Paradigma Penelitian MODEL ANALISIS WACANA JURNALISTIK BERBASIS TEKNIK BINGKAI (FRAMING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI BERWACANA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA).

103 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan berupa observasi pembelajaran wacana di sekolah, kajian buku teks bahasa Indonesia, dan kajian literatur tentang wacana, wacana jurnalistik, analisis bingkai framing, dan pembelajaran bahasa. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut dirumuskan topik dan masalah penelitian. Berdasarkan kajian kepustakaan dan penerapan analisis dirumuskan model analisis yang dipergunakan untuk mengolah data penelitian. Teori yang dikembangkan adalah teori bingkai framing wacana Pan dan Kosicki. Pengembangan model dilakukan dengan cara melengkapi struktur analisis yang dikembangkan di awal. Struktur yang dikembangkan terdiri atas kategori, sintaksis, skrip, tematik, diksifrasa, dan retoris. Teori ini dilandasi paradigma konstruksionis untuk memaparkan bagaimana bingkai dan konstruksi wacana jurnalistik dalam buku ajar bahasa Indonesia. Paradigma konstruksionis dikemukakan pertama kali oleh Berger dan Luckman Eriyanto, 2007:13. Paradigma konstruksionis menempatkan realitas bukan sebagai realitas natural, tetapi merupakan realitas yang dikonstruksi Eriyanto, 2007: 37. Paradigma konstruksionis berpandangan bahwa manusia dan masyarakat sebagai produk dialektis, dinamis, dan plural secara terus-menerus. Proses dialektis tersebut memiliki tiga tahapan, yaitu eksternalisasi, objektivasi, 104 dan internalisasi. Tahap eksternalisasi merupakan tahap pencurahan atau ekspresi diri manusia, tahap objektivasi adalah tahap hasil yang telah dicapai dari usaha eksternalisasi, dan tahap internalisasi berupa proses penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran diri. Paradigma konstruksionis menempatkan realitas bukan sebagai realitas natural, tetapi merupakan realitas yang dikonstruksi Eriyanto, 2007: 17. Terdapat dua karakteristik penting dalam pendekatan konstruksionis, yaitu 1 menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang menggambarkan realitas. Makna bukanlah sesuatu yang statis, tetapi proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan; 2 memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis Eriyanto, 2007:40. Paradigma konstruksionis menempatkan: 1 fakta adalah hasil konstruksi; 2 media adalah agen konstruksi; 3 berita bukan refleksi dari realitas, tetapi hanyalah konstruksi dari realitas; 4 wartawan bukanlah pelapor, tetapi agen dari konstruksi sosial; 5 etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian integral dalam produksi berita; 6 nilai, etika, dan pilihan moral peneliti menjadi bagian yang integral dalam penelitian Eriyanto, 2007:19-36. Dalam realitasnya media massa akan dipahami dalam perspektif dan kepentingan yang berbeda. Media merupakan salah satu subsistem dari sosial politik yang berlaku. Wartawan dalam praktik jurnalisme melakukan penonjolan informasi pada satu sisi dan menghilangkan informasi pada sisi lain. Praktik seperti itu dalam pandangan konstruksionisme dianggap lazim dan wajar. Namun demikian, wartawan tidak dapat dilepaskan dari aspek etika dan moral yang 105 merupakan bagian integral dari proses kerja jurnalisme Sudibyo, 2001:54. Oleh karena itu, kajian tentang permasalahan media tidak terlepas dari kajian masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang berlaku. Sebagaimana media massa, wacana jurnalistik dalam pandangan paradigma konstruksionis dipandang sebagai wujud dari konstruksi wartawan terhadap fakta-fakta atau realitas sosial yang diamati. Wacana jurnalistik bukan sarana untuk mewakili realitas sosial, tetapi menjadi wakil dari realitas sosial yang dikonstruksi. Oleh karena itu, wacana jurnalistik dipandang sebagai alat komunikasi yang dinamis dan dapat ditafsirkan sesuai dengan bingkai wartawan. Pada akhirnya, wacana jurnalistik dipergunakan sebagai sarana mewujudkan perspektif dan pandangan wartawan dalam mengkonstruksi realitas yang ditulisnya dalam bentuk berita. Dengan demikian, wacana jurnalistik tidak terbebas dari nilai, bahkan membawa dan mengantarkan nilai-nilai yang dipesankan penulis berita. Dengan demikian, untuk dapat memahami wacana jurnalistik secara lebih komprehensif, memahami bingkai berita merupakan salah satu cara yang dapat dipergunakan sebagai pendekatan analisis wacana jurnalistik. Pemahaman demikian juga harus dimiliki oleh para penulis buku dan para guru dalam memanfaatkan atau mengggunakan wacana jurnalistik dalam berbagai kepentingan pembelajaran bahasa. Berdasarkan uraian di atas, paradigma penelitian ini dapat digambarkan pada bagan berikut ini. 106 Bagan 3.1 Paradigma Penelitian

3.2 Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis kebijakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan desain model kurikulum berwawasan lingkungan sekolah menengah atas (Studi kasus pada Sekolah Menengah Atas di Jakarta dan Bekasi)

0 15 359

Analisis kebijakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan desain model kurikulum berwawasan lingkungan sekolah menengah atas (Studi kasus pada Sekolah Menengah Atas di Jakarta dan Bekasi)

0 16 177

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA ANTARA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DENGAN PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA ANTARA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DENGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK).

0 1 14

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM MEMBENTUK KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

0 1 81

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PRIBADI DAN SOSIAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS.

2 3 13

Model Bimbingan dan Konseling Kolaboratif untuk Meningkatkan Keterampilan Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas.

1 4 32

(ABSTRAK) IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) SWASTA SE-KABUPATEN TEMANGGUNG.

0 0 2

Pengembangan Panduan Layanan Bimbingan untuk Meningkatkan Keterampilan Manajemen Waktu Belajar menggunakan Teknik Behavior Analysis bagi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).

0 1 17

Pengembangan model manajemen sekolah berbasis multikuktural pada sekolah menengah atas (SMA) di eks karisidenan PATI

0 0 9

LOMBA KOMPETENSI SISWA IT NETWORK SYSTEM

0 0 19