Analisa Hukum Asuransi Kendaraan Bermotor (Menurut Kuh Dagang).

(1)

AN ALISA HU Diaju Mem U UKUM ASU (MENUR kan Untuk menuhi Syar Gela KRI NIM FAK NIVERSIT URANSI K RUT KUH

S K R I P

k Melengka rat-Syarat ar Sarjana

Oleh :

ISTON BOL M : 0502

KULTAS H TAS SUMA MEDAN

2 0 11

KENDARA H DAGANG S I api Tugas-T Untuk Me Hukum LIM SIRA 00373 HUKUM ATERA UT N AN BERM G) Tugas dan mperoleh AIT TARA MOTOR


(2)

ABSTRAKSI

Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap analisa hukum asuransi kendaraan bermotor(menurut kuh dagang). Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah Sejumlah persyaratan untuk mengklaim asuransi

kendaraan yang hilang, apakah ada kemudahan, bagaimana pertanggungan asuransi

dalam hukum dagang dan Bagaimana analisa hukum asuransi kendaraan bermotor menurut KUH Dagang.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan pengambilan data, dan pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen maupun arsip perusahaan yang berkaitan dengan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa Pembagian dan pengaturan tanggung jawab tersebut di atas oleh para pihak dalam perjanjian leasing harus dilakukan berdasarkan atas itikad baik dan keadilan. Pelaksanaan tanggung jawab asuransi kerugian oleh pihak PT bussan auto finance, tertanggung diwajibkan membayar uang sebagai biaya administrasi, kemudian pihak PT bussan auto finance mengambil alih risiko kerusakan yang dialami oleh tertanggung untuk diperbaiki sebagai bentuk tanggung jawab oleh pihak penanggung. Prosedur dalam pengajuan klaim ganti kerugian asuransi kendaraan bermotor roda 2 (dua) pihak tertanggung secara langsung mengajukan klaim kepada pihak PT bussan auto finance. Pada saat pengajuan tuntutan ganti kerugian, pihak tertanggung tidak boleh melampaui batas waktu 12 (dua belas) bulan yang telah ditentukan dengan disertai dokumen pendukung yang ditetapkan oleh pihak penanggung. Asuransi kendaraan bermotor sebagai lembaga jaminan yang dipercayakan untuk pemberian jaminan perlindungan dirasakan semakin penting, tetapi masih terdapat anggota masyarakat yang belum memahami peranan Asuransi kendaraan bermotor dalam meringankan beban baik kepada korban kecelakaan, lalulintas ataupun jaminan kendaraan bermotor itu sendiri.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESa atas kasih dan berkat yang dilimpahkannya sehingga penulis dapat memulai, menjalani dan mengakhiri masa perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Adapun skripsi ini berjudul “Analisa Hukum Asuransi Kendaraan Bermotor

(Menurut Kuh Dagang)” yang merupakan alah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana HUkum Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempataan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.dr. Syahril Pasaribu DTM & H., M.Sc (CTM), Sp.A (K) sebagai

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum sebagai Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, karena sudah berusaha untuk memberikan perubahan yang maksimalkan kepada fakultas dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan kampus Fakultas Hukum USU.

3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum., sebagai Pembantu Dekan I yang

telah membantu para mahasiswa memenuhi segala kebutuhan akademik dan administrasi.

4. Bapak Pembantu Dekan II Safrudin Hasibuan, SH, MHum, Dfm yang telah

membantu mahasiswa di pembayaran SPP dan sumbangan-sumbangan kegiatan kampus.

5. Bapak Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum sebagai Ketua Departemen Hukum Ekonomi


(4)

6. Bapak Ramli Siregar SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, mengkritisi, memberikan saran-saran dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Aflah SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang telah menyetujui judul,

outline skripsi, membimbing, mengkritisi dan memberikan saran-saran yang konstruktif serta mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Para staf dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis selama sepuluh semester.

9. Kedua Orangtua tersayang, papa Drs Edison Sirait dan mama Tinur Nurmaya Br.

Silalahi Amkeb. yang selalu memberikan perhatian, semangat, dan doa’nya. Terima kasih.

10.Untuk teman-teman seperjuangan di Fakultas Hukum USU yang telah membantu

secara moril penulis selama beraktifitas di kampus maupun diluar kampus.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapat Rahmat dan Tuhan Yang maha Esa. Penulis memohon maaf kepada Bapak / Ibu dosen pembimbing dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini. Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Tuhan atas Rahmad dan Karunia-Nya, penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Medan, September 2011

Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI………. ... … iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Tinjauan Kepustakaan ... 6

F. Metode Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR A. Pengertian Asuransi Kendaraan Bermotor……… 17

B. Macam-macam resiko dalam asuransi kendaraan bermotor…. 20

C. Perjanjian leasing kendaraan bermotor……… 23

D. Proses Pengajuan dan Penyelesaian klaim asuransi kendaraan Bermotor……… 29

E. Berakhirnya Asuransi Kendaraan Bermotor……… 35

BAB III: PERTANGGUNGAN ASURANSI DALAM HUKUM DAGANG A. Pengertian dan pengaturan pertanggungan asuransi……… 38

B. Jenis dan Macam pertanggungan asuransi……… 42

C. Premi dan Asuransi pertanggungan asuransi……… 43


(6)

E. Dasar hukum mengenai asuransi Kendaraan bermotor ………… 52 BAB IV : ANALISA HUKUM ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

MENURUT KUH DAGANG

A. Pemberian Ganti Rugi Terhadap Asuransi Kendaraan Bermotor

dalam kaitannya dengan KUHD……….. . 61

B. Tanggung jawab hukum penyelesaianklaimasuransikendaraan

Bermotor……… 70 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 77 B. Saran………. 78 DAFTAR PUSTAKA


(7)

ABSTRAKSI

Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap analisa hukum asuransi kendaraan bermotor(menurut kuh dagang). Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah Sejumlah persyaratan untuk mengklaim asuransi

kendaraan yang hilang, apakah ada kemudahan, bagaimana pertanggungan asuransi

dalam hukum dagang dan Bagaimana analisa hukum asuransi kendaraan bermotor menurut KUH Dagang.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan pengambilan data, dan pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen maupun arsip perusahaan yang berkaitan dengan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa Pembagian dan pengaturan tanggung jawab tersebut di atas oleh para pihak dalam perjanjian leasing harus dilakukan berdasarkan atas itikad baik dan keadilan. Pelaksanaan tanggung jawab asuransi kerugian oleh pihak PT bussan auto finance, tertanggung diwajibkan membayar uang sebagai biaya administrasi, kemudian pihak PT bussan auto finance mengambil alih risiko kerusakan yang dialami oleh tertanggung untuk diperbaiki sebagai bentuk tanggung jawab oleh pihak penanggung. Prosedur dalam pengajuan klaim ganti kerugian asuransi kendaraan bermotor roda 2 (dua) pihak tertanggung secara langsung mengajukan klaim kepada pihak PT bussan auto finance. Pada saat pengajuan tuntutan ganti kerugian, pihak tertanggung tidak boleh melampaui batas waktu 12 (dua belas) bulan yang telah ditentukan dengan disertai dokumen pendukung yang ditetapkan oleh pihak penanggung. Asuransi kendaraan bermotor sebagai lembaga jaminan yang dipercayakan untuk pemberian jaminan perlindungan dirasakan semakin penting, tetapi masih terdapat anggota masyarakat yang belum memahami peranan Asuransi kendaraan bermotor dalam meringankan beban baik kepada korban kecelakaan, lalulintas ataupun jaminan kendaraan bermotor itu sendiri.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini teknologi di bidang industri pengangkutan baik darat, laut maupun udara berkembang dengan pesat. Di Indonesia pun penggunaan hasil-hasil produksi teknologi yang tinggi dibidang alat angkut pesat sekali, meskipun yang menikmati hasil produksi tersebut baru sebhagian golongan masyarakat saaja. Produksi kendaraan bermotor saat ini tidak terbilang jumlahnya disebabkan persaingan harga dan kualitas kendaraan pribadi dan alat angkut penumpang umum, baikyang melalui darat, laut maupun udara, dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya yang merupakan dampak lain yang harus dipeerhitungkan dari segi ekonomi.

