commit to user 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan menggunakan
rancangan penelitian the pre and post test control group design. B. Lokasi Penelitian.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas Setia Budi Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Tikus putih jantan Rattus norvegicus galur Wistar, sehat, memiliki aktivitas normal, dan berusia 2-3 bulan dengan berat +200 gram Sugiyanto,
1995. Tikus tersebut didapatkan dari Unit Pengembangan Hewan Coba Universitas Setia Budi Surakarta.
D. Teknik Sampling Hewan coba dibagi dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5
ekor tikus. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol positif, kelompok 2 sebagai kontrol negatif, kelompok 3 sebagai kelompok perlakuan pertama,
kelompok 4 sebagai kelompok perlakuan kedua, dan kelompok 5 sebagai kelompok perlakuan ketiga.
Subjek dibagi ke dalam 5 kelompok yang besar minimal untuk tiap kelompok ditentukan dengan rumus Federer, yaitu:
n-1t-1 15
commit to user 19
dengan n adalah besar sampel dan t adalah jumlah kelompok perlakuan. Maka, perhitungannya adalah sebagai berikut:
n-15-1 15 4n-4 15
4n 19 n 4,75 =5
Jadi, jumlah tikus yang digunakan adalah 5 ekor per kelompok dan totalnya adalah 25 ekor. Sebagai cadangan, setiap kelompok ditambahkan satu ekor
tikus, sehingga total tikus menjadi 30 ekor.Pengambilan subjek sebanyak 30 ekor dilakukan secara simple random sampling.
E. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas
Jus buah Naga Putih Hylocereus undatus 2. Variabel Terikat
Kadar HDL tikus putih 3. Variabel Luar
a. Dapat dikendalikan Makanan hiperkolestrolemik, minuman, jenis kelamin, umur, berat
badan, galur. b. Tidak dapat dikendalikan
Makanan standar, kondisi psikologis, hormon, penyakit hati
commit to user 20
F. Rancangan Penelitian
Tikus putih 30 ekor
Kelompok kontrol positif
6 ekor Kelompok
kontrol negatif 6 ekor
Kelompok perlakuan 1
6 ekor Kelompok
perlakuan 2 6 ekor
Kelompok perlakuan 3 6
ekor Simple Random Sampling
Kelompok 1
Pelet 20gr200gr BB
+ Pakan
hiperkolestrol 2,5 ml200gr
BB +
Simvastatin
Kelompok 2
Pelet 20gr200gr BB
+ Pakan
hiperkolestrol 2,5 ml200gr
BB
Kelompok 3
Pelet 20gr200gr BB
+ Pakan
hiperkolestrol 2,5 ml200gr
BB +
Jus buah Naga Putih 3,6 gr
Kelompok 4
Pelet 20gr200gr BB
+ Pakan
hiperkolestrol 2,5 ml200gr BB
+ Jus buah Naga
Putih 7,2 gr
Kelompok 5
Pelet 20gr200gr BB
+ Pakan
hiperkolestrol 2,5 ml200gr
BB +
Jus buah Naga Putih 10,8 gr
Adaptasi selama 7 hari
Induksi kolesterol 7 hari
Pengukuran kadar HDL pre test
Pengukuran kadar HDL post test
Uji Statistik
Hari ke-1
s d
7
Hari ke-8 s
d
14
Hari ke-15
Hari ke- 15
s d
35
Hari ke- 36
Hari ke-1
commit to user 21
G. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas
a. Pemberian Jus Buah Naga Putih Jus buah Naga Putih yang digunakan berasal dari buah Naga
Putih yang dibeli di Pasar Gedhe Surakarta. Buah Naga Putih seberat 400-500 gram dihaluskan dengan menggunakan blender.
Dosis jus buah Naga Putih yang digunakan pada manusia adalah 400 gram, setara dengan dosis terapi buah Naga Merah yang
digunakan untuk menurunkan lipid darah Fazila et al., 2006. Dalam penelitian ini digunakan 3 dosis jus buah Naga Putih, yaitu
dosis 50 dosis I, 100 dosis II, dan 150 Dosis III. Konversi dosis dari manusia 70 kg terhadap tikus putih 200g
adalah 0,018 ditunjukan dalam Lampiran A Soehardjono, 1993. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
1 Jus buah Naga Putih dengan dosis I 50 adalah 50 x 7,2 gr = 3,6 gr200 gr BB tikus.
2 Jus buah Naga Putih dengan dosis II 100 adalah 400 gr x 0,018 = 7,2 gr200 gr BB tikus.
3 Jus buah Naga Putih dengan dosis III 150 adalah 150 x 7,2 gr = 10,8 gr200 gr BB tikus.
Volume pemberian cairan maksimal untuk tikus putih adalah 5 ml ditunjukan dalam lampiranB Lucia, 2007 sehingga volume
aquadest yang digunakan untuk membuat campuran jus buah Naga
commit to user 22
Putih digunakan volume 2,5 ml. Variabel ini merupakan variabel ordinal.
