Pengaruh Simpanan Dana Pihak Ketiga dan Jumlah Kredit yang Disalurkan Terhadap Laba PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

(1)

SKRIPSI

PENGARUH SIMPANAN DANA PIHAK KETIGA DAN JUMLAH KREDIT YANG DISALURKAN TERHADAP LABA OPERASIONAL

PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk

Oleh :

YESIA KERLINA 080521151

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Simpanan Dana Pihak Ketiga dan Jumlah Kredit Yang Disalurkan Terhadap Laba Operasional PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk”. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan bulanan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan terhadap laba operasional PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, mengunakan studi dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Dalam melakukan pengolahan data digunakan program SPSS versi 17.

Hasil penelitian secara simultan (Uji f) menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan terhadap perolehan laba operasional. Dan secara persial (Uji t) menunjukan bahwa hanya giro saja yang berpengaruh signifikan terhadap laba operasional, dengan nilai t hitung = 3,445 dengan tingkat singnifikan < 0,05.

Sedangkan deposito, tabungan dan jumlah kredit tidak berpengaruh singnifikan terhadap laba operasional dengan tingkat singnifikan > 0,05. Dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,402 atau sebesar 40,2%, sedangkan sisanya sebesar 59,8 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.


(3)

ABSTRACT

This study entitled "Effect of Third Party Fund Deposits and Total Credit Disbursed against operating profit of PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. " This study uses data monthly financial reports from 2006 until 2010. The purpose of this study was to determine and analyze the influence of third party funds deposits and outstanding loans against an operating profit of PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk from 2006 until 2010.

This research uses descriptive quantitative analysis methods. Methods of data collection in this study, using the study documentation. While the data analysis method used is descriptive analysis and multiple linear regression analysis. In doing data processing used SPSS version 17.

The results simultaneously (Test f) indicates that there is significant influence between third-party funds deposits and outstanding loans against operating profit. And Persia (t test) showed that only the gyro just a significant effect on operating profit, with a value of t calculated = 3.445 with singnifikan level <0.05. As for deposits, savings and loan amount had no effect on operating profit singnifikan with singnifikan level >0.05.With a coefficient of determination value of 0.402, or by 40.2%, while the remaining balance of 59.8% is explained by other variables not studied.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya dan kasihnya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Simpanan Dana Pihak Ketiga dan Jumlah Kredit yang Disalurkan Terhadap Laba PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk” guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Peneliti mempersembahkan skripsi ini kepada Papa tercinta G.J. Panggabean dan Mama tercinta L. Harahap sebagai ucapan terima kasih dan rasa hormat, yang telah banyak memberikan motivasi, nasehat, bantuan, kasih sayang, dan terutama doanya yang telah menuntun hidup peneliti.

Selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi ini, peneliti telah banyak mendapatkan bimbingan, nasehat, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan begitu banyak waktu dan tenaga untuk memberikan, bimbingan, arahan dan saran kepada saya dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini.


(5)

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E., selaku Dosen Penguji I, yang telah membantu memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Nakman Harahap, M.Si., selaku penguji II, yang telah membantu

memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu Dosen Pengajar di Fakultas Ekonomi USU yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan selama perkuliahan.

8. Seluruh Staf Karyawan di Fakultas Ekonomi USU.

9. Kepada saudara–saudara tercinta, Kak Sutra, Abang Christian, Revan, atas kasih sayang dan dukungannya.

10. Teman – teman saya yang saya sayangi, yang tidak dapat disebut satu persatu terima kasih atas saran, dukungan, dan doa yang telah diberikan kepada saya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Saya menyadari bahwa ini masih belum sempurna, masih ada kekurangan baik isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2011 Hormat Penulis

Yesia Kerlina NIM 080521151


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis ... 8

2.1.1. Pengertian Bank ... 8

2.1.2. Dana Pihak Ketiga ... 9

2.1.3. Pengertian Kredit ... 10

2.1.4. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 11

2.1.5. Unsur-unsur Kredit ... 14

2.1.6. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... 16

2.1.7. Pengertian Laba Operasional... 19

2.1.8. Jenis-jenis Laba ... 20

2.1.9. Kegunaan Laba ... 20

2.1.10. Pengaruh Simpanan Dana Pihak Ketiga dan Jumlah Kredit Yang Disalurkan Terhadap Laba ... 21

2.2. Penelitian Terdahulu ... 23

2.3. Kerangka Konseptual ... 24

2.4. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.3. Batasan Operasional ... 27

3.4. Definisi Operasional ... 28

3.5. Jenis Data ... 29

3.6. Metode Pengumpulan Data ... 29

3.7. Metode Analisis Data ... 30

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 35


(7)

4.1.2 Visi, Misi dan Logo PT. BNI ... 37

4.1.3 Budaya Kerja PT. BNI... 39

4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan... 40

4.1.5 Deskripsi Tugas ... 41

4.1.6 Produk dan Jasa ... 56

4.2 Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Analisis Deskriptif... 57

A. Deskrpsi Data Simpanan Dana Pihak Ketiga, Data Jumlah Kredit Yang Disalurkan, dan Jumlah Laba Operasional Yang Diperoleh PT. BNI... 57

B. Deskripsi Giro pada PT. BNI ………... 58

C. Deskripsi Deposito pada PT.BNI ………. 60

D. Deskripsi Tabungan pada PT.BNI ……… 62

E. Deskripsi Jumlah Kredit Yang Disalurkan Pada PT.BNI ... . 62

F. Deskripsi Perolehan Laba pada PT.BNI………. 64

4.2.2. Analisis Statistik ………. ……… 65

A. Uji Normalitas ……… 65

B. Uji Heterokedastisitas ………. 66

C. Uji Autokorelasi……….. 67

D. Uji Multikolinearitas ………. 68

4.2.3. Pengujian Hipotesis... 69

A. Uji Simultan (Uji f)... 69

B. Uji Parsial (Uji t) ... 71

4.2.4. Nilai Koefisien Determinan (R Square)... 73

4.3 Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA... 77


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1. Perkembangan Simpanan Dana Pihak Ketiga dan Jumlah Kredit

yang Disalurkan dan Laba Operasional yang Diperoleh

PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Tahun 2006 – 2010 …….………… 4

4.1. Perkembangan Simpanan Dana Pihak Ketiga dan Jumlah Kredit yang Disalurkan dan Laba Operasional yang Diperoleh PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Tahun 2006 – 2010 …….………… 58

4.2. Penurunan/Peningkatan Giro Tahun 2006– 2010 ... 59

4.3. Penurunan/Peningkatan Deposito Tahun 2006– 2010 ... 61

4.4. Penurunan/Peningkatan Tabungan Tahun 2006– 2010... 62

4.5. Penurunan/Peningkatan Jumlah Kredit Yang Disalurkan Tahun 2006– 2010 ... 63

4.6 Penurunan/Peningkatan Laba yang Diperoleh Tahun 2006 – 2010 ... 64

4.7. Hasil The Runs Test ………. 68

4.8. Hasil Uji Multikolinearitas ……….. 69

4.9. Hasil Uji Secara Simultan (Uji f)………. .... 70

4.10. Hasil Uji Secara Persial (Uji t)... 71


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ……….……… 26 4.1 Norma P-P Plot of Regression Standardized Residual dan

Grafik Histogram ... 66 4.2 Scatterplot ………. 67


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1. Hasil Uji SPSS Regresi Linear Berganda... 80


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Simpanan Dana Pihak Ketiga dan Jumlah Kredit Yang Disalurkan Terhadap Laba Operasional PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk”. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan bulanan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan terhadap laba operasional PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, mengunakan studi dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Dalam melakukan pengolahan data digunakan program SPSS versi 17.

Hasil penelitian secara simultan (Uji f) menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan terhadap perolehan laba operasional. Dan secara persial (Uji t) menunjukan bahwa hanya giro saja yang berpengaruh signifikan terhadap laba operasional, dengan nilai t hitung = 3,445 dengan tingkat singnifikan < 0,05.

Sedangkan deposito, tabungan dan jumlah kredit tidak berpengaruh singnifikan terhadap laba operasional dengan tingkat singnifikan > 0,05. Dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,402 atau sebesar 40,2%, sedangkan sisanya sebesar 59,8 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.