Karena itu, bermacam-macam perusahaan telah muncul, khususnya prusahan yang berhubungan dengan kegiatan memberikan jaminan atau tangungan kepada seseorang atau kepada suatu aset tertentu, karena standar suatu saat dapat ditimpa oleh suatu kerugian atau peristiwa. Karena itu kita menyaksikan puluhan bahkan ratusan perusahan asuransi di Indonesia menawarkan jasanya. Mereka menawarkan jasanya agar seseorang anggota masyarakat bersedia menjadi angota atau nasabah suatu perusahaan asuransi.

Pada kenyatannya kinerja perusahaan asuransi di Indonesia pada saat ini dapat dikatakan umumnya belum menggembirakan. Belum menggembirakan, yang mana dari pihak pengelola usaha asuransi belum memberikan pelayanan yang baik, bahkan sering kali melakukan penipuan terhadap konsumen atau muncul kesan dipersulit ketika akan menggugat


(9)

hak, baik dalam asuransi jiwa maupun dalam asuransi kerugian. Sedangkan dari pihak masyararat industri asuransi kurang diminati, disamping minimnya pengetahuan masyarakat terhadap asuransi, juga disebabkan masih rendahnya income per kapita masyarakat. Bagi mereka yang akan bergabung atau menjadi nasabah perusahaan asuransi perlu mengetahui apa kriteria, pedoman layak dipertimbangkan ketika akan memilih suatu asuransi. Kondisi keuangan perusahaan asuransi sendiri. Saat ini ada sebagian perusahaan asuransi cenderung mengulur-ulur waktu ketiga akan membayar klaim. Oleh sebab itu faktor permodalan lebih menjadi perhatian perusahaan asuransi tersebut.

Gambaran negatif bahwa perusahaan asuransi yang mempersulit nasabah dalam hal klaim, bukan kebiasaan. Namun kadang kala nasabah mempersulit dirinya sendiri, antara lain dengan tidak jujur dalam mengisi formulir aplikasi (SPAJ) yang mana ketidak jujuran tersebut akan merugikan dirinya sendiri. Kriteria yang di atas sangat penting. Sebab bila salah pilih, nasabah bisa rugi. Untuk itulah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diterapkan oleh asuransi di Indonesia. Oleh karena itu seorang agen dalam kegiatannya, dalam menyampaikan program? program asuransi yang ada di Indonesia harus. memberikan keterangan yang jelas dan benar mengenai perusahaan, produk? produk perusahaan asuransi maupun proposal kepada setiap calon pemegang

polis, yang mana, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan.1

Perusahaan asuransi sebagai penanggung dengan tegas memberikan kriteria dan batasan luasnya proteksi atau jaminan yang diberikannya kepada tertanggung. Kriteria dan batasan tersebut dicantumkan di dalam polis, sesuai dengan jenis asuransi yang bersangkutan. Sehingga setiap polis tercantum jenis peristiwa apa saja yang menjadi       

1 

Arsel idjard, Nica ngani, Profil Hukum Perasuransian Di Indonesia, Liberty.  


(10)

tanggung jawab penanggung. jadi apabila terjadi kerugian yang disebabkan karena peristiwa-peristiwa yang diperjanjikan itulah penanggung akan membayar ganti kerugian.

Analisa hukum asuransi kendaraan bermotor menurut KUH Dagang, biasanya dalam praktek sehari-hari, polis yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi masih harus ditambah/diubah untuk memenuhi berbagai kebutuhan antara lain kemungkinan adanya perubahan keadaan, pemindahan tangan nama, dan sebagainya. Setiap perubahan/ penambahan, baik yang bersifat syarat / bersifat pemberitahuan harus dicatat dalam polis yang bersangkutan, agar perubahan ini dapat dianggap sah dan mengikat para pihak. Mengenai masalah anda ini , menurut ketentuan pasal 263 Kitab Undang-undang

Hukum Dagang (KUHD), "Apabila barang-barang yang dipertanggungkan, dijual atau

berpindah hak miliknya, maka pertanggungan berjalan terus guna keuntungan si pembeli atau si pemilik baru, biarpun pertanggungan itu tidak dioperkan, mengenai segala kerugian yang timbul sesudah barang tersebut mulai menjadi tanggungannya si pembeli atau si pemilik baru tadi; segala sesuatu itu kecuali apabila telah diperjanjikan hal yang sebaliknya antara si penanggung dan tertanggung yang semula. Apabila, pada waktu barang itu dijual atau dipindahkan hak miliknya, si pembeli atau si pemilik baru menolak untuk mengoper tanggungannya, sedangkan si tertanggung yang semula masih tetap berkepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan, maka pertanggungan itu sementara tetap akan berjalan guna keuntungannya".

Dari ketentuan pasal 263 KUHD ini jika dikaitkan dengan masalah anda maka anda memang belum berhak untuk menuntut asuransi tersebut dengan alasan karena motor itu belum berpindah kepemilikannya atas nama anda. Anda masih harus membayar cicilan motor tersebut. Kecuali pada saat motor dicuri, motor itu telah anda


(11)

lunasi yang berarti telah menjadi milik anda, surat-surat dan BPKB telah atas nama anda maka anda berhak untuk menuntut asuransi tersebut.

Konsekuensi nasabah membeli polis harus dengan cara tanggung jawab. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa dalam perlindungan nasabah peraturan, perundang-undangan yang berlaku dan berkaitan dengan desakan perasuransian terutama KUH Perdata dan KUHD sebagai acuan dalam hukum asuransi yang kemudian diberlakukan beberapa ketentuan? ketentuan lainnya, seperti Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan Peraturan?peraturan lainnya juga menyangkut polis. Akan halnya kepada siapa seorang nasabah bisa berharap mendapat jaminan ketenangan, tentunya pertama kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedua kepada asuransi. Dengan cara berasuransi maka orang yang menghadapi resiko atas jiwanya bermaksud untuk mengalihkan resikonya itu atau setidak?tidaknya membagi resikonya itu kepada pihaklain yang bersedia menerima peralihan atau pembagian resiko tersebut. Peralihan resiko itu tidak terjadi dengan begitu saja, tanpa kewajiban apa?apa pada pihakyang memperalihkan. Hal itu harus diperjanjikan terlebih dahulu.

Disamping itu tindakan yang dapat dianggap memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim secara wajar antara lain :

1. Memperpanjang masa penyelesaian klaim, dengan memilih dokumen lain yang

pada dasarnya isi tersebut sama dengan dokumen yang telah ada.

