B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dikembangkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak etanol kulit batang sawo manila memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Escherichia coli multiresisten dan Staphylococcus aureus multiresisten ?
2. Senyawa apakah yang terkandung dalam tanaman sawo manila yang memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli multiresisten dan Staphylococcus aureus
multiresisten ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang sawo manila
terhadap Escherichia coli multiresisten dan Staphylococcus aureus multiresisten dengan uji difusi disk.
2. Mengetahui senyawa yang terkandung dalam tanaman sawo manila yang
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli multiresisten dan Staphylococcus aureus
multiresisten dengan metode bioautografi kontak.
D. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Sawo Manila
a. Sistematika tanaman sawo manila diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ebenale
Famili :
Sapotaceae Genus
: Manilkara
Spesies :
Manilkara achras Mill. Fosberg.
Sinonim : Manilkara zapotilla
Jacq. Gilley. atau Achras zapota Auct. Becker dan Van den Brink, 1968
b. Kandungan kimia
Ekstrak etil asetat kulit batang dan daun sawo manila mengandung senyawa terpenoid, glikosida, flavonoid Osman et al., 2011. Ekstrak etanol kulit
batang dan daun sawo manila mengandung alkaloid, flavonoid, tannin, dan saponin Islam et al., 2013. Menurut Singh dan Shivhare 2011, tanaman ini
mengandung beberapa senyawa nabati seperti alkaloid, karbohidrat, glikosida, flavonoid, senyawa kimia seperti gula, protein, asam askorbat, fenolat, karotenoid,
mineral seperti besi, tembaga, seng, kalsium dan kalium. c.
Kromatografi Lapis Tipis Skrining kromatografi lapis tipis ekstrak etil asetat kulit batang sawo
manila menggunakan fase diam silika gel dan fase gerak n-heksan: petroleum eter 9:1. Pereaksi semprot vanillin-H
2
SO
4
mendeteksi adanya senyawa terpenoid dalam kulit batang dengan warna bercak ungu Osman et al., 2011. Analisis
fitokimia ekstrak etanol kulit batang sawo manila oleh Islam et al 2013 mendeteksi senyawa alkaloid, saponin, tannin, dan flavonoid. Deteksi alkaloid
menggunakan reagen Mayers dan Wagner, warna orange menunjukkan hasil positif. Deteksi saponin, tannin, dan flavonoid menggunakan metode Harbone.
2. Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dan sangat baik digunakan untuk bahan yang berupa serbuk yang halus. Maserasi dilakukan
dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari sampai meresap sehingga zat-zat yang mudah larut segera terlarut. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Dengan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dengan di luar sel,
maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel. Keadaan
diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif Voight, 1994. Lamanya waktu maserasi berbeda-beda tergantung pada sifat atau ciri
campuran obat dan menstrum. Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15° –
20°C dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut Ansel, 1989. Keuntungan maserasi adalah senyawa yang bersifat labil terhadap panas
tidak akan rusak atau hilang, cara kerja dan alat yang digunakan sederhana. Sedangkan kerugian metode ini adalah cairan penyari yang digunakan relatif
banyak, penggojokan yang rutin agar proses penyarian berlangsung optimal Depkes, 1986.
3. Bakteri