(12)

ABSTRACT

This study entitled "Effect of Third Party Fund Deposits and Total Credit Disbursed against operating profit of PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. " This study uses data monthly financial reports from 2006 until 2010. The purpose of this study was to determine and analyze the influence of third party funds deposits and outstanding loans against an operating profit of PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk from 2006 until 2010.

This research uses descriptive quantitative analysis methods. Methods of data collection in this study, using the study documentation. While the data analysis method used is descriptive analysis and multiple linear regression analysis. In doing data processing used SPSS version 17.

The results simultaneously (Test f) indicates that there is significant influence between third-party funds deposits and outstanding loans against operating profit. And Persia (t test) showed that only the gyro just a significant effect on operating profit, with a value of t calculated = 3.445 with singnifikan level <0.05. As for deposits, savings and loan amount had no effect on operating profit singnifikan with singnifikan level >0.05.With a coefficient of determination value of 0.402, or by 40.2%, while the remaining balance of 59.8% is explained by other variables not studied.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keadaan ekonomi Indonesia saat ini yang penuh persaingan dan kondisi yang tidak menentu menyebabkan bank-bank umum berlomba-lomba untuk meningkatkan sumber dana bank yang kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Dalam hal ini bank mempunyai peran sebagai sistem keuangan menjembatani pihak pemberi pinjaman (lender) peminjam (borrower) sehingga proses produksi dalam perekonomian menjadi efisien. Dana yang sudah masuk dalam bank disalurkan kembali dalam bentuk kredit agar dapat membantu membangkitkan kondisi perekonomian pada umumnya.

Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank merupakan badan usaha yang menghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan kemudian disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pemberian pinjaman (kredit) atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup rakyat banyak.

Bank memiliki beberapa sumber dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya termasuk dalam pemberian kredit, salah satunya adalah dana pihak ketiga yang terdiri atas tabungan, giro, dan deposito. Dana pihak ketiga ini merupakan sumber dana yang paling diutamanakan, dimana dana pihak ketiga ini dapat dijadikan ukuran keberhasilan suatu bank. Sementara masyarakat yang


(14)

kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit pada bank. Dimana kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank sebagai lembaga intermediasi. Selain untuk mensejahterakan masyarakat, kredit yang dilaksanakan oleh bank juga bertujuan untuk memperoleh laba, yang diperoleh dari pendapatan bunga. Dimana pendapatan bunga ini akan menjadi salah satu sumber pemasukan terbesar bagi bank. Namun dalam usaha penyaluran kredit mengandung risiko kegagalan atau kemacetan pelunasannya, yang mana nasabah tidak mampu lagi untuk melunasi kreditnya. Untuk mengantisipasi hal itu bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit. Dimana sikap hati-hati merupakan prinsip yang harus diterapkan dalam setiap pemberian kredit. Tujuannya adalah mencegah resiko yang mungkin terjadi, untuk itu diperlukanya pengelolaan kredit.

Pengelolaan kredit bagi sebuah Perusahaan merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan agar kreditnya berjalan dengan baik dan meminimalkan hal-hal yang mungkin akan terjadi diluar perhitungan. Melakukan pengelolaan kredit berarti melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, dimana dalam mengelola atau mengatur kreditnya perlu dilakukan perencanaan yang matang. Kemudian setelah direncanakan maka diorganisasikan, agar perencanaan tersebut lebih terarah.


(15)

Pelaksanaan pengelolaan kredit dapat meningkatkan keuntungan bagi sebuah perusahaan. Memperoleh keuntungan merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, baik badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas (PT), yayasan maupun bentuk-bentuk badan usaha yang lainnya.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah satu bank pemerintah yang bergerak dalam bidang menghimpun dan menyalurkan dana. Adapun jenis kredit yang disalurkan oleh Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk adalah kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit komsumsi. Namun laporan keuangan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang di publikasi, melalui www.bi.go.id tidak disebutkan jumlah kredit secara spesifik, tetapi disebutkan secara keseluruhan.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mempunyai peranan penting dalam rangka menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dana pihak ketiga. Besarnya simpanan dana pihak ketiga yang dihimpun menentukan besarnya beban bunga yang menjadi faktor penentu sebagian besar jumlah beban operasional. Untuk menghindari idle fund bank menyalurkan dana yang telah dihimpun dalam bentuk kredit. Dari kegiatan penyaluran kredit ini didapat pendapatan bunga yang menentukan sebagian besar pendapatan operasional. Dari selisih antara pendapatan operasional dan beban operasional inilah, diperoleh laba operasional. Apabila laba operasional yang dihasilkan besar berarti bank telah melakukan kegiatannya dengan efektif dan efisien dalam mengembangkan usahanya sebab laba merupakan salah satu indikator dalam meningkatkan kesehatan bank.


(16)

Berikut ini tabel simpanan dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito), pemberian kredit dan perolehan laba operasional yang ada pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dari tahun 2006 sampai dengan 2010.

Tabel 1.1

Perkembangan Simpanan Dana Pihak Ketiga (Giro, Deposito, Tabungan), Jumlah Kredit yang Disalurkan, dan Laba Operasional yang Diperoleh

PT. Bank Negara Indonesia, TbkTahun 2006 – 2010 (jutaan rupiah)

Sumber: www.bi.go.id

Simpanan Dana Pihak Ketiga Tahun

Giro Deposito Tabungan

Jumlah Kredit yang

Disalurkan

Laba Operasional 2006 403.576.641 636.480.456 420.691.297 732.378.739 16.521.700 2007 424.944.059 748.770.779 491.967.443 906.925.399 16.786.130 2008 409.198.788 683.175.324 587.149.950 1.191.697.528 11.063.790 2009 466.584.929 926.856.691 618.851.366 1.410.741.639 19.734.265 2010 528.620.148 935.962.840 662.828.481 1.453.554.031 35.245.449

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa simpanan dana pihak ketiga (giro, deposito, tabungan), jumlah kredit yang disalurkan, dan laba yang diperoleh dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Akan tetapi, besarnya penyaluran kredit yang diberikan, tidak di ikuti dengan kenaikan perolehan laba operasionalnya. Seperti halnya pada tahun 2008, laba operasional yang diperoleh oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menggalami penurunan sebesar Rp. 5.722.340, pada hal jumlah kredit yang disalurkan oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, mengalami peningkatan dari tahun 2007 sebesar Rp. 284.772.129 (31.3%). Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran bank, akan biaya operasional bank seperti biaya pelatihan karyawan, biaya promosi dan biaya pemeliharaan dan perbaikan


(17)

inventaris kantor seperti komputer sehingga mempengaruhi laba. Adapun faktor lain yang mempengaruhi laba adalah adanya kredit macet atas pembayaran angsuran kredit dimana pihak bank kurang melakukan pengawasan kepada debitur sehingga menyebabkan terjadinya penunggakan pembayaran angsuran kredit. Sama hal nya dengan giro dan deposito mengalami penurunan, dimana giro mengalami penurunan sebesar Rp.15.745.271, deposito sebesar Rp.65.595.455, tetapi beda halnya dengan tabungan. Tabungan mengalami peningkatan sebesar sebesar Rp.284.772.129. Hal ini diakibatkan besarnya suku bunga yang diberikan kepada tabungan dibandingkan deposito dan giro. Pada tahun 2009, laba operasionalnya kembali mengalami peningkatan dari tahun 2008 sebesar Rp. 8.670.475, dengan jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp. 219.044.111 (18,3%) dan simpanan dana pihak ketiga, dimana giro sebesar Rp.57.386.141, deposito sebesar Rp.243.681.367, tabungan sebesar Rp.31.701.416. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor kesadaran debitur untuk melunasi utang-utangnya sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati dan tingginya tingkat suku bunga yang diberikan kepada nasabah. Demikian pula halnya pada tahun 2010 jumlah kredit yang disalurkan mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 2009 yaitu sebesar Rp.42.812.392 (3%), dan simpanan dana pihak ketiga dimana giro sebesar Rp.62.035.219, deposito sebesar Rp.9.106.149, dan tabungan sebesar Rp. 43.977.115, dengan perolehan laba operasional sebesar Rp.15.511.184.

