PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus) TERHADAP KADAR HDL PADA TIKUS PUTIH

(1)

commit to user

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus) TERHADAP KADAR HDL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ANINDYO PRADIPTA SURYO G.0007037

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2011


(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul:Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) terhadap Kadar HDL pada Tikus Putih (Rattus

norvegicus)

Anindyo Pradipta Suryo, NIM: G0007037, Tahun: 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Kamis, Tanggal 30 Desember 2010 Pembimbing Utama

Nama : Suhanantyo, drg., M.Si.Med.

NIP : 19510606 198601 1 001 ... Pembimbing Pendamping

Nama : Mujosemedi, Drs., M.Sc.

NIP : 19600530 198903 1001 ... Penguji Utama

Nama : Widardo, Drs., M.Sc.

NIP : 19631216 199003 1002 ... Anggota Penguji

Nama : Selfi Handayani, dr., M.Kes.

NIP : 19670214 199702 2 001 ...

Surakarta, ……….

Tim SkripsiDekan FK UNS

Muthmainah, dr.,M.KesProf.Dr.AA.Subijanto, dr., MS NIP: 19660702 199802 2 001NIP: 19481107 197310 1003


(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,...

Anindyo Pradipta Suryo NIM G.0007037


(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Anindyo Pradipta Suryo, G.0007037, 2011, Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) terhadap Kadar HDL pada Tikus Putih(Rattus norvegicus), Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian: Buah naga putih mengandung Niacin, vitamin C, dan asam palmitat yang dapat meningkatkan kadar HDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah naga putih (Hylocereus undatus) terhadap kadar HDL tikus putih.

Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan pre and

post test group design. Subjek yang digunakan adalah 30 ekor tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan, galur wistar, berumur+ tiga bulan, dan dengan berat badan + 200

gram, yang dibagi ke dalam lima kelompok, masing-masing berjumlah enam ekor tikus. Kelompok 1 diberikan pakan hiperkolestrolemik dan simvastatin. Kelompok 2 diberikan pakan hiperkolestrolemik saja. Kelompok 3, 4, dan 5 diberi pakan hiperkolestrolemik dan jus buah naga putih dengan dosis yang berbeda-beda, yaitu dosis 3,6 gram, 7,2 gram, dan 10,8 gram. Pada hari ke-36, dilakukan pengukuran kadar HDL post test. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji T berpasangan dan uji

one-way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji post hoc.

Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar HDL pre test

dengan post test pada kelompok 1, 3, 4, dan 5, tapi tidak pada kelompok 2. Hasil uji

one-way ANOVA dan uji post hoc menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar semua kelompok.

Simpulan Penelitian: Terdapat pengaruh dari pemberian jus buah naga putih terhadap kadar HDL tikus putih, di mana pemberian jus buah naga meningkatkan kadar HDL.


(5)

commit to user

v

ABSTRACT

Anindyo Pradipta Suryo, G.0007037, 2011, The Effect of White Dragon Fruit (Hylocereus undatus) Juice on HDL Level in White Rats (Rattus norvegicus), Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Objective: White dragon fruit contains Niacin, vitamin C, and palmitic acid, known for their effect to raise HDL level.The purpose of this research is to know the effect of white dragon fruit juice on blood HDL level in white rats.

Method: This research was an experimental research with pre and post test group design. The subjects were 30 white rats (Rattus norvegicus), male, wistar strain, about 3 months old, and weighted about 200 grams, divided into five groups, with six rats for each group. The group 1 was given hypercholestrolemic meals and simvastatin. Group 2 was given hypercholestrolemic meals. Group 3, 4, and 5 was given hypercholestrolemic meals and different dose of white dragon fruit juice (3.6 grams, 7.2 grams, and 10.8 grams). On day 36, the blood HDL level of all subject were measured. The result were analyzed by paired T test and one-way ANOVA, continued by post hoc test.

Result: There was significant difference between pre test and post test blood HDL level in group 1, 3, 4, and 5, but not in group 2. The one way ANOVA and post hoc test showed that there was significant difference between all groups.

Conclusion: There was an effect between intake of white dragon fruit juice and blood HDL level, which was the juice can raise HDL level.


(6)

commit to user

vi PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat, kasih, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) terhadap Kadar HDLpada Tikus Putih (Rattus norvegicus)”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana dalam bidang kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian dan penulisan Skripsi ini dapat terwujud dengan baik atas bantuan dan dukungan moral, material, dan spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof.Dr. AA. Subijanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes. selaku Tim Skripsi.

3. Suhanantyo, drg., M.Si.Med. selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan nasihat kepada penulis. 4. Mujosemedi, Drs., M.Sc. selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, nasihat dan motivasi kepada penulis. 5. Widardo, Drs., M.Sc. selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji,

kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi.

6. Selfi Handayani, dr., M.Kes selaku Penguji Pendamping yang telah berkenan menguji, koreksi, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi.

7. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., PhD. yang sudah berkenan meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan menjawab pertanyaan penulis mengenai metode statistika yang akan digunakan.

8. Bapak Sigit dan Staf Unit Laboratorium Universitas Setia Budi atas bantuannya.

9. Ayah, ibu dan seluruh keluarga tercinta atas semua doa, semangat, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan.

10.Teman-teman angkatan 2007 yang memberikan semangat kepada penulis. 11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam segala hal.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.


(7)

commit to user

vii

Anindyo Pradipta suryo DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI.. ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II DASAR TEORI ... 4

A. Tinjauan Pustaka ... 4

B. Kerangka Pemikiran ... 17

C. Hipotesis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Jenis Penelitian ... 18


(8)

commit to user

viii

C. Subjek Penelitian ... 18

D. Teknik Sampling ... 18

E. Identifikasi Variabel ... 19

F. Rancangan Penelitian ... 20

G. Definisi Operasional Variabel ... 21

H. Instrumen Penelitian ... 25

I. Cara Kerja ... 25

J. Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 29

BAB V PEMBAHASAN ... 38

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 42

A. Simpulan... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43 LAMPIRAN


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Gizi Dalam 100 gram Daging Buah Naga Putih (Hylocereus

undatus) ... 12

Tabel 2. Kandungan Gizi Dalam 100 gram Biji Buah Naga Putih... 12 Tabel 3. Komposisi Asam Lemak yang Terkandung di Dalam Minyak pada Biji

Buah Naga Putih ... 13 Tabel 4. Data Hasil Pengukuran HDL (mg/dl) Sebelum Masa Perlakuan (Pre Test) 29 Tabel 5. Data Hasil Pengukuran HDL (mg/dl) Setelah Masa Perlakuan (Post Test) 30 Tabel 6. Rerata Selisih Kadar HDL Post Test dengan Pre Test ... 31 Tabel 7. Hasil Post Hoc Test terhadap Kadar HDL Post Test ... 36


(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rerata Kadar HDL Pre Test dan Post Test ... 30 Gambar 2. Rerata Selisih Kadar HDL Post Test dengan Pre Test ... 31


(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia Lampiran 2. Volume Maksimum Larutan Obat yang Diberikan pada Hewan Lampiran 3. Rerata Kadar HDL Pre Test dan Post Test

Lampiran 4. Uji Normalitas Pre Test dan Post Test

Lampiran 5. Uji Homogenitas Pre Test dan Post Test

Lampiran 6. Uji One-Way ANOVA Kadar HDL Pre Test danPost Test

Lampiran 7. Uji Post Hoc

Lampiran 8. Uji t berpasangan

Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian


(12)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung akibat perubahan obstruktif pada pembuluh darah koroner, yang menyebabkan fungsi jantung terganggu. PJK merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih banyak terjadi, baik di negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia. Menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi PJK pada tahun 2003 tercatat sebanyak 16,6 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler dan pada tahun 2001 saja tercatat sebanyak 7,2 juta kematian akibat PJK (RS Jantung Harapan Kita, 2007). Di Indonesia, salah satu bentuk dari PJK, yaitu penyakit jantung iskemik yang merupakan penyebab dari 5,1% kematian atau peringkat ke-9 penyebab kematian di Indonesia (Depkes, 2008).

Salah satu faktor risiko terjadinya PJK adalah rendahnya kadar HDL (High Density Lipoprotein). HDL merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses arterosklerosis yang merupakan patofisiologi utama PJK.

