Kerangka Pemikiran Perlindungan Hukum terhadap Keamanan Kepemilikan Kartu Kredit yang Disalahgunakan oleh Pihak Ketiga.

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2. Secara Praktis a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para peneliti khususnya yang sedang memperdalam hal yang berkaitan dengan perlindungan bagi pemegang kartu kredit yang disalahgunakan oleh pihak ketiga. b. Memberikan sumbangan bagi pemerintah untuk menciptakan peraturan yang dapat melindungi segenap rakyat Indonesia dalam mempergunakan jasa perbankan khususnya dalam jasa kartu kredit. c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para praktisi hukum dalam mendalami aspek perlindungan bagi pemilik kartu kredit sebagai konsumen bank. d. Sebagai wacana yang luas yang dapat dibaca oleh mahasiswa hukum khususnya, dan masyarakat pada umumnya.

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teoritis Penyalahgunaan kartu kredit yang dilakukan oleh pihak ketiga sangat merugikan pemegang kartu kredit sebagai nasabah. Oleh karena itu diperlukannya perlindungan bagi pemilik kartu kredit yang disalahgunakan oleh pihak ketiga tersebut. Dalam hal ini pemilik kartu kredit mengalami kerugian akibat pihak ketiga yang menyalahgunakan kartu kredit. Penggunaan kartu kredit yang disalahgunakan oleh pihak ketiga merupakan bagian dari tanggungjawab bank. Hal tersebut berkaitan UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA dengan Teori tentang pertanggungjawaban hukum oleh Hans Kelsen merupakan suatu konsep yang terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum liability. Seorang yang bertanggungjawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentanganberlawan hukum. Sanksi dikenakan deliquet, karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut bertanggungjawab. Subyek responsibility dan subyek kewajiban hukum adalah sama. Dalam teori tradisional, ada dua jenis tanggung jawab: pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan based on fault dan pertanggungjawab mutlak absolut responsibility. 19 Menurut Hans Kelsen mengatakan, tanggungjawab mutlak yaitu suatu perbuatan menimbulkan akibat yang dianggap merugikan oleh pembuat undang-undang dan ada suatu hubungan antara perbuatan dengan akibatnya. Tiada hubungan antara keadaan jiwa si pelaku dengan akibat dari perbuatannya . Menurut Austin memberikan konsep bahwa pertanggungjawaban hukum adalah sama dengan kewajiban hukum. Bahwa suatu kewajiban hukum adalah 20 : “Diwajibkan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, atau ditempatkan dibawah kewajiban atau keharusan melakukan atau tidak 19 Jimly Asshiddiqie. Ali Safa’at. Teori Hukum Hans Kelsen tentang Hukum. Jakarta: Konstitusi Press, 2006. Hlm.6. 20 Hans Kelsen. “General Theory of Law and State”. New York : Russel Russel,1961,hlm.98. UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA melakukan, adalah menjadi dapat dimintai pertanggungjawaban untuk suatu sanksi dalam hal tidak mematuhi suatu perintah” Teori mengenai pertanggungjawaban hukum berkaitan dengan tanggungjawab bank sebagai penerbit kartu kredit. Bank harus bertanggung jawab atas produk yang dikeluaran tersebut. Apabila adanya suatu peristiwa yang diakibatkan dari produk yang dikeluarkan bank, bank harus bertanggungjawab secara penuh. Sehingga kerugian yang dialami oleh pemilik kartu kredit mendapatkan ganti rugi dari pihak bank. Pertanggungjawaban hukum yang diberikan oleh bank merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen. Perlindungan merupakan hal yang penting sebagaimana pendapat Satjipto Rahardjo yang dikutip oleh Hermansyah dalam buku Hukum Perbankan Nasional Indonesia, bahwa hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan-kepentingannya tersebut. 21 Perlindungan hukum terhadap konsumen berkaitan dengan teori Caveat Venditor sebagai antitesa teori Caveat Empto. Dalam prinsip ini mengandung maksud bahwa “penjual” harus beritikad baik dan bertanggung jawab dalam menjual produknya kepada pembeli atau konsumen. Artinya, penjual harus bertanggung jawab dengan produk yang dijualnya. Maka penjual wajib beritikad baik memberikan 21 Satjipto Rahardjo. Op. Cit., hlm. 5. UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA perlindungan dan pendidikan pada konsumen, salah satunya melalui informasi produk yang jujur. Kepentingan konsumen disini dinomor satukan. Karena produsen berada dalam posisi lebih kuat dalam menilai produk, ia mempunyai kewajiban agar konsumen tidak mengalami kerugian dari produk yang dibelinya. 