Perencanaan Jalur Interpretasi Anggrek di Hutan Wisata Taman Eden, Toba Samosir

PERENCANAAN JALUR INTERPRETASI ANGGREK DI
HUTAN WISATA TAMAN EDEN, TOBA SAMOSIR

BRIGITA LAURA FATRIA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Jalur
Interpretasi Anggrek di Hutan Wisata Taman Eden, Toba Samosir adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Brigita Laura Fatria
NIM E34090029

ABSTRAK
BRIGITA LAURA FATRIA. Perencanaan Jalur Interpretasi Anggrek di Hutan
Wisata Taman Eden, Toba Samosir. Dibimbing oleh EDHI SANDRA dan RESTI
MEILANI.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menyusun rencana jalur
interpretasi anggrek di HTWE. Data dikumpulkan melalui studi pustaka,
wawancara, penyebaran kuisioner, dan pengamatan lapang. Inventarisasi terhadap
kawasan menunjukkan tumbuhan anggrek mudah ditemukan pada empat jalur
pengamatan yang ada di lokasi dengan jumlah 51 spesies yang tercakup dalam 29
genus. Pengunjung Hutan Wisata Taman Eden didominasi oleh laki-laki (63%)
dengan mayoritas kelompok umur 20-30 tahun (48%). Sebagian besar pengunjung
(64%) memilih jalur 1 sebagai jalur interpretasi tumbuhan anggrek. Jalur 1
merupakan jalur yang akan dikembangkan menjadi jalur interpretasi, karena jalur
ini memiliki karakteristik jalur yang baik, memiliki potensi anggrek terbanyak,
dan disukai oleh banyak pengunjung. Perencanaan jalur interpretasi yang

dikembangkan di Hutan Wisata Taman Eden, yaitu perencanaan program
interpretasi dan perencanaan fasilitas pendukung interpretasi. Program kegiatan
interpretasi yang akan dikembangkan memiliki 2 tema yaitu, Anggrek
Paphiopedilum tonsum merupakan anggrek langka, sehingga harus dijaga
kelestariannya dan kegiatan budidaya, salah satu upaya untuk pelestarian
tumbuhan anggrek.
Kata kunci: anggrek, Hutan Wisata Taman Eden, interpretasi jalur, pengunjung

ABSTRACT
BRIGITA LAURA FATRIA. Planning of Orchids Interpretive Trail Eden Park
Tourism Forest, Toba Samosir. Supervised by EDHI SANDRA and RESTI
MEILANI.
This study aimed to develop a general plan of orchids interpretive trail at
Eden Park Tourism Forest (EPTF). Data was collected through literature review,
interviews, distribution of questionnaires, and field observations. Inventory of the
region showed that orchid plants were easily found in all four observation trails,
with a total of 51 species from 29 genera. Visitors of EPTF was dominated by
male visitors (63%) with majority of age group of 20-30 years (48%). Most
visitors (64%) preferred trail 1 as interpretive trail for orchids. Trail 1 was then
chosen as the trail to be developed into interpretive trail based on its

characteristics suitability for such trails, its orcgids potentials, and visitors
preference toward the trail. Planning of interpretive trail included program
planning, and supporting facilities planning. The programs were developed under
the following themes: Paphiopedilum tonsum orchid is very rare species, so it
must be protected for its existence and cultivation is one of the activity for orchid
plant preservation.
Keywords: Eden Park Tourism Forest, forest, interpretive trail, orchids, visitor

PERENCANAAN JALUR INTERPRETASI ANGGREK DI
HUTAN WISATA TAMAN EDEN, TOBA SAMOSIR

BRIGITA LAURA FATRIA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutananan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Perencanaan Jalur Interpretasi Anggrek di Hutan Wisata Taman
Eden, Toba Samosir
Nama
: Brigita Laura Fatria
NlM
: E34090029

Disetujui oleh

J

Ir. Edhi Sandra,M. Si
Pembimbing I

Tanggal Lulus:


Resti

10 'LOn

eilani S. Hut M. Si

Judul Skripsi : Perencanaan Jalur Interpretasi Anggrek di Hutan Wisata Taman
Eden, Toba Samosir
Nama
: Brigita Laura Fatria
NIM
: E34090029

Disetujui oleh

Ir. Edhi Sandra,M. Si
Pembimbing I

Resti Meilani S. Hut, M. Si

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof.Dr.Ir. Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 ini ialah interpretasi,
dengan judul Perencanaan Jalur Interpretasi Anggrek di Hutan Wisata Taman
Eden, Toba Samosir.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Edhi Sandra, M. Si dan Ibu
Resti Meilani S. Hut, M. Si selaku pembimbing, serta Ibu dr. Ria Telaumbanua
yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak L. Sirait selaku pemilik Hutan Wisata Taman Eden dan
Bapak Marandus Sirait, yang telah membantu selama pengumpulan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013
Brigita Laura Fatria

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2


Lokasi dan Waktu

2

Alat

2

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

4


Jalur di Hutan Wisata Taman Eden

4

Perencanaan Jalur Interpretasi

15

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

21

DAFTAR TABEL
1
2
3

4
5
6
7
8
9

Jenis data dan metode pengumpulan data
Kondisi jalur di Hutan Wisata Taman Eden
Sebaran spesies anggrek di Hutan Wisata Taman Eden
Karakteristik pengunjung di Hutan Wisata Taman Eden
Tujuan dan Pola Kunjungan
Pengetahuan tentang tumbuhan anggrek
Preferensi pengunjung terhadap jalur interpretasi
Fasilitas dan layanan interpretasi yang diinginkan pengujung
Karakteristik di tiap jalur

3
5
9
11
12
13
13
14
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kondisi jalur 1
Peta jalur interpretasi di Hutan Wisata Taman Eden
Peta Sarana Prasarana yang sudah ada di Hutan Wisata Taman Eden
Jumlah habitus tumbuhan anggrek di Hutan Wisata Taman Eden
Desain pusat informasi
Desain papan informasi
Desain papan interpretasi
Desain shelter
Desain papan petunjuk
Desain pal jarak

5
6
7
8
17
17
18
18
19
19

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Hasil identifikasi anggrek di Hutan Wisata Taman Eden
Peta Sebaran Tumbuhan Anggrek di Jalur 1
Peta Sebaran Tumbuhan Anggrek di Jalur 2
Peta Sebaran Tumbuhan Anggrek di Jalur 3
Peta Sebaran Tumbuhan Anggrek di Jalur 4
Peta Perencanaan Jalur Interpretasi di Hutan Wisata Taman Eden
Jadwal kegiatan program interpretasi
Jadwal kegiatan program interpretasi