2. Variabel Terikat Dalam penelitian ini, yang diukur adalah kadar HDL. Kadar HDL
tikus putih diukur 2 kali, yaitu sebelum perlakuan pre test pada hari ke-15dan setelah perlakuan post test pada hari ke-36. Sebelum
pengambilan darah, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam. Pengambilan darah dilakukan dengan cara mengambil darah dari sinus
orbitalis dengan pipet mikrokapiler, lalu darah ditampung dalam tabung sentrifuge. Darah disentrifugasi selama 20 menit dengan
kecepatan 3000 rpm sehingga didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar HDL di laboratorium klinik dengan menggunakan
metode spectrophotometry. Variabel ini merupakan variabel rasio. 3. Variabel Luar
a. Dapat dikendalikan 1 Makanan dan minuman
a Pakan hiperkolesterolemik Pembuatan pakan hiperkolesterolemik dilakukan
dengan cara mencampur kuning telur bebek, minyak babi, minyak kelapa, dan serbuk kolesterol 5 ml kuning
telur, 10 ml minyak babi, 1 ml minyak kelapa, dan 0,1 gram serbuk kolesterol sehingga didapatkan suatu
campuran berbentuk
cair. Pembuatan
pakan
commit to user 23
hiperkolesterolemik dilakukan dua hari sekali. Pakan hiperkolesterolemik diberikan secara oral menggunakan
sonde lambung. b Minuman
Tikus membutuhkan minum 20-45 ml air tiap hari Smith dan Mangkoewidjojo, 1988. Air minum yang
berasal dari PAM ad libitum. Air minum biasanya disediakan dalam tempat minum tikus secara terus
menerus untuk memenuhi kebutuhan tikus. 2 Simvastatin
Simvastatin berfungsi untuk meningkatkan kadar HDL. Simvastatin diberikan hanya pada kelompok 1 pada hari ke-
15-35. Dosis terapi maksimal simvastatin untuk manusia dewasa ialah 40 mg sehari Katzung, 2002. Konversi dosis
dari manusia 70 kg terhadap tikus putih 200 gr adalah 0,018 Soehardjono, 1993. Maka dosis simvastatin yang
digunakan untuk tikus putih dengan berat kurang lebih 200 gr ialah 0,018 x 40 mg = 0,72 mg.
3 Galur Semua tikus putih yang digunakan berasal dari satu galur
yang sama, yaitu galur Wistar.
commit to user 24
4 Jenis kelamin Semua tikus putih berkelamin jantan dapat memberikan
hasil penelitian yang lebih stabil kerena tidak dipengaruhi siklus menstruasi dan kehamilan.
5 Umur Umur tikus putih memiliki arti penting terutama dalam
pengukuran kadar kolesterol. Pada usia 6 minggu, semua kadar kolesterol tikus putih akan meningkat kemudian
menurun beberapa minggu dan mencapai kadar minimum pada usia 12 minggu, setelah itu meningkat lagi
Kritchevsky, 1996. Tikus putih usia + 3 bulan merupakan umur yang ideal untuk penelitian.
b. Tidak dapat dikendalikan 1 Makanan standar
Makanan standar diberikan pada tikus dua kali sehari, setiap pagi pukul 7.00 dan sore pukul 13.00 berupa pelet secara
ad libitum. 2 Kondisi psikologis stres
Kondisi psikologis tikus dipengaruhi lingkungan sekitar, karena lingkungan yang terlalu gaduh atau ramai, pemberian
perlakuan yang berulang kali dan perkelahian antar tikus dapat mempengaruhi kondisi psikologis tikus.
commit to user 25
3 Penyakit hati Penyakit
hati dapat
menimbulkan gangguan
pada metabolisme HDL. Faktor ini merupakan faktor yang tidak
dapat dikendalikan karena sulitnya pendeteksian dini dan membutuhkan pemeriksaan terlebih dahulu.