Untuk meningkatkan kadar HDL, ada beberapa cara yang dapat ditempuh, yaitu melalui medikamentosa, misalnya dengan mengkonsumsi


(13)

commit to user

niasin, dan non-medikamentosa, misalnya diet rendah kolesterol, berolahraga, mengurangi berat badan, dan berhenti merokok (Djohan, 2004). Selain itu, pengobatan herbal, yaitu dengan mengkonsumsi buah Naga Putih (Hylocereus undatus), juga dapat menjadi alternatif.

Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) merupakan salah satu spesies buah naga yang dikenal di Indonesia. Buah ini berbentuk lonjong agak mengerucut dengan banyak lipatan kulit buah di sekitarnya. Kulit buahnya berwarna merah, namun daging buahnya berwarna putih dengan biji hitam.

Pada daging buah Naga Putih, terdapat kandungan niasin, asam askorbat, dan asam palmitat yang memiliki efek meningkatkan kadar HDL. Niasin atau disebut juga dengan asam nikotinat, dapat meningkatkan sintesis HDL, apo A-1, apo A-2, dan menurunkan kecepatan katabolisme dari HDL, sehingga kadar HDL menjadi meningkat (Malloy and Kaine, 1997). Asam ascorbat memiliki efek mencegah kerusakan HDL yang diakibatkan peroksidase lipid, sehingga kadar HDL dapat dipertahankan (Hilstrom et al., 2003). Asam palmitat, yang terdapat di dalam biji buah naga, memiliki efek mengurangi tingkat katabolisme Apo A-1, sehingga ada lebih banyak HDL yang dapat disintesis(French et al., 2002). Atas dasar-dasar itulah, penulis tertarik untuk meneliti apakah buah Naga Putih benar berpengaruh terhadap kadar HDL atau tidak dengan menggunakan tikus putih sebagai hewan uji. B. Perumusan Masalah

Apakah pemberian jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus) dapat meningkatkan kadar HDL tikus putih (Rattus norvegicus)?


(14)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan apakah pemberian jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus) dapat meningkatkan kadar HDL pada tikus putih (Rattus norvegicus).

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian berbagai dosis jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus) terhadap kadar HDL tikus putih.

2. Manfaat Aplikatif

Apabila terbukti bahwa pemberian jus buah Naga Putih dapat mempengaruhi kadar HDL, maka hal ini dapat menjadi bahan penelitian lanjutan terhadap hewan coba dengan tingkatan yang lebih tinggi atau pada manusia.


(15)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Lipoprotein

Lipid memiliki sifat hidrofobik, sehingga memerlukan suatu alat transportasi khusus agar lipid dapat beredar di dalam sirkulasi darah, yaitu protein. Protein ini akan berikatan dengan lipid sehingga lipid dapat diedarkan melalui sirkulasi darah (Prijanti, 2008). Asam lemak bebas akan berikatan dengan protein albumin, sedangkan trigliserid, fosfolipid, dan kolesterol akan berikatan dengan apoprotein dan membentuk struktur yang disebut lipoprotein (Moffatdan Stamford, 2006).

Lipoprotein berbentuk sferik, dengan bagian intinya mengandung trigliserid dan kolesterol ester, keduanya bersifat hidrofobik. Pada lapisan luarnya terdapat fosfolipid dan kolesterol bebas yang bersifat hidrofilik, serta apoprotein (Prijanti, 2008). Secara umum, lipoprotein digolongkan menurut densitasnya. Densitas ditentukan berdasarkan ratio antara jumlah protein dengan lipid yang terkandung dalam lipoprotein. Semakin besar kandungan protein dalam lipoprotein, maka semakin besar pula densitasnya. Penggolongan lipoprotein berdasarkan densitasnya, yaitu: kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density Lipoprotein (IDL), Low density Lipoprotein (LDL), dan High density Lipoprotein (HDL) (Diwan, 2008).


(16)

commit to user a. Kilomikron

Kilomikron merupakan lipoprotein terbesar (berdiameter 80-500 nm) dan memiliki ratio protein-lipid (densitas) yang paling rendah di antara kelompok lipoprotein (<0.94 g/ml) (Wormser, 2004). Kilomikron berfungsi mengangkut lipid, terutama trigliserid dari saluran cerna ke dalam aliran darah. Kilomikron disintesis oleh sel-sel intestinal ke dalam tractus lymphaticus dan dinamakan kilomikron nascent, kemudian berjalan memasuki sistem sirkulasi darah melalui ductus thoracicus menuju a. Subclavia sinistra (Gurret al., 2002). Apoprotein pada kilomikron nascent meliputi Apo-A dan Apo-B, kemudian dalam perjalanannya kilomikron akan mendapatkan Apo E dan Apo C-II dari HDL. Apo C-II nantinya akan mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang memecah trigliserida dalam kilomikron menjadi gliserol dan asam lemak. Kilomikron yang kekurangan trigliserida tersebut menjadi kilomikron remnant yang akhirnya akan dimetabolisme oleh hepar, namun ApoA dan ApoC tidak ikut dimetabolisme oleh hepar, melainkan akan ditransfer ke HDL (Redgrave, 2003).

b. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

VLDL merupakan lipoprotein dengan densitas sangat rendah (0.94-1.006 g/ml) yang sebagian besar lipidnya berupa trigliserida dan berdiameter 30-80 nm (Wormser, 2004). VLDL disintesis di dalam hepar dan dilepas ke dalam sirkulasi dalam bentuk VLDL nascent


(17)

commit to user

yang terdiri atas trigliserida, ApoE dan ApoB. VLDL nascent akan berinteraksi dengan HDL, di mana HDL akan memberikan ApoC-II dan ApoC-III, sehingga terbentuk VLDL matur. ApoC-II dalam VLDL matur akan mengaktifkan enzim lipoprotein lipase, sehingga VLDL matur akan kehilangan trigliseridanya dan berubah menjadi VLDL remnant atau juga disebut dengan IDL (Gurret al., 2002). c. Intermediate Density Lipoprotein (IDL)

IDL memiliki densitas sedang (1.006-1.019 g/ml) dan berdiameter 25-35 nm. IDL mengandung lipid utama berupa trigliserida (23%) dan kolesterol ester (29%). Lipid lain yang turut menyusun yaitu kolesterol bebas (9%), fosfolipid (19%), serta apoprotein (19%) (Moffat dan Stamford, 2006). Apoprotein yang terdapat dalam IDL adalah ApoB-100, ApoE, ApoC-II, dan ApoC-III (Wormser, 2004). IDL disebut juga dengan istilah VLDL remnant, yaitu VLDL yang telah kehilangan trigliseridanya akibat kerja enzim liporotein lipase. IDL selanjutnya akan mengalami dua jalur metabolisme. Jalur pertama yaitu IDL akan diambil oleh hepar melalui reseptor lipoprotein hepatik. Jalur kedua yaitu IDL akan kehilangan trigliseridanya melalui kerja enzim lipoprotein lipase, sehingga IDL akan menjadi LDL (Moffat dan Stamford, 2006).

d. Low Density Lipoprotein (LDL)

LDL merupakan lipoprotein dengan densitas rendah (1.019-1.063 g/ml) dan berdiameter 18-25 nm. Lipid utama yang terkandung


(18)

commit to user

di dalam LDL berupa kolesterol ester (42%) dan disertai lipid-lipid lainnya, yaitu trigliserida (6%), kolesterol bebas (8%), serta fosfolipid (22%) (Moffat dan Stamford, 2006). Apoprotein yang terdapat pada LDL terutama adalah ApoB-100. ApoB-100 akan melekat pada reseptor LDL yang terdapat pada hepar dan organ-organ steroidogenik lainnya seperti adrenal, testis, dan ovarium. Organ-organ tersebut kemudian akan menginternalisasi LDL dan memetabolisme kolesterol yang terkandung di dalamnya. Sebagian dari LDL tidak mengalami proses seperti yang telah dijelaskan di atas, namun LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh Reseptor Scavenger A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell) (Adam, 2006). e. High Density Lipoprotein (HDL)

HDL pertama kali disintesis oleh sel-sel hepar dan intestinal dalam bentuk preb1-HDL atau lipid-poor pre-beta1 HDL yang tersusun

atas ApoA-1 dan sejumlah kecil fosfolipid serta kolesterol. Preb1

-HDL bersirkulasi dalam darah dan akan menembus lapisan endotelium vaskular dan berinteraksi dengan berbagai jaringan perifer serta komponen plak arterial. Dengan bantuan transporterATP Binding Cassette, Sub-family A, Member 1(ABCA1) yang terdapat pada membran sel jaringan perifer dan juga makrofag, preb1-HDL akan

mengakumulasi fosfolipid dan kolesterol dari sel-sel tersebut. Preb1

-HDL yag telah mengakumulasi fosfolipid dan kolesterol sampai batas tertentu akan berubah menjadi preb2-HDL atau discoidal HDLyang


(19)

commit to user

berbentuk cakram. Preb2-HDL juga akan mengakumulasi fosfolipid

dan kolesterol dari sel lainnya, dan pada batas tertentu ApoA-1 pada preb2-HDL akan aktif dan menjadi kofaktor bagi enzim Lechitin:

Cholesterol Acil Transferase (LCAT). Enzim ini mengubah kolesterol menjadi cholesteryl ester, sehingga bentuk HDL berubah dari cakram ke bentuk sferis dan disebut HDL3 (Gurret al., 2002).

