16.67 300 EFEK NAUNGAN, CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA, DAN PUPUK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MANGGIS.

Stigma Volume XII No.3, Juli – September 2004 Benih berukuran berat lebih dari 1.3 mg disterilisasi dengan merendamkan ke dalam campuran dithane M-45 dan agrimicin masing- masing 2 g l -1 selama 3 jam, serta dicelupkan dalam bayclean 15 selama 15 menit dan dibilas dengan akuades. Media pembibitan terdiri atas campuran tanah, kotoran sapi matang, dan pasir 1: 1: 1 yang disterilisasi dengan alat electric soil sterilizer. Penanaman bibit dilakukan pada saat bibit berumur 2 bulan di persemaian. Penaungan terbuat dari lis-lis kayu lebar 3 cm dan tebal 1 cm yang disusun pada penyangga dengan jarak 1 cm naungan 75, 3 cm naung- an 50, dan 9 cm naungan 25. CMA Glomus etunicatum dan Glomus manihotis ber- bentuk propagul dengan dosis 20 g tanaman -1 yang diberikan bersamaan dengan penanaman bibit. Pupuk N, P, dan K diberikan setiap bulan dengan dosis 250 mg pot -1 , serta pupuk P dise- suaikan dengan perlakuan, yaitu 0, 150, 300, dan 450 mg pot -1 . Variabel responsnya adalah infeksi CMA, panjang akar, luas daun, tinggi tanaman, dan bo- bot kering total tanaman yang dianalisis dengan sidik ragam univariat dan dilanjutkan dengan uji BNT. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tingkat infeksi CMA Efek CMA, pupuk P, dan naungan tidak sa- ling menentukan terhadap tingkat infeksi CMA Tabel 1. Hal itu terjadi karena adanya biji yang masih tersisa pada bibit manggis sampai berumur 5 bulan. Biji itu sebagai sumber energi utama bagi CMA sehingga energi yang berasal dari ha- sil fotosintat bibit manggis dan pupuk P yang ter- serap selama periode tersebut tidak akan bermak- na bagi CMA. Belum ada peneliti yang membuk- tikan bahwa pupuk P atau naungan tidak menen- tukan infeksi CMA pada bibit manggis karena perannya dikurangi oleh makanan cadangan yang tersimpan dalam biji. Pentingnya biji telah diteliti Muthukumar dan Udaiyan 2000 bahwa infeksi CMA pada bibit Leucaena leucocephala dan jagung yang bijinya dibuang sebagian atau semua selalu lebih rendah daripada tanpa dibuang. Torrisi et al. 1999 pernah membuktikan bahwa pupuk P tidak menentukan tingkat infeksi CMA pada kapas, tetapi tidak sejalan dengan pe- neliti lain. Tingkat infeksi CMA ditentukan oleh pupuk P Kurle dan Pfleger, 1996 dan intensitas radiasi matahari Jakobsen, 1991. Keragaman itu terjadi karena perbedaan umur bibit Dickson et al., 1999 yang terkait dengan makanan cadangan yang masih tersisa dalam biji Muthukumar dan Udaiyan, 2000. Tabel 1. Tingkat infeksi CMA pada akar bibit manggis umur 5 bulan yang diinokulasi dengan CMA, diberi pupuk P, dan dinaungi Jenis CMA M Pupuk P P mg pot -1 Naungan N 25 50 75 Persen G. etunicatum

68.89 73.33

66.67 150

71.11 71.11

68.89 300

73.33 71.11

68.89 450

66.67 73.33

68.89 G. manihotis

71.11 71.11

66.67 150

77.78 68.89

66.67 300

73.55 68.89

68.89 450

71.11 75.55

71.11 Keterangan: Berdasarkan sidik ragam M, P, N,

MxP, MxN, PxN, MxPxN teruji tidak nyata Tingkat infeksi G. etunicatum sama dengan G. manihotis, yaitu rata-rata 70.65 persen. Tingkat infeksi itu tergolong tinggi berdasarkan kriteria infeksi CMA oleh Setiadi et al. 1992. Sejalan dengan penelitian Syarif 2002, G. etunicatum dan G. manihotis merupakan jenis CMA yang cocok hidup pada rizosfer bibit manggis.

2. Akar

Panjang akar bibit manggis umur 5 bulan ti- dak ditentukan oleh CMA, pupuk P, dan naungan Tabel 2. Hasil itu sejalan dengan tingkat infeksi CMA yang tidak ditentukan oleh efek interaksi dari ketiga faktor tersebut, bahkan sama sekali tidak ditentukan oleh faktor tunggalnya. Tabel 2. Panjang akar bibit manggis umur 5 bulan yang diinokulasi dengan CMA, diberi pupuk P, dan dinaungi Jenis CMA M Pupuk P P mg pot -1 Naungan N 25 50 75 Cm Tanpa CMA

12.73 15.73

15.07 150

13.40 17.23

14.70 300

16.00 15.27

16.50 450

15.00 16.33

14.10 G. etunicatum

14.47 15.10

14.50 150

15.90 16.67

16.57 300

16.37 14.23

Dokumen yang terkait

Peran Fungi Mikoriza Arbuskula Dan Pupuk Rock Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merill)

0 42 88

Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskular Dan Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit Gaharu (Aquilaria malaccensis)

1 48 69

Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Berdasarkan Ketinggian Tempat (Studi Kasus Pada Hutan Pegunungan Sinabung Kabupaten Karo)

2 49 52

Aspek Molekular dan Selular Simbiosis Cendawan Mikoriza Arbuskula

2 71 24

Aplikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Dalam Reklamasi Lahan Kritis Pasca Tambang

0 37 13

Cendawan Mikoriza Arbuskula di Bawah Tegakan Tanaman Manggis dan Peranannya dalam Pertumbuhan Bibit Manggis (Garcinia mangostana L)

0 4 71

Cendawan Mikoriza Arbuskula di Bawah Tegakan Tanaman Manggis dan Peranannya dalam Pertumbuhan Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.)

0 6 81

UJI EFEKTIVITAS CAMPURAN PUPUK ORGANIK DAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN Uji Efektivitas Campuran Pupuk Organik Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Sendok ( Brassica campestris ).

0 0 14

UJI EFEKTIVITAS CAMPURAN PUPUK ORGANIK DAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN Uji Efektivitas Campuran Pupuk Organik Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Sendok ( Brassica campestris ).

0 3 14

SERAPAN P DAN LAJU PERKEMBANGAN BIBIT MANGGIS TERHADAP NAUNGAN, CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA, DAN PUPUK FOSFAT (P uptake and development of mangosteen seedling to shading, arbuscular mycorrhizal fungi inoculation, and phosphate fertilizer application).

0 0 1