2. Menunda pembayaran klaim, dengan mengkaitkan pembayaran klaim reasuransi.

3. Menerapkan prosedur yang tidak lagi dalam lingkup kegiatan asuransi.

4. Tidak menyelesaikan klaim dengan mengkaitkan pada penyelesaian klaim yang

lain pada polis yang sama.2

       2


(12)

Di samping itu peran agen dalam kegiatan agency asuransi yang ada di Indonesia, yakni harus menyimpan informasi atau rahasia tentang nasabahnya dan juga tentang eksistensi perusahaannya. Sekali lagi agen harus menjaga kerahasiaan, ahli waris dan perusahaan serta menyediakan akses hanya untuk mereka. Oleh karena itu setiap usaha asuransi yang ada di Indonesia mewajibkan semua agen agar mematuhi seluruh kebijakan, peraturan serta prosedur yang diberlakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa perusahaan mampu memenuhi janji dan integritas dalam berurusan dengan nasabah. Berkenaan dengan ketentuan ini, tentu akan menimbulkan perselisihan yang

mengakibatkan kerugian atau akibat?akibat hukum.3

Untuk melindungi reputasi perusahaan seharusnya ada tindakan dalam hal terjadi pelanggaran atas peraturan ini termasuk didalamnya berupa pelanggaran hukum atau praktek. Praktek yang tidak etis yakni memberhentikan pertanggungan dari tertanggung secara sepihak. Tertanggung dapat menuntut secara hukum sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Usaha untuk mengatasi risiko akibat persaingan jual beli kendaraan bermotor dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain dengan mengadakan perjanjian asuransi yang mempunyai tujuan mengaplihkan sebagian atau seluruh risiko kepada pihak lain layng mampu menerima atau dengan mengganti kerugian kepada pembeli atau pemakaian dengan mengganti kerugian kepada orang yang menghadapi risiko itu. Manfaat dari suatu pertanggungan bagi kehidupan masyarakat dirasakan oleh pemerintah. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai jenis pertanggungan atau asuransi dengan maksud memberikan jaminan sosial bagi anggota masyarakat pengguna. Keberadaan asuransi krugian, misalnya Bussan Auto Finance untuk pertanggungan asuransi kecelakaan adalah perwujudan pemberian jaminan perlindungan atau asuransi       

3 


(13)

untuk masyarakat dengan cara pemberian jaminan sosial bagi segolongan masyarakat yang memang wajar memperolehnya yaitu para korban kecelakan lalulintas jalan baik yang melalui darat, sungai/danau, laut maupun udara. Sedangkan untuk kendaraan bermotor itu sendiri ada asuransi khusus sebagai pertanggungan atau asuransi apabila kendaraan itu mendapat kecelakaan dan atau hilang. Menganai pertanggungan atau asuransi ialah untuk memberikan jaminan kepada anggota masyarakat yang tertimpa musibah kecelakaan lalulintas di luar kesalahannya sendiri karena pengguna kendaraan baik pribadi atau umum yang ditumpanginya, karena baik kecelakaan lalu lintas, maupun hilang atau cacatnya kendaraan adalah merupakan suatu peristiwa yang tidak disengaja atauun tidak disangka-sangka terjadinya, sehingga dapat saja mengakibatkan seseorang menjadi luka, cacat dan meninggal dunia, sementara kendaraan bermotornyapun rusak atau menjadi hancur tidak dapat digunakan lagi.

Walaupun Asuransi kendaraan bermotor sebagai lembaga jaminan yang dipercayakan untuk pemberian jaminan perlindungan dirasakan semakin penting, tetapi masih terdapat anggota masyarakat yang belum memahami peranan Asuransi kendaraan bermotor dalam meringankan beban baik kepada korban kecelakaan, lalulintas ataupun jaminan kendaraan bermotor itu sendiri. Jumlah santunan yang disediakan Asuransi santunan kepada pengguna kendaraan bermotor dan pengendara yang menjadi korban relatif cukup besar dan bermanfaat bagi para korban dan menadpat kembali kendaran bermotor yang rusak menjadi layak pakai kembali.

B. Permasalahan

Dalam hal ini pokok permasalahan yang akan dibahas antara lain :

1. Bagaimana proses pengajuan klaim dan syarat-syarat yang harus dipenuhi


(14)

2. Bagaimana pertanggungan asuransi dalam hukum dagang?

3. Bagaimana analisa hukum asuransi kendaraan bermotor menurut KUH Dagang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

a. Untuk mengetahui syarat-syarat dan proses pengajuan klaim asuransi kendaraan

bermotor.

b. Untuk mengetahui pertanggungan asuransi dalam hukum dagang.

c. Untuk mengetahui analisa hukum asuransi kendaraan bermotor menurut KUH

Dagang. 2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

a. Sebagai bahan masukan teoritis bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan

pemahaman hukum asuransi kendaraan bermotor menurut KUH Dagang.

b. Untuk menerapkan pengetahuan penulis secara praktis agar masyarakat

mengetahui bagaimana sistem pertanggungan asuransi dalam hukum dagang.

D. Keaslian Penelitian

Adapun judul tulisan ini adalah analisa hukum asuransi kendaraan bermotor(menurut kuh dagang). Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa fakultas hukum USU. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

   


(15)

E. Tinjauan Kepustakaan

Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa dimaklumi, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang asuransi, dimana sesuai dengan uraian diatas bahwa asuransi dapat dipandang dari beberapa sudut.

Definsi-definisi tersebut antara lain :

1. Definisi asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang

(KUHD) Republik Indonesia : "Asuransi atau pertanggungan adalah suatu

perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung

dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu" Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu :

a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada

pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.

b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang

(santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.

c. Suatu peristiwa (accident) yang tak terntentu (tidak diketahui sebelumnya).

d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena

peristiwa yang tak tertentu.

2. Definisi asuransi menurut Sri Rejeki Hartono, : "Asuransi merupakan suatu alat

untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat


(16)

diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh

mereka yang tergabung".4

3. Definisi asuransi menurut Ali Hasan."Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang

bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian

tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu".5

4. Definisi asuransi menurut Adrian Hasymi, yang mendefinisikan asuransi

berdasarkan dua sudut pandang, yaitu:6

a. "Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan

oleh seorang penanggung".

b. “.Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau

badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial".

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas kiranya mengenai definisi asuransi yang dapat mencakup semua sudut pandang : "Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu".

Pengertian Asuransi bila di tinjau dari segi hukum adalah: "Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dimana pihak tertanggung mengikat diri kepada penanggung, dengan menerima premi-premi Asuransi untuk memberi penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan       

4

Sri Rejeki Hartono, 2001, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta.

5

Ali, Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum. Jakarta: Prenada Media

6


(17)

atau kehilangan keuntungan yang di harapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung karena suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberi pembayaran atas meninggal atau hidupnya seseorang

yang di pertanggungkan. "7

Manusia selalu dihadapkan pada berbagai kemungkinan yang merupakan ancaman bagi usahanya. Dalam mengatasi ancaman-ancaman itu manusia melakukan berbagai usaha seperti mengumpulkan dana sebelum terjadinya bencana, atau mengumpulkan dana secara bergotong royong apabila terjadi suatu bencana. Tetapi usaha ini sering tidak efisien dan efektif. Kemudian manusia melakukan usaha lain dengan tindakan pencegahan seperti misalnya, memasang alat petir, alat pemadam kebakaran, sistem pengaman yang rapi, pemeriksaan kesehatan secara teratur. Usaha dan tindakan ini juga tidak selamanya berhasil penuh. Oleh karena itu, manusia dalam hidupnya selalu dihadapkan dengan tidak ketidakpastian.

Didalam asuransi kita mengenal hukum mengenai jumlah bilangan yang besar (law of large number) 47 yang artinya resiko yang dipertanggungkan harus dalam jumlah besar. Dengan kenyataan ini manusia membutuhkan kepastian, yaitu dengan cara mengalihkan ketidakpastian (resiko) kepada orang lain yang bersedia menerimanya. Pihak yang mengalihkan resiko disebut Tertanggung dan pihak yang bersedia menerima resiko atau penjamin dari Tertanggung disebut Penanggung sehingga dapat dikatakan bahwa dari segi ekonomi Asuransi adalah cara untuk mengalihkan resiko dari seseorang yang disebut Tertanggung kepada orang lain yang dinamakan Penanggung.