Besarnya sumber dana yang diperoleh dari dana pihak ketiga dan Jumlah kredit yang disalurkan dapat mempengaruhi laba, tetapi hal ini berbeda dengan


(18)

keadaan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk khususnya pada tahun 2008 bahwa besarnya simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan tidak diikuti dengan besarnya laba yang diterima, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan membuat judul “Pengaruh Simpanan Dana Pihak Ketiga dan Jumlah Kredit yang Disalurkan Terhadap Laba Operasional PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan berpengaruh terhadap laba operasional PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dari tahun 2006 sampai dengan 2010?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan terhadap laba operasional PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1. Bagi PT. Bank Negara Indonesia

Untuk memberikan tambahan informasi tentang kredit yang disalurkan dan laba yang diperoleh sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan atau kebijakan keuangan di masa depan agar lebih efisien dalam mengelola kredit.

1.4.2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan kepada peneliti dan menambah pengetahuan peneliti dalam bidang perbankan khususnya mengenai kredit.

1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang, khususnya mengenai pengaruh kredit yang disalurkan terhadap laba perusahaan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank

Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan. Disamping itu juga bank dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran, seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya.

Menurut Dendawijaya (2005:14) “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan”.

Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 yang dikutip dari Dahlan (2004:87) menyatakan bahwa, “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.


(21)

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan artinya setiap aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, dan tidak terlepas dari masalah keuangan. Dimana aktivitas perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya kepada masyarakat banyak.

2.1.2. Dana Pihak Ketiga

Dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang dikelola bank. Dana dari masyarakat yang sering disebut dengan dana pihak ketiga (Dendawijaya, 2005:49) antara lain:

a. Giro

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya atau pemindah bukuan.

b. Tabungan

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan melalui syarat-syarat tertentu”. Penarikan tabungan dapat dilakukan dengan selip penarikan atau card atau ATM dan sejenisnya.

c. Deposito

Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan”.


(22)

2.1.3. Pengertian Kredit

Dalam perbankan kata kredit banyak digunakan, karena pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang memberikan pendapatan terbesar dibandingkan dengan usaha bank lainnya. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan dari pihak perbankan untuk menyalurkan kreditnya kepada debitur dimana dalam jangka waktu tertentu dananya akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Menurut UU No 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 ayat 1 adalah yang dikutip oleh Dendawijaya (2005:5), “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Sedangkan menurut Hasibuan (2002:87), “kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan tagihan berdasarkan kesepakatan antara dua pihak yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya dengan pemberian bunga sesuai dengan perjanjian bersama.


(23)

2.1.4. Tujuan dan Fungsi Kredit

Tujuan pemberian kredit tidak terlepas dari misi dari pada bank tersebut didirikan. Adapun tujuan pemberian kredit (Kasmir, 2008:105) antara lain:

1. Mencari keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping itu keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank.

2. Membantu usaha nasabah

Bertujuan untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

3. Membantu Pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor rill. Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dengan memberikan kredit oleh dunia perbankan adalah sebagai berikut : a. Penerimaan pajak dari keuntungan yang diterima nasabah dan bank.

b. Membuka kesempatan kerja karena dengan adanya perluasan usaha maka membutuhkan banyak tenaga kerja.


(24)

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa. Jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya di impor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasiltitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.

e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk kredit yang dibiayai untuk ekspor.

Menurut Rivai (2007:6) tujuan kredit mencakup lingkup yang sangat luas. Pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari kredit, yaitu sebagai berikut:

a. Profitability

Yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diraih dari bunga yang harus dibayar oleh nasabah.

b. Safety

Adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan-hambatan yang berarti.

Bank dalam menyalurkan kredit harus memperhatikan kedua tujuan di atas, bank harus memperoleh keuntungan yang merupakan tujuan umum perusahaan tetapi bank harus senantiasa memperhatikan segi keamanan dari kredit yang diberikan kepada debitur. Hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat


(25)

membutuhkan bank sebagai fasilitas kreditnya. Karena begitu dominannya pemberian kredit bank dapatlah kita katakan bahwa tidak satu pun usaha bisnis di dunia yang tidak bebas dari kredit, bahkan negara kaya pun membutuhkan kredit dari lembaga-lembaga keuangan internasional begitu juga dengan negara-negara miskin dan berkembang.

Disamping memiliki tujuan pemberian, suatu fasilitas kredit juga memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Menurut Kasmir (2010:101), fungsi kredit antara lain:

1. Untuk meningkatkan daya guna uang

Maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut berguna untuk menghasilkan barang dan jasa oleh si penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Uang yang disalurkan atau diberikan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit akan mendapat tambahan uang di daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna dan bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke


(26)

wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.

5. Sebagai alat stabilitas konomi

Dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi karena dengan diberikannya kredit dapat menambah jumlah barang yang diperlukan masyarakat dan kegiatan kredit dapat pula membantu mengekspor barang dari dalam maupun luar negeri sehingga devisa negara bertambah.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal peningkatan pendapatan.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan hubungan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit dan juga dapat meningkatkan kerjasama di bidang lainnya.

2.1.5. Unsur-Unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga keuangan didasarkan atas pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit akan memberikan kreditnya kalau ia benar-benar yakin bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman/kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan, sesuai dengan jangka


(27)

waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Menurut Kasmir (2010:98), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit, yaitu:

1. Kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, jasa atau barang) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa yang akan datang.

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka penjang. 4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya.


(28)

5. Balas Jasa.

Merupakan keuntungan suatu pemberian atas kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.

2.1.6. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Dalam menyalurkan kredit, setiap lembaga keuangan harus berpedoman pada prinsip-prinsip pemberian kredit agar resiko kredit macet dapat diminimalisasi. Ada beberapa prinsip–prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 6C dan 7P. Dimana kedua prinsip ini memiliki persamaan, yaitu apa yang terkandung dalam 6C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7P dan di dalam prinsip 7P disamping lebih terinci juga jangkauan analisisnya lebih luas dari 6C. Prinsip pemberian kredit dengan analisis 6C kredit dapat dijelaskan sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:

1. Character (sifat atau watak)

Watak/Karakter dari setiap orang yang mengajukan permohonan kredit haruslah benar-benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang calon debitur baik dari segi pekerjaan maupun pribadi.

2. Capital (modal)

Untuk melihat kondisi keuangan perusahaan dan penggunaannya dalam menjalankan usaha. Kondisi keuangan tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan perusahan dengan mengukur rentabilitas, likuiditas dan solvabilitasnya


(29)

3. Capacity (kemampuan)

Penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman atau kredit untuk melunasi pokok pinjaman serta bunga sesuai dengan syarat yang diperjanjikan.

4. Condition of Economic (kondisi perekonomian)

Dalam menilai suatu kredit juga harus memperhatikan berbagai situasi seperti keadaan perekonomian, sosial budaya dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat dan daerah. Apakah situasi tersebut dapat merangsang perkembangan usaha calon debitur dan sebaliknya.

5. Collateral (agunan atau jaminan)

Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon debitur sebagai pengaman atas kredit tersebut. Besarnya nilai jaminan minimal sama dengan besarnya kredit yang diberikan atau lebih baik jika nilai dari barang jaminan tersebut lebih besar dari nominal kredit yang diberikan.

6. Constraint (kendala)

Merupakan penilaian terhadap batasan-batasan untuk melakukan usaha di suatu tempat. Misalnya pembangunan pabrik kelapa sawit hendaknya memperhatikan daerah sekitar sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

Sementara itu, penilaian dengan 7P kredit adalah sebagai berikut (Kasmir,2004:93) :


(30)

1. Personality (kepribadian)

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.Personality juga mencakup sikap, emosi , tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah.Personality hampir sama dengan character dari 6C.

2. Party (golongan)

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan–golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.

3. Porpose (tujuan)

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

4. Prospect (prospek dimasa yang akan datang)

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

5. Payment (sumber pembayaran)

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.

6. Profitability (kemampuan memperoleh laba)


(31)

7. Protection (perlindungan)

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang disalurkan oleh bank, tetapi melalui suatu perlindungan.

2.1.7. Pengertian Laba Operasional

Salah satu sarana penting bagi bank dalam pemberian kredit adalah menghasilkan laba atau keuntungan. Oleh karena itu jumlah laba yang dihasilkan perusahaan dapat digunakan sebagai alat ukur efektif karena laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya dari satu kesatuan perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Adapun laba yang digunakan dalam penelitin ini adalah laba operasional.