23
40
41
42
43
44
45
46

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anggrek merupakan tumbuhan yang termasuk dalam keluarga Orchidaceae,
yang di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 4.000 spesies dari berbagai
genus (Handoyo 2010). Anggrek berfungsi sebagai indikator ekosistem yang baik
dan sehat karena anggrek hanya tumbuh di lokasi tertentu dan pada kondisi yang
optimum untuk berkembang dalam suatu ekosistem tertentu (Darmono 2008).
Anggrek dikelompokan menjadi dua jenis berdasarkan kemurnian gen-nya, yaitu
anggrek spesies dan anggrek hibrida. Anggrek spesies adalah anggrek yang hidup
didalam hutan dan melakukan perbanyakan secara alami dan tetap menghasilkan
spesifikasi yang sama (Telaumbanua 2011), sedangkan anggrek hibrida
merupakan hasil persilangan melalui campur tangan manusia. Kepunahan anggrek
berbanding lurus dengan kerusakan hutan. Kerusakan hutan yang terjadi akhir–
akhir ini telah memusnahkan sebagian besar habitat anggrek spesies. Hal ini
menjadi ancaman yang sangat serius bagi keberadaan anggrek spesies.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan anggrek spesies
adalah dengan melaksanakan konservasi eksitu tumbuhan anggrek, seperti yang
telah dilaksanakan di Hutan Wisata Taman Eden (HWTE). HWTE yang berada di
Lumban Rang, Sumatera Utara, ini disahkan oleh Gubernur Sumatera Utara pada
tahun 2000. HWTE dikelola oleh Yayasan Elsaddai yang bergerak di bidang
pelestarian alam. Telaumbanua (2011) menyatakan bahwa di HWTE ini terdapat
sekitar 100 anggrek yang telah teridentifikasi spesiesnya. Penangkaran anggrek
yang diberi nama taman konservasi anggrek toba (Toba Orchid Conservation
Park) dikembangkan di lokasi ini. Lokasi ini juga merupakan lokasi kegiatan
wisata berupa wisata rohani, budaya, berkemah, petualangan, pendidikan
lingkungan, dan penelitian flora fauna.
Duryat (1979) diacu dalam Muntasib (2003) menyebutkan bahwa jalur
interpretasi alam (natural trails atau interpretive trails) adalah suatu rute yang
dirancang guna mengarahkan pengunjung ke tempat-tempat yang mempunyai obyekobyek geologis, biologis, historis dan kebudayaan yang menarik, dijelaskan dengan
bantuan pemandu, tanda-tanda (signs), pamflet atau peralatan elektronik, sehingga
pengunjung mendapatkan pengetahuan tentang faktor-faktor lingkungan tersebut
dengan pengalaman langsung di lapangan. Pengembangan jalur interpretasi,
khususnya interpretasi tumbuhan anggrek di kawasan ini dengan demikian akan
memberikan manfaat bagi pengunjung, berupa peningkatan kepuasan dan
pengetahuan pengunjung. Selain itu melalui jalur interpretasi tumbuhan anggrek,
pengunjung diharapkan dapat lebih memahami makna kelestarian tumbuhan
anggrek.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum dilakukan untuk menyusun perencanaan jalur
interpretasi tumbuhan anggrek di Hutan Wisata Taman Eden. Untuk mencapai
tujuan tersebut ada beberapa tujuan khusus yang harus dicapai, yaitu

2

mengidentifikasi jalur interpretasi anggrek, potensi anggrek, karakteristik
pengunjung, dan merencanakan jalur interpretasi tumbuhan anggrek.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan masukan kepada pihak pengelola
Hutan Wisata Taman Eden dalam menyusun perencanaan jalur interpretasi
anggrek yang dapat digunakan dalam pelayanan kepada pengunjung maupun
dalam perencanaan pengelolaan ekowisata di Hutan Wisata Taman Eden.
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Wisata Taman Eden, Kabupaten Toba
Samosir, Provinsi Sumatra Utara. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juli
sampai dengan Agustus 2012.
Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini, yaitu alat tulis, GPS
(Global Positioning System), kamera, komputer/laptop, handycam, pita ukur,
buku identifikasi anggrek, tallysheet, kuisioner pengunjung, panduan wawancara
untuk pengelola, dan panduan wawancara untuk masyarakat.
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan, meliputi kondisi jalur di Hutan Wisata Taman Eden,
potensi tumbuhan anggrek, pengunjung, masyarakat, dan pengelolaan Hutan
Wisata Taman Eden. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan, melalui studi
pustaka, wawancara, penyebaran kuesioner, dan pengamatan lapang (Tabel 1).
Penentuan Responden
Responden pengunjung ditentukan menggunakan metode convenience
sampling berdasarkan kesediaan pengunjung untuk diwawancarai. Hal ini
dikarenakan tidak tersedianya data jumlah pengunjung Hutan Wisata Taman Eden.
Pengolahan dan Analisis Data
Data potensi tumbuhan anggrek, pengunjung, masyarakat, dan pengelolaan
Hutan Wisata Taman Eden dianalisis secara deskriptif, sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pengembangan interpretasi tumbuhan anggrek di Hutan Wisata
Taman Eden. Software Arc GIS digunakan untuk memetakan jalur dan potensi
anggrek yang terdapat pada jalur tersebut, serta memetakan rencana
pengembangan fisik jalur. Penentuan jalur yang akan dikembangkan
interpretasinya dilakukan berdasarkan kriteria Berkmueller (1981), yaitu:
a. Menyajikan pemandangan alam yang indah seperti air terjun, aliran sungai, gua,
pohon besar berumur ratusan tahun dan lain sebagainya.

3

b.
c.
d.
e.

Jalur yang menyenangkan untuk berjalan kaki (tidak licin dan tidak curam)
Membuat pengunjung tetap gembira dan tetap tenang.
Jalur mudah dilalui oleh pengunjung, terdapat tanda-tanda serta peta lokasi.
Jalur tidak membahayakan pengunjung.

Perencanaan jalur interpretasi dibuat dengan mempertimbangkan potensi
kawasan, keinginan pihak pengelola, pengunjung dan masyarakat sekitar kawasan.
Rencana yang disusun untuk jalur terpilih meliputi rencana program interpretasi,
bentuk layanan bagi pengunjung, fasilitas pendukung interpretasi dan rencana
penugasan.
Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulan data
No.
Jenis Data
Metode Pengumpulan Data
1.
Kondisi jalur di Hutan Wisata Taman Pengamatan lapang
Eden, meliputi panjang jalur, lebar jalur
, kemiringan jalur, kondisi jalur, dan
bentuk fisik jalur.
2.

Potensi tumbuhan anggrek di Hutan Pengamatan
Wisata Taman Eden, meliputi ciri-ciri eksplorasi
morfologi, habitat, keunikan/ keindahan,
manfaat, dan status kelangkaan.

3.

Pengunjung di Hutan Wisata Taman Kuesioner dan wawancara
Eden,
meliputi
karakteristik
pengunjung, tujuan dan pola kunjungan,
pengetahuan tentang tumbuhan anggrek,
preferensi pengunjung terhadap kondisi
jalur interpretasi dan minat pengunjung
terhadap interpretasi.

4.

Pengelolaan Hutan Wisata Taman Eden, Pengamatan lapang,wawancara
meliputi potensi tumbuhan anggrek di dan studi pustaka
Hutan Wisata Taman Eden, rencana
pengembangan
interpretasi
Hutan
Wisata
Taman
Eden,
program
interpretasi yang telah ada dan yang
direncanakan diHutan Wisata Taman
Eden, sarana dan prasarana yang telah
ada dan direncanakan diHutan Wisata
Taman Eden
Masyarakat di sekitar Hutan Wisata Wawancara
Taman Eden, meliputi kondisi sosial
dan budaya masyarakat, pengetahuan
masyarakat
terhadap
keberadaan
tumbuhan anggrek di Hutan Wisata
Taman Eden, pemahaman masyarakat
terhadap pelestarian dan pemanfaatan
tumbuhan anggrek.