Asuransi menurut Pasal 246 KUHD adalah : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dalam mana Penanggung mengikat diri terhadap Tertanggung,       

7 


(18)

dengan menerima sejumlah uang premi, untuk membayar ganti rugi kepada Tertanggung terhadap suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin dideritanya akibat sesuatu peristiwa yang tidak tentu.

Peranan utama asuransi adalah sebagai mekanisme pengalihan resiko dengan

membentuk “Pool” atau pengumpulan dana, yang mana masing-masing Tertanggung

memberikan kontribusi yang seimbang dalam bentuk premi. Pengertian seimbang disini berarti bahwa premi yang dibayarkan oleh masing-masing Tertanggung adalah sesuai dengan besar kecilnya resiko yang dialihkan. Maka dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa kegiatan asuransi mempunyai tujuan :8

1. Bagi Perusahaan Asuransi sendiri, untuk memperoleh keuntungan, baik berupa

keuntungan dari hasil usaha asuransi (Underwriting Profit) maupun keuntungan

hasil investasi (Investment Profit)

2. Bagi masyarakat, untuk menjamin kelangsungan usaha, industri, perdagangan dan

keselamatan atas dirinya.

Sehingga dapat dikatakan asuransi memberikan perlindungan, jenis perlindungan yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi, misalnya perusahaan asuransi

harta benda dan kecelakaan menawarkan berbagai macam perlindungan antara lain :9

a. kehilanggan, kerusakan atau rusaknya harta benda

b. kehilangan atau cacat sehingga tidak mampu untuk memperoleh penghasilan

c. klaim untuk kerusakan oleh pihak ketiga karena kelalaian

d. kehilangan yang menyebabkan terluka atau kematian karena mengalami

kecelakaan.

       8 

Abdul Kadir Muhammad, 1978, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Alumni, Bandung. 9 


(19)

Produk asuransi harta benda dan kecelakaan dapat dikelompokkan baik secara personal lines atau commercial lines. Personal lines meliputi asuransi kendaraan

bermotor dan asuransi kepemilikan rumah. Commercial lines meliputi asuransi

commercial property dan asuransi adanya malpraktek pekerjaan profesional. Sifat dari asuransi harta benda dan kecelakaan dibanding dengan asuransi jiwa memiliki period yang lebih pendek dan banyak kebijakan yang mengaturnya. Terdapat keunikan pada jenis resiko yang dihadapi oleh perusahaan penyedia asuransi harta benda dan kecelakaan yaitu pertama resiko geografi yang menjelaskan ketika penanggung memiliki kebijakan yang dilaksanakan dalam wilayah tertentu misalnya kebijakan untuk wilayah yang sering mengalami bencana angin topan atau gempa bumi yang menyebabkan peningkatan exposure asuransi. Kedua adalah resiko kebijakan harga, yang muncul ketika regulator membatasi harga premi yang akan dikenakan kepada

consumer.10

Di Indonesia secara institusi perusahaan penyelenggara asuransi dikelompokkan kedalam 2 (dua) jenis asuransi yaitu asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Asuransi jiwa yang secara umum individu berminat untuk memiliki karena asuransi jiwa adalah asuransi yang bertujuan menanggung orang terhadap kerugian finansial tak terduga yang disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama.

Usaha asuransi kerugian mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda dengan jenis usaha di bidang jasa pada umumnya Karena usaha asuransi mengambil alih berbagai risiko dari pihak lain sehingga perusahaan asuransi menjadi padat risiko apabila tidak dikelola dengan baik. Di samping itu perusahaan asuransi juga padat informasi dengan berbagai informasi yang harus diolah untuk pengambilan keputusan underwriting, keuangan dan lain-lain. Dasar usaha asuransi adalah kepercayaan       

10 


(20)

masyarakat, terutama dalam hal kemampuan keuangan (bonafiditas) perusahaan untuk memenuhi kewajiban klaim dan kewajiban lain-lain tepat pada waktunya. Untuk itu usaha asuransi harus dikelola secara profesional, baik dalam pengelolaan risiko maupun

dalam pengelolaan keuangan.11

Asuransi Kendaraan Bermotor adalah asuransi yang menjamin kerugian, kerusakan dan kehilangan atas kendaran bermotor yang menjadi obyek pertanggungan

serta kerugian akibat tuntutan hukum pihak ketiga.12

Lingkup Jaminan

1. Comprehensif (Gabungan / Menyeluruh)

Memberikan jaminan atas setiap kerugian atau kerusakan yang terjadi pada kendaraan bermotor disebabkan oleh kecelakaan sebagaimana yg diatur di dalam polis.

2. Total Loss Only (Kerugian Total Semata)

Memberikan jaminan atas kehilangan kendaraan akibat pencurian atau kerusakan dimana biaya perbaikannnya melebihi 75 % dari nilai pasar kendaraan yang dipertanggungkan.

Kendaran Bermotor yang termasuk dalam pengertian asuransi ini adalah kendaraan roda empat (mobil: penggunaan pribadi atau komersil), kendaraan roda

dua (sepeda motor) dan alat berat.13

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan ilmiah terdapat beraneka ragam jenis penelitian. Dari berbagai jenis penelitian, khususnya penelitian hukum yang paling popular dikenal adalah :       

11

Sri Rejeki Hartono, Op.Cit  

12 

H. Man Suparman Sastra Widjaja dan Endang, Op.Cit 

13 


(21)

1. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan dilakukan dengan

cara meneliti bahan kepustakaan atau hanya menggunakan data sekunder belaka.14

2. Penelitian hukum empiris yang dilakukan dengan cara terutama meneliti data

primer yang diperoleh di lapanga selain juga meneliti data sekunder dari perpustakaan.

Pilihan metode suatu penelitian hukum tergantung pada tujuan penelitian itu sendiri. Sesuai dengan tujuan skripsi ini, maka penelitian hukum yang digunakan

adalah penelitian hukum normatif atau disebut juga dengan studi kepustakaan (library

research).15

Dalam melaksanakan penelitian ini, perlu ditegaskan alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian. Dalam penelitian ini dipakai tiga alat pengumpul data, yaitu :

1. Bahan hukum primer yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, baik peraturan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia seperti KUHD dan Undang-

undang No 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer seperti seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah, koran-koran, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber internet yang berkaitan dengan persoalan diatas.

       14 

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1991)

 

15 

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988)


(22)

3. Bahan hukum tersier yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hokum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedia dan lain-lain.

G. Sistematika penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar tidak terjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub-sub bab.

Adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ASURANSI KENDARAAN

BERMOTOR. Bab ini berisikan tentang Pengertian Asuransi Kendaraan Bermotor, Macam-macam resiko dalam asuransi kendaraan bermotor, Perjanjian leasing kendaraan bermotor, Proses Pengajuan dan Penyelesaian klaim asuransi kendaraan bermotor, Berakhirnya Asuransi Kendaraan Bermotor.

BAB III. PERTANGGUNGAN ASURANSI DALAM HUKUM DAGANG, Bab ini berisikan tentang Pengertian dan pengaturan pertanggungan asuransi, Jenis dan Macam pertanggungan asuransi, Premi dan Asuransi pertanggungan asuransi, Klaim pertanggungan atau asuransi dan Dasar hukum mengenai asuransi Kendaraan bermotor.


(23)

BAB IV. ANALISA HUKUM ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR MENURUT KUH DAGANG. Bab ini berisi tentang Pemberian Ganti Rugi Terhadap Asuransi Kendaraan Bermotor dalam kaitannya dengan KUHD

dan Tanggung jawab hukum penyelesaian klaim asuransi kendaraan

bermotor.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini adalah merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, dimana dalam bab V ini berisikan kesimpulan dan saran-saran dari penulis.