Laba operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas utama perusahaan atau bidang usaha perusahaan. Laba operasi diperoleh dengan cara mengurangi pendapatan yang diperoleh dari aktivitas utama perusahaan dengan total biaya yang dikeluarkan guna melaksanakan aktivitas-aktivitas utama perusahaan

Sedangkan menurut Soemarso (2002:227) laba operasional adalah: “Selisih antara laba bruto dan beban usaha disebut laba usaha (income from operation) atau laba operasi (operating income). Laba usaha yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laba operasi merupakan laba yang diperoleh dari aktivitas utama perusahaan dan ditentukan dengan cara mengurangi jumlah pendapatan operasi (hasil penjualan dikurangi biaya yang diperoleh sebelum dikurangi dengan pajak).


(32)

2.1.8. Jenis-jenis Laba

Menurut (Tuanakotta, 2000:157) jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba ada 3 (tiga), yaitu :

1. Laba kotor

Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan.

2. Laba dari operasi

Yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban operasi. 3. Laba bersih

Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain dikurangi beban lain-lain.

2.1.9. Kegunaan Laba

Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama satu periode tetentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang probabilitas yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi tersebut juga sering kali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva


(33)

yang disamakan dengan kas dimasa yang akan datang. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal ini.

Laba merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha, oleh karena itu memperoleh laba adalah tujuan utama setiap badan usaha. Informasi mengenai laba perusahaan merupakan informasi yang sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut Harahap (2008:146) laba mempunyai peran yang sangat penting antara lain :

1. Laba digunakan sebagai perhitungan pajak

2. Laba digunakan sebagai dasar perhitungan pembayaran deviden kepada pemegang saham

3. Laba dijadikan dasar dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan

4. Laba dijadikan dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya.

5. Laba dijadikan dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.

2.1.10. Pengaruh Simpanan Dana Pihak Ketiga Dan Jumlah Kredit yang Disalurkan Terhadap Laba

Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”. Dengan


(34)

demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya di bank dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu sesuai kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga. Sementara masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit pada bank. Penyaluran kredit merupakan kegiatan yang mendominasi usaha bank dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Selain untuk mensejahterakan masyarakat, kredit yang dilaksanakan oleh bank juga bertujuan untuk memperoleh laba, yang berasal dari selisih bunga tabungan yang diberikan pada nasabah penabung dengan bunga yang diperoleh dari nasabah debitor dan merupakan sumber utama pendapatan bank.

Menurut Dahlan Siamat (2005:349) “salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit”. Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal, maka pihak manajemen bank harus pandai menentukan besar kecilnya komponen suku bunga.


(35)

Hal ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga akan dapat merugikan bank itu sendiri. Jika laba yang diinginkan besar, bunga pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Namun, untuk menghadapi pesaing target laba dapat diturunkan seminimal mungkin.

2.2. Penelitian Terdahulu

Magdalena (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Jumlah Kredit yang Disalurkan Terhadap Perolehan Laba PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan jumlah pemberian kredit, perkembangan perolehan laba dan untuk mengetahui pengaruh jumlah pemberian kredit terhadap perolehan laba pada PT. BRI (Persero) tahun 2003–2007. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, dengan menggunakan perhitungan regresi linear sederhana dan koefisien determinasi dan pengujian hipotesis menggunakan uji t dengan signifikansi 5%. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pemberian kredit mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap laba yang diperoleh.

Putri (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Jumlah Kredit Pembiayaan Sepeda Motor yang Disalurkan Terhadap Laba PT. Federal Internasional Finance (FIF), Tbk Cabang Medan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah pemberian kredit terhadap perolehan laba pada PT. Federal Internasional Finance (FIF), Tbk Cabang Medan tahun 2003-2007. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan perhitungan regresi linear sederhana


(36)

dan koefisien determinasi dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh jumlah kredit pembiayaan sepeda motor terhadap perolehan laba.

2.3 Kerangka Konseptual

Sebagai lembaga keuangan, bank merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan para usahawan maupun masyarakat umum. Kedua pihak tersebut banyak melakukan hubungan dengan bank untuk menggunakan fasilitas-fasilitas pelayanan yang diberikan oleh bank.

Salah satu cara untuk menghimpun dana yaitu, dengan mendapatkan dana seoptimal mungkin dari pihak ketiga, antra lain melalui (Dendawijaya, 2005:49): 1. Tabungan

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukana menurut sayart-sayarat tertentu.

2. Giro

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat.

3. Deposito

Deposito adalah simpanan dana pihak ketiga pada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian. Usaha untuk menghimpun dana dari pihak ketiga ini dimaksud untuk meningkatkan kemampuan pemberian kredit kepada pihak-pihak atau masyarakat yang kekurangan dan yang membutuhkan dana, dengan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank.


(37)

Kredit menurut undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu terutama dengan pemberian bunga”.

Menurut Soemarso (2002:227) laba operasional adalah: “Selisih antara laba bruto dan beban usaha disebut laba usaha (income from operation) atau laba operasi (operating income). Laba usaha yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan.”

Kegiatan utama bank adalah menyalurkan dana dalam bntuk kredit,dan menghimpun dana dalam bentuk simpanan dana pihak ketiga berupa giro, deposito, tabungan, maka wajar dikatakan bahwa apabila pinjaman meningkat, maka dalam praktiknya akan mampu meningkatkan laba perusahaan. Demikian pula sebaliknya apabila tidak mampu menyalurkan kredit, dan semakin sedikitnya dana yg dihimpun, maka bank akan rugi karena beban biaya untuk penyimpanan dana tetap harus dibayar (Kasmir 2010: 242). Keuntungan yang diterima bank berasal dari selisih bunga pinjaman kepada debitur dengan suku bunga simpanan yang dibayar kepada nasabah penyimpan. Jika kredit yang disalurkan kepada masyarakat semakin besar maka pendapatan yang diterima bank akan meningkat dan akan mempengaruhi besarnya laba yang diterima oleh bank.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, pengaruh antara simpanan dana pihak ketiga, dan jumlah kredit yang disalurkan dalam meningkatkan laba perusahaan, dilihat dari laporan laba rugi perusahaan yang


(38)

menyatakan adanya hubungan yang erat mengenai simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan terhadap laba perusahaan, karena laba akan timbul jika pendapatan yang diperoleh dari penyaluran kredit lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan.

DEPOSITO 

TABUNGAN 

KREDIT  YANG DISALURKAN 

LABA GIRO 

Sumber: Kasmir (2010:242)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah ditetapkan sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan adalah simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan berpengaruh signifikan terhadap laba PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif yang merupakan data sekunder, yang dilakukan melalui pengujian teori-teori dan dengan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dengan menggunakan situs intenet dengan website www.bi.go.id sedangkan waktu penelitian dilakukan waktu bulan Juli 2011 sampai dengan September 2011.

3.3. Batasan Operasional

Batasan operasional dan identifikasi variabel penelitian berguna untuk menghindari ketidakfokusan dalam membahas dan menganalisis permasalahan yang ada pada penelitian ini. Untuk lebih mengarahkan pembahasan agar tidak terjadi kesalahan dalam penelitian dan juga agar lebih jelas dalam memecahkan masalah, maka batasan permasalahan yang akan dibahas hanya pada pengaruh simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan terhadap laba yang diperoleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk dengan data tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.


(40)

3.4. Definisi Operasional

Penelitian ini membahas pengaruh simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan terhadap laba PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu simpanan dana pihak ketiga (Giro, Deposito, tabungan) dan jumlah kredit yang disalurkan. Variabel independen disimbolkan dengan giro (X1), deposito (X2),

tabungan (X3), danjumlah kredit yang disalurkan (X4).

Variabel dependen (terikat), merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba operasional (Y) yang terjadi dari tahun 2006 sampai dengan 2010.

Variabel simpanan dana pihak ketiga (Xi) merupakan sumber dana bank yang dihimpun dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito oleh PT. Bank Negara Inonesia (Persero) Tbk dari bulan Januari 2006 sampai dengan Desember 2010. Dan variabel jumlah kredit yang disalurkan merupakan jumlah kredit yang disalurkan oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk kepada masyarakat dari bulan Januari 2006 sampai Desember 2010.