5.

lapang

melalui

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Letak dan Luas
Hutan Wisata Taman Eden secara administratif berada di dusun Lumban
Rang desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir,
Provinsi Sumatera Utara dengan luas areal ± 40 ha. Lokasi ini berjarak lebih
kurang 16 km dari Parapat ke arah kota Balige dan 55 km dari kota Balige ke arah
Parapat.
Hutan Wisata Taman Eden berbatasan:
- Sebelah Utara
: Kecamatan Ajibata Kabupaten Simalungun
- Sebelah Selatan
: Desa Sionggang Tengah dan Sionggang Selatan
- Sebelah Barat
: Kecamatan Sipanganbolon
- Sebelah Timur
: Lumban Julu
Tofografi
Hutan Wisata Taman Eden, Kabupaten Toba Samosir yang berada pada
ketinggian 1.100 – 1.750 m dpl. Diperkirakan lebih dari 40 ha daerah terdiri dari
tebing-tebing tinggi, jurang yang terjal,dan sungai yang deras.
Iklim
Hutan Wisata Taman Eden adalah hutan hujan basah denga frekuensi udara
dengan curah hujan dalam satu tahun lebih banyak dibandingkan udara kering.
Banyakna daerah aliran sunagi (DAS) dan pengairan pipa air hutan menjadikan
hutan tersebut memiliki kelembaban yang cukup tinggi (kisaran 70% - 93%).
Jenis Tanah
Jenis tanah di kawasan Hutan Wisata Taman Eden, tanahnya bertekstur
berliat halus, lempung berpasir, lempung berliat, berlempung halus, liat berdebu,
lempung berdebu, lempung liat berdebu dan berdebu halus, dengan pH tanah 6,36
serta suhu tanah berkisar 20,96ºC.
Vegetasi
Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian. Vegetasi Hutan Wisata
Taman Eden yang umum ditemukan yaitu dari famili, Theaceae, Pinnaceae,
Hammamelidaceae,
Cunoniaceae,
Araliaceae,
Annonaceae,
Fagaceae,
Sthyracaceae, Melliaceae, Myrtaceae dan famili Orchidaceae.
Jalur di Hutan Wisata Taman Eden
Hutan Wisata Taman Eden memiliki 4 jalur pengamatan sebaran tumbuhan
anggrek, yaitu jalur pengamatan 1, jalur pengamatan 2, jalur pengamatan 3, dan
jalur pengamatan 4 ( Tabel 2). Jalur pengamatan 1 merupakan jalur wisata yang
sudah ada, sedangkan jalur pengamatan 2, 3, dan 4 belum dikembangkan menjadi
jalur wisata (Gambar 1).

5

Tabel 2 Kondisi jalur di Hutan Wisata Taman Eden
Karakteristik Jalur
Sarana
Jalur
Kondisi Jalur
prasarana Panjang Lebar Kemiringan
o
(m)
(cm)
()
1 Ada
1.540 50-200
8-15
Jalan berupa
tanah dan
bebatuan,
tidak licin
2
Tidak
1.832 48-150
8-15
Jalan berupa
ada
tanah dan
bebatuan,
tidak licin
3
Tidak
2.356
55-70
8-15
Jalan berupa
ada
tanah, agak
licin
4
Tidak
2.690 45-100
0-8
Jalan berupa
ada
tanah dan
bebatuan,
tidak licin

Pemandangan
Hutan primer,
air terjun
tingkat 2, dan
pegunungan
Hutan primer

Hutan primer

Hutan primer

Jalur 1 memiliki jarak tempuh yang tidak terlalu jauh yaitu 1.540 m dengan
lebar jalur 50-200 cm. Jalur 1 merupakan jalur yang sudah memiliki sarana
prasarana sebagai penunjang kegiatan wisata (Gambar 1). Kondisi jalur 1 aman
untuk dilewati karena kemiringan jalur berkisar 8-15 o yang berarti jalur berombak
dan kondisi jalur tidak licin serta bentuk fisik jalur berupa tanah dan bebatuan.
Jalur ini menyenangkan untuk dikembangkan menjadi jalur interpretasi karena
selain memiliki potensi tumbuhan anggrek, dijalur ini terdapat potensi objek
wisata lainnya seperti air terjun, kebun stroberi, camping ground, dan taman
bunga (Gambar 3), sedangkan jalur 2, 3, dan 4 merupakan jalur yang memiliki
jarak tempuh yang terlalu panjang dan pemandangan hanya berupa hutan primer
sehingga pengunjung akan mudah bosan, jika melewati jalur tersebut.

(a)

(b)
(c)
Gambar 1 Kondisi jalur 1

a) Air terjun tingkat dua
c) Jembatan di jalur 1

(d)

b) Kondisi hutan di HWTE
d) Kondisi jalur 1

6

Gambar 2 Peta jalur interpretasi di Hutan Wisata Taman Eden

Gambar 3 Peta Sarana Prasarana yang sudah ada di Hutan Wisata Taman Eden

7

8

Potensi Tumbuhan Anggrek di Hutan Wisata Taman Eden
Hasil identifikasi tumbuhan anggrek di keempat jalur pengamatan diperoleh 51
spesies yang tercakup kedalam 29 genus. Genus yang paling banyak ditemukan
adalah genus Bulbophyllum. Purwanto (2005) menyatakan anggrek spesies liar seperti
genus Bulbophyllum memiliki daerah penyebaran yang relatif luas. Kisaran suhu
anggrek Bulbophyllum adalah berkisar antara 15-19oC (Gunadi 1985). Rifai (1993),
menyebutkan bahwa jumlah jenis anggrek yang hidup sebagai epifit pada pepohonan
belantara pegunungan sangatlah besar, terutama dari jenis-jenis Bulbophyllum.
Bulbophyllum sering ditemukan tumbuh menumpang pada batang-batang pohon yang
tinggi (Steenis 1997). Hal ini sesuai dengan kondisi yang ada di HWTE, terdapat
banyak pohon tinggi sehingga memudahkan penyebaran biji melalui angin, dan
didukung oleh suhu HWTE berkisar 17 – 27 oC, kelembaban dan intensitas cahaya
yang cocok untuk pertumbuhan genus Bulbophyllum.
Habitus spesies tumbuhan anggrek yang ditemukan di jalur HWTE adalah epifit,
teresterial dan saprofit. Spesies dengan habitus epifit paling banyak ditemukan, yaitu
sebanyak 34 spesies (Gambar 4). Amalia (2004) menyatakan bahwa individu epifit
paling banyak ditemukan pada pohon dengan kulit batang yang permukaannya rata
dan sedikit retak-retak.Permukaan batang pohon di HWTE karakter rata, kasar dan
sedikit retak-retak (mengelupas), sehingga sesuai untuk tempat hidup anggrek epifit.

Jumlah Spesies

34

15

2
Epifit

Teresterial
Jenis Habitus

Saprofit

Gambar 4 Jumlah habitus tumbuhan anggrek
di Hutan Wisata Taman Eden
Jumlah spesies tumbuhan anggrek paling banyak ditemui di jalur 1, yaitu
sebanyak 23 jenis (Tabel 3). Hal ini dikarenakan pada jalur 1 didominasi
pepohonan yang tajuknya tidak rapat sehingga cahaya mendukung untuk
pertumbuhan anggrek. Menurut Fitter & Hay (1981), secara fisiologis cahaya
mempunyai pengaruh terhadap anggrek, baik langsung pada proses fotosintesis,
maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan, perkecambahan dan pembungaan.Peta
sebaran tumbuhan anggrek pada tiap jalur tersaji pada (Lampiran 2-5).