(24)

BAB II

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

A. Pengertian Asuransi Kendaraan Bermotor

Pada tahap awal perkembangan asuransi di Indonesia, jenis asuransi yang ada hanya terbatas pada asuransi kebakaran dan asuransi mobil. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan berjalannya fungsi perbankan sebagai penyalur kredit ke sektor manufaktur serta sektor riil lainnya, maka industri asuransi pun turut berkembang. Kini jenis-jenis pertanggungan dalam asuransi kerugian berdasarkan data dari Bappepam-LK, Biro Perasuransian telah terbagi atas 13 (tiga

belas) cabang (produk/class of business) yang meliputi asuransi harta benda (property),

asuransi kendaraan bermotor (motor vehicle), asuransi pengangkutan laut (marine

cargo), asuransi rangka kapal (marine hull), asuransi rangka pesawat (aviation),

asuransi rekayasa (engineering), asuransi kecelakaan diri dan kesehatan (personal

accident & health), asuransi kredit dan penjaminan (credit & surety), asuransi satelit,

asuransi energi (energy-onshore), asuransi energi (energy-offshore), serta aneka cabang

asuransi lain yang dikategorikan dalam cabang asuransi aneka (others).16

Asuransi Kendaraan Bermotor, salah satu jenis asuransi kerugian yang diminati konsumen karena asuransi ini memberikan pertanggungan atas kerugian/ berkurangnya nilai secara finansial atas obyek pertanggungan kendaraan bermotor yang disebabkan karena menabrak, ditabrak, dicuri, terbakar, dan tergelincir. Secara spesifik juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 74/PMK.010/2007 khususnya Pasal 1 ayat (2) : Asuransi Kendaraan Bermotor adalah produk asuransi       

16 

Djoko Prakoso, I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: PT Asdi Maha Satya, 2000)


(25)

kerugian yang melindungi tertanggung dari resiko kerugian yang mungkin timbul

sehubungan dengan kepemilikan dan pemakaian kendaraan bermotor.17

Asuransi Kendaraan Bermotor merupakan bagian dari asuransi umum yang menjamin kerugian atau kerusakan pada kendaraan bermotor yang dipertanggungkan terhadap resiko tabrakan, perbuatan jahat orang lain, pencurian, kebakaran dan sambaran petir, sesuai dengan kondisi yang tercantum dalam Polis Kendaraan Bermotor Indonesia. Secara garis besar, jenis pertanggungan Asuransi Kendaraan Bermotor

terbagi menjadi 2 (dua) yaitu dibagi menjadi 2 (dua) jenis:18

1. Comprehensive/All Risk (Kerugian Gabungan) memberikan jaminan terhadap:

a. Kerugian/kerusakan atas kendaraan bermotor yang diasuransikan karena

tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir dari jalan.

b. Kerugian keuangan/kerusakan kendaraan bermotor karena perbuatan jahat

orang-orang terkecuali oleh keluarga sendiri/orang yang bekerja dengan tertanggung atau membawa kendaraan tersebut seizin tertanggung.

c. Kebakaran yang diakibatkan oleh api yang muncul dari dalam maupun dari luar

kendaraan.

d. Pencurian, termasuk pencurian yang dilakukan dengan kekerasan.

e. Sambaran petir.

2. Total Loss Only (TLO) menjamin kerugian kendaraan yang diasuransikan baik karena kecelakaan, kebakaran, maupun pencurian, dimana kerugian tersebut memenuhi salah satu syarat berikut :

a. Akibat kecelakaan/kebakaran, dimana biaya kerugian/kerusakan mencapai 75%

atau lebih dari harga kendaraan.       

17 

Ronny Hanitijo Sumitra, 1998, Asuransi Kendaraan bermotor, Ghalia Indonesia, Jakarta.

18 


(26)

b. Akibat pencurian, bila dalam batas waktu 60 hari kendaraan tersebut belum diketemukan.

c. Resiko sendiri untuk resiko kecelakaan (butir 1) dan pencurian (butir 2) berlaku

jumlah yang tercantum dalam polis.

Perbedaan keduanya adalah bahwa pada jenis pertanggungan TLO, penanggung baru akan membayar kerugian apabila nilai kerugian yang diakibatkan oleh resiko yang dijamin melebihi 75% dari harga pertanggungan yang disepakati di awal, sedangkan

pada jaminan comprehensive (all risk), tertanggung dapat mengajukan klaim untuk

kerusakan akibat resiko yang dijamin berapapun nilai kerugian yang terjadi, sepanjang

tidak melebihi harga pertanggungan.19

Sebenarnya, pertanggungan untuk kendaraan bermotor telah terstandarisasi, dengan jaminan dan pengecualian seperti tertera dalam PSKBI (Polis Standar Kendaraan Bermotor Indonesia). Resiko yang dijamin dalam asuransi ini adalah kerugian yang disebabkan karena tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir, perbuatan jahat orang lain, pencurian, kebakaran, sambaran petir.

Namun dalam perkembangannya, perusahaan asuransi berupaya untuk menarik

konsumen dengan memberikan nilai tambah (value added) selain dari resiko standar

yang disebutkan dalam PSKBI. Perluasan tersebut dapat meliputi resiko akibat huru-hara, kerusuhan, terorisme dan sejenisnya. Beberapa perusahaan lain bahkan memberikan nilai tambah lain seperti layanan derek gratis. Hal tersebut menjadikan persaingan dalam asuransi kendaraan bermotor menjadi semakin ketat. Sebagaimana pula dalam jenis asuransi harta benda, asuransi kendaraan bermotor juga menjadi asuransi wajib bagi pembeli kendaraan yang menggunakan fasilitas kredit melalui bank maupun perusahaan pembiayaan (leasing). Dengan demikian, pertumbuhan penjualan       

19 


(27)

polis akan sejalan dengan berkembangnya penyaluran kredit kendaraan bermotor

melalui bank maupun perusahaan pembiayaan.20

B. Macam-macam resiko dalam asuransi kendaraan bermotor

Sejalan perkembangan zaman yang semakin maju, pola berpikir manusia dari masa ke masa pun selalu meningkat. Usaha seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhannya sangat beragam, namun pada umumnya mereka akan berusaha keras supaya dapat memenuhi kebutuhan itu. Setiap orang juga memiliki tujuan yang berbeda dengan dipenuhinya kebutuhan tersebut, ada yang demi kelangsungan hidupnya, kebahagiaan, kepuasan bahkan untuk prestise. Keinginan tersebut ternyata diimbangi oleh kebutuhan seseorang untuk dapat menjalani hidup dengan tenang, terjamin keselamatannya dan harta bendanya tanpa harus mencemaskan diri dengan berbagai hal.21

Selain itu keinginan manusia untuk selalu dapat memenuhi kebutuhannya juga semakin besar, sebagai contoh beberapa waktu terakhir ini kebutuhan akan kendaraan bermotor menjadi suatu keperluan yang sangat mendesak. Sekarang ini hampir setiap keluarga mempunyai satu kendaraan bermotor bahkan lebih, hal ini tidak terlepas dari keinginan manusia untuk hidup praktis dan serba cepat. Namun dengan keadaan masyarakat akhir-akhir ini yang selalu dihantui dengan rasa tidak aman dengan berbagai peristiwa yang terjadi seperti makin maraknya tawuran antar pelajar, perselisihan antar daerah, maupun aksi perampokan yang dilakukan dengan senjata. Hal

       20 

Tarsisi Tamudji, Wawasan Perasuransian, (Semarang: IKIP Press, 1990)

21 

Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, (Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1992)


(28)

ini menimbulkan seseorang untuk melakukan segala hal yang mendorong terwujudnya

rasa aman.22

Namun keinginan seseorang untuk memiliki rasa aman bukan hanya untuk keselamatan jiwa raganya sendiri saja, namun dengan terus dipenuhinya kebutuhan manusia dari hari ke hari mengakibatkan semakin besarnya keinginan manusia untuk memiliki rasa aman terhadap harta bendanya, kesehatannya, bahkan tanggung jawab hukumnya. Dengan kata lain, semakin seseorang tersebut melakukan pemenuhan terhadap setiap kebutuhannya, semakin besar rasa khawatir yang di rasakannya. Misalnya saja seseorang yang hanya mampu membeli motor butut tentu saja tidak secemas orang yang didalam rumahnya terdapat berbagai barang mewah dan dalam garasinya diparkir beberapa mobil pribadinya.

