilki molekul besar, sehingga
migrasi dari protein ini akan lambat dan tertahan di daerah atas dari sumur4sumur
elektroforesis. Sedangkan protein bermolekul kecil akan tersaring ke bawah.
Dalam pembentukan ( .

.

#

diperlukan TEMED (Tetraetilendiamin)

sebagai inisiasi terjadinya polimerisasi antara

.

#

dan )

.

#

(Anonim 2010).
SDS4PAGE banyak digunakan untuk mengetahui tingkat kemurnian suatu
protein, penentuan berat molekul, untuk mengetahui komposisi subunit dari
protein, juga kadang dapat digunakan untuk menyusun kembali suatu protein, dan

13

dapat digunakan untuk pembelajaran pada bidang spektrometri dan proteomic
(Anonim 2010).
Terdapat dua wilayah pada gel SDS4PAGE, bagian wilayah atas adalah
8

(gel pengumpul) dimana protein akan ditekan ke bawah menuju

lapisan tipis melalui arah migrasi katoda ke anoda. Hal ini terjadi karena

8

4

mengandung ion Cl (klorin) yang memiliki kecepatan migrasi lebih cepat
dibandingkan migrasi protein sampel, juga adanya ion

.

dari larutan buffer

yang memilki kecepatan lebih lambat, sehingga molekul protein akan
terperangkap diantara dua ion tersebut. Selanjutnya molekul protein masuk ke
wilayah bawah atau
kecil dibandingkan

8

, dimana gel ini memiliki pori4pori yang lebih
dikarenakan memilki pH yang lebih tinggi dan

konsentrasi garam yang tinggi. Pada wilayah ini, ion

.

akan diionisasi oleh

gradient voltase yang dialiri ke dalam gel, sehingga menyebabkan molekul4
molekul protein terpisah tergantung pada ukuran dan berat molekul (Promega
Corp 2011). Mekanisme sederhana dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Mekanisme sederhana SDS4PAGE (Laemmli 1970)

14

&5.- +&/ 4%9&. 4/43).)&/
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009 4 Juli 2009. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor.

&*&/ +&/ 3&.
Alat yang digunakan pada penelitian diantaranya, lempeng kaca,
seperangkat alat elektroforesis, tabung reaksi. Sedangkan bahan yang digunakan
pada penelitian terdiri dari sampel kolostrum, reagen SDS PAGE yang terdiri dari
: Acrylamide Bis (30% T, 2,67% C), 1,5 M Tris HCl pH 8,8, 0,5 M Tris4HCl pH
6,8, 10 % (w/v) SDS, 10 % (w/v) Ammonium persulfate, Sampel Buffer, 5 x
running buffer (1x = 25 mM Tris, 192 mM glycine, 0,1% SDS pH 8,3), larutan
, larutan pemucat, larutan buffer.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kolostrum yang berasal
dari satu ekor induk sapi ,

(FH) yang telah divaksin AI H5N1.

Sampel kolostrum kemudian disimpan di dalam

dengan suhu 420oC, dan

pada saat akan dianalisis sampel kolostrum beku di4

!

kemudian

dihomogenkan. Sampel kolostrum yang diuji telah mengandung antibodi anti
H5N1, berdasarkan pengujian sebelumnya. Sampel pada penelitian terdiri atas
tiga sampel. Perbedaan pada tiap sampel adalah pada saat waktu pemerahan
dengan rentang perbedaan waktu 12 jam untuk setiap sampel.

4.$+4 4/43).)&/
&50)/&0) /+-5 &9)
Sebelum pemberian vaksin, dilakukan pemberian imunomodulator
(INMUNAIR®) dosis 1 mg/kg BB per oral selama 3 hari berturut4turut. Vaksinasi
menggunakan antigen AI H5N1 inaktif (Vaksindo 2003) tanpa adjuvan dengan
dosis 1 ml/ekor secara intravena selama tiga hari berturut4turut. Setelah itu pada

15

hari keempat diberi vaksin inaktif H5N1(Vaksindo 2003) beradjuvan dengan
dosis 1 ml/ekor secara

)

(SC) sebanyak 3 kali dengan interval waktu

masing4masing 14 hari. Kolostrum diambil sesegera mungkin setelah induk sapi
melahirkan (sekitar satu jam setalah melahirkan). Metode ini telah dilakukan pada
penelitian sebelumnya (Kusumawardhani 2008).