9

Tabel 3 Sebaran spesies anggrek di Hutan Wisata Taman Eden
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

Nama Spesies

Acriopsis indica wight
Agrostophyllum majus
Anoectochilus longicalcaratus
Appendicula alba
Appendicula sp
Arundina graminifolia
Bulbophyllum adelphidium
Bulbophyllum flavescens
Bulbophyllum flavidiflorum
Bulbophyllum laxiflorum
Bulbophyllum lobbii
Bulbophyllum longivagans
Bulbophyllum savainse
Bulbophyllum sp
Calanthe chrysoglossoides
Calanthe speciosa
Calanthe triplicate
Ceratostylis subulata
Coelogyne cuprea
Coelogyne salmonicolor
Coelogyne sp
Corybas stenotribonos
Cymbidium bicolor
Cymbidium dayanum
Dendrobium linearifolium
Dendrobium sociale
Dendrobium sp
Dendrochylum macranatum
Dendrochylum sp
Eria hyancinthoides
Eria multiflora
Eria oblitterata
Gramatophylum sp
Hippeophyllum scortechinnii
Liparis lacerate
Liparis nervosa
Malaxis sp
Neuwiedia sp
Neuwiedia speciosa

Lokasi Ditemukan Anggrek (Jalur)
1
2
3
4


























































10

Tabel 3 Sebaran spesies anggrek di Hutan Wisata Taman Eden (lanjutan)
No.

Nama Spesies

40 Oberonia sp
41 Paphiopedilum tonsum
42 Peristylus goodyeroides
43 Phaius callosus
44 Pholidota carnea
45 Podochilus gracilis
46 Podochilus microphyllum
47 Podochilus sp
48 Renanthera angustifolia
49 Spathoglottis plicata
50 Thrixpermum trichoglottis
51 Trichotosia ferox
Jumlah anggrek yang ditemukan

Lokasi Ditemukan Anggrek (Jalur)
1
2
3
4

















23
18
15
18

Pengunjung Hutan Wisata Taman Eden
Pengunjung merupakan pihak yang mendapatkan pelayanan dalam
kegiatan interpretasi. Oleh karena itu, karakteristik dan keinginan pengunjung
termasuk kebutuhan mereka terhadap kegiatan interpretasi perlu untuk
diidentifikasi (Heriyaningtyas 2009).
Karakteristik Pengunjung
Berdasarkan 56 sampel hasil penyebaran kuisioner dan wawancara
pengunjung Hutan Wisata Taman Eden, seluruh pengunjung merupakan
wisatawan domestik. Pengunjung didominasi oleh laki-laki sebanyak 63% dan
perempuan sebanyak 37% dengan mayoritas kelompok umur 20-30 tahun
sebanyak 48%. Pengunjung pada umumnya memiliki tingkat pendidikan formal
terakhir, yaitu SMA sebanyak 53% dengan didominasi oleh tingkat pekerjaan
sebagai mahasiswa sebanyak 57%. Hal ini dikarenakan kondisi alam Hutan
Wisata Taman Eden yang masih alami dan memiliki potensi flora dan fauna
sehingga sesuai dengan karakteristik pengunjung yang memiliki jiwa petualang,
keinginan mendapatkan pengalaman baru serta keinginan untuk belajar dari
alam.Mayoritas pengunjung mendapatkan sumber informasi mengenai Hutan
Wisata Taman Eden dari teman sebanyak 60%. Hal ini menunjukan, bahwa
informasi yang bersumber dari teman cukup efektif dibandingkan sumber lain
karena orang-orang terdekat tersebut sudah mengetahui daya tarik dari suatu
kawasan tersebut (Tabel 4).

11

Tabel 4 Karakteristik pengunjung di Hutan Wisata Taman Eden
No. Karakteristik Pengunjung
Persentase (%)
Jenis kelamin
1.
Laki-laki
63%
2.
Perempuan
37%
Kelompok umur
1.
50 tahun
4%
Tingkat pendidikan
1.
SD
11%
2.
SMP
27%
3.
SMA
53%
4.
Perguruan tinggi
9%
Tingkat pekerjaan
1.
Pelajar
23%
2.
Mahasiswa
57%
3.
Pengusaha
7%
4.
PNS
0%
5.
Pegawai swasta
6%
6.
Lainnya
7%
Sumber informasi mengenai Hutan Wisata Taman Eden
1
Teman
60%
2
Media elektronik
20%
3
Media massa
3%
4
Lainnya
17%
Tujuan dan Pola Kunjungan
Mayoritas pengunjung yang datang ke kawasan HWTE memiliki tujuan
menikmati panaroma alam sebanyak 36%. Hutan Wisata Taman Eden memiliki
berbagai potensi fisik maupun biologis yang dapat dijadikan sebagai potensi
wisata. Pengunjung pada umumnya memilih daya tarik utama pemandangan alam
di kawasan sebanyak 60%. Pengunjung dapat menikmati pemandangan alam
berupa air terjun, pepohonan yang rindang dengan didominasi anggrek-anggrek
hutan, dan panaroma Danau Toba. Kegiatan wisata didominasi dengan
pengunjung yang datang secara berkelompok sebanyak 55%. Sebagian besar
pengunjung memiliki frekuensi kunjungan hanya sekali ke kawasan HWTE
sebanyak 64% (Tabel 5).

12

Tabel 5 Tujuan dan Pola Kunjungan
No Tujuan dan Pola Kunjungan
Persentase (%)
Tujuan Kunjungan
1
Kegiatan pendidikan
5%
2
Menikmati panaroma alam
36%
3
Menikmati keindahan anggrek
15%
4
Camping
30%
5
Mengamati satwa liar
7%
6
Outbond
0%
7
Lainnya
7%
Daya Tarik Kawasan
1
Kondisi hutan
16%
2
Penangkaran Anggrek
18%
3
Pemandangan alam
60%
4
Fasilitas yang bagus
0%
5
Keramahan staff
2%
6
Satwaliar
2%
7
Lainnya
2%
Kunjungan bersama
1
Wisata kelompok
55%
2
Wisata keluarga
7%
3
Wisata perorangan
22%
4
Lainnya
16%
Frekuensi pengunjung
1
1 kali
64%
2
2-5 kali
29%
3
5-10 kali
2%
4
>10 kali
5%

Pengetahuan tentang Tumbuhan Anggrek
Obyek interpretasi adalah segala sesuatu di dalam suatu kawasan yang
digunakan sebagai obyek (bahan utama) dalam menyelenggarakan interpretasi
(Muntasib dan Rachmawati, 2003). Obyek interpretasi yang akan
diinterpretasikan kepada pengunjung adalah tumbuhan anggrek, karena tumbuhan
anggek memiliki keindahan, keunikan, manfaat dan mulai punah sehingga
tumbuhan ini perlu untuk diinterpretasikan dengan tujuan pengunjung akan
mendapatkan pengalaman yang bermakna dari kegiatan kunjungan yang
dilakukan.
Menurut Handoyo (2008), berdasarkan habitat atau tempat tumbuhnya,
anggrek dibedakan menjadi empat jenis, yaitu epifit, teresterial, litofit dan saprofit.
Sebagian besar pengunjung memilih menyukai anggrek epifit sebanyak 61%.
Anggrek epifit merupakan populasi terbesar dari seluruh anggrek yang hidup di
alam tropis. Anggrek epifit tumbuh menempel pada pohon tanaman lain dalam