Kemungkinan akan kehilangan (kerugian) miliknya karena berbagai sebab (yang tidak pasti), ia disebut menghadapi suatu risiko,1 kemungkinan akan kehilangan ini dihadapi oleh setiap orang dan sudah barang tentu merupakan suatu hal yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu agar risiko tersebut tidak terjadi maka dilakukan tindakan mencegah kehilangan atau kerugian. Tetapi ternyata upaya tersebut tidak selalu berhasil menghadapi risiko yang dihadapi. Oleh karena itulah, maka orang mencari cara lain untuk mengatasi risiko tersebut. Usaha-usaha seseorang untuk memperalihkan risiko itulah yang menjadi dasar keberadaan lembaga asuransi atau lembaga pertanggungan didalam masyarakat. Dengan cara mengasuransikan sesuatu barang yang dimilikinya, maka orang yang menghadapi risiko atas harta kekayaannya bermaksud untuk mengalihkan risikonya itu atau setidaktidaknya membagi risiko itu dengan pihak lain yang bersedia menerima peralihan atau pembagian risiko itu.

      

22 


(29)

Asuransi dan risiko memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain. Asuransi dapat disebut sebagai lembaga peralihan risiko, artinya lembaga tersebut dapat dipakai sebagai lembaga untuk mengadakan peralihan risiko, dari pihak yang satu

(tertanggung) kepada pihak yang lain (penanggung).23

Salah satu asuransi yang beberapa waktu terakhir ini meningkat tajam jumlah permohonannya adalah jenis asuransi kendaraan bermotor khususnya untuk jenis mobil. Hal ini tidak lepas dari situasi dan kondisi yang terjadi di Indonesia selama hampir dua belas tahun terakhir ini yang lebih dikenal dengan sebutan era reformasi, memang

belum mampu menjamin stabilitas politik dan keamanan.24

Asuransi kendaraan bermotor merupakan salah satu dari berbagai jenis asuransi kerugian. Pada umumnya tujuan dari asuransi kendaraan bermotor adalah untuk mengambil alih risiko-risiko yang mungkin ditanggung oleh pemilik kendaraan bermotor yang bersangkutan terhadap keuangan yang diderita kendaraan bermotor karena berbagai sebab yang tidak tentu. Dapat juga terhadap risiko-risiko yang yang berhubungan dengan kewajiban menurut hukum untuk membayar ganti rugi kepada pihak ketiga berhubungan dengan sesuatu yang ada kaitannya dengan kendaraan bermotor miliknya atau yang menjadi tanggung jawabnya. Termasuk jenis kendaraan bemotor. Pengaturan untuk asuransi kendaraan bermotor ini secara khusus belum diatur dalam KUHD, meskipun demikian ketentuan umum dan syarat-syarat perjanjian

berlaku pula bagi asuransi kendaraan bermotor.25

Tidak ada asuransi yang dapat menjamin seluruh risiko kendaraan bermotor,

walau pun kondisi penutupan adalah Komprehensif (dahulu disebut All Risk).

Risiko-       23 

Barneveld, H, Pengantar Dalam Pengetahuan Umum Asuransi, (Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1980)

24

Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000)

25

R. Ali Rido, Hukum Dagang : Tentang Aspek-aspek Hukum Asuransi Udara, Asuransi Jiwa, dan Perkembangan Perseroan Terbatas, (Bandung:Remadja Karya, 1986)


(30)

risiko yang tidak dijamin dicantumkan dengan jelas pada persyaratan polis, antara lain: kehilangan keuntungan selama kendaraan tidak dapat digunakan akibat kecelakaan; kerugian akibat penggelapan; hilangnya atau rusaknya peralatan tambahan atau non standar yang tidak disebutkan dalam ikhtisar polis; akibat perbuatan jahat yang dilakukan oleh tertanggung atau keluarga tertanggung; kendaraan digunakan untuk belajar mengemudi atau perlombaan atau karnaval, atau tindak kejahatan; kelebihanmuatan; pengemudi tidak memiliki SIM atau melanggar peraturan lalu lintas;

barang muatan di dalam kendaraan; akibat bencana alam atau perang dan sejenisnya.26

C. Perjanjian leasing kendaraan bermotor

Sebagai suatu perjanjian, leasing mempunyai alas hukum yang pokok yaitu asas kebebasan berkontrak. Seperti yang terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata, yang disebutkan: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.”

Setiap orang bebas melakukan perjanjian, asal perjanjian tersebut memenuhi persyaratan-persyaratan mengenai sahnya perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Sepanjang memenuhi syarat seperti yang diatur oleh perundang-undangan, maka leasing berlaku dan ketentuan tentang perikatan seperti yang terdapat dalam buku ketiga KUH Perdata, berlaku juga untuk leasing, namun demikian di samping alas hukum mengenai asas kebebasan berkontrak terdapat beberapa alas hukum lainnya yang lebih bersifat administratif.

      

26 


(31)

Leasing merupakan suatu “kata atau peristilahan” baru dari bahasa asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia , yang sampai sekarang padanannya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak atau belum ada yang dirasa cocok. Istilah leasing ini sangat menarik karena bertahan dalam nama tersebut tanpa diterjemahkan dalam

bahasa setempat, baik di Amerika yang merupakan asal-usul adanya lembaga leasing

ini, maupun di negara-negara yang telah mengenal lembaga leasing ini.27

Secara umum leasing artinya adalah equipment funding, yaitu pembiayaan

peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak. Adapun definisi lain dari leasing dapat dikemukakan sebagai berikut: Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, dan Menteri Perindustrian No.KEP.122/MK/IV/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/I/1974, menyebutkan bahwa leasing itu adalah ; “Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaaan tertentu, berdasarkan pembayaran-penbayaran secara berkala, disertai

dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal

yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama”.

Sejak dikeluarkan Keputusan Bersama Tiga Menteri mengenai status hukum leasing di Indonesia, maka para sarjana hukum di Indonesia bertanya-tanya tentang apakah sebenarnya leasing itu bila ditinjau dari segi hukum di Indonesia, sebab selama ini segi-segi ekonomislah yang lebih sering ditonjolkan dalam informasi tehnis yang diberikan oleh pihak pihak yang bersangkutan, namun aspek yuridisnya belumlah       

27 

Charles Dulles Marpaung, Pemahaman Mendasar Atas Usaha Leasing, Integrita Press, Jakarta 1985.


(32)

dianalisis secara mendalam. Bertalian dengan sifat hukum perdata dari leasing tampaknya ada dua pendapat yang berlawanan : Pendapat yang pertama menyatakan “Bahwa leasing dalam pengertian yuridis adalah sewa-menyewa”. Sedangkan pendapat yang kedua menyatakan, “Bahwa kontrak lease

berdasarkan hukum perdata tidak dapat ditetapkan di bawah satu penyebutan (noemen).28

Bandingkan dengan ketentuan Pasal 1 huruf (a) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169 Tahun 1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) ; “Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (Finance lease) maupun Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala”. Pada prinsipnya pengertian dari lembaga leasing itu sendiri adalah sama dan harus terdiri dari unsur-unsur

pengertian sebagai berikut :29

- Pembiayaan perusahaan;

- Penyediaan barang-barang modal; - Adanya jangka waktu tertentu; - Pembayaran secara berkala;

- Adanya hak pilih (optie);

- Adanya nilai sisa yang disepakati bersama.