HDL3 (dan juga HDL2) memiliki peran penting dalam

metabolisme sebagai reverse cholesterol transport, yaitu kerja HDL dalam mengumpulkan kelebihan kolesterol dari jaringan perifer atau dari plak arterial dan dibawa ke hepar untuk selanjutnya akan dimetabolisme. Ada dua macam mekanisme reverse cholesterol transport, yaitu direk dan indirek. Pada mekanisme direk, HDL3

berubah menjadi HDL2 oleh karena kerja enzim LCAT yang

terus-menerus sehingga HDL3 semakin terisi oleh cholesteryl ester. Hal ini

berakibat pada penurunan densitas HDL3 yang semula 1.125-1.21

g/ml menjadi 1.063-1.125 g/ml, yang mana pada densitas ini, lipoprotein disebut dengan HDL2. Selain itu, Phospholipase Transfer

Protein (PLTP) juga dapat menyebabkan perubahan HDL3 menjadi

HDL2, yaitu dengan cara memisahkan ApoA-1 dan fosfolipid dari

HDL3. Hal ini menyebabkan molekul HDL3 menjadi tidak stabil dan

mengadakan fusi dengan molekul HDL3 yang tidak stabil lainnya,

membentuk HDL2. HDL2 kemudian berikatan dengan reseptor


(20)

commit to user

sel hepar, sel-sel penghasil steroid, dan makrofag subendotel. SR-BI bersifat selective uptake, artinya reseptor ini berikatan dengan HDL dan mengambil kolesterolnya tanpa mendegradasi lipoprotein tersebut. Kerja SR-BI juga tergantung oleh gradien konsentrasi, sehingga bila HDL berikatan dengan SR-BI pada makrofag atau foam cell yang memiliki konsentrasi kolesterol tinggi, akan terjadi efluks kolesterol ke HDL. (Moffat dan Stamford, 2006)

Mekanisme indirek reverse cholesterol transport hampir sama dengan mekanisme direk, namun di sini HDL tidak langsung berikatan dengan SR-BI untuk diambil kolesterol esternya, melainkan akan mentransfer kolesterol ester ke lipoprotein lain yang mengandung ApoB. Lipoprotein inilah yang akan membawa kolesterol ester tersebut ke hepar. Transfer kolesterol ester ini dibantu oleh enzim Cholesteryl Ester Transfer Protein (CETP). Enzim ini bekerja dengan cara menukarkan kolesterol ester HDL dengan trigliserida milik lipoprotein lain.Lipoprotein yang paling banyak melakukan pertukaran ini dengan HDL adalah lipoprotein tinggi trigliserida, yaitu LDL dan VLDL, yang kemudian berikatan dengan reseptor LDL pada sel hepar untuk mentransfer kolesterol ester (Moffat dan Stamford, 2006).

2. Buah Naga Putih (Hylocereus undatus)

Buah naga merupakan salah satu jenis tanaman kaktus yang memiliki batang merambat. Tanaman ini pada mulanya berasal dari hutan


(21)

commit to user

hujan tropis di Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Department of Agriculture RFU XI-Southern Mindanao, 2004). Dari negara asalnya, buah naga menyebar ke berbagai negara tropis maupun subtropis di benua Amerika, Asia, Australia, dan Timur Tengah (Warisno dan Kres, 2010). Buah naga sering juga disebut dengan nama dragon fruit, pitya, atau pitahaya. Buah naga terdiri atas beberapa macam spesies, namun yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah buah naga merah/red pitaya (Hylocereus polyrhizus) dan buah Naga Putih/white pitaya (Hylocereus undatus).

a. Nomenclatur

Nomenclatur dari buah Naga Putih (Hylocereus undatus) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida (Dicotyledon) Ordo : Caryophyllales

Famili : Cactaceae Rumpun : Hylocereae

Genus : Hylocereus

Spesies : Hylocereus undatus (Ide, 2009).


(22)

commit to user b. Morfologi

Tanaman buah naga merupakan tanaman perennial (memiliki masa hidup lebih dari dua tahun), tumbuh cepat, merambat, dan tidak berdaun. Batangnya berwarna hijau tua, tidak berkayu dan memiliki duri. Batangnya kebanyakan memiliki tiga buah sudut, namun tidak jarang ditemukan dengan empat atau lima sudut. Tingginya dapat mencapai enam meter, bahkan lebih apabila dibiarkan. Pada batang dapat tumbuh akar, yang disebut akar udara (aerial rot) (Gunasena et al., 2006).

Tanaman ini memiliki dua jenis akar, yaitu akar tanah dan akar gantung (akar udara), sehingga buah naga disebut tanaman semi-epifit. Akar tanah berfungsi mencari unsur hara dan air, sedangkan akar udara berfungsi membantu pertukaran gas.

Bunganya berbentuk lonjong seperti bel, berwarna putih kehijauan, berukuran besar (panjang 15-36 cm dan lebar 10-23 cm), dan beraroma harum. Ciri khas dari bunga tanaman ini adalah mekar sekali pada malam hari. Buahnya berbentuk lonjong agak mengerucut berwarna merah disertai banyak lipatan-lipatan kulit buah (Warisno dan Kres, 2010).

c. Kandungan Buah Naga Putih

Kandungan zat gizi dalam 100 gram daging buah Naga Putih (Hylocereus undatus) dapat dilihat pada tabel 1.


(23)

commit to user

Tabel 1. Kandungan Gizi Dalam 100 gram Daging Buah Naga Putih (Hylocereus undatus)

Komposisi Kadar

Air (g) 89,4

Protein (g) 0,5

Lemak (g) 0,1

Serat (g) 0,3

Kalsium (mg) 6

Fosfor (mg) 19

Zat besi (mg) 0,4

Niasin (mg) 0,2

Asam askorbat (mg) 25

(Crane dan Balerdi, 2005)

Kandungan gizi dalam 100 gr biji buah Naga Putih (Hylocereus undatus) dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Gizi Dalam 100 gram Biji Buah Naga Putih

Komposisi Kadar (gr)

Protein 23.1 + 0.1

Minyak 27.5 + 1

Ash 3.1 + 0.1

Karbohidrat 46.3 + 1.1


(24)

commit to user

Berdasarkan Tabel 2, minyak menyusun 27.5+1% komposisi biji buah Naga Putih. Di dalam minyak tersebut, terdapat berbagai macam asam lemak yang komposisinya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Asam Lemak yang Terkandung di Dalam Minyak Biji Buah Naga Putih.

Asam Lemak Kadar (g/100g asam

lemak total)

Lauric 0.0

Myristic 0.2

Palmitic 13.7

Palmitoleic 0.6

Stearic 4.7

Oleic 23.3

Linoleic 53.8

Arachidic 1.2

Behenic 1.2

(Chemah et al., 2010)

d. Komponen Buah Naga Putih yang Berpotensi Meningkatkan Kadar Kolesterol HDL

Dari berbagai kandungan zat gizi dalam buah Naga Putih, yang berpotensi untuk dapat meningkatkan kadar HDL adalah niasin dan asam askorbat.


(25)

commit to user 1) Niasin

Niasin merupakan nama generik untuk asam nikotinat dan nikotinamida yang berfungsi sebagai sumber vitamin dalam makanan. Asam nikotinat merupakan derivat asam monokarboksilat dari piridin. Bentuk aktif sari niasin adalah Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD+) dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat ( NADP+) (Rusdiana, 2004).

Niasin dapat mempengaruhi penghambatan sekresi VLDL, yang kemudian menurunkan produksi LDL. Peningkatan kliren VLDL melalui jalur lipoprotein lipase menyokong efek niasin menurunkan trigliserida. Niasin juga menurunkan kecepatan katabolisme HDL, disertai peningkatan sintesis subfraksi HDL2,

APO A-1, dan APO A-2 sehingga terjadi peningkatan kadar HDL (Malloy and Kaine, 1997).