13

hutan. Mayoritas pengunjung memilih membutuhkan informasi mengenai
keunikan/keindahan anggrek sebanyak 66% (Tabel 6). Hal ini dikarenakan daya
tarik tumbuhan anggrek terletak pada keunikan dan keindahannya.
Tabel 6 Pengetahuan tentang tumbuhan anggrek
No
Pengetahuan tentang tumbuhan anggrek
Persentase (%)
Tipe habitat anggrek
1
Anggrek epfit
61
2
Anggrek terrestrial
25
3
Anggrek litofit
5
4
Anggrek saprofit
9
Informasi mengenai anggrek
1
Morfologi anggrek
5
2
Waktu berbunga
9
3
Keunikan/keindahan
66
4
Manfaat
20
Preferensi pengunjung terhadap jalur interpretasi tumbuhan anggek
Preferensi pengunjung didominasi oleh pengunjung yang memilih jalur
interpretasi tumbuhan anggrek, yaitu jalur 1 sebanyak 64 dengan tipe jalur
advanture sebanyak 57 %. Hal ini dikarenakan pada jalur 1 (memiliki potensi
tumbuhan anggrek terbanyak dibanding jalur-jalur lainnya. Durasi kegiatan yang
dipilih pengunjung, yaitu 45 menit-1 jam sebanyak 60% dengan jarak tempuh
jalur sepanjang 1 km sebanyak 48% (Tabel 7).
Tabel 7 Preferensi pengunjung terhadap jalur interpretasi
No. Preferensi pengunjung terhadap jalur
Persentase (%)
Jalur interpretasi
1 Jalur 1
64
2 Jalur 2
18
3 Jalur 3
7
4 Jalur 4
11
Kondisi jalur
1 Datar
25
2 Landai
18
3 Adventure
57
Durasi kegiatan
1 45 menit-1jam
60
2 1,5 jam
20
3 2 jam
20
Jarak pada jalur
1 1/2 Km
30
2 1 Km
48
3 2 Km
22

14

Fasilitas dan Layanan Interpretasi
Perencanaan jalur interpretasi tumbuhan anggrek di HWTE memerlukan
fasilitas dan layanan interpretasi sebagai pendukung kegiatan interpretasi. Fasilitas
dan layanan interpretasi yang terdapat di HWTE masih sangat kurang hal ini
dikarenakan belum adanya papan interpretasi, pusat informasi, dan menara
pengamat. Mayoritas pengunjung memilih fasilitas berupa papan interpretasi
sebanyak 55%.
Berkmuller (1981) dalam pelaksanaan program interpretasi dilapangan pada
jalur interpretasi terdapat jalur yang membutuhkan pemandu wisata (guided trails)
dan jalur yang tidak membutuhkan pemandu wisata (self guided trails). Bentuk
program interpretasi yang di inginkan pengunjung pada perencanaan jalur adalah
interpreter yang memandu sepanjang perjalanan menyusuri jalur sebanyak 48%.
Pengunjung memilih interpreter yang berkarakter sopan, ramah dan baik sebanyak
62%.
Pemberian pelayanan dalam program interpretasi, selain pemanduan juga
memerlukan media interpretasi sebagai penunjangnya. Media merupakan salah
satu unsur dalam komunikasi selalu terjadi suatu proses penyampaian informasi
(pesan) dari sumber inforrmasi/ pengirim pesan (komunikator) kepada
sasaran/penerima informasi (komunikan) melaui suatu media (saluran), media
interpretasi dapat berupa booklet, leaflet, dan pemutaran film. Dengan adanya
media interpretasi diharapkan pesan yang disampaikan kepada pengunjung lebih
efisien karena gambaran visual dapat mengkomunikasikan pesan dengan cepat
dan nyata. Mayoritas pengunjung memilih booklet sebanyak 66% untuk
kelengkapan dan kemudahan pengunjung dalam menikmati daya tarik tumbuhan
anggrek yang terdapat pada jalur interpretasi tumbuhan anggrek (Tabel 8).
Tabel 8 Fasilitas dan layanan interpretasi yang diinginkan pengujung
No Fasilitas dan Layanan Interpretasi
Persentase (%)
Fasilitas
1
Papan Interpretasi
55
2
Shelter
23
3
Menara
22
Bentuk Program
1
Interpreter memandu sepanjang jalur
48
2
Interpreter berada di tiap tempat
21
3
Leaflet
11
4
Rambu Interpretasi
20
Layanan Pemandu
1
Mempunyai keahlian di bidang interpretasi
29
2
Berkomunikasi dua bahasa ( Indonesia & Inggris)
9
3
Sopan, ramah dan baik
62
Pendukung Program
1
Booklet
66
2
Leaflet
11
3
Pemutaran film
23

15

Perencanaan Jalur Interpretasi
Penentuan prioritas jalur interpretasi
Perencanaan jalur interpretasi adalah sebuah proses yang bertahap dan
berkelanjutan terutama sebagai pendekatan dalam kegiatan pengelolan (Sharpe
1982). Berdasarkan hasil pengamatan identifikasi jalur, identifikasi potensi
tumbuhan anggrek, dan identifikasi karakteristik pengunjung di Hutan Wisata
Taman Eden terdapat satu jalur yaitu jalur 1 yang akan direncanakan sebagai jalur
interpretasi. Hal ini dikarenakan jalur tersebut memenuhi kriteria jalur interpretasi
berdasarkan karakteristik jalur interpretasi yang baik (Berkmuller 1981) (Tabel 9).

Tabel 9 Karakteristik di tiap jalur
Jalur
1 2 3 4
Menyajikan pemandangan alam yang indah (air terjun, aliran sungai,    
kebun buah dan sayuran, pehunungan dan lain sebagainya)
Karakteristik Berdasarkan Berkmuller

 -

-

-

Jalur mudah dilalui oleh pengunjung(tidak licin, tidak curam, tidak  berlumpur atau tergenang)

-

-

Jalur yang menyenangkan untuk berjalan kaki

Jalur tidak membahayakan pengunjung

   

Jalur yang telah teridentifikasi memiliki potensi untuk dikembangkan
menjadi jalur interpretasi. Menurut Veverka (1994), penentuan panjang jalur yang
terbaik adalah ½ mil atau setara dengan 0,8 km. Umumnya pengunjung mudah
cepat bosan, maka dari itu penentuan jarak jalur interpretasi tidak dibuat terlalu
panjang.
Sumberdaya yang akan di interpretasikan pada jalur 1 adalah potensi
anggrek berjumlah 23 spesies yang didukung oleh beberapa obyek wisata lainnya
seperti penangkaran anggrek Toba Orchid, air terjun, hutan primer, dan tumbuhan
Nepenthes sp.
Perencanaan interpretasi jalur yang akan dikembangkan di Hutan Wisata
Taman Eden adalah perencanaan program interpretasi dan perencanaan fasilitas
pendukung interpretasi.Peta perencanaan jalur interpretasi di Hutan Wisata Taman
Eden (Lampiran 6).
Perencanaan program interpretasi
Program interpretasi adalah pengetahuan dari seluruh usaha interpretasi,
dalam hal ini mencakup personel, fasilitas dan seluruh kegiatan interpretasi,
kelembagaan serta tempat rekreasi itu sendiri, selanjutnya dijelaskan bahwa
program interpretasi menghubungkan sumberdaya alam atau budaya suatu areal
dengan pengunjung yang menggunakan berbagai macam variasi (Sharpe 1982)
.Program interpretasi yang disusun pada jalur 1 memiliki dua tema, yaitu :
1. Tema
: Anggrek Paphiopedilum tonsum merupakan anggrek langka,
sehingga harus dijaga kelestariannya
Jumlah peserta : Maksimal 10 orang