Variabel laba (Y) merupakan laba operasional yang diperoleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dari bulan Januari 2006 sampai Desember 2010.


(41)

3.5. Jenis Data

Data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah data sekunder (Secondary Data). Data sekunder (secondary data) yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain dan biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Supranto, 2004:6). Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu:

a. Sejarah singkat berdirinya PT. Bank Negara Indonesian (Persero), Tbk. b. Struktur organisasi PT. Bank Negara Indonesian (Persero), Tbk.

c. Laporan Keuangan PT. Bank Negara Indonesian (Persero), Tbk dari tahun 2006 sampai dengan 2010.

d. Hasil publikasi, buku ilmiah dan literatur lainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Studi dokumentasi yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi dari buku-buku ilmiah, websaite media internet, literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.


(42)

3.7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : A. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan, mengolah, mengklasifikasikan, dan menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti.

B. Metode Analisis Statistik

Metode yang digunakan adalah analisis linear berganda untuk mengetahui pengaruh anatra variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan rumus :

Y = a + b1X1+ b2X2 +b3X3 + b4X4 + ℮

Keterangan:

Y = Laba operasional a = Konstanta

b1,2,3,4 = Koefisien regresi variabel X1,2,3,4

X1 = Giro

X2 = Deposito

X3 = Tabungan

X4 = Jumlah Kredit

℮ = Term of error (variabel yang tidak diteliti).

Sebelum menganalisis data dengan regersi linier berganda maka sebelumnya data tersebut harus memenuhi syarat uji normalitas dan uji asunsi klasik, meliputi :


(43)

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Normalitas data dapat dideteksi dengan melihat bentuk kurva histogram dengan kemiringan seimbang ke kiri dan ke kanan dan berbentuk seperti lonceng atau dengan melihat titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti garis diagonal dari gambar Normal P-plot (Nugroho, 2005:23). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Hipotesisnya sebagai berikut : H0 = data residual berdistribusi normal

H1 = data residual tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5 %. Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya residual berdistribusi normal.

Sebaliknya, jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) < taraf nyata (α), maka H1 diterima

artinya data residual tidak berdistribusi normal. 2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari resudal satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residul satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastistas, namun jika varians residualnya berbeda disebut heteroskedastisitas (Situmorang et al, 2010:100).


(44)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastistas pada model regresi yaitu menggunakan metode grafik Scatterplot). Apabila data yang berbentuk titik-titik tidak membentuk suatu pola atau menyebar, maka model regresi tidak terken heteroskedastistas. b. Uji Autokorelasi

Tujuan uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi anatara variabel pengganggu pada periode terntentu dengan variable penggangu pada periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari aotokorelasi. Metode deteksi terjadi autokorelasi dilakukan dengan metode The Run Test. Metode ini diperkenalkan oleh Geary sebagai uji nonparametric dengan tanda positif dan negative. Kaidah keputusan dari metode ini adalah tidak menolak hipotesis nol jika taksiran R berada pada jarak interval dan menolak hipotesis nol jika taksiran R diluar batas interval.

c. Uji Multikolineraritas

Tujuan pengujian ini adalah untuk mnguji apakah suatu model regresi ditemukan danya korelasi antar variable independen. Apabila terdapat korelasi antar variable independen, maka dikatakan terdapat masalah multikolinearitas, begitu juga sebaliknya apabila tidak terdapat korelasi antar variable independen, maka tidak terjadi multikolinearitas. Untuk mengetahui ada tidaknya gejalah multikolineraritas dapat dilakukan dengan melihat dari korelasi antar variable independen.


(45)

C. Pengujian Hipotesis 1. Uji F

Pengujian f- test digunakan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel independen (Xi) secara bersama-sama (serentak) terhadap variabel dependen (Y). Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara simultan dapat diterima menjadi model penelitian terhadap variabel dependen. Adapun rumus hipotesis tersebut anatara lain: a. H0 : b1 = 0, artinya simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang

disalurkan berpengaruh tidak signifikan terhadap laba operasional PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

b. Ha : b1 ≠0, artinya simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang

disalurkan berpengaruh singnifikan terhadap laba operasional PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Kriteria pengambilan keputusan yaitu :

H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5% dengan tingkat keyakinan 95%

H1 diterima jika Fhitung ≥ Ftabel pada α = 5% dengan tingkat keyakinan 95%

2. Uji t

Pengujian t-test bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen (Xi) secara persial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y).Bentuk pengujian hipotesisinya yaitu :

a. Ho : β1 = 0, artinya simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang

disalurkan berpengaruh tidak signifikan terhadap laba operasional PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk


(46)

b. Ha : β1≠ 0, artinya simpanan dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang

disalurkan berpengaruh singnifikan terhadap laba operasional PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk

Dengan kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada alpha = 5 %

Ha diterima jika t hitung > t tabel pada alpha = 5%

D. Koefisien Determinan R2 (R Square)

Identifikasi determinan (R2) berfungsi untuk mengukur persentase sumbangan variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y). Angka R square adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi. Nilai R Square berkisar antara 0 – 1, semakin kecil (mendekati nol) nilai R square semakin lemah hubungan antara dua variabel, sebaliknya jika R square semakin besar (mendekati satu) maka semakin baik kemampuan variabel bebas menerangkan variabel terikat.


(47)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

4.1 Gambaran Umum perusahaan

4.1.1. Sejarah Singkat Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas


(48)

perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.

Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara.


(49)

4.1.2. Visi, Misi dan Logo PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 1. Visi BNI

Menjadi Bank kebanggaan nasional yang Unggul, Terkemuka dan Terdepan dalam Layanan dan Kinerja

2. Misi BNI

2.1. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice) 2.2. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.

2.3. Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi.

2.4. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial.

2.5. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik.

3. Logo 3.1. Values

Kenyamanan dan kepuasan 3.2. Filosofi Logo Baru

Identitas baru BNI merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas tersebut merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari


(50)

simbol “46” dan kata “BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI.

3.3. Huruf BNI

Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk mencerminkan kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern. Huruf tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan struktur yang orisinal dan unik.

3.4. Simbol “46”

Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal kelahiran BNI, sekaligus mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia. Dalam logo ini, angka “46” diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna jingga untuk menggambarkan BNI baru yang modern.

3.5. Palet warna

Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap mempertahankan warna korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga. Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih percaya diri dan segar.

Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan dinamis. Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat


(51)

identitas tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar perbankan melalui identitas yang unik, segar dan modern.

4.1.3 Budaya Kerja Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, maka PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mentapkan budaya korporasi yang dapat menunjang setiap individu yang bekerja di perusahaan agar memberikan kemampuan terbaiknya. Budaya ini dikemangkan dan dijadikan karakter bagi setiap pegawai perusahaan, sehingga membentuk lingkunagan kerja yang dinamis dan kondusif. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing agar stakeholder merasa nyaman dalam bertransaksi dengan perusahaan Budaya tersebut dikenal dengan Budaya Kerja BNI “ PRINSIP 46” yang merupakan Tuntunan Perilaku Insan BNI, terderi dari:

1. 4 (Empat) Nilai Budaya Kerja: a. Profesionalisme

b. Integritas

c. Orientasi Pelanggan d. Perbaikan Tiada Henti

2. 6 (Enam) Nilai Perilaku Utama Insan BNI, Yaitu:

a. Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil Terbaik b. Jujur, Tulus dan Iklas

c. Disiplin, Konsisten dan Bertanggungjawab


(52)

e. Senantiasa Melakukan Pnyempurnaan f. Kreatif dan Inovatif

Setiap Nilai Budaya Kerja BNI memiliki Perilaku Utama yang merupakan acuan bertindak bagi seluruh Insan BNI, 6 (enam) Perilaku Utama Insan BNI adalah:

4 NILAI

BUDAYA KERJAA BNI

6 NILAI PERILAKU UTAMA INSAN BNI

Profesionalisme (Professionalism)

- Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil Terbaik

Intgritas (Integrity)

- Jujur, Tulus dan Iklas

- Disiplin, Konsisten dan bertanggungjawab Orientasi Pelanggan

(Customer Orientation)