Bahan yang digunakan terdiri dari gel pemisah dengan konsentrasi 12 %,
gel pengumpul 4%, running buffer, sampel buffer, larutan pewarna Commasie
Blue dan larutan pemucat.
Pembuatan agar akrilamid dilakukan dengan bantuan dua lempeng kaca
yang berukuran 18 x 15,5 cm yang telah dibersihkan denga alkohol 70%, pada
kedua sisi tepi bagian dalam diberi spacer, kedua lempeng kaca dihimpitkan dan
selanjutnya dijepit. Dibagian atas lempeng kaca disisipkan sisir pembuat jalur dan
kemudian diisi dengan gel pengumpul (4% poliakrilamid) hingga mencapai
permukaan lempeng kaca.
Sampel dilarutkan dengan larutan buffer sampel perbandingan 1:1 dan
campuran ini kemudian ditangas 60oC selama 5 menit sebelum dimasukkan
kedalam sumur gel elektroforesis. Sebanyak 10 ul sampel dimasukkan kedalam
masing4masing sumur, kemudian perangkat elektroforesis dijalankan dengan arus
50 mA dengan voltase 100 V selama ± 3 jam. Elektroforesis berakhir apabila
pewarna sampel mencapai batas 0,5 cm dari bagian bawah gel. Setelah
elektroforesis berakhir, gel diangkat dari lempeng kaca dan direndam dalam
pewarnaan Commasie Briliant Blue selama 3 jam pada suhu ruang sambil
diagitasi perlahan. Pewarna yang tidak terikat pada protein dihilangkan dengan
merendam gel pada larutan pemucat methanol dan asam asetat sehingga gel
berwarna bening atau pita4pita protein telah terbentuk terlihat jelas. Mobilitas
relatif protein dihitung dengan cara membandingkan jarak migrasi protein pada
-

(antara pita protein satu dengan yang lainnya) dengan

(dihitung dari garis awal separating gel sampai ujung bawah pita protein).

8

#.

16

Penelitian ini mempelajari karakter protein IgG dari kolostrum sapi yang
divaksin dengan vaksin AI H5N1. Standar yang digunakan sebagai pembanding
pada penghitungan ukuran molekul IgG adalah )

#

8 . Marker

protein ini terdiri dari delapan pita protein standar, yaitu 25 kDa, 35 kDa, 50 kDa,
75 kDa, 100 kDa, 150 kDa, 175 kDa, dan 225 kDa. IgG kontrol yang digunakan
adalah IgG kolostrum pada induk sapi bunting yang tidak diberikan vaksin anti
H5N1
Berat molekul pada tiap sampel dihitung menggunakan cara penghitungan
ukuran molekul yang didasarkan pada rumus regresi marker dan penghitungan
mobilitas relatif. Penghitungan mobilitas relatif didapatkan dengan menggunakan
rumus :
Mobilitas Relatif

Jarak migrasi dari awal resolving gel sampai
Jarak pergerakan
!"

!"

Data yang diperoleh dibuat regresi linier hubungan antara mobilitas relatif
(sumbu x) dengan nilai logaritma berat molekul pita protein marker (sumbu y).
Persamaan regresi linier ini dipakai sebagai persamaan standar untuk menghitung
ukuran molekul protein sampel berdasarkan nilai mobilitas relatifnya. Persamaan
regresi yang diperoleh dari data mobilitas relatif marker adalah y = 41.188x +
2.418. Ukuran molekul protein sampel yang diperoleh dengan menggunakan
persamaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Imunoglobulin kontrol memiliki tiga pita protein sedangkan pita protein
IgG kolostrum sampel memiliki 546 pita protein, hal ini disebabkan karena sampel
IgG kolostrum yang digunakan tidak melalui tahap pemurnian terlebih dahulu,
sehingga terdapat beberapa protein yang belum diketahui identitasnya.
Berdasarkan hasil penelitian Hansen et. al (1949), terdapat beberapa protein
globulin pada kolostrum sapi (Tabel 3).