16

Waktu
: 3,5 jam
Materi
:
a) Mengenal sejarah dan kondisi kawasan Hutan Wisata Taman Eden
(HWTE)
b) Film bertemakan anggrek dan habitatnya (Film menceritakan definisi dan
manfaat anggrek, menampilkan keindahan dan keunikan anggrek, serta
menampilkan peranan anggrek dalam ekosistem hutan)
c) Teknik memotret tumbuhan anggrek menggunakan kamera dengan lensa
macro
d) Potensi tumbuhan anggrek (habitat, habitus, morfologi, waktu berbunga,
keindahan/keunikan, status konservasi dan manfaat) yang terdapat
disepanjang jalur 1.
e) Kearifan tradisional masyarakat batak dalam memanfaatkan
Paphiopedilum tonsum
f) Keterkaitan anggrek dengan ekosistem di sekitarnya.
2. Tema
: Kegiatan budidaya, salah satu upaya untuk pelestarian
tumbuhan anggrek
Jumlah peserta : Maksimal 10 orang
Waktu
: 3,5 jam
Materi :
a) Potensi tumbuhan anggrek (habitat, habitus, morfologi, waktu berbunga,
keindahan/keunikan, status konservasi dan manfaat) yang terdapat
disepanjang jalur 1
b) Anggrek berkembang biak dapat secara vegetatif dan generatif
c) Cara membudidayakan tumbuhan anggrek (memelihara, mengawinkan
dan kegiatan subkultur tumbuhan anggrek).
Perencanaan fasilitas pendukung interpretasi
Fasilitas yang terdapat di Hutan Wisata Taman Eden belum dapat
menunjang pelaksanaan kegiatan program interpretasi. Oleh karena itu diperlukan
adanya penambahan fasilitas, meliputi pusat informasi, papan informasi, papan
interpretasi, shelter, papan penunjuk arah, dan pal jarak. Bahan baku pada papan
informasi, papan interpretasi, papan petunjuk arah terdiri dari besi tempa dan besi
cor. Pemilihan bahan baku besi dikarenakan supaya awet dan tidak mudah rusak
karena kondisi alam. Keindahan fasilitas tersebuat didesain dengan tema anggrek
agar dapat menyatu dengan alam
Pusat informasi perlu didirikan di Hutan Wisata Taman Eden sebagai
fasilitas utama bagi pengunjung. Pusat informasi ini harus dapat berfungsi sebagai
pengubah alam pikiran pengunjung dari suasana luar ke dalam lingkungan
kawasan yang dikunjungi. Didalam pusat informasi terdapat peta kawasan, peta
lokasi sarana prasarana, peta jalur interpretasi, maket kawasan, panil sejarah, panil
foto-foto potensi, panil foto-foto kegiatan, panil tata tertib pengunjung, pamphlet
ataupun leaflet. Pusat informasi ini perlu dibangun di dekat pintu masuk kawasan
HWTE.

17

Gambar 5 Desain pusat informasi
Papan informasi yang direncanakan berisi informasi mengenai himbauan
bagi pengunjung dalam memasuki kawasan HWTE.Papan informasi ini diletakan
di dekat pusat informasi.

Gambar 6 Desain papan informasi
Papan interpretasi berfungsi untuk menginterpretasikan tumbuhan anggrek
di sepanjang jalur .Papan ini berisi foto tumbuhan anggrek dan penjelasan potensi
tumbuhan anggrek, yaitu ciri-ciri morfologi, keunikan, status konservasi, dan
waktu berbunga. Perencanaan papan interpretasi yang akan dibuat berjumlah 3
buah yang akan diletakkan di dekat pusat informasi, penangkaran anggrek dan di
jalur 1.

18

Gambar 7 Desain papan interpretasi
Shelter merupakan tempat peristirahatan bagi pengunjung. Fasilitas shelter
yang terdapat di HWTE hanya satu dengan kondisi kurang baik, oleh karena itu
perlu direncanakan pembangunan shelter menggunakan bahanbaku kayu jati atau
merbau.

Gambar 8 Desain shelter
Papan penunjuk arah berfungsi untuk menunjukan arah lokasi objek
wisata.Papan ini diletakan di tempat yang mudah terlihat oleh pengunjung, dengan
tulisan yang jelas. Papan penunjuk arah yang direncanakan berjumlah dua buah
yang akan di letakan di persimpangan pada jalur 1.

19

Gambar 9 Desain papan petunjuk
Pal jarak berfungsi sebagai informasi mengenai jarak tempuh yang dilalui
oleh pengunjung selama perjalanan di jalur interpretasi. Pal jarak yang
direncanakan berjumlah 20 buah, dengan jarak 100 meter pada tiap pal. Bahan
baku pal jarak terbuat dari beton dan di cat dengan warna yang terang.

Gambar 10 Desain pal jarak
Rekomendasi Pengembangan Interpretasi
Rekomendasi untuk pengembangan perencanaan jalur interpretasi anggrek
di HWTE berupa bentuk layanan bagi pengunjung dan rencana penugasan. Bentuk
layanan bagi pengunjung Hutan Wisata Taman Eden, meliputi metode
penyampaian materi diberikan oleh interpreter yang memandu kegiatan program

20

interpretasi, media interpretasi yang dikembangkan berupa booklet dan field guide
tumbuhan anggrek, dan asuransi jaminan keselamatan.
Rencana penugasan meliputi penentuan personil yang akan terlibat dalam
kegiatan interpretasi. Penentuan personil diantaranya pimpinan interpretasi,
perencanaan interpretasi dan pelaksana interpretasi (Rahayuningsih 2006).
Pimpinan interpretasi di jabat oleh pengelola/ pemilik Hutan Wisata Taman Eden.
Perencanaan interpretasi dikelola oleh yayasan Yayasan Elsaddai yang bergerak di
bidang pelestarian alam. Pelaksanaan interpretasi dilaksanakan oleh interpreter/
pemandu dan petugas keamanan. Pihak pengelola dapat bekerjasama dengan
masyarakat sekitar kawasan hutan dengan memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sebagai interpreter dan petugas keamanan.Sebagian besar masyarakat
mengetahui keberadaan tumbuhan anggrek di HWTE pada saat pengelola
mengadakan acara bertemakan lingkungan. Pengelola menghias acara tersebut
dengan mendekorasi panggung menggunakan tumbuhan anggek. Selain itu tarian
tor-tor yang selalu ditampilkanpun menggunakan anggrek sebagai aksesoris.
Melalui acara-acara inilah pengelola menyampaikan pesan konsevasi kepada
masyarakat untuk menjaga kelestarian anggrek. Pada dasarnya masyarakat batak
sangat jarang menggunakan anggrek sebagai bunga yang biasa digunakan untuk
acara adat-istiadat.
Masyarakat batak menggunakan bunga melati dan pohon hariara sebagai
simbol budaya masyarakat batak. Namun ada sebagian masyarakat batak yang
mengetahui manfaat anggrek seperti Macodes sp yang bermanfaat sebagai obat
patah tulang. Tak jarang masyarakat meminta izin kepada pihak pengelola untuk
membelinya, tetapi pihak pengelola tidak mengizinkan karena belum ada kegiatan
pembudidayaan sehingga anggrek-anggrek ini belum boleh diperjualbelikan.
Masyarakat belum merasakan manfaat langsung ataupun tidak langsung dengan
adanya keberadaan tumbuhan anggrek di HWTE karena belum adanya
pemberdayaan masyarakat oleh pengelola HWTE.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hutan Wisata Taman Eden memiliki 4 (empat) sub jalur pengamatan
tumbuhan anggrek, yaitu jalur 1, jalur 2, jalur 3 dan jalur 4. Jalur yang telah
teridentifikasi memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi jalur interpretasi
adalah jalur 1. Hal ini dikarenakan jalur tersebut memenuhi kriteria jalur
interpretasi berdasarkan karakteristik jalur interpretasi yang baik. Hasil identifikasi
tumbuhan anggrek di keempat sub jalur pengamatan diperoleh 51 spesies tumbuhan
anggrek yang tercakup kedalam 29 genus. Jumlah spesies tumbuhan di tiap jalur,
meliputi jalur 1 sebanyak 23 jenis, jalur 2 sebanyak 18 jenis, jalur 3 sebanyak 15 jenis
dan jalur 4 sebanyak 18 jenis. Pengunjung Hutan Wisata Taman Eden didominasi
oleh laki-laki sebanyak 63% dengan mayoritas kelompok umur 20-30 tahun
sebanyak 48%. Mayoritas pengunjung yang datang ke kawasan HWTE memiliki
tujuan menikmati panaroma alam sebanyak 36% dan menikmati keindahan
anggrek 15%. Preferensi pengunjung didominasi oleh pengunjung yang memilih
jalur interpretasi tumbuhan anggrek, yaitu jalur 1 sebanyak 64% dengan tipe jalur