- Membeikan layanan Terbaik Melalui Kemitraan yang Sinergis

Perbaikan Tiada Henti (Continuous Improvement)

- Senantiasa Melakukan Penyempurnaan - Kreatif dan Inovatif

4.1.4. Struktur Organisasi PT. Bank Negara Indonesia

Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang didalamnya menggambarkan tugas dan wewenang yang harus dijalankan sesuai dengan posisinya dalam suatu organisasi tersebut. Dengan kata lain, dalam struktur organisasi yang baik tidak akan terjadi penyerobotan wewenang dan pelemparan tanggung jawab oleh dan kepada orang atau bagian lain. Struktur organisasi diperlukan untuk membantu mengarahkan usaha dalam organisasi sehingga usaha tersebut dapat dikoordinasikan dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dari struktur organisasi yang ada dapat diketahui kewajiban dan tanggung jawab tiap


(53)

orang sehingga akan jelas bagi mereka dalam menjalankan kewajibannya tersebut. Struktur organisasi yang baik akan mempermudah pula kontrol intern bagi perusahaan. Adapun mengenai struktur orgnisasi PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk meliputi:

1. Rapat Umum Pemegang Saham 2. Hubungan dengan Stakeholder 3. Peran Komisaris dan Direksi 4. Komisaris

5. Komisaris Independen 6. Komite di Bawah Komisaris 7. Direksi

8. Komite Eksekutif

9. Komite Sumber Daya Manusia 10. Komite Disiplin

11. Komite Risiko dan Kapital 12. Komite Manajemen Teknologi 13. Komite Layanan

4.1.5. Deskripsi Tugas ( Job Description)

Berdasarkan struktur organisasi maka diperlukan suatu sistem pembagian tugas/kerja (Job Description) yaitu sebagai berikut :


(54)

1. Rapat Umum Pemegang Saham

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam BNI. RUPS Tahunan diadakan satu tahun sekali sebagai forum dimana Direksi dan Komisaris melaporkan dan mempertanggungjawabkan kinerja BNI kepada pemegang saham. Dalam RUPS ini dapat juga dibahas strategi, kebijakan, serta hal-hal penting lainnya yang diusulkan oleh Direksi, Komisaris ataupun pemegang saham. Selain RUPS Tahunan, BNI juga dapat menyelenggarakan RUPS Luar Biasa sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. BNI menjamin perlindungan atas hak pemegang saham dan perlakuan yang setara terhadap semua pemegang saham. Anggaran dasar BNI menjamin hak tersebut sebagaimana diatur oleh perundangan-undangan dan prinsip tata kelola perusahaan yang meliputi prosedur yang baik dalam hal pencatatan saham dan pemindahan hak atas saham, kemudahan akan akses informasi mengenai perusahaan secara akurat dan tepat waktu, hak untuk hadir dan bersuara dalam RUPS, serta hak atas pembagian dividen.

2. Hubungan dengan Stakeholder

BNI menghormati hak dan kepentingan para stakeholder sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai wujud dari Tata Kelola Perusahaan yang baik serta upaya Perseroan menciptakan pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka panjang bagi stakeholder. BNI menetapkan dan menjalankan berbagai kebijakan yang berhubungan dengan pegawai, nasabah, pemasok, masyarakat, dan pemerintah yang mengacu pada prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yaitu keterbukaan, tanggung jawab, akuntabilitas,


(55)

kemandirian, kewajaran dan tanggung jawab sosial demi kepentingan stakeholder.

a. Pengembangan Lingkungan

Masyarakat BNI senantiasa menjalin kerja sama dengan masyarakat dan pemerintah daerah dimana BNI beroperasi, mematuhi serta menghormati hukum dan budaya setempat, dan meningkatkan perekonomian daerah. Hal ini dilakukan karena BNI meyakini bahwa kesuksesan di masa depan tidak hanya ditentukan oleh kinerja internalnya tetapi juga tergantung pada keberhasilan BNI dalam menjalankan perannya sebagai good corporate citizen. BNI senantiasa memiliki kepedulian dan tanggung jawab sosial yang besar, dengan keyakinan bahwa hubungan sosial yang harmonis sangat penting bagi terciptanya lingkungan usaha yang kondusif. Program-program kesejahteraan sosial dan masyarakat BNI dilakukan dengan tema „BNI Peduli .

b. Hubungan Industrial

BNI meyakini bahwa pegawai adalah aset utama yang ikut menentukan keberhasilan BNI. Untuk itu, BNI memerlukan pegawai berdedikasi, kompeten dan profesional. BNI selalu berupaya mengembangkan SDM dalam hal ketrampilan, orientasi pada pelayanan, serta etika kerja. Sebaliknya, guna menjamin kepuasan kerja dan imbalan yang bersaing bagi pegawai, BNI terus melakukan pengkajian terhadap struktur penggajian berdasarkan kinerja dan kompetensi, maupun melalui survei pendapatan pegawai dari perusahaanperusahaan setara. BNI senantiasa membangun


(56)

lingkungan dan budaya kerja yang mengutamakan meritocracy pada setiap jenjang organisasi, serta semangat kebersamaan, keterbukaan, profesionalisme, integritas dan akuntabilitas. BNI menerapkan azas kesetaraan dalam kebijakan kepegawaian maupun kesempatan kerja.

3. Peran Komisaris dan Direksi

BNI menerapkan sistem pengelolaan perusahaan dualcontrol dimana terdapat pemisahan yang jelas antara fungsi dan tanggung jawab Komisaris Utama yang memimpin Komisaris sebagai lembaga

pengawasan BNI dengan Direktur Utama yang memimpin Direksi yang bertanggung jawab atas kepengurusan BNI.

4. Komisaris

Komisaris bertanggung jawab kepada pemegang saham dan bertugas independen terhadap Direksi dalam melakukan tugas utamanya yaitu mengawasi kebijakan Direksi dalam menjalankan pengelolaan BNI dan memberi arahan kepada Direksi. Komisaris BNI terdiri dari tujuh orang anggota, termasuk tiga orang Komisaris Independen yang bebas dari pengaruh pemegang saham pengendali. Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS, dengan masa jabatan sampai dengan RUPS ke lima setelah tahun pengangkatan, kecuali apabila ditentukan lain.

5. Komisaris Independen

Tugas utama Komisaris Independen adalah memperjuangkan kepentingan pemegang saham minoritas BNI, yang merupakan salah satu prinsip utama tata kelola perusahaan yang baik.


(57)

6. Komite di Bawah Komisaris a. Komite Audit

Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang independen kepada Komisaris mengenai laporan dan informasi lain yang disampaikan oleh Direksi, dan mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris. Komite Audit melaksanakan tugas-tugasnya berdasarkan Piagam Komite Audit. Seluruh anggota Komite Audit bersifat independen terhadap Direksi maupun auditor eksternal, dan mencakup seorang Komisaris Independen yang menjabat sebagai Ketua Komite Audit.

b. Komite Risiko dan Kepatuhan

Lingkup Tugas Komite Risiko dan Kepatuhan dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris Nomor: Kep/002/DK/2004 tanggal 1 Maret 2004. Sesuai piagam pembentukannya, Komite ini bertanggung jawab mengevaluasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang risiko dan kepatuhan oleh manajemen dengan lingkup tugas sebagai berikut:

1. Melakukan evaluasi atas kebijakan dan strategi manajemen risiko yang disusun oleh manajemen secara tahunan.

2. Melakukan evaluasi terhadap laporan pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan kepatuhan.

3. Mengevaluasi langkah yang diambil oleh Direksi dalam rangka memenuhi peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang


(58)

berlaku dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-hatian, khususnya yang berkaitan dengan manajemen risiko dan kepatuhan;

4. Mengevaluasi hasil pemantauan Direksi terhadap kegiatan usaha Bank agar tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku;

5. Mengevaluasi hasil pemantauan atas kepatuhan Bank terhadap seluruh perjanjian dan komitmen yang dibuat oleh Direksi kepada Bank Indonesia;

6. Melakukan evaluasi terhadap permohonan atau usulan Direksi yang berkaitan dengan transaksi atau kegiatan usaha yang melampaui batas kewenangan Direksi untuk dapat digunakan oleh Komisaris sebagai dasar pengambilan keputusan;

7. Mengevaluasi kepatuhan terhadap ketentuan internal BNI berdasarkan, namun tidak terbatas pada, laporan pemeriksaan SPI dan Direktur Kepatuhan;

8. Melakukan tugas-tugas lain yang diminta oleh Komisaris. Jumlah Rapat dan Kehadiran Masing-masing Anggota Komite Berdasarkan Piagam Komite Risiko dan Kepatuhan, disebutkan bahwa Komite wajib mengadakan rapat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu bulan. Namun mengingat banyaknya permasalahan yang terkait dengan aspek risiko yang perlu dipantau dan dievaluasi, maka disepakati rapat komite dilakukan satu kali dalam satu minggu.