17

Tabel 2 Berat molekul komponen4komponen protein dari masing4masing pita
penyusunnya.

Sampel
IgG Kontrol

Kol II Sp4

Kol I Sp4

Kol III Sp4

Pita yang

Berat Molekul Pita

Ditemukan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
O
P
Q
R
S
T
U

(kDa)
203,32
185,46
161,57
222,9
147,37
104,39
54,85
43,58
20,41
228,09
147,37
106,82
42,59
19,49
222,9
140,75
106,82
56,12
44,6
21,87

Perkiraan/Dugaan

IgG
IgG

-.
@
IgG

@
IgG

-.
@

Tabel 3. Protein globulin pada kolostrum sapi
Protein
Globulin
Valine
Isoleucine
Proline
Phenylalanine
Methionine
Tryptophan
Arginine

Berat Molekul
(kDa)
117,15
131,17
115,13
165,19
149,21
204,23
174,20

Lysine
Aspartaic Acid
Threonine
Tyrosine

146,19
133,10
119,12
181,19

Sumber : Hansen et. al (1947) dan Kirste B. (1998).

18

Hasil pengujian
ujian kolostrum sapi yang mengandung IgG
gG anti
ant H5N1
didapatkan adanya 5466 pi
pita protein. Berat molekul protein tersebut berkisar
berkis antara
19,49 sampai 228,09 kDa (Gambar 5 dan Tabel 2). Imunoglobulin
lobulin kontrol
Memiliki 3 susunann pita protein dengan ukuran 203,32 kDa, 185,46 kDa, dan
161,57 kDa. Menurut
nurut Tizard
Tiz
(1988), berat molekul IgG antara 150.000 – 160.000
Da. Pada pita C dengan
ngan berat
b
molekul 161,57 (Tabel 2) diduga sebagai
agai IgG

p
protein hasil SDS4PAGE dengan pewarnaan
naan Commasie
C
Gambar 5. Profil pita
Blue.
e. Ke
Ket: 1: Marker, 2: IgG kontrol, 3: Kol II Sp4, 4: Kol I Sp4, 5:
Kol III Sp4.
Sp

Molekul IgG yang diberi perlakuan dengan bahan kimia (SDS) yang dapat
memecah ikatan disulfida
sulfida akan menyebabkan molekul IgG akan terurai menjadi
empat rantai polipeptida
ptida yang terpisah. Dua diantaranya “berat” karena masing4
masing mempunyaii berat molekul sekitar 50 kDa dan dua rantai lainnya
ainnya “ringan”
karena masing4masing
ing me
mempunyai berat molekul sekitar 25 kDa (Tizard
d 1988).
Protein pada
da samp
sampel Kol II Sp4 terdiri atas 6 pita protein, yaitu pita
p D, E,
F, G, H, I. Pita E dengan berat molekul 147,37 kDa, diduga sebagai IgG.
IgG Pita G
dengan berat molekul 54,
54,85 kDa diduga sebagai
molekul 20,41 kDa didug
diduga sebagai

-.

. Pita I dengan
deng berat

. Protein pada sampel
pel Kol
K 1 Sp4

terdiri atas 5 protein,
in, yai
yaitu pita J, K, L, M, O. Pita K dengan berat
at molekul
mol
145
kDa diduga sebagai IgG. Pita O dengan berat molekul 19,49 kDa diduga
didug sebagai
. Proteinn pada ssampel Kol III Sp4 terdiri dari 6 protein, yaitu
aitu P,
P Q, R, S,
T, U. Pita Q dengann berat molekul 140,75 kDa diduga sebagai IgG.. Pita S dengan

19

berat molekul 56,12 kDa diduga sebagai

-.

molekul 21,87 kDa diduga sebagai

. Pita U dengan berat

.