2) Asam askorbat

Dalam metabolisme kolesterol, asam askorbat berperan meningkatkan laju ekskresi kolesterol dalam bentuk asam empedu, meningkatkan kadar HDL, dan berfungsi sebagai pencahar sehingga meningkatkan pembuangan kotoran. Dalam metabolisme HDL, asam askorbat dapat mengurangi oksidasi HDL oleh zat-zat pro-oksidan (Hilstrom et al., 2003).


(26)

commit to user 3) Palmitic acid

Asam palmitat atau asam hexadecanoat merupakan salah satu golongan asam lemak jenuh (saturated fatty acid). Asam lemak ini merupakan salah satu asam lemak yang paling banyak ditemukan pada hewan dan tanaman. Asam palmitat juga sering ditulis sebagai C16:0, menandakan molekul asam lemak ini memiliki 16 atom C,

dengan susunan molekul CH3(CH2)14COOH. Dalam proses

biosintesis lipid (lipogenesis), asam palmitat merupakan asam lemak yang pertama kali disintesis tubuh, sebelum akhirnya akan mengalami elongasi dan desaturasi menjadi asam lemak lainnya.

Dalam metabolism HDL, asam palmitat memiliki efek dapat menurunkan tingkat katabolisme Apo A-1. Apo A-1 adalah apolipoprotein utama yang menyusun molekul HDL. Apo A-1 juga merupakan apolipoprotein pertama yang turut menyusun struktur molekulpreb1-HDL atau bentuk HDL paling awal yang disintesis

tubuh dan membantu influx fosfolipid dan kolesterol dari sel perifer ke preb1-HDLmelalui transporter ABCA1. Apo A-1 juga

merupakan kofaktor enzim LCAT yang berfungsi mengubah kolesterol di dalam preb2-HDL menjadi cholesteryl ester, sehingga

preb2-HDL berubah menjadi HDL3.Selain itu, Apo A-1 membantu


(27)

commit to user e. Simvastatin

Simvastatin merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan Statin yang digunakan untuk mengatasi dislipidemia. Obat ini bekerja dalam metabolism HDL dengan cara mengurangi tingkat katabolisme Apo A-1, sehingga Apo A-1 dapat beredar lebih lama dan tingkat Apo A-1 dalam sirkulasi meningkat. Banyaknya cadangan Apo A-1 menyebabkan HDL dapat disintesis lebih banyak pula (Rader, 2006).


(28)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: mengandung

: efek

C. Hipotesis

Pemberian jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus) dapat meningkatkan kadar HDL tikus putih (Rattus norvegicus).

Jus Buah Naga Putih

Niasin Asam Askorbat

Sintesis HDL2

-Sintesis apo A-1 dan apo A-2

-Kecepatan katabolisme

HDL¯

Sintesis HDL

-Kadar HDL

-Oksidasi HDL Asam Palmitat

Simvastatin

Kecepatan katabolisme


(29)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan menggunakan rancangan penelitian the pre and post test control group design.

B. Lokasi Penelitian.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas Setia Budi Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar, sehat, memiliki aktivitas normal, dan berusia 2-3 bulan dengan berat +200 gram (Sugiyanto, 1995). Tikus tersebut didapatkan dari Unit Pengembangan Hewan Coba Universitas Setia Budi Surakarta.

D. Teknik Sampling

Hewan coba dibagi dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol positif, kelompok 2 sebagai kontrol negatif, kelompok 3 sebagai kelompok perlakuan pertama, kelompok 4 sebagai kelompok perlakuan kedua, dan kelompok 5 sebagai kelompok perlakuan ketiga.

Subjek dibagi ke dalam 5 kelompok yang besar minimal untuk tiap kelompok ditentukan dengan rumus Federer, yaitu:


(30)

commit to user

dengan n adalah besar sampel dan t adalah jumlah kelompok perlakuan. Maka, perhitungannya adalah sebagai berikut:

(n-1)(5-1) > 15 4n-4 > 15 4n > 19 n > 4,75 (=5)

Jadi, jumlah tikus yang digunakan adalah 5 ekor per kelompok dan totalnya adalah 25 ekor. Sebagai cadangan, setiap kelompok ditambahkan satu ekor tikus, sehingga total tikus menjadi 30 ekor.Pengambilan subjek sebanyak 30 ekor dilakukan secara simple random sampling.

E. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas

Jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus) 2. Variabel Terikat

Kadar HDL tikus putih 3. Variabel Luar

a. Dapat dikendalikan

Makanan hiperkolestrolemik, minuman, jenis kelamin, umur, berat badan, galur.

b. Tidak dapat dikendalikan


(31)

commit to user F. Rancangan Penelitian

Tikus putih 30 ekor

Kelompok kontrol positif (6 ekor) Kelompok kontrol negatif (6 ekor) Kelompok perlakuan 1 (6 ekor) Kelompok perlakuan 2 (6 ekor) Kelompok perlakuan 3 (6

ekor)

Simple Random Sampling

Kelompok 1 Pelet 20gr/200gr BB + Pakan hiperkolestrol 2,5 ml/200gr BB + Simvastatin Kelompok 2 Pelet 20gr/200gr BB + Pakan hiperkolestrol 2,5 ml/200gr BB Kelompok 3 Pelet 20gr/200gr BB + Pakan hiperkolestrol 2,5 ml/200gr BB +

Jus buah Naga Putih 3,6 gr

Kelompok 4 Pelet 20gr/200gr BB + Pakan hiperkolestrol 2,5 ml/200gr BB +

Jus buah Naga Putih 7,2 gr

Kelompok 5 Pelet 20gr/200gr BB + Pakan hiperkolestrol 2,5 ml/200gr BB +

Jus buah Naga Putih 10,8 gr Adaptasi selama 7 hari

Induksi kolesterol 7 hari

Pengukuran kadar HDL pre test

Pengukuran kadar HDL post test

Uji Statistik Hari ke-1

s/d 7

Hari ke-8 s/d 14

Hari ke-15

Hari ke-15 s/d 35

Hari ke-36 Hari ke-1


(32)

commit to user G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas

a. Pemberian Jus Buah Naga Putih

Jus buah Naga Putih yang digunakan berasal dari buah Naga Putih yang dibeli di Pasar Gedhe Surakarta. Buah Naga Putih seberat 400-500 gram dihaluskan dengan menggunakan blender. Dosis jus buah Naga Putih yang digunakan pada manusia adalah 400 gram, setara dengan dosis terapi buah Naga Merah yang digunakan untuk menurunkan lipid darah (Fazila et al., 2006). Dalam penelitian ini digunakan 3 dosis jus buah Naga Putih, yaitu dosis 50% (dosis I), 100% (dosis II), dan 150% (Dosis III). Konversi dosis dari manusia (70 kg) terhadap tikus putih (200g) adalah 0,018 ditunjukan dalam Lampiran A (Soehardjono, 1993). Perhitungannya adalah sebagai berikut:

1) Jus buah Naga Putih dengan dosis I (50%) adalah 50% x 7,2 gr = 3,6 gr/200 gr BB tikus.

2) Jus buah Naga Putih dengan dosis II (100%) adalah 400 gr x 0,018 = 7,2 gr/200 gr BB tikus.

3) Jus buah Naga Putih dengan dosis III (150%) adalah 150% x 7,2 gr = 10,8 gr/200 gr BB tikus.

Volume pemberian cairan maksimal untuk tikus putih adalah 5 ml ditunjukan dalam lampiranB (Lucia, 2007) sehingga volume aquadest yang digunakan untuk membuat campuran jus buah Naga


(33)

commit to user

Putih digunakan volume 2,5 ml. Variabel ini merupakan variabel ordinal.

2. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini, yang diukur adalah kadar HDL. Kadar HDL tikus putih diukur 2 kali, yaitu sebelum perlakuan (pre test) pada hari ke-15dan setelah perlakuan (post test) pada hari ke-36. Sebelum pengambilan darah, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam. Pengambilan darah dilakukan dengan cara mengambil darah dari sinus orbitalis dengan pipet mikrokapiler, lalu darah ditampung dalam tabung sentrifuge. Darah disentrifugasi selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar HDL di laboratorium klinik dengan menggunakan metode spectrophotometry. Variabel ini merupakan variabel rasio. 3. Variabel Luar

a. Dapat dikendalikan

1) Makanan dan minuman

a) Pakan hiperkolesterolemik

Pembuatan pakan hiperkolesterolemik dilakukan dengan cara mencampur kuning telur bebek, minyak babi, minyak kelapa, dan serbuk kolesterol (5 ml kuning telur, 10 ml minyak babi, 1 ml minyak kelapa, dan 0,1 gram serbuk kolesterol) sehingga didapatkan suatu campuran berbentuk cair. Pembuatan pakan


(34)

commit to user

hiperkolesterolemik dilakukan dua hari sekali. Pakan hiperkolesterolemik diberikan secara oral menggunakan sonde lambung.

b) Minuman

Tikus membutuhkan minum 20-45 ml air tiap hari (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Air minum yang berasal dari PAM ad libitum. Air minum biasanya disediakan dalam tempat minum tikus secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan tikus.

2) Simvastatin

Simvastatin berfungsi untuk meningkatkan kadar HDL. Simvastatin diberikan hanya pada kelompok 1 pada hari ke-15-35. Dosis terapi maksimal simvastatin untuk manusia dewasa ialah 40 mg sehari (Katzung, 2002). Konversi dosis dari manusia (70 kg) terhadap tikus putih (200 gr) adalah 0,018 (Soehardjono, 1993). Maka dosis simvastatin yang digunakan untuk tikus putih dengan berat kurang lebih 200 gr ialah 0,018 x 40 mg = 0,72 mg.

3) Galur

Semua tikus putih yang digunakan berasal dari satu galur yang sama, yaitu galur Wistar.


(35)

commit to user 4) Jenis kelamin

Semua tikus putih berkelamin jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil kerena tidak dipengaruhi siklus menstruasi dan kehamilan.

5) Umur

Umur tikus putih memiliki arti penting terutama dalam pengukuran kadar kolesterol. Pada usia 6 minggu, semua kadar kolesterol tikus putih akan meningkat kemudian menurun beberapa minggu dan mencapai kadar minimum pada usia 12 minggu, setelah itu meningkat lagi (Kritchevsky, 1996). Tikus putih usia + 3 bulan merupakan umur yang ideal untuk penelitian.

b. Tidak dapat dikendalikan 1) Makanan standar

Makanan standar diberikan pada tikus dua kali sehari, setiap pagi (pukul 7.00) dan sore (pukul 13.00) berupa pelet secara ad libitum.

2) Kondisi psikologis (stres)

Kondisi psikologis tikus dipengaruhi lingkungan sekitar, karena lingkungan yang terlalu gaduh atau ramai, pemberian perlakuan yang berulang kali dan perkelahian antar tikus dapat mempengaruhi kondisi psikologis tikus.


(36)

commit to user 3) Penyakit hati

Penyakit hati dapat menimbulkan gangguan pada metabolisme HDL. Faktor ini merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan karena sulitnya pendeteksian dini dan membutuhkan pemeriksaan terlebih dahulu.

H. Instrumentasi dan Bahan Penelitian 1. Alat

a. Kandang hewan percobaan beserta kelengkapan pemberian makanan

b. Timbangan neraca c. Sonde lambung d. Blender

e. Gelas ukur 25 dan 50 ml f. Spuit injeksi 1 ml g. Rak tabung reaksi h. Tabung mikrokapiler i. Spectrophotometer 2. Bahan

a. Buah Naga Putih

b. Makanan standard menggunakan pelet c. Pakan hiperkolestrolemik

d. Simvastatin e. Aquades


(37)

commit to user I. Cara Kerja

1. Persiapan a. Hari 1

Menyiapkan 30 ekor tikus putih galur wistar berat +200 gram serta alat dan bahan yang akan dipakai. Tikus kemudian dibagi menjadi lima kelompok, yaitu Kelompok 1 (kontrol positif), Kelompok 2 (kontrol negatif), Kelompok 3 (dosis buah I), Kelompok 4 (dosis buah II), dan Kelompok 5 (dosis buah III) dengan masing-masing kelompok terdiri atas enam ekor tikus.

b. Hari 1-7

Tikus dibiarkan beradaptasi dengan lingkungannya selama 7 hari. 2. Perlakuan

a. Hari 8-14

Setiap kelompok diberi pakan standar danpakan hiperkolestrolemik selama 7 hari. Pakan standar diberikan setiap pukul 7.00 dan 13.00 secaraad libitum. Pakan hiperkolestrolemik diberikan per oral dua kali sehari pagi (pukul 9.00) dan sore(pukul 15.00) dengan sonde lambung sesuai dosis yang telah ditentukan.

b. Hari ke 15

Kadar HDL diukur setelah tikus dipuasakan selama 12 jam. c. Hari 15-35


(38)

commit to user

Kelompok 1 : Diberikan pakan standar (pukul 7.00 dan 13.00), diet tinggi lemak dua kali sehari (pukul 11.00 dan 17.00) sebanyak2,5 ml, simvastatin 0,72 mg (pukul 9.00), dan aquades.

Kelompok 2 : Diberikan pakan standar (pukul 7.00 dan 13.00), diet tinggi lemak dua kali sehari (pukul 11.00 dan 17.00) sebanyak2,5 ml, dan aquades.

Kelompok 3 : Diberikan pakan standar (pukul 7.00 dan 13.00), diet tinggi lemak dua kali sehari (pukul 11.00 dan 17.00) sebanyak 2,5 ml, jus buah Naga Putih dosis I 3,6 gr (pukul 9.00), dan aquades. Kelompok 4 : Diberikan pakan standar(pukul 7.00 dan 13.00),

diet tinggi lemak dua kali sehari (pukul 11.00 dan 17.00) sebanyak 2,5 ml, jus buah Naga Putih dosis II 7,2 gr (pukul 9.00 dan 15.00), dan aquades.

Kelompok 5 : Diberikan pakan standar(pukul 7.00 dan 13.00), diet tinggi lemak dua kali sehari (pukul 11.00 dan 17.00) sebanyak 2,5 ml, jus buah Naga Putih dosis III 10,8 gr (pukul 9.00 dan 15.00) dan aquades.

d. Hari ke 28


(39)

commit to user 3. Pengukuran kadar HDL

a. Tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam, kemudian darah diambil dari sinus orbitalis kurang lebih sebanyak 3 ml.

b. Setelah darah yang tertampung dalam tabung mikrohematokrit dirasa cukup (3 ml), masukkan ke dalam tabung sentrifuge. Darah dalam tabung sentrifuge dipusingkan selama 15-20 menit dengan kecepatan 3000 rpm maka akan didapatkan serum darah untuk diperiksa kadar HDL. Kadar HDL diukur dengan metode spectrophotometry.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh mengenai kadar HDLpre test dan post test antara 5 kelompok perlakuan dianalisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas. Apabila didapatkan hasil distribusi data normal dan variansi yang homogen, maka analisis dilanjutkan menggunakan uji parametrik, yaitu uji one-way ANOVA. Jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka analisis dilanjutkan dengan Post Hoc Test. Apabila didapatkan hasil disribusi data tidak normal dan atau variansi data yang tidak homogen, maka analisis data menggunakan uji non-parametrik, yaitu uji Friedman. Jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka analisis dilanjutkan dengan uji Wilcoxon. Sedangkan data perbedaan kadar HDL antara pre test dan post test pada tiap-tiap kelompok digunakan uji t berpasangan. Seluruh analisis data dilakukan dengan aplikasi SPSS 17.0 for Windows dengan


(40)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Dari 30 tikus yang menjadi subjek penelitian, didapatkan 5 ekor tikus mati pada masa pemberian pakan hiperolestrol.Pada hari ke-9, 10, dan 13, masing-masing satu ekor tikus mati, pada hari ke-12, dua ekor tikus mati.Kelima tikus tersebut berasal dari kelima kelompok perlakuan, yaitu satu tikus mati pada setiap kelompok.

Pengukuran kadar HDL dilakukan dua kali terhadap semua kelompok. Pengukuran pertama (pre test) dilakukan setelah masa pemberian pakan hiperkolestrol selama tujuh hari dan sebelum masa perlakuan, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Data Hasil Pengukuran HDL (mg/dl) Sebelum Masa Perlakuan (pre test)

No Kadar HDL pre test (mg/dl)

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

1 36 37 36 33 33

2 35 35 32 39 37

3 37 33 35 34 38

4 36 35 33 32 36

5 32 34 36 35 35

Rerata 35.20 + 1.924 34.80 + 1.483 34.40 + 1.817 34.60 + 2.702 35.80 + 1.924

Pengukuran kedua (post test) dilakukan setelah masa perlakuan selama 21 hari, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.