Pihak-pihak dalam perjanjian leasing adalah :30

       28 

Djoko Prakoso, Leasing dan Permasalahannya, Effhar & Dahara Priza, Semarang, 1996

29

Eddy P. Soekadi, Mekanisme Leasing, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986 30 

Gani Djemat, Menyusun Perjanjian Leasing Untuk Lessor dan Lessee, Asosiasi Leasing Indonesia Jakarta, 1984.


(33)

a. Pihak yang disebut lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari

beberapa perusahaan. Pihak penyewa ini disebut juga sebagai investor,

equito-holders, owner-participants atau trustersowners.

b. Pihak yang disebut lesee, yaitu pihak yang menikmati barang tersebut dengan

membayar sewa guna yang mempunyai hak opsi.

c. Pihak kreditur atau lender atau disebut juga debt-holders atas loan participants

dalam transaksi leasing, umumnya terdiri dari bank, insurance company

(perusahaan asuransi), trust, yayasan.

d. Pihak Supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan. Supplier ini

dapat terdiri dari perusahaan (manufacturer) yang berada di dalam negeri atau yang

mempunyai kantor pusat di luar negeri.

Asuransi dalam perjanjian yang diadakan oleh PT. Mitra Dana Putra Utama Finance Cabang Semarang, pihak asuransi terdiri dari asuransi yang ditunjuk oleh lessor untuk menjamin pertanggungan obyek leasing antara lessor dan bank, serta ada pula asuransi yang diadakan sendiri oleh lessor untuk menjamin obyek leasing antara lessor dan lessee. Hal ini dimaksudkan bahwa apabila nanti dikemudian hari obyek leasing dari lessee yang wanprestasi tidak ditemukan atau musnah maka lessor akan aman asalkan ada pernyataan dari kepolisian terhadap kemusnahannya tersebut.

Prosedur mekanisme leasing ini sangat diperlukan dalam proses pembuatan perjanjian leasing, sebab dalam prosedur tersebut terdapat tahapantahapan yang mengatur setiap tindakan yang harus diambil oleh para pihak, sehingga dapat dipastikan bahwa proses pembuatan perjanjian tersebut dapat berjalan sesuai dengan teratur dan


(34)

sistematis sesuai kehendak para pihak sampai pada detik tercapainya atau lahirnya

perjanjian tersebut yang ditandai dengan penandatanganan kontrak leasing.31

Setiap usaha mempunyai resikonya masing-masing. Resiko yang sering dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian leasing di perusahaan asuransi ini adalah

macetnya cicilan dari pihak lessee atau konsumen karena berbagai alasan. Resiko usaha

dalam praktek sulit dihindari, namun pihak perusahaan dalam hal ini selalu berusaha menekan resiko usaha sekecil mungkin.

Pada umumnya tanggung jawab terhadap obyek perjanjian leasing yang terdapat

dalam praktek perjanjian leasing adalah tanggung jawab mengenai:32

1. Penggunaan barang leasing. 2. Pemeliharaan barang leasing.

3. Kehilangan dan kerusakan barang leasing karena sebab apapun.

4. Wanprestasi atau ingkar janji dari lessee.

5. Pembiayaan barang leasing, yaitu meliputi biaya asuransi, pajak, bunga, dan lain-lain.

6. Resiko-resiko yang terjadi atas barang leasing selama masa leasing berlangsung. Pembagian dan pengaturan tanggung jawab tersebut di atas oleh para pihak dalam perjanjian leasing harus dilakukan berdasarkan atas itikad baik dan keadilan, seperti yang diatur dalam ketentuan buku III KUHPerdata, semua ketentuan mengenai perjanjian dan perikatan yang berlaku dalam hukum perjanjian juga harus dijadikan pedoman dalam pembagian dan pengaturan tersebut. Pelaksanaan atau prestasi dari tanggung jawab para pihak terhadap obyek perjanjian leasing dalam prakteknya harus dilaksanakan sesuai dengan undang-undang, kebiasaan, dan kepatutan, seperti yang       

31 

Sri Utami & J. Sudiarto, Problematika Leasing di Indonesia, Arikha Media Cipta, Jakarta 1983.

32 


(35)

diatur dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata. Ketentuan mengenai tanggung jawab para pihak terhadap perjanjian leasing dalam pelaksanaannya selain mengikat bagi para pihak dalam perjanjian juga mengikat bagi para ahli waris yang memperoleh hak dan pihak ketiga, seperti yang diatur dalam Pasal 1315-1318 dan Pasal 1340 KUHPerdata.

Jadi apabila selama masa leasing lessee meninggal dunia, maka perjanjian leasing akan

tetap berlaku dan seluruh kewajiban lessee harus ditanggung oleh ahli warisnya.

Ketentuan ini juga berlaku bagi pihak ketiga jika sebelumnya sudah ditentukan dalam perjanjian leasing.

Apabila dalam perjanjian leasing salah satu pihak tidak melaksanakan ketentuan mengenai tanggung jawab terhadap objek leasing, maka ia dikatakan wanprestasi atau

ingkar janji. Wanprestasi atau ingkar janji tersebut dapat berupa perbuatan-perbuatan:33

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

2. Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagian seperti yang dijanjikannya. 3. Melakukan apayang dijanjikan tetapi terlambat.

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya

Terhadap perbuatan-perbuatan tersebut di atas maka pihak yang melakukannya dapat dikenakan sanksi berupa:

1. Membayar ganti rugi kepada pihak yang dirugikan berupa biaya rugi dan bunga. 2. Pembatalan perjanjian.

3. Peralihan resiko.

4. Membayar biaya perkara di pengadilan.34

      

33 

Eddy P. Soekadi, Op.Cit 

34 


(36)

D. Proses Pengajuan dan Penyelesaian klaim asuransi kendaraan bermotor

Persoalan peristiwa tak tentu atau evenemen erat sekali hubungannya dengan persoalan ganti kerugian. Dalam Pasal 204 KUHD yang mengatur tentang isi polis, tidak ada ketentuan keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa. Dalam asuransi jiwa, yang dimaksud dengan bahaya adalah meninggalnya orang yang jiwanya diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu merupakan hal yang sudah pasti, setiap makhluk bernyawa pasti mengalami kematian. Tetapi kapan meninggalnya seseorang tidak dapat dipastikan. Inilah yang disebut peristiwa tidak pasti (evenemen) dalam asuransi jiwa. Evenemen ini hanya satu, yaitu ketidakpastian kapan meninggalnya seseorang, sebagai salah satu unsure yang dinyatakan dalam definisi asuransi kenadaraan bermotor. Karena evenemen ini hanya satu, maka tidak perlu dicantumkan dalam polis. Evenemen meninggalnya tertanggung itu berisi

dua, yaitu meninggalnya itu benar-benar terjadi sampai jangka waktu asuransi, dan benar-benar tidak terjadi sampai asuransi berakhir. Keduaduanya menjadi beban penanggung.

Tuntutan ganti kerugian oleh tertanggung kepada penanggung inilah yang biasanya disebut klaim atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa klaim adalah tuntutan terhadap hak yang timbulnya disebabkan karena adanya perjanjian asuransi yang telah berakhir. Besarnya uang santunan yang wajib dibayar oleh penanggung kepada penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai kesepakatan yang tercantum dalam polis. Pembayaran santunan merupakan akibat terjadinya peristiwa, yaitu meninggalnya tertanggung dalam jangka waktu berlakunya asuransi kendaraan bermotor. Tetapi apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka tertanggung sebagai pihak dalam asuransi


(37)

jiwa, berhak memperoleh pengembalian sejumlah uang dari penanggung yang jumlahnya telah ditetapkan berdasarkan perjanjian.