H. Instrumentasi dan Bahan Penelitian 1. Alat
a. Kandang hewan percobaan beserta kelengkapan pemberian makanan
b. Timbangan neraca c. Sonde lambung
d. Blender e. Gelas ukur 25 dan 50 ml
f. Spuit injeksi 1 ml g. Rak tabung reaksi
h. Tabung mikrokapiler i. Spectrophotometer
2. Bahan a. Buah Naga Putih
b. Makanan standard menggunakan pelet c. Pakan hiperkolestrolemik
d. Simvastatin e. Aquades
commit to user 26
I. Cara Kerja 1. Persiapan
a. Hari 1 Menyiapkan 30 ekor tikus putih galur wistar berat +200 gram serta
alat dan bahan yang akan dipakai. Tikus kemudian dibagi menjadi lima kelompok, yaitu Kelompok 1 kontrol positif, Kelompok 2
kontrol negatif, Kelompok 3 dosis buah I, Kelompok 4 dosis buah II, dan Kelompok 5 dosis buah III dengan masing-masing
kelompok terdiri atas enam ekor tikus. b. Hari 1-7
Tikus dibiarkan beradaptasi dengan lingkungannya selama 7 hari. 2. Perlakuan
a. Hari 8-14 Setiap kelompok diberi pakan standar danpakan hiperkolestrolemik
selama 7 hari. Pakan standar diberikan setiap pukul 7.00 dan 13.00 secaraad libitum. Pakan hiperkolestrolemik diberikan per oral dua
kali sehari pagi pukul 9.00 dan sorepukul 15.00 dengan sonde lambung sesuai dosis yang telah ditentukan.
b. Hari ke 15 Kadar HDL diukur setelah tikus dipuasakan selama 12 jam.
c. Hari 15-35 Tikus putih diberikan perlakuan untuk tiap kelompok selama 21 hari.
commit to user 27
Kelompok 1 : Diberikan pakan standar pukul 7.00 dan 13.00,
diet tinggi lemak dua kali sehari pukul 11.00 dan 17.00 sebanyak2,5 ml, simvastatin 0,72 mg
pukul 9.00, dan aquades. Kelompok 2
: Diberikan pakan standar pukul 7.00 dan 13.00, diet tinggi lemak dua kali sehari pukul 11.00
dan 17.00 sebanyak2,5 ml, dan aquades. Kelompok 3
: Diberikan pakan standar pukul 7.00 dan 13.00, diet tinggi lemak dua kali sehari pukul 11.00
dan 17.00 sebanyak 2,5 ml, jus buah Naga Putih dosis I 3,6 gr pukul 9.00, dan aquades.
Kelompok 4 : Diberikan pakan standarpukul 7.00 dan 13.00,
diet tinggi lemak dua kali sehari pukul 11.00 dan 17.00 sebanyak 2,5 ml, jus buah Naga
Putih dosis II 7,2 gr pukul 9.00 dan 15.00, dan aquades.
Kelompok 5 : Diberikan pakan standarpukul 7.00 dan 13.00,
diet tinggi lemak dua kali sehari pukul 11.00 dan 17.00 sebanyak 2,5 ml, jus buah Naga
Putih dosis III 10,8 gr pukul 9.00 dan 15.00 dan aquades.
d. Hari ke 28 Kadar HDL tikus putih diukur setelah dipuasakan selama 12 jam.
commit to user 28
3. Pengukuran kadar HDL a. Tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam, kemudian darah
diambil dari sinus orbitalis kurang lebih sebanyak 3 ml. b. Setelah darah yang tertampung dalam tabung mikrohematokrit dirasa
cukup 3 ml, masukkan ke dalam tabung sentrifuge. Darah dalam tabung sentrifuge dipusingkan selama 15-20 menit dengan kecepatan
3000 rpm maka akan didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar HDL. Kadar HDL diukur dengan metode spectrophotometry.
J. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh mengenai kadar HDLpre test dan post test
antara 5 kelompok perlakuan dianalisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas. Apabila didapatkan hasil distribusi data normal dan variansi
yang homogen, maka analisis dilanjutkan menggunakan uji parametrik, yaitu uji one-way ANOVA. Jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka
analisis dilanjutkan dengan Post Hoc Test. Apabila didapatkan hasil disribusi data tidak normal dan atau variansi data yang tidak homogen,
maka analisis data menggunakan uji non-parametrik, yaitu uji Friedman. Jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka analisis dilanjutkan dengan
uji Wilcoxon. Sedangkan data perbedaan kadar HDL antara pre test dan post test pada tiap-tiap kelompok digunakan uji t berpasangan. Seluruh
analisis data dilakukan dengan aplikasi SPSS 17.0 for Windows dengan nilai α=0.05.
commit to user 29
BAB IV HASIL PENELITIAN