(41)

commit to user

Dari data pada Tabel 4dan Tabel 5, dihitung rerata untuk masing-masing kelompok pre test dan post test dan didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 5. Data Hasil Pengukuran HDL (mg/dl) Setelah Masa Perlakuan (post test)

No Kadar HDL post test(mg/dl)

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

1 68 36 54 60 64

2 65 33 53 57 63

3 69 37 56 58 61

4 80 36 53 59 64

5 76 34 51 58 61

Rerata 67.40 + 1.517 35.20 + 1.643 53.40 + 1.817 58.40 + 1.140 62.60 + 1.517

Gambar 1. Rerata Kadar HDL Pre Test dan Post Test

Gambar1 menunjukkan adanya perbedaan rerata kadar HDL pre test dan post test. Grafik HDL pre test menunjukkan nilai rata-rata HDL yang hampir sebanding antara kelompoknya, oleh karena pada masa tersebut, semua kelompok

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

H D L (m g /d

l) Kadar HDL pre test

(mg/dl)

Kadar HDL post test (mg/dl)


(42)

commit to user

mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu pemberian pakan hiperkolestrol selama tujuh hari. Pada grafik HDL post test, didapatkan rerata kadar HDL yang beragam antar kelompoknya. Rerata HDL post test tertinggi terdapat pada kelompok 1. Rerata HDL post test kelompok 2 sebanding dengan rerata HDL pre test-nya karena tidak ada perubahan perlakuan. Peningkatan rerata HDL post testjuga dijumpai pada kelompok 3, 4, dan 5 dengan kadar HDL post test kelompok 5 > kelompok 4 > kelompok 3.

Tabel 6. Rerata Selisih Kadar HDL Post Test dengan Pre Test.

Perhitungan

Rerata Selisih Kadar HDL (mg/dl) Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Selisih

hasil post test dengan pre test

32.2 + 2.28 0.4 + 2.30 19 + 2.55 23.8 + 3.70 26.8 + 2.95

Gambar 2. Rerata Selisih Kadar HDL Post Test dengan Pre Test 0 5 10 15 20 25 30 35

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

H D L (m g/ dl ) Rerata selisih kadar HDL


(43)

commit to user

Selanjutnya, untuk mengetahui seberapa besar perubahan kadar HDL post test dengan pre test, dilakukan penghitungan selisih rerata kadar HDL pre test dan post test yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 2.

Dari Tabel 6 dan Diagram 2 di atas, dapat diketahui bahwa:

a. Selisih antara rerata kadar HDL post test dengan pre test pada kelompok 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar HDL setelah masa perlakuan, yang bila di rata-rata, sebanyak 32.2 + 2.28 mg/dl.

b. Selisih antara rerata kadar HDL post test dengan pre test pada kelompok 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar HDL setelah masa perlakuan, yang bila di rata-rata, sebanyak 0.4 + 2.30 mg/dl.

c. Selisih antara rerata kadar HDL post test dengan pre test pada kelompok 3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar HDL setelah masa perlakuan, yang bila di rata-rata, sebanyak 19 + 2.55 mg/dl.

d. Selisih antara rerata kadar HDL post test dengan pre test pada kelompok 4 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar HDL setelah masa perlakuan, yang bila di rata-rata, sebanyak 23.8 + 3.70 mg/dl.

e. Selisih antara rerata kadar HDL post test dengan pre test pada kelompok 5 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar HDL setelah masa perlakuan, yang bila di rata-rata, sebanyak 26.8 + 2.95 mg/dl.

B. Analisis Data 1. Uji normalitas

Berdasarkan hasil uji statistik yang ditunjukkan pada lampiran D, hasil uji normalitas kadar HDL pre test adalah p=0.223 pada kelompok 1, p=0.777


(44)

commit to user

pada kelompok 2, p=0.254 pada kelompok 3, p=0.427 pada kelompok 4, dan p=0.928. Signifikansi dari kelima kelompok tersebut adalah p>0.05, maka dapat disimpulkan bahwa semua kelompok data pre test memiliki distribusi yang normal.

Hasil uji normalitas kadar HDL post test adalah p=0.492 pada kelompok 1, p=0.490 pada kelompok 2, p=0.826 pada kelompok 3, p=0.814 pada kelompok 4, dan p=0.086. Signifikansi dari kelima kelompok tersebut adalah p>0.05, maka dapat disimpulkan bahwa semua kelompok data post test memiliki distribusi yang normal.

2. Uji homogenitas

Berdasarkan uji statistik yang ditunjukkan pada lampiran E, hasil uji homogenitas kadar HDL pre test adalah p=0.814. Dari hasil tersebut (p>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa variansi data adalah homogen.

Hasil uji homogenitas kadar HDL post test adalah p=0.869. Dari hasil tersebut (p>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa variansi data adalah homogen.

Setelah didapatkan hasil uji normalitas dan homogenitas yang keduanya sama-sama tidak signifikan, baik untuk kelompok pre test dan post test, pengujian dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji parametrik.

3. One-wayANOVA

Berdasarkan hasil uji statistik yang dapat dilihat pada lampiran F, didapatkan nilai signifikansi pada kadar HDL pre test adalah p=0.819 (p>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa


(45)

commit to user

kelima kelompok tikus yang diberi perlakuan yang sama dari awal penelitian hingga pengukuran kadar HDL pre test, tidak menunjukkan perbedaan kadar HDL yang bermakna.

Hasil uji pada kadar HDL post test didapatkan nilai signifikansi sebesar p=0.000 (p<0.05), maka dapat disimpulkan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat kadar HDL yang bervariasi antarkelompok oleh karena perlakuan antarkelompok yang berbeda-beda.

4. Post Hoc Test

Dengan ditolaknya H0 pada uji ANOVA kadar HDL post test, maka

dikatakan terdapat satu atau lebih perbedaan rerata yang bermakna yang terjadi pada kelompok-kelompok, namun dengan menggunakan ANOVA saja tidak diketahui pasangan kelompok mana yang memiliki perbedaan rerata tersebut. Oleh karena itu, setelah uji one-way ANOVA dilakukan uji lanjut, yaitu post hoc test.

Tabel 7. Hasil Post Hoc Test terhadap Kadar HDL Post Test

Kelompok Kelompok P value Perbedaan rerata

Kelompok 1 Kelompok 2 0.000 Bermakna

Kelompok 3 0.000 Bermakna

Kelompok 4 0.000 Bermakna

Kelompok 5 0.001 Bermakna

Kelompok 2 Kelompok 3 0.000 Bermakna

Kelompok 4 0.000 Bermakna

Kelompok 5 0.000 Bermakna

Kelompok 3 Kelompok 4 0.003 Bermakna

Kelompok 5 0.000 Bermakna


(46)

commit to user

Berdasarkan uji statistik yang ditunjukkan pada lampiran G, didapatkan hasil seperti pada tabel 7.

5. Uji t Berpasangan (paired t test)

Berdasarkan uji statistik yang ditunjukkan pada lampiran H didapatkan hasil p=0.000 (p<0.05) pada kelompok 1, 3, 4, dan 5. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar HDL pre test dengan post test pada kelompok 1, 3, 4, dan 5. Pada kelompok 2, didapatkan hasil p=0.717 (p>0.05), hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar HDL pre test dengan post test pada kelompok 2.


(47)

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Penelitian mengenai pengaruh pemberian jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus) pada berbagai dosis yang dibandingkan dengan simvastatin ini menggunakan tikus putih galur Wistar, berumur kurang lebih tiga bulan, memiliki berat kurang lebih 200 gram, dan berjenis kelamin jantan. Tikus putih dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing terdiri atas enam ekor tikus. Kelima kelompok tersebut kemudian diberi perlakuan yang berbeda-beda selama tiga minggu. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol positif yang diberikan pakan biasa, pakan hiperkolestrol, dan simvastatin. Kelompok 2 merupakan kelompok kontrol negatif yang diberikan pakan biasa dan pakan hiperkolestrol saja. Kelompok 3 merupakan kelompok perlakuan pertama yang diberikan pakan biasa, pakan hiperkolestrol, dan buah naga dosis I sebanyak 3,6 gram. Kelompok 4 merupakan kelompok perlakuan kedua yang diberi pakan biasa, pakan hiperkolestrol, dan buah naga dosis II sebanyak 7,2 gram. Kelompok 5 merupakan kelompok perlakuan ketiga yang diberi pakan biasa, pakan hiperkolestrol, dan buah naga dosis III sebanyak 10,8 gram.