(59)

c. Komite Remunerasi dan Nominasi

Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Membuat kriteria seleksi dan prosedur nominasi untuk anggota Komisaris, Direksi dan jabatan satu tingkat di bawah Direksi yang strategis menurut penilaian Komisaris.

2. Melakukan seleksi dan menyusun rekomendasi kepada Komisaris atas daftar nominasi, Direksi dan pejabat satu tingkat di bawah Direksi yang strategis menurut penilaian Komisaris.

3. Membuat kriteria penilaian kinerja masing-masing anggota Direksi dan Komisaris.

4. Melakukan evaluasi kinerja masing-masing anggota Direksi dan Komisaris.

5. Mengembangkan dan memfasilitasi proses penilaian anggota Komisaris.

6. Mengevaluasi struktur, sistem dan praktek kompensasi anggota Direksi dan menyampaikan saran perubahan kepada Komisaris.

7. Mengevaluasi struktur, sistem dan praktek kompensasi pegawai dan menyampaikan saran perubahan kepada Komisaris.

8. Membantu Komisaris dalam proses penentuan kompensasi anggota Direksi.

9. Melaporkan setiap hasil rapat Komite dan hasil evaluasi pelaksanaan tugas Komite pada akhir tahun buku kepada Komisaris.


(60)

10. Menjalankan tugas-tugas lain yang diminta Komisaris. Komite Remunerasi dan Nominasi telah memastikan bahwa jumlah maupun pelaksanaan remunerasi bagi Komisaris dan Direksi telah sesuai dengan keputusan RUPS Tahunan.

7. Direksi

Direksi bertanggung jawab mengelola BNI, merumuskan dan melaksanakan strategi dan kebijakan bisnis, memelihara dan mengelola aktiva, memastikan pencapaian sasaran dan tujuan usaha, serta terus berupaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya. Direksi terdiri dari seorang Direktur Utama, seorang Wakil Direktur Utama dan delapan Direktur dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing.

8. Komite Eksekutif

Komite-komite eksekutif dibentuk oleh Direksi untuk membantu pelaksanaan tugas Direksi pada bidangbidang tertentu. Pada tahun 2005 BNI memiliki beberapa komite eksekutif di bawah Direksi yaitu:

a. Komite Sumber Daya Manusia, bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan, sistem dan prosedur pengelolaan sumber daya manusia.

b. Komite Manajemen Teknologi, bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan dan strategi pengembangan serta pengelolaan sistem TI.

c. Komite Disiplin, bertanggung jawab untuk menyelesaikan pertikaian dan kasus indisipliner di antara karyawan, serta menyusun kebijakan mengenai sanksi indisipliner ataupun tindakan hukum bagi karyawan yang bersalah.


(61)

d. Komite Layanan, bertanggung jawab mengembangkan dan menyempurnakan kebijakan mengenai peningkatan serta mutu pelayanan menghadapi pasar dan harapan nasabah yang terus berubah

e. Komite Risiko dan Kapital, bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengevaluasi kebijakan pengelolaan risiko, kecukupan modal dan risiko kredit.

f. Komite Good Corporate Governance, bertanggung jawab untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan kebijakan tata kelola perusahaan serta implementasinya di BNI.

9. Komite Sumber Daya Manusia

Sesuai dengan Lampiran Surat Keputusan Direksi Nomor: KP/078/DIR/R tanggal 9 Februari 2004, Komite Sumber Daya Manusia merupakan salah satu komite permanen di BNI yang beranggotakan seluruh Direksi dan beberapa Pemimpin Divisi yang memiliki kewenangan tertinggi dalam:

a. Memutuskan penyempurnaan kebijakan dan system manajemen SDM yang meliputi 6 (enam) elemen kunci pengelolaan SDM, sebagai berikut:

1. Perencanaan SDM 2. Rekrutmen dan Seleksi

3. Pelatihan dan Pengembangan Pegawai 4. Penilaian, Prestasi dan Potensi Pegawai 5. Manajemen Jalur Karir dan


(62)

b. Memutuskan persetujuan atas usulan perencanaan SDM, baik usulan program rekrutmen dan seleksi, maupun program pelatihan dan pengembangan pegawai.

c. Mengevaluasi dan memutus persetujuan pelaksanaan program muta

si/rotasi/promosi untuk posisi-posisi jabatan strategis dan/atau tenaga pimpinan BNI.

d. Memutuskan kebijakan dan rumusan mengenai budaya kerja BNI yang bersifat strategis.

10. Komite Disiplin

Sesuai dengan Lampiran Surat Keputusan Direksi BNI Nomor: KP/637/DIR/R tanggal 5 Oktober 2004, Komite Disiplin merupakan salah satu komite permanen di BNI yang dibentuk untuk menetapkan kebijakan zero fraud operation dan peningkatan kedisiplinan pegawai yang memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan, sistem dan prosedur pemberian reward/insentif, punishment/penalty dalam rangka implementasi program zero fraud operation.

b. Memutuskan unit organisasi yang seluruh pegawainya berhak mendapat zero fraud reward dan punishment terkait dengan keberhasilan unit tersebut melaksanakan zero fraud operation.

c. Menetapkan kebijakan, sistem dan prosedur penyelesaian kasus pegawai. d. Memutuskan penyelesaian kasus pegawai. Kegiatan yang dilakukan


(63)

mempertimbangkan pemberian hukuman jabatan kepada pegawai yang terlibat kasus. Jumlah rapat yang dilakukan oleh tim Pertimbangan Hukuman Jabatan selama tahun 2005 sebanyak 4 kali.

11. Komite Risiko dan Kapital

KRK merupakan salah satu komite permanen di BNI yang memiliki kewenangan dan fungsi sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan dan pengelolaan manajemen risiko di seluruh unit organisasi.

b. Menetapkan kebijakan dan pengelolaan risiko perkreditan untuk menciptakan kualitas portfolio perkreditan yang sehat dan menguntungkan.

c. Menetapkan kebijakan dan pengelolaan kekayaan dan kewajiban yang meliputi:

- Manajemen likuiditas - Manajemen posisi - Manajemen nilai tukar

- Manajemen pendapatan dan investasi 12. Komite Manajemen Teknologi

Sesuai dengan Lampiran Surat Keputusan Direksi BNI Nomor: KP/079/DIR/R tanggal 9 Februari 2004, Komite Manajemen Teknologi merupakan salah satu Komite Permanen di BNI yang memiliki kewenangan dan fungsi sebagai berikut:


(64)

1. Memastikan pengembangan sistem, pemeliharaan, prosedur standar operasional teknologi searah/ konsisten dengan strategi bisnis.

2. Melakukan kajian dan diskusi atas permasalahan dukungan TI di segenap unit bisnis dengan bertindak sebagai penengah atas permasalahan yang terjadi antar unit dan service level agreement yang belum terselesaikan. 3. Memastikan proses pengembangan/perubahan TI telah terkoordinasi

dengan baik dan sesuai dengan user requirement.

4. Memastikan review dan persetujuan TI yang berdampak besar terhadap alokasi keuangan BNI.

5. Mengantisipasi pelampauan/pelanggaran risiko teknologi dan penyimpangan pencapaian sasaran dengan menetapkan, menyesuaikan kebijakan dan strategi pengembangan teknologi.

6. Memantau secara berkala terhadap dampak kebijakan dan strategi pengembangan teknologi BNI berkaitan dengan profitabilitas BNI secara umum.

7. Mengikuti secara aktif perkembangan dan pemeliharaan Sistem Informasi Manajemen di unitunit organisasi BNI agar dapat menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu.