Teknik elektroforesis menggunakan bahan SDS (

#

# .

)

banyak digunakan pada proses pemisahan protein dan asam nukleat. Metode SDS4
PAGE memilki kelebihan yaitu mekanismenya dalam mengklasifikasi suatu
protein berdasarkan berat molekul dari bahan yang digunakan. Menurut Rantam
(2003), SDS akan mengikat residu hidrofobik dari bagian belakang peptida secara
komplit,

dengan

demikian

protein

SDS4komplek

bermigrasi

melalui

poliakrilamid, tergantung pada berat molekul.
.

.

#

(

(PAGE), merupakan metode standar

pengujian terhadap berat molekul protein, struktur subunit dan kemurnian protein
(Rantam 2003). Penggunaan poliakrilamid sebesar 12%, dimaksudkan agar
mobilitas protein yang diperoleh cukup besar serta berat molekul yang tinggi
dapat dipisahkan. Poliakrilamid adalah matrik pilihan untuk memisahkan protein
yang mempunyai berat molekul antara 5004250.000 Dalton (Natih

$

. 2010).

Protein sampel yang dimasukkan pada gel elektroforesis akan dipecah menjadi
rantai polipeptida linear yang seragam (bermuatan negatif), dan akan dipisahkan
oleh gel tersebut berdasarkan ukuran berat molekulnya. Ukuran berat molekul
yang lebih besar akan tertahan pada bagian atas gel, sedangkan ukuran berat
molekul yang kecil akan kebawah gel. Pita protein yang terbentuk dari hasil
elektroforesis akan menunjukkan karakteristik dari polipeptida penyusun IgG
tersebut.
Mekanisme penentuan berat molekul diawali dengan memasukkan
imunoglobulin yang telah diperoleh ke dalam sumur gel yang terdapat pada
bagian paling atas, gel tersebut adalah buffer gel pengumpul dengan pori yang
lebih besar dibandingkan dengan gel bagian bawah (
matrik
)

dibentuk

.

oleh

rantai

8

-

). Pori4pori pada
( .

#

dan

# . Ukuran pori4pori berkurang sesuai dengan peningkatan total

persentasi
campuran )

.

#
.

atau terjadi peningkatan derajat persentasi konsentrasi
# .

Melalui pembuatan atau pemilihan konsentrasi total yang tepat, maka
ukuran protein dapat ditentukan. Semakin tinggi total persentasi akan

20

menghalangi pergerakan protein ke dalam gel. Demikian halnya jika terlalu
rendah total persentasi, maka akan mengakibatkan pergerakan protein menjadi
terlalu cepat, sehingga protein spesifik menjadi rendah dan tidak sesuai dengan
yang diharapkan (Natih $

. 2010).

21

.

)%9-3&/
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan susunan
pita protein sampel Kol I Sp4, Kol II Sp4, dan Kol III Sp4 dengan IgG kontrol,
dilihat dari berat molekul pada tiap4tiap sampel. Berdasarkan berat molekul,
susunan pita protein Kol I Sp4 berbeda dengan Kol II Sp4 maupun Kol III Sp4.
Ukuran IgG kolostrum kontrol sebesar 161,57 kDa dan ukuran IgG sampel
masing4masing sebesar 147,37 kDa, 147,37 kDa, dan 140,75 kDa.

&'&/
Perlu dilakukan pemurnian IgG kolostrum terlebih dahulu, sehingga berat
molekul yang didapatkan tidak terdapat protein kontaminan dan tepat sesuai
dengan literatur yang telah dibuktikan melalui penelitian sebelumnya.

22

"

Anonim. 2008. 57 /
,
2008. [21 Juli 2010]

# 8

" 8

8 2

. Kompas

Anonim 2010.
. http://en.wikipedia.org/wiki/SDS4PAGE [terhubung
berkala] [21 Juli 2010]
Anonim. 2011.
*0
+. http://budaxperah.wordpress.com/
2009/04/23/colostrum4kolostrum/ [terhubung berkala] [08 Maret 2011]
Basuno E. 2008. ? - !
( 8 3 ) # 0 )< 8
#
# #
. Dalam Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 6 No
4: 3144334. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian.
[CFS & PHISU] Center for Food Security and Public Health Iowa State
University. 2005.
"
. U.S.A.
[CDC]

Center
for
Disease
Control
2005.
Influenza
Viruses.
http://www.cdc.gov/flu/avian/gen4info/flu4viruses.htm [terhubung berkala]
[28 Juli 2010]

Decker JM. 2000.