Hasil analisis data HDL pada kelima kelompok sebelum diberikan perlakuan (pre test) menggunakan one-way ANOVA menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0.05). Hal ini berartikelima kelompok tikus setelah diadaptasi selam tujuh hari lalu diberi pakan hiperkolestrolemik, tidak mengalami perbedaan kadar HDL yang signifikan antarkelompok-kelompoknya. Hal ini disebabkan


(48)

commit to user

karena kelompok-kelompok tersebut mendapatkan perlakuan yang sama dari awal sampai dengan pengukuran HDL pre test, baik adaptasi maupun pemberian pakan hiperkolestrolemik.

Adaptasi dilakukan dengan tujuan agar subjek menjadi terbiasa dengan lingkungan barunya sehingga dapat mengurangi tingkat stres psikologis tikus. Stres dapat menyebabkan gangguan metabolisme lipid melalui ketidakseimbangan antara monogalactosyl-diacylglycerol (MGDG) dengan digalactocyl-diacylglycerol (DGDG), sehingga lipid tidak dapat dimetabolisme dengan cepat dan efisien, menyebabkan berkurangnya produksi kolesterol, sehingga pemberian pakan hiperkolestrolemik tidak dapat menurunkan kadar HDL secara bermakna (Gigon, 2004).

Pemberian pakan hiperkolestrolemik bertujuan untuk menurunkan kadar HDL. Dengan meningkatnya asupan dan absorbsi lipid, maka jumlah lipid, termasuk kolesterol, di dalam lipoprotein berdensitas kecil maupun dalam sel-sel perifer akan meningkat. Hal ini diikuti dengan peningkatan aktivitas reverse cholesterol transport oleh HDL Akibat asupan tinggi lipid yang terus-menerus, aktivitas reverse cholesterol transport mulai tidak dapat mengimbangi dan mulai berkurang. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya tingkat HDL (Moffat dan Stamford, 2006).

Hasil pengukuran kadar HDL pre test dan post test dibandingkan dengan uji t berpasangan, diperoleh hasil:

1. Pada kelompok 1, yaitu kelompok yang diberikan simvastatin (kelompok kontrol positif), terjadi peningkatan kadar HDL post test dan peningkatan


(49)

commit to user

ini diperkuat oleh bukti uji statistik dengan p=0.000 (p<0.05) yang berarti perubahan kadar HDL adalah sangat signifikan.Peningkatan kadar HDL yang terjadi adalah sebesar 32,2 mg/dl atau 91% dibandingkan kadar HDL pretest. Hal ini disebabkan oleh efek simvastatin sendiri yang memang dipergunakan untuk mengatasi kondisi dislipidemia akibat pemberian pakan hiperkolestrolemik. Efek kerja simvastatin terhadap metabolisme HDL adalah dengan meningkatkan sintesis Apo A-1, yaitu apolipoprotein utama yang menyusun struktur molekul HDL. Dengan meningkatnya sintesis Apo A-1, maka pembentukan preb1-HDL yang

merupakan prekursor HDL akan meningkat (Rader, 2006).

2. Pada kelompok 2, yaitu kelompok kontrol negatif didapatkan hasil pengukuran kadar HDL post test yang setelah dilakukan uji statistik, didapatkan p=0,717 (p>0,05) yang berarti bahwa terdapat perubahan kadar HDL dari pre test ke post test yang tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena kelompok ini mendapat perlakuan yang sama antara sebelum pengukuran HDL pre test dengan post test.

3. Pada kelompok 2, 3, dan 4 yang diberikan dosis buah naga sebanyak 3,6mg, 7,2mg, dan 10.8mg, terjadi peningkatan kadar HDL pada tikus putih, dengan rata-rata peningkatan 19+2,55 mg/dl (55,2%) untuk kelompok 3, 23,8+3,70 mg/dl (68,8%) untuk kelompok 4, dan 26,8+2.95 (74,9%) mg/dl untuk kelompok 5. Hasil ini didukung dengan uji statistik dan didapatkan p=0,001 yang berarti perbedaan antara HDL pre


(50)

commit to user

testdengan post testadalah signifikan.Peningkatan kadar HDL ini terjadi kemungkinan oleh karena:

a. Kandungan niacin di dalam buah naga menyebabkan peningkatan sintesis Apo A-I dan Apo A-II. Niacin juga mengurangi ekspresi dari reseptor katabolisme HDL pada permukaan sel-sel hepar, sehingga molekul HDL dapat beredar lebih lama dalam sirkulasi (Morgan, 2004).

b. Kandungan vitamin C dalam buah naga dapat mencegah oksidasi dari molekul HDL oleh oksidan. Hal ini menyebabkan HDL dapat bertahan lebih lama di dalam sirkulasi (Hillstromet al., 2003).

c. Kandungan asam palmitat dalam buah naga menyebabkan penurunan tingkat katabolisme Apo A-1, sehingga kadar Apo A-1 dalam tubuh meningkat. Peningkatan ini menyebabkan tubuh dapat lebih banyak mensintesis pre-β1 yang merupakan prekursor HDL (French et al.,

2002).

Hasil analisis data HDL pada kelima kelompok setelah diberikan perlakuan (post test) menggunakan one-way ANOVA menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar HDL antar kelompoknya. Perbedaan dapat terjadi karena pada masa pemberian perlakuan, tiap kelompok mendapat perlakuan yang berbeda-beda, sehingga hasil pengukuran HDL-nya berbeda-beda pula.

Dari uji post hoc, didapatkan antara kelompok 1 (kelompok kontrol positif) dengan kelompok 3, 4, dan 5 (kelompok dosis buah naga) terdapat perbedaan


(51)

commit to user

yang signifikan. Hal ini berarti bahwa kelompok 1 menyebabkan kenaikan kadar HDL paling tinggi dibandingkan kelompok 3, 4, dan 5, adalah signifikan secara statistik. Dengan kata lain, simvastatin memiliki efek meningkatkan kadar HDL yang lebih kuat daripada ketiga dosis buah naga secara bermakna.

Post hoc test antara kelompok 3, 4, dan 5 adalah bermakna secara statistik. Hal ini berarti kadar HDL post test yang menunjukkan bahwa kelompok 5 menyebabkan kenaikan kadar HDL yang paling tinggi dibandingkan kelompok 3 dan 4, adalah bermakna secara statistik.

Rata-rata peningkatan kadar HDL adalah 19 + 2.55 mg/dl (55.2%) untuk dosis 3.6 gr, 23.8 + 3.70 mg/dl (68.8%) untuk dosis 7.2 gr, dan 26.8 + 2.95 (74.9%) mg/dl untuk dosis 10.8 gr. Dosis tersebut, apabila dikonversikan ke dalam dosis untuk manusia adalah sebesar 200 gr untuk dosis 3.6 gr, 400 gr untuk dosis 7.2 gr, dan 600 gr untuk dosis 10.8 gr, dengan rata-rata berat satu buah Naga Putih adalah 400-500 gr.

Meskipun pada penelitian ini didapatkan dosis 10.8 gram jus paling kuat dalam meningkatkan kadar HDL dibandingkan dua dosis lainnya, belum dapat ditentukan dosis optimal jus buah Naga Putih. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut yang menggunakan dosis jus buah Naga Putih yang lebih tinggi dari 10.8 gram untuk menentukan dosis optimalnya.


(52)

commit to user BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus) memiliki pengaruh terhadap kadar HDL tikus putih, di mana terjadi peningkatan kadar HDL secara signifikan.

B. Saran

Oleh karena pada penelitian ini belum dapat ditentukan dosis optimal jus buah Naga Putih untuk meningkatkan kadar HDL, maka diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan dosis jus buah Naga Putih yang lebih tinggi dari 10.8 gram untuk menentukan dosis optimalnya


(1)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian mengenai pengaruh pemberian jus buah Naga Putih (Hylocereus

undatus) pada berbagai dosis yang dibandingkan dengan simvastatin ini

menggunakan tikus putih galur Wistar, berumur kurang lebih tiga bulan, memiliki berat kurang lebih 200 gram, dan berjenis kelamin jantan. Tikus putih dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing terdiri atas enam ekor tikus. Kelima kelompok tersebut kemudian diberi perlakuan yang berbeda-beda selama tiga minggu. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol positif yang diberikan pakan biasa, pakan hiperkolestrol, dan simvastatin. Kelompok 2 merupakan kelompok kontrol negatif yang diberikan pakan biasa dan pakan hiperkolestrol saja. Kelompok 3 merupakan kelompok perlakuan pertama yang diberikan pakan biasa, pakan hiperkolestrol, dan buah naga dosis I sebanyak 3,6 gram. Kelompok 4 merupakan kelompok perlakuan kedua yang diberi pakan biasa, pakan hiperkolestrol, dan buah naga dosis II sebanyak 7,2 gram. Kelompok 5 merupakan kelompok perlakuan ketiga yang diberi pakan biasa, pakan hiperkolestrol, dan buah naga dosis III sebanyak 10,8 gram.