21

adventure sebanyak 57%. Bentuk program interpretasi yang di inginkan
pengunjung pada perencanaan jalur adalah interpreter yang memandu sepanjang
perjalanan menyusuri jalur sebanyak 48% .Perencanaan interpretasi jalur yang
akan dikembangkan di Hutan Wisata Taman Eden, meliputi perencanaan program
interpretasi, perencanaan bentuk layanan bagi pengunjung, perencanaan fasilitas
pendukung interpretasi dan perencanaan penugasan. Program kegiatan interpretasi
memiliki 2 tema yaitu, Anggrek Paphiopedilum tonsum merupakan anggrek
langka, sehingga harus dijaga kelestariannya dan kegiatan budidaya, salah satu
upaya untuk pelestarian tumbuhan anggrek.

Saran
Jalur yang telah direncanakan hendaknya dikembangkan, diimplementasikan
dan dievaluasi sehingga dapat bermanfaat bagi pengunjung, pengelola kawasan
dan masyarakat sekitar. Perlunya pengamanan dan pemeliharaan khusus bagi
tumbuhan anggrek agar terhindar dari pencurian dan kepunahan. Pihak pengelola
bekerjasama dengan masyarakat sekitar kawasan dalam menjaga kelestarian
anggrek melalui kegiatan penyuluhan. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan
HWTE dalam kegiatan budidaya tumbuhan anggrek untuk dijadikan sebagai
cinderamata. Mengadakan kegiatan pelatihan interpreter kepada masyarakat
sekitar.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia. 2004. Macroepiphyte diversity and distribution based on surface type of
phorophyte
(host)
on
mount
Tangkuban
Perahu.
http://digilib.bi.itb.ac.id/print.phd?id=jbptitbbi-gdl-s2-2004-amalia.
Berkmuller K. 1981. Guidelines and Technique for Environmental
Interpretation.Michigan (US): The University of Michigan.
Comber. 1990. Orchids of Java. Bangkok (TH): Charoen Slip Press.
Darmono DW. 2002. Menghasilkan Anggrek Silangan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Fitter AH, Hay RKM. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Gunadi T. 1985. Anggrek untuk Pemula.Bandung (ID): Angkasa.
Handoyo F. 2010. Orchids of Indonesia.Jakarta (ID): PAI.
Heriyaningtyas E, Eva R, Harini M. 2009. Perencanaan Jalur Intrepretasi
Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus Jawa
Tengah.Media Konservasi 14 (3): 102-113.
Muntasib EKSH. 2003. Interpretasi Wisata Alam. Bogor (ID): Laboratorium
Rekreasi Alam DKSH IPB.
Muntasib EKSH, Eva R. 2003. Teknik Interpretasi Lingkungan.
Bogor( ID):Laboratorium Rekreasi Alam DKSH IPB.
Pridgeon A. 1994. The Illustrated Encyclopedia of Orchids Over 1100 Species
Illustrated and Identified. New York (US): Lansdowner Publishing.
Purwanto A. 2005. Kekerabatan antar Anggrek Spesies Berdasarkan Sifat
Morfologinya. Fakutas Pertanian UGM: 11(1).

22

Rifai MA. 1993. Peri kehidupan alam sepanjang jalan pegunungan. Jakarta (ID):
Panitia Nasional Program UNESCO-MAB-LIPI.
Sharp GW. 1982. Interpreting The Environmental. Singapore: John Willey &
Sons.
Sulistiarini D, Mahyar UW. 2003. Jenis-Jenis Anggrek T. N. B. N Wartabone. Bogor
(ID): CV. Mitrayuda, Bogor
Steenis. 1997. Flora. Jakarta (ID): Pradnya Paramita.
Telaumbanua, R. 2011. Pesona 100 Anggrek Hutan Di Toba Samosir Sumatera
Utara. Medan(ID): CV. Solagratio Medan.
Veverka J. 1994. Interpretive Master Planning. California: Acorn Naturalist.
Wing Y. 1995. Orchids of The Singapore Botanic Gardens. Singapore: National
Park Board.

Lampiran 1 Hasil identifikasi anggrek di Hutan Wisata Taman Eden
No.

Nama Spesies

Deskripsi

1

Acriopsis indica wight

Ciri-ciri morfologi : epifit, daunnya berbentuk pita
memanjang, dengan ukuran panjang daun 10 cm dan
berdiameter 1 cm, bunga berwarna putih keunguan,
berdiameter 0,5 cm. Habitatnya berada pada ketinggian
1.000-1.200 m dpl. Keunikan anggrek ini unik karena
memiliki bunga yang kecil-kecil seperti manik-manik
yang tersusun dalam satu malai bunga yang bercabangcabang.

2

Agrostophyllum majus

Ciri-ciri morfologi : epifit, daunnya berbentuk lanset
dengan ukuran panjang daun 20 cm dan diameter 3,5 cm,
bunganya berwarna kuning pucat, berdiameter 1,5 cm.
Habitatnya berada pada ketinggian 1.000 - 1.250 m dpl.
Keunikan Agrostophyllum umumnya memiliki rangkaian
bunga di ujung batang (terminal) yang tersusun
membulat dengan beberapa kuntum bunga yang kecil.

3

Anoectochilus longicalcaratus

Ciri-ciri morfologi : Habitusnya saprofit, daunnya
berbentuk oval berwarna hijau kemerahan dengan urat
daun merah terang, ukuran panjang daun 7 cm dan
berdiameter 5 cm. Waktu berbunga
pada bulan
Desember. Habitatnya berada pada ketinggian 1.0001.300 m dpl. Keunikan Anoectochilus sering dijuluki
sebagai anggrek permata karena keindahan daunnya.

Lokasi Ditemukan Anggrek (Jalur)
1
2
3
4










23

24

Lampiran 1 Hasil identifikasi anggrek di Hutan Wisata Taman Eden (lanjutan)
No.

Nama Spesies

Deskripsi

4

Appendicula alba

Ciri-ciri morfologi : terrestrial, daunnya berbentuk
lanset, berukuran panjang 6,5 cm dan berdiameter 0,5
cm,
bunganya berwarna putih mengelompok,
berdiameter 1 cm. Habitatnya berada pada ketinggian
1.000-1.150 m dpl.

5

Appendicula sp

Ciri-ciri morfologi : terrestrial, daunnya berbentuk
lanset, berukuran panjang 6,5 cm dan berdiameter 0,5
cm, bunga berwarna putih mengelompok, diameter 1 cm.
Habitat berada pada ketinggian 1.000-1.150 m dpl.