#

.. Oxford : Blackwell Science.

De jong MD, Cam BV, Qui PT. Fatal Avian influenza A (H5N1) in a child
presenting ith diarrhea followed by coma.
A 2 # 2005;352:6864
691.
DEPTAN. 2005. Arah Kebijakan Pemerintah Pusat dalam Program
Penanggulangan Wabah AI di Indonesia. [terhubung berkala] [8 Maret
2011].
Handayani D.T. 2008. Karakterisasi Protein Imunoglobulin Y (IgY) Kuning Telur
#
# .
(
H5N1 H5N2 H5N9 Menggunakan Metode
. .
#
(
(SDS4PAGE) [Skripsi]. Bogor :
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Hansen
. 1949.
#
,
Biochemistry, University of Winsconsin, Madison
Haryono. 2005.
AI 2005.

-

#

Hidayat, Effendi P, Asep AA. 2009. 8
< 8
2 <
0
)
8
+. Dinas Povinsi Jawa Barat.

0
8

$ Department of
#

& 8

, Seminar

8

8
) 5 *

(

23

Kusumawardhani SW. 2008. Deteksi Keberadaan Antibodi Anti H5N1
Menggunakan Metode Hemaglutinasi Inhibisi (HI) pada Kolostrum Sapi
yang Divaksin H5N1. [skripsi]. Bogor. Program Sarjana Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.
KOMNAS FBPI. 2004. ? 8
0 (
# #
5771 5774. Jakarta
KOMNAS FBPI. 2010.
2
8. Jakarta.
Kreier JP, Mortenseng RF. 1990.
Harper and Row.

#

% 2

,

/?

/

#

0 <

,

.. New York:

Mayer G. 2009.
)
# ,
. University of South
Carolina
School
of
Medicine.
http://pathmicro.med.sc.edu/mayer/IgStruct2000.htm
Naipospos 2006.
,
Edisi 19425 April 2006.
Natih

" 8

. SINAR TANI

. 2010. Preparasi Imunoglobulin G Kelinci sebagai Antigen
Penginduksi Antibodi Spesifik Terhadap Virus Avian Influenza H5N1
Strain Legok. A " Vol 11 No.2 : 994106

Peiris JS, Yu WC, Leung CW,
subtype H5N1 disease. @

. Re4emergence of fatal human influenza A
2004; 363: 6174619.

Promega Corp. 2011. ! #
8
#
B. http://www.promega.com/enotes/faqspeak/0507/fq0043.htm
[terhubung berkala] [11 Januari 2011]
Rahayu 2010.
. 8 "
*
#
'+. Fakultas Pertanian Peternakan.
Universitas Muhammadiyah Malang.
Rantam FA. 2003. 2

#

. Airlangga University Press : Surabaya.

Roitt IM, Brostoff J, Male DK. 1998. &
.$ (
C
#
.. 5th Ed. Dalam Essensial Imunology. London: Blackwell hlm
15430.
Simorangkir M. 1995. Isolasi dan Identifikasi Imunoglobulin Gama (IgG) Serum
Ayam Buras dan Ayam Ras dengan Metode Kromatografi Pertukaran Ion
dan Imunokimia [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Soeripto. 2001. Vaksin Bakteri untuk Ternak.

-

# 76:: Hlm 40441.

Thapa BR. 2005. Health Factors in Colostrum$
72, Juli 2005.

#

A

#

, Vol.

24

Tizard. 1988.
"
. Edisi II. Partodiredjo, M.
penerjemah. Surabaya: Airlangga University Press. Terjemahan dari
Introduction to Veterinary Immunology
Tizard 2000. "

.

.%

Toelihere MR. 1981.
0 )#
Universitas Indonesia Press.
Wardhani LK. 2007. ,
Cabang Jawa Timur.
Winarno 2005. 2

(

#
( # &

%

. W.B. Saunders
8

(

. 8 ,

8

( #

0 ) . Jakarta:

B. PDHI: Koran PDHI

.