13. Komite Layanan

Melalui Surat Keputusan Direksi BNI Nomor: KP/386/ DIR/R tanggal 21 Oktober 2005 Komite Layanan BNI menyempurnakan susunan keanggotaannya. Komite Layanan merupakan salah satu komite permanen di BNI yang memiliki kewenangan dan fungsi sebagai berikut:


(65)

1. Mengelola pembuatan, penyempurnaan dan pengembangan kualitas kebijakan dan sistemmanajemen layanan BNI yang efisien, efektif dan adaptif terhadap perkembangan lingkungan usaha.

2. Mengelola perencanaan, pengorganisasian, pemantauan dan pengendalian kualitas layanan BNI sesuai dengan perkembangan pasar. 3. Menjaga dan mengendalikan kualitas layanan. Pada tahun 2005 Komite

Layanan menunjuk pihak independen (Market Research Indonesia atau MRI) untuk mengevaluasi kinerja layanan BNI, dimana hasil pengukuran MRI tersebut menjadi salah satu acuan untuk memperbaiki tingkat layanan BNI. Komite Layanan selama tahun 2005 hanya melaksanakan 1 kali rapat dengan dihadiri 66,67% anggota Komite.

14. Komite GCG

Komite GCG dibentuk berdasarkan keputusan Rapat Direksi pada tanggal 8 September 2004. Pada tahun 2005, BNI dengan dibantu oleh konsultan telah menyelesaikan perumusan Piagam Komite GCG yang mengatur tugas dan tanggung jawab serta keanggotaan Komite GCG. Selama tahun 2005 Komite GCG belum melakukan kegiatan.

15. Rapat Komisaris dan Direksi

Selama tahun 2005, secara keseluruhan diselenggarakan 29 kali rapat Komisaris, 90 kali rapat Direksi, dan 43 kali rapat Komisaris dan Direksi. Tabel berikut mencantumkan daftar kehadiran masing-masing Komisaris dan Direksi pada rapat-rapat tersebut.


(66)

16. Satuan Kerja Audit Internal

Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) bertanggung jawab melakukan pemeriksaan secara independen terhadap segenap unit operasional. SKAI bekerja berdasarkan suatu rencana audit tahunan yang sebelumnya telah disetujui oleh Komite Audit. Hasil temuan SKAI dilaporkan langsung kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Komite Audit, yang kemudian melaporkan hasil-hasil tersebut kepada Komisaris beserta rekomendasi untuk tindak lanjutnya.

17. Divisi Kepatuhan

Divisi Kepatuhan melakukan uji kepatuhan atas setiap rancangan kebijakan dalam buku pedoman perusahaan sebum diberlakukan. Divisi Kepatuhan juga melakukan uji kepatuhan atas setiap persetujuan kredit di atas nominal tertentu. Terhadap persetujuan kredit di bawah nominal tertentu, uji kepatuhan dilakukan oleh unit bisnis yang bersangkutan dengan menggunakan checklist yang dikembangkan oleh Divisi Kepatuhan. Selanjutnya Divisi Kepatuhan dalam hal ini QA melakukan pemeriksaan dan pemantauan (post review) secara berkala atas pelaksanaan hasil uji kepatuhan.Divisi Kepatuhan sedang mengembangkan sistem uji kepatuhan terhadap aktivitas bisnis non kredit. Divisi Kepatuhan juga bertanggung jawab atas implementasi Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) dan aktivitas anti pencucian uang sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Sejalan dengan itu, BNI telah melakukan berbagai langkah dan inisiatif antara lain mengembangkan sistem untuk mengidentifikasi transaksi


(67)

keuangan mencurigakan, transaksi keuangan tunai serta alert system untuk mengidentifikasi calon nasabah yang dianggap mempunyai risiko tinggi, calon nasabah yang berasal dari negara yang diklasifikasikan sebagai high risk countries, bidang usaha yang potensial digunakan sebagai pencucian uang dan rekening teroris (high risk business). Untuk meningkatkan pemahaman atas penerapan PMN dan anti pencucian uang,

18. Sekretaris Perusahaan

Sekretaris Perusahaan berfungsi sebagai penghubung antara BNI dengan otoritas pasar modal, komunitas pemodal, dan masyarakat umum. Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab untuk menyediakan dan menyampaikan informasi yang penting mengenai BNI kepada masyarakat umum maupun untuk kepentingan investor. Fungsi Sekretaris Perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2005. Perubahan organisasi Corporate Secretary menjadi Divisi Komunikasi Perusahaan pada tanggal 26 April 2005 telah mendorong dibentuknya unit khusus yaitu Kelompok Hukum dan Pemantauan GCG yang bertugas:

1. Melakukan verifikasi dan mengevaluasi segala peraturan dan kebijakan internal BNI agar sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

2. Melakukan self assessment atas kegiatan BNI agar GCG dapat diterapkan dengan baik di BNI.

3 Melakukan sosialisasi GCG bekerjasama dengan Divisi Kepatuhan dan Divisi Sumber Daya Manusia.


(68)

4. Melakukan pengawasan implementasi GCG di BNI. Memantau penerapan tata kelola perusahaan di lingkungan BNI, merupakan salah satu tanggung jawab Sekretaris Perusahaan untuk menjembatani pengurus perusahaan dengan stakeholder lainnya. Penyebaran informasi ke seluruh jajaran organisasi mengenai program-program manajemen dilakukan oleh Unit Komunikasi Internal melalui penerbitan media internal, termasuk Tabloid 46, newsletter, sosialisasi ke kantor wilayah dan cabang, seminar, temu karyawan, dan media elektronik.

4.1.6. Produk dan Jasa 1. Produk

Jenis Individual Bisnis

Kredit: Cash Collateral Credit Kartu Kredit Kredit Pemilikan Rumah Kredit Multiguna Kredit Profesi Kredit Tki

Kredit Usaha Kecil

Cash Credit Collateral Kartu Kredit

Kredit Ekspor Kredit Impor Kredit Investasi Kredt Koperasi Primer Kredit Modal Kerja Kredit Sindikasi Kredit Penerusan Simpanan: Giro Kartu Debet Private Banking Deposito Tabungan Tabungan Pendidikan Debit Card Dana Pensiun Lembaga keuangan Giro


(1)

Lampiran 1 : Hasil Uji SPSS Regresi Linier Berganda

Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables

Removed Method

1 GIRO,

DEPOSITO, TABUNGAN, JLH_KREDITa

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1

.634

a

.402

.359

9.94574E5

.688

aa. Predictors: (Constant), Giro, Deposito., Tabungan, Jumlah Kredit

b. Dependent Variable: Laba

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 3.657E13 4 9.144E12 9.244 .000a

Residual 5.440E13 55 9.892E11

1

Total 9.098E13 59

a. Predictors: (Constant), GIRO, DEPOSITO, TABUNGAN, JLH_KREDIT


(2)

Coefficients

a

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

Model

B

Std. Error

Beta

t

Sig.

(Constant)

-5158501.728

1506382.550

-3.424

.001

GIRO (X

1

)

.129

.037

.529

3.445

.001

DEPOSITO (X

2

)

.016

.019

.152

.829

.411

TABUNGAN

(X

3

)

.063

.065

.393

.963

.340

1

JLH_KREDIT

(X

4

)

-.021

.023

-.407

-.907

.368

a. Dependent Variable: LABA

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -1.19036E5

Cases < Test Value 30

Cases >= Test Value 30

Total Cases 60

Number of Runs 16

Z -3.906

Asymp. Sig. (2-tailed) .000


(3)

Coefficient Correlations

a

Model GIRO DEPOSITO TABUNGAN JLH_KREDIT

GIRO 1.000 .089 -.230 .089

DEPOSITO -.378 -.502 .313 -.502

TABUNGAN -.230 -.922 1.000 -.922

Correlations

JLH_KREDIT .089 1.000 -.922 1.000

GIRO .001 7.619E-5 .000 7.619E-5

DEPOSITO .000 .000 .000 .000

TABUNGAN .000 -.001 .004 -.001

Covariances

JLH_KREDIT 7.619E-5 .001 -.001 .001

a. Dependent Variabel: LABA


(4)

 

 

 

 


(5)

 

 


(6)