22 Penerapan teori Caveat Venditor berkaitan dengan peristiwa perlindungan hukum terhadap nasabah bank yang mendapatkan kerugian, akibat penyalahgunan oleh kartu kredit. Teori Caveat Venditor tersebut menjelaskan bahwa penjual harus beritikad baik dan bertanggung jawab dalam menjual produknya kepada pembeli atau konsumen. Dalam hal ini bank harus memberikan tanggung jawab atas produknya yaitu kartu kredit kepada nasabah yang mengalami kerugian atas penyalahgunaan oleh pihak ketiga. Hal tersebut merupakan bentuk perlindungan hukum yang diberikan bank kepada nasabah. Penerapan teori Caveat Venditor dan meningkatnya kesadaran hukum untuk melindungi konsumen menyebabkan Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sementara itu, undang-undang ini relatif terbatas melindungi subjek hukum yang bertransaksi dalam yurisdiksi Negara Republik Indonesia saja. 22 Keer Bertens. Pengantar Etika Bisnis, Yogjakarta : Kanisius, 2000, hlm. 236. UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Teori mengenai perlindungan hukum bagi konsumen berkaitan dengan perjanjian baku. Dimana perjanjian baku merupakan perjanjian yang menitikberatkan kepada kreditur bank, dimana perjanjia baku Menurut Mariam Darus Badrulzaman, perjanjian baku dengan klausula eksonerasi yang meniadakan atau membatasi kewajiban salah satu pihak kreditur untuk membayar ganti kerugian kepada debitur, memiliki cirri sebagai berikut: a. isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif kuat daripada kreditur; b. debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian itu; c. terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian tersebut; d. bentuknya tertulis; e. dipersiapkan terlebih dahulu secara missal atau individual. Pendapat Marian Darus Badrulzaman di atas memposisikan kreditur selalu dalam posisi yang lebih kuat, padahal dalam kenyataan, kreditur tidak selamanya memiliki posisi yang lebih kuat daripada debitur, karena dalam kasus tertentu posisi debitur justru lebih kuat daripada kreditur, dan justru debiturlah yang merancang perjanjian baku. Dengan demikian pendapat diatas tidak selamanya dapat dibenarkan. 2. Kerangka Konseptual Batasan-batasan serta pengertian yang akan digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1 Hukum adalah himpunan aturan yang diciptakan berwenang dan bertujuan mengatur tata kehidupan bermasyarakat, serta sifatnya memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi si pelanggar hukum. 23 2 Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen 3 Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 4 Menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Klausul Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. 5 Menurut Pasal 1 angka 9 Peraturan Bank Indonesia Nomor 142PBI2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 1111PBI2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat 23 R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2008,hlm. 23. UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, Penerbit adalah bank atau lemabaga selain bank yang menerbitkan alat pembayaran menggunakan kartu. 6 Menurut Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 142PBI2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 1111PBI2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, Kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan danatau untuk melakukan penarikan tunai, dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquierer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang disepakati baik dengan pelunasan sekaligus change ataupun dengan pembayaran secara angsuran. 7 Menurut Pasal 1 angka 7 Peraturan Bank Indonesia Nomor 142PBI2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 1111PBI2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, Pemegang Kartu adalah pengguna yang sah dari APMK. 8 Menurut Pasal 1 angka 10 Peraturan Bank Indonesia Nomor 142PBI2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 1111PBI2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, Acquirer adalah Bank atau Lembaga selain Bank yang: a. Melakukan kerjasama dengan pedagang sehingga pedagang mampu memproses transaksi daro APMK yang diterbitkan oleh pihak selain Acquirer yang bersangkutan; dan b. Bertanggung jawab atas penyelesaian pembayaran kepada pedagang.

F. Metode Penelitian