Hasil analisis data HDL pada kelima kelompok sebelum diberikan perlakuan (pre test) menggunakan one-way ANOVA menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0.05). Hal ini berartikelima kelompok tikus setelah diadaptasi selam tujuh hari lalu diberi pakan hiperkolestrolemik, tidak mengalami perbedaan kadar HDL yang signifikan antarkelompok-kelompoknya. Hal ini disebabkan


(2)

commit to user

karena kelompok-kelompok tersebut mendapatkan perlakuan yang sama dari awal sampai dengan pengukuran HDL pre test, baik adaptasi maupun pemberian pakan hiperkolestrolemik.

Adaptasi dilakukan dengan tujuan agar subjek menjadi terbiasa dengan lingkungan barunya sehingga dapat mengurangi tingkat stres psikologis tikus. Stres dapat menyebabkan gangguan metabolisme lipid melalui ketidakseimbangan

antara monogalactosyl-diacylglycerol (MGDG) dengan

digalactocyl-diacylglycerol (DGDG), sehingga lipid tidak dapat dimetabolisme dengan cepat

dan efisien, menyebabkan berkurangnya produksi kolesterol, sehingga pemberian pakan hiperkolestrolemik tidak dapat menurunkan kadar HDL secara bermakna (Gigon, 2004).

Pemberian pakan hiperkolestrolemik bertujuan untuk menurunkan kadar HDL. Dengan meningkatnya asupan dan absorbsi lipid, maka jumlah lipid, termasuk kolesterol, di dalam lipoprotein berdensitas kecil maupun dalam sel-sel perifer akan meningkat. Hal ini diikuti dengan peningkatan aktivitas reverse

cholesterol transport oleh HDL Akibat asupan tinggi lipid yang terus-menerus,

aktivitas reverse cholesterol transport mulai tidak dapat mengimbangi dan mulai berkurang. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya tingkat HDL (Moffat dan Stamford, 2006).

Hasil pengukuran kadar HDL pre test dan post test dibandingkan dengan uji t berpasangan, diperoleh hasil:

1. Pada kelompok 1, yaitu kelompok yang diberikan simvastatin (kelompok kontrol positif), terjadi peningkatan kadar HDL post test dan peningkatan


(3)

commit to user

ini diperkuat oleh bukti uji statistik dengan p=0.000 (p<0.05) yang berarti perubahan kadar HDL adalah sangat signifikan.Peningkatan kadar HDL yang terjadi adalah sebesar 32,2 mg/dl atau 91% dibandingkan kadar HDL pretest. Hal ini disebabkan oleh efek simvastatin sendiri yang memang dipergunakan untuk mengatasi kondisi dislipidemia akibat pemberian pakan hiperkolestrolemik. Efek kerja simvastatin terhadap metabolisme HDL adalah dengan meningkatkan sintesis Apo A-1, yaitu apolipoprotein utama yang menyusun struktur molekul HDL. Dengan meningkatnya sintesis Apo A-1, maka pembentukan preb1-HDL yang merupakan prekursor HDL akan meningkat (Rader, 2006).

2. Pada kelompok 2, yaitu kelompok kontrol negatif didapatkan hasil pengukuran kadar HDL post test yang setelah dilakukan uji statistik, didapatkan p=0,717 (p>0,05) yang berarti bahwa terdapat perubahan kadar HDL dari pre test ke post test yang tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena kelompok ini mendapat perlakuan yang sama antara sebelum pengukuran HDL pre test dengan post test.

3. Pada kelompok 2, 3, dan 4 yang diberikan dosis buah naga sebanyak 3,6mg, 7,2mg, dan 10.8mg, terjadi peningkatan kadar HDL pada tikus putih, dengan rata-rata peningkatan 19+2,55 mg/dl (55,2%) untuk kelompok 3, 23,8+3,70 mg/dl (68,8%) untuk kelompok 4, dan 26,8+2.95 (74,9%) mg/dl untuk kelompok 5. Hasil ini didukung dengan uji statistik


(4)

commit to user

testdengan post testadalah signifikan.Peningkatan kadar HDL ini terjadi kemungkinan oleh karena:

a. Kandungan niacin di dalam buah naga menyebabkan peningkatan sintesis Apo A-I dan Apo A-II. Niacin juga mengurangi ekspresi dari reseptor katabolisme HDL pada permukaan sel-sel hepar, sehingga molekul HDL dapat beredar lebih lama dalam sirkulasi (Morgan, 2004).

b. Kandungan vitamin C dalam buah naga dapat mencegah oksidasi dari molekul HDL oleh oksidan. Hal ini menyebabkan HDL dapat bertahan lebih lama di dalam sirkulasi (Hillstromet al., 2003).

c. Kandungan asam palmitat dalam buah naga menyebabkan penurunan

tingkat katabolisme Apo A-1, sehingga kadar Apo A-1 dalam tubuh meningkat. Peningkatan ini menyebabkan tubuh dapat lebih banyak mensintesis pre-β1 yang merupakan prekursor HDL (French et al., 2002).

Hasil analisis data HDL pada kelima kelompok setelah diberikan perlakuan

(post test) menggunakan one-way ANOVA menunjukkan hasil bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap kadar HDL antar kelompoknya. Perbedaan dapat terjadi karena pada masa pemberian perlakuan, tiap kelompok mendapat perlakuan yang berbeda-beda, sehingga hasil pengukuran HDL-nya berbeda-beda pula.

Dari uji post hoc, didapatkan antara kelompok 1 (kelompok kontrol positif) dengan kelompok 3, 4, dan 5 (kelompok dosis buah naga) terdapat perbedaan


(5)

commit to user

yang signifikan. Hal ini berarti bahwa kelompok 1 menyebabkan kenaikan kadar HDL paling tinggi dibandingkan kelompok 3, 4, dan 5, adalah signifikan secara statistik. Dengan kata lain, simvastatin memiliki efek meningkatkan kadar HDL yang lebih kuat daripada ketiga dosis buah naga secara bermakna.

Post hoc test antara kelompok 3, 4, dan 5 adalah bermakna secara statistik.

Hal ini berarti kadar HDL post test yang menunjukkan bahwa kelompok 5 menyebabkan kenaikan kadar HDL yang paling tinggi dibandingkan kelompok 3 dan 4, adalah bermakna secara statistik.

Rata-rata peningkatan kadar HDL adalah 19 + 2.55 mg/dl (55.2%) untuk dosis 3.6 gr, 23.8 + 3.70 mg/dl (68.8%) untuk dosis 7.2 gr, dan 26.8 + 2.95 (74.9%) mg/dl untuk dosis 10.8 gr. Dosis tersebut, apabila dikonversikan ke dalam dosis untuk manusia adalah sebesar 200 gr untuk dosis 3.6 gr, 400 gr untuk dosis 7.2 gr, dan 600 gr untuk dosis 10.8 gr, dengan rata-rata berat satu buah Naga Putih adalah 400-500 gr.

Meskipun pada penelitian ini didapatkan dosis 10.8 gram jus paling kuat dalam meningkatkan kadar HDL dibandingkan dua dosis lainnya, belum dapat ditentukan dosis optimal jus buah Naga Putih. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut yang menggunakan dosis jus buah Naga Putih yang lebih tinggi dari 10.8 gram untuk menentukan dosis optimalnya.


(6)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian jus buah Naga Putih (Hylocereus undatus) memiliki pengaruh terhadap kadar HDL tikus putih, di mana terjadi peningkatan kadar HDL secara signifikan.

B. Saran

Oleh karena pada penelitian ini belum dapat ditentukan dosis optimal jus buah Naga Putih untuk meningkatkan kadar HDL, maka diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan dosis jus buah Naga Putih yang lebih tinggi dari 10.8 gram untuk menentukan dosis optimalnya