[WHO] World Health Organization$ 3 >
.
%
D
%2
/
((
/;92 ." $ /
$5,
Agustus2005.http://www.who.int/csr/resources/publications/influenza/WH
O. [terhubung berkala] [23 Juli 2010]
)
#
[WHO] World Health Organization. 2010
D*
+ ? (
#
3 >
http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/country/cases_table_2010
_08_31/en/index.html [terhubung berkala] [4 oktober 2010]

25

LAMPIRAN

26

LAMPIRAN 1
4'0)&9&/

A.

4& 4/

Acrylamide Bis (30% T, 2,67% C)
Acrylamide (146 gr), NN Methylene4bis4acrylamide (4 gr). Larutkan
dalam akuabides sampai volume 500 ml, simpan pada suhu 4oC dalam
wadah gelap. Masa pakai 30 hari.

B.

1,5 M Tris HCl pH 8,8
Tris base (54,25 gr), larutkan dalam akuabides sampai 150 ml, buat
sampai pH 8,8 dengan HCl kemudian tambahkan akuabides sampai
volume 300 ml.

C.

0,5 M Tris4HCl pH 6,8
Tris base (6 gr), larutkan dalam akuabides sampai 60 ml, buat sampai
6,8 dengan HCl kemudian tambahkan akuabides sampai volume 100 ml.

D.

10 % (w/v) SDS
Larutkan 10 gr SDS dalam 60 ml akuabides dengan stirrer, kemudian
tambahkan akuabides sampai volume 100 ml.

E.

10 % (w/v) Ammonium persulfate
Larutkan 10 gr ammonium persulfate dalam 100 ml akuabides

F.

Sampel Buffer
Akuabides (3 ml), 0,5 M Tris4HCl pH 6,8 (1 ml), Glycerol (1,6 ml), 10
% SDS (1,6 ml), Beta4 merkaptoetanol (0,4 ml), 0,5 % (w/v)
bromophenol (dalam akuades (0,4 ml)). Dilute sampel dengan
perbandingan 1:4 panaskan pada suhu 950C selama 4 menit. Catt: sampel
buffer dapat diganti dengan buffer komersil.

G.

5 x running buffer (1x = 25 mM Tris, 192 mM glycine, 0,1% SDS pH
8,3)
Tris base (45 gr), glycine (216 gr), SDS (15 gr), larutka dalam 3 liter
akuabides, simpan pada suhu 40oC. Sebelum digunakan biarkan pada
suhu 37oC dan buat menjadi larutan 1 x.

27

4'0)&9&/

43

Digunakan konsentrasi gel pengumpul 4 % dan gel pemisah 12 %
Gel Pemisah

Gel Pengumpul

(375 M Tris, pH 8,8)

(125 M Tris, pH 6,8)

12%

4%

2,4 ml

260 ul

2 ml

1,22 ml

1,5 M Tris HCl pH 8,8

1,5 ml

4

0,5 M Tris HCl pH 6,8

4

0,5 ml

10% (w/v) SDS

60 ul

20 ul

10% (w/v) Ammonium persulfate

30 ul

10 ul

TEMED

3 ul

2 ul

Bahan4bahan yang digunakan
Monomer Concentration
(%T, 2,67% C)
Acrylamide/Bis (30% T, 2,67%
C)
Akuabides

4'0)&9&/ 94(&'/&&/
Gel SDS dapat diwarnai dengan metode pewarnaan dengan Commasie
Blue atau Silver Staining. Dalam penelitian ini akan digunakan pewarnaan
Commasie Blue.
Larutan Commasie blue
Larutkan 0,25 gr commasie brilliant blue dalam 125 ml methanol, 25 ml
asam asetat glacial, dan 100 ml akuabides.
Larutan Pemucat.
Homogenkan 100 ml methanol, 100 ml asam asetat glacial, dan 800 ml
akuabides.