Arundina graminifolia
6

Ciri-ciri morfologi : teresterial, daunnya bentuk pita
dengan ukuran panjang 8 cm dan diameter 1 cm, bunga
berwarna putih dan ujung bunga berwarna ungu,
berdiameter 6 cm. Habitatnya berada pada ketinggian
1.000-1.200 mdpl. Keunikan anggrek tanah ini dikenal
sebagai anggrek bamboo, karena bentuk pohonnya yang
mirip dengan bamboo.

Lokasi Ditemukan Anggrek (Jalur)
1
2
3
4









Lampiran 1 Hasil identifikasi anggrek di Hutan Wisata Taman Eden (lanjutan)
No.

Nama Spesies

Deskripsi

7

Bulbophyllum adelphidium

Ciri-ciri morfologi : epifit, daunnya berbentuk lanset,
ukuran panjang daun 12 cm dan berdiameter 4 cm,
bungamya berwarna merah tua, berdiameter 0,5 cm.
Habitatnya berada pada ketinggian 1.100-1.300 mdpl.
Keunikan Bulbophyllum ini berbukit tunggal, berwarna
merah tua bergoyang-goyang untuk memancing serangga
datang. Keunikan lain anggrek ini adalah beraroma busuk
sehingga terus menerus dihinggapi banyak lalat selama
berbunga

8

Bulbophyllum flavescens

Ciri-ciri morfologi : epifit, daunnya berbentuk lanset,
ukuran panjang daun 15 cm dan berdiameter 4 cm,
bunganya berwarna kuning, berdiameter 1 cm.
Habitatnya berada pada ketinggian 1.100-1.300 m dpl.

9

Bulbophyllum flavidiflorum

Ciri-ciri morfologi : epifit, daunnya berbentuk lanset,
berukuran panjang 5cm dan berdiameter 1,5 cm,
bunganya berwarna putih kekuningan, berdiameter 0,5
cm. Habitat berada pada ketinggian 1.100-1.200 m dpl.

Lokasi Ditemukan Anggrek (Jalur)
1
2
3
4











25

26

Lampiran 1 Hasil identifikasi anggrek di Hutan Wisata Taman Eden (lanjutan)
No.

Nama Spesies

Deskripsi

10

Bulbophyllum laxiflorum

Ciri-ciri morfologi : Habitusnya epifit dengan batang
monopodial, daunnya melanset dengan ukuran panjang
daun 15 cm dan berdiameter 5 cm, bunganya berwarna
pulih dengan diameter 5 cm. Habitatnya berada pada
ketinggian 1.100-1.300 m dpl.

11

Bulbophyllum lobbii

Ciri-ciri morfologi : epifit, daunnya lonjong-lanset,
warna hijau pudar, panjang daun 20 cm dan berdiameter
5 cm, sepal dorsal berwarna kuning, bunga berdiameter
10 cm. \ Habitat berada pada ketinggian 1.100-1.300 m
dpl..

12

Bulbophyllum longivagans

Ciri-ciri morfologi : epifit, daunnya berbentuk lanset
oblong, berukuran panjang 10 cm dan berdiameter 0,7
cm, bunganya warna kuning dan pada ujungnya berwarna
kemerahan, berdiameter 0,5 cm. Habitat berada pada
ketinggian 1.100-1.300 m dpl.

Lokasi Ditemukan Anggrek (Jalur)
1
2
3
4











Lampiran 1 Hasil identifikasi anggrek di Hutan Wisata Taman Eden (lanjutan)
No.

Nama Spesies

Deskripsi

13

Bulbophyllum savainse

Ciri-ciri morfologi : epifit, daun berbentuk lanset,
berukuran panjang daun 6 cm dan berdiameter 1 cm,
bunga berwarna coklat muda, berdiameter 0,5 cm.
Habitat berada pada ketinggian 1.100 mdpl.

14

Bulbophyllum sp

Ciri-ciri morfologi : epifit, daun bentuk lanset, warna
hijau, panjang 8 cm dan lebar 1,5 cm, permukaan licin,
tepi rata, tipis, ujung membelah dan tidak memiliki
tangkai daun. Habitat berada pada ketinggian 1.0001.300 m dpl

15

Calanthe chrysoglossoides

Ciri-ciri morfologi : teresterial, daunnya bentuk lonjongoval, warna hijau, ukuran panjang 15 cm dan diameter
10 cm, bunganya warna putih, merunduk ke bawah
diameter 2 cm. Habitatnya berada pada ketinggian 1.1001.300 m dpl

Lokasi Ditemukan Anggrek (Jalur)
1
2
3
4






27

28

Lampiran 1 Hasil identifikasi anggrek di Hutan Wisata Taman Eden (lanjutan)
No.

Nama Spesies

Deskripsi

16

Calanthe speciosa

Ciri-ciri morfologi :teresterial, daunnya bentuk lanset,
warna hijau tua, panjang 120 cm dan lebar 15 cm,
bunganya warna kuning emas, tidak terbuka sempurna,
berdiameter 1 cm. Habitat berada pada ketinggian 1.1001.200 m dpl.

17

Calanthe triplica

Ciri-ciri morfologi : teresterial, daunnya bentuk bulat
telur, warna hijau tua, ukuran panjang 15 cm dan
diameter 10 cm, bunga
warna putih, merunduk ke
bawah, bibir berwarna merah , diameter 2 cm. Habitat
berada pada ketinggian 1.100-1.300 m dpl.

18

Ceratostylis subulata

Ciri-ciri morfologi : epifit, daunnya lurus, berbentuk
jarum, warna hijau tua, berukuran panjang 20 cm dan
berdiameter 0,3 cm, bunganya berwarna ungu dengan
bibir berwarna kuning, berdiameter 0,2 cm. Habitat
berada pada ketinggian 1.000-1.200 m dpl.

Lokasi Ditemukan Anggrek (Jalur)
1
2
3
4










Lampiran 1 Hasil identifikasi anggrek di Hutan Wisata Taman Eden (lanjutan)
No.

Nama Spesies

Deskripsi

19

Coelogyne cuprea

Ciri-ciri morfologi : epifit, daunnya berbentuk lonjong,
warna hijau tua Berukuran panjang daun 10 cm dan
diameter 5 cm, bunga berwarna
coklat
kekuningkuningan, berdiameter 5 cm. Habitat berada pada
ketinggian 1.100-1.200 m dpl.

20

Coelogyne salmonicolor

Ciri-ciri morfologi : Habitusnya epifit dengan batang
simpodial, daunnya bentuk bulat telur, ukuran panjang
daun 25 cm dan berdiameter 3,5 cm bunga berwarna
pink, tugu berwarna kuning, dasar bibir berwarna coklat
sedangkan bagian ujung berwarna putih, berdiameter 8
cm.Waktu berbunga pada bulan Juli. Habitat berada
pada ketinggian 1.100-1.300 m dpl

21

Coelogyne sp

Ciri-ciri morfologi : epifit, daunnya bentuk lanset, ukuran
panjang daun 10 cm dan berdiameter 5 cm, bunga warna
kuning muda dan membuka lebar, berdiameter 5 cm.
Habitat berada pada ketinggian 1.100-1.200 m dpl

Lokasi Ditemukan Anggrek (Jalur)
1
2
3
4








29

30

Lampiran 1 Hasil identifikasi anggrek di Hutan Wisata Taman Eden (lanjutan)
No.

Nama Spesies

Deskripsi

22

Corybas stenotrib