28

LAMPIRAN 2

Penghitungan Persamaan Regresi Linear Protein Marker dengan Menggunakan
Kurva Standar.
BM
Protein Marker
(kDa)

Jarak
Pergerakan
(cm)

225

0,55

175

&

8
.
(cm)

Mobilitas relatif
(Rf)

Log
BM

5,95

0,09

2,35

1,05

5,95

0,18

2,24

150

1,4

5,95

0,24

2,18

100

2,2

5,95

0,37

2,00

75

2,5

5,95

0,42

1,88

50

3,05

5,95

0,51

1,70

35

3,9

5,95

0,66

1,54

25

5,7

5,95

0,96

1,40

Kurva Standar
2.50

Log BM

2.00
1.50
y = -1.188x + 2.418
R² = 0.949

1.00
0.50
-

0.20

0.40

0.60

0.80

Mobilitas Relatif (Rf)

Persamaan regresi yang didapatkan :
y = 41.188x + 2.418
R² = 0.949
Penghitungan Berat Molekul Sampel.

1.00

1.20

29

IgG kontrol
Jarak Pergerakan
(cm)

Rf

BM
(kDa)

Log BM

0.55

0,09

2,31

203,32

0.75

0,13

2,27

185,46

1.05

0,18

2,21

161,57

Kol II Sp4
Jarak
Pergerakan
(cm)

Rf

Log
BM

BM
(kDa)

0,35

0,06

2,35

222,90

1,25

0,21

2,17

147,37

2,00

0,34

2,02

104,39

3,40

0,57

1,74

54,85

3,90

0,66

1,64

43,58

5,55

0,93

1,31

20,41

Kol I Sp4
Jarak Pergerakan
(cm)

Rf

Log BM

BM
(kDa)

0,30

0,05

2,36

228,09

1,25

0,21

2,17

147,37

1,95

0,33

2,03

106,82

3,95

0,66

1,63

42,59

5,65

0,95

1,29

19,49

30

Kol 3 Sp4
Jarak
Pergerakan
(cm)

Log
BM

BM
(kDa)

0.35

0.06 2.35

222.90

1.35

0.23 2.15

140.75

1.95

0.33 2.03

106.82

3.35

0.56 1.75

56.12

3.85

0.65 1.65

44.60

5.40

0.91 1.34

21.87

Rf

!

"

#
! .

$%&'& () &*&'+,$.

!

"

#$

#

#

-'.)/) and /).& 01&/+)&')

')

&

(1/ 0
!
!
#
).
) #(
#
) # (
$ &
) !
4$14 556$74
!
( (
$
#
(
0
1/ # 0
/ 23
19$:9 8 / 17$ 9 8

)
*, + ! !
# ).
) .(
$
(
! #-# #
(1$ &
( !
( #
(
#,
!$
#$ &
! #
# ! - !
*23+
(
(
8 $ &
!
#
) !
0
1/ 0
1/ # 0
1 !
) #/
!
#
) !
0
1$ &
!
#
# (
(
#
19$:9
#
!
; $ 98 $

0 .! #%

/

*
0

#%

'(

!
,

+
(1/ 0

-

/

#

#

/

!

$

( /
$
'
#

1/
( $
8 /

$%&'& () &*&'+,$.
! . Karakterisasi Protein IgG Anti H5NI
Menggunakan Metode SDS PAGE dari Kolostrum Sapi yang Divaksin H5N1
Dibawah bimbingan: ') -'.)/) dan /).& 01&/+)&')2

Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi imunoglobulin gamma
(IgG) di dalam kolostrum sapi ,
(FH) yang telah divaksin virus
Avian Influenza subtipe H5N1. Sampel dibagi menjadi tiga sampel yang terdiri
dari Kol I Sp4, Kol II Sp4, dan Kol III Sp4. Sampel tersebut akan dibandingkan
dengan kontrol IgG. Kontrol IgG merupakan sampel kolostrum yang didapatkan
dari sapi FH yang tidak diberikan vaksin subtipe H5N1. Karakterisasi IgG
dilakukan dengan menggunakan metode SDS4PAGE. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa IgG kontrol mempunyai tiga pita protein dan sampel IgG
yang diberi vaksin memiliki 546 pita protein. Berat molekul yang didapatkan
berkisar antara 19,49 sampai 228,08 kDa. Terdapat perbedaan berat molekul
antara sampel Kol 1 Sp4, Kol II Sp4, Kol III Sp4 dengan kontrol IgG. Didasarkan
pada berat molekul juga, terdapat perbedaan antara Kol 1 Sp4, Kol II Sp4, dan
Kol III Sp4. Pada hasil penelitian ini juga didapatkan adanya protein yang tidak
teridentifikasi pada sampel, hal ini disebabkan sampel kolostrum tidak melalui
tahap pemurnian terlebih dahulu. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
ukuran berat molekul pada sampel IgG kolostrum yang divaksin adalah 147,37
kDa, 147,37 kDa, 140,57 kDa dan kontrol IgG adalah 161,57 kDa.
Kata kunci : Kolostrum, IgG, SDS PAGE, berat molekul.

1

&.&' 43&5&/
Kejadian

)

8 Avian Influenza (AI) tahun 2003 telah dilaporkan

terjadi pada suatu populasi ternak unggas di Asia Tenggara dan sekitarnya,
diantaranya negara China, Indonesia, Kamboja, Jepang, Republik Korea Utara,
Laos, Malaysia dan Vietnam (WHO 2010). Asia Tenggara dicermati sebagai asal
terjadinya pandemi berikutnya, mengingat pengelolaan ternaknya yang relatif
masih tradisional (Basuno 2008).
Avian influenza atau flu burung merupakan penyakit pada unggas yang
disebabkan oleh virus >

.' - #

tipe A, yang menyerang ayam, burung,

itik, kalkun, angsa dan jenis unggas lainnya (CDC 2005). Hewan yang peka dan
te

Dokumen yang terkait

Aplikasi Metode SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate Poly Acrylamide Gel Electrophoresis) untuk Mengidentifikasi Sumber Gelatin pada Kapsul Keras

1 11 59

Analisa Profil Protein Gelatin Sapi dan Gelatin Babi Gummy Vitamin C Menggunakan Metode SDSPAGE (Sodium Dodecyl Sulphate Poly Acrylamide Gel Electrophoresis)

2 21 79

Pengaruh Ph Terhadap IgG Anti H5N1 Asal Kolostrum Sapi Yang Divaksin Dengan Vaksin Avian Influenza H5N1

0 6 44

Purifikasi dan karakterisasi imunoglobulin Y (lgY) kuning telur ayam spesifik Streptococcus mutans menggunakan metode sodium dodecyl sulphate-poly acrilamide gel electrophoresis (SDS-page)

0 8 45

Karakteristik Protein Imunoglobulin Y (Ig Y) Kuning Telur H5N1, H5N2 Dan H5N9 Menggunakan Metode Sodium Dodecyl Sulphate-Poly Acrilamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE)

0 10 36

Deteksi Keberadaan Antibodi Anti H5N1 Menggunakan Metode Hemaglutinasi Inhibisi (HI) pada Kolostrum Sapi yang Divaksinasi H5N1

0 7 35

Pengaruh Ph Terhadap IgG Anti H5N1 Asal Kolostrum Sapi Yang Divaksin Dengan Vaksin Avian Influenza H5N1

0 5 79

Sri Murtini, Komara Dwi Raharjo, Anita Esfandiari, Sus Derthi Widhyari; Karakterisasi Protein igG Anti H5N1 Kolostrum dari Sapi Friesian Holstein Bunting yang Divaksin H5N1 Menggunakan Metode SDS-Page (Sodium Dodecyl Sulfate Polyacerilamide Gel Electropho

0 3 7

Analisa Profil Protein Gelatin Babi dan Gelatin Sapi Cangkang Kapsul Lunak Menggunakan Metode SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate Poly Acrylamide Gel Electrophoresis)

2 16 70

ANALISA PROFIL PROTEIN SPIRULINA PLATENSIS DENGAN METODE PRESIPITASI YANG BERBEDA MENGGUNAKAN SDS PAGE (SODIUM DODECYL SULFATE POLYACRYLAMIDE GEL ELECTROPHORESIS) DAN BIOINFORMATIKA PROTEIN PROFILING of SPIRULINA PLATENSIS USING DIFFERENT PRECIPITATION ME

0 0 11