Prosedur Pengajuan Klaim Kendaraan Bermotor

Tindakan pertama yang harus dilakukan jika Terjadi kerugian akibat kecelakaan atau Kehilangan

1. Anda harus melapor kepada kami dalam jangka waktu maksimum 72 jam setelah

kejadian.

2. Anda tidak diperbolehkan mengambil tindakan apapun sebelum mendapat

persetujuan dari Perusahaan Asuransi. Hal - Hal yang perlu Dilakukan

Memberikan data-data seperti dibawah ini jika melapor melalui telepon/fax/telex/surat :

a. Nomor polis asuransi

b. Tempat kejadian

c. Nama pemilik polis

d. Kerugian benda

e. Merek kendaraan

f. Nomor polis kendaraan jadinya kecelakaan/

g. Tanggal kejadian kerugian

Dokumen - Dokumen Klaim yang Diperlukan

1. Anda diminta untuk melengkapi dan menyerahkan dokumen - dokumen seperti

dibawah ini setiap kali Anda mengajukan klaim.

2. Mengisi formulir klaim (formulir dapat diminta)

3. Foto copy polis asuransi


(38)

5. Surat keterangan polisi setempat (B.A.P.) untuk klaim kendaraan jika kehilangan perlengkapan standard / non standart maupun kehilangan kendaraan dan juga jika kendaraan Anda mengalami rusak berat atau menyangkut pihak ketiga.

Khusus klaim kehilangan kendaraan atau Kerusakan total

1. Selain dokumen - dokumen diatas, Anda diminta untuk menyerahkan dokumen -

dokumen lain seperti dibawah ini jika Anda mengajukan klaim kehilangan kendaraan

a. STNK asli

b. Kunci kontak kendaraan min.

c. Surat keterangan KADIT RESERSE POLDA

d. BPKB asli dan faktur

e. Blanko kwitansi kosong rangkap tiga

f. Pemblokiran STNK

Khusus klaim yang melibatkan tanggung jawab Hukum terhadap pihak ketiga (third party Liability). Jika Anda mengalami kecelakaan yang melibatkan kerugian pada pihak ketiga (TPL) dan Anda dituntut untuk mengganti kerugiannya, maka Anda harus melengkapi dan menyerahkan dokumen - dokumen sebagai berikut :

1. Surat keterangan polisi setempat (Berita Acara Pemeriksaan) 2. Foto copy STNK dan SIM dari pihak ketiga

3. Surat tuntutan dari pihak ketiga yang ditandatangani diatas materai 4. Foto kerugian materi dari pihak ketiga

Hal - hal mengenai perbaikan kendaraan exaccident / bengkel

1. Jika dokumen - dokumen klaim Anda sudah lengkap dan kendaraan Anda maupun

kerugian pihak ketiga sudah ditinjau, maka keputusan untuk memperbaiki / mengganti kerusakan menjadi tanggung jawab pihak Asuransi.


(39)

2. Nama bengkel yang akan memperbaiki kendaraan Anda akan segera kami beritahukan.

Hal - Hal Penting Lain Yang Perlu Diketahui

1. Anda Diminta untuk tidak memperbaiki atau mengganti kerusakan kendaraan Anda

maupun pihak ketiga baik secara sendiri - sendiri maupun sepihak tanpa sepengetahuan atau seizin pihak Asuransi.

2. Jaminan pertanggungan hanya berlaku berdasarkan Sertifikat Asuransi Kendaraan

yang Anda miliki.

Asuransi Kendaraan Bermotor ditutup dengan kondisi Comprehensive Polis

Standar Kendaraan Bermotor Indonesia dengan Jaminan : Penanggung memberikan

ganti rugi kepada Tertanggung terhadap :35

a. Kerugian atau kerusakan Kendaraan Bermotor yang dipertanggungkan yang

disebabkan oleh :

1) Tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir dari jalan, termasuk juga akibat dari

kesalahan material, konstruksi, cacat sendiri atau sebab-sebab lainnya dari Kendaraan Bermotor bersangkutan;

2) Perbuatan jahat orang lain;

3) Pencurian, termasuk pencurian yang didahului atau disertai atau diikuti dengan

kekerasan ataupun ancaman dengan kekerasan kepada orang dan/atau Kendaraan Bermotor yang dipertanggungkan dalam Perjanjian ini;

4) Kebakaran, termasuk benda atau Kendaraan Bermotor lain yang berdekatan atau

tempat penyimpanan Kendaraan Bermotor yang dipertanggungkan, atau karena air dan/atau alat-alat lain yang dipergunakan untuk menahan atau memadamkan       

35 

Faried Wijaya dan Soetatwo Hadiwiguno, Perkembangan, Teori dan Kebijakan Asuransi kendaraan bermotor), BPFE UGM, Yogyakarta, EdisiKedua.


(40)

kebakaran demikian juga karena dimusnahkan seluruh atau sebagian Kendaraan Bermotor yang dipertanggungkan atas perintah yang berwenang dalam pencegahan menjalarnya kebakaran itu; dan

5) Sambaran Petir.

6) Kerusakan roda bila kerusakan tersebut mengakibatkan pula kerusakan

Kendaraan Bermotor itu juga disebabkan oleh kecelakaan.

7) Biaya yang wajar dikeluarkan oleh tertanggung untuk penjagaan atau

pengangkutan ke bengkel atau tempat lain juga menghindari atau mengurangi kegiatan atau kerusakan yang dijamin dalam polis, paling tinggi 0,5% (setengah persen) dari jumlah pertanggungan, tanpa diperhitungkan dengan resiko sendiri.

8) Resiko sendiri yang dikeluarkan oleh Tertanggung apabila terjadi resiko untuk

setiap kejadian sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) perkejadian

Setiap terjadi musibah atas kendaraan bermotor yang dipertanggungkan, maka pihak pertama akan melaporkan kepada pihak kedua dengan sarana tercepat, datang secara langsung, telepon, faksimile dan pihak kedua setelah menerima laporan tersebut segera melakukan survey paling lambat 1 x 24 jam setelah laporan diterima. pihak pertama setelah melaporkan terjadinya musibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, maksimal 5 hari kerja (5 x 24 jam) harus sudah memberikan keterangan secara tertulis kepada pihak kedua mengenai peristiwa atau musibah yang terjadi dan mengisi Formulir Laporan Kerugian.

Apabila pihak kedua sulit dihubungi oleh pihak pertama sedangkan keesokan harinya jatuh pada hari libur, maka pihak pertama akan melaporkan kejadian pada hari kerja berikutnya setelah hari libur tersebut.


(41)

dalam hal ini terjadi kerugian atau kerusakan sebagian atas kendaraan bermotor, pihak pertama akan menyampaikan laporan kerugian dan dapat membawa kendaraannya pada satu bengkel rekanan pihak kedua.

Proses Pembayaran Klaim:

(1) Pembayaran ganti rugi sebagian atau partial loss akan dibayarkan kepada bengkel

rekanan pihak kedua dikurangi resiko sendiri.

(2) pembayaran ganti rugi klaim total loss langsung kepada pihak pertama dalam

jangka waktu paling lama 30 hari kerja setelah dicapainya persetujuan mengenai

jumlah penggantian dan dokumen pendukung dilengkapi.36

Tertanggung, setelah mengetahui atau seharusnya mengetahui adanya kerugian dan atau kerusakan atas Kendaraan Bermotor dan atau kepentingan

yang dipertanggungkan, wajib:

1. Memberitahu Penanggung secara tertulis atau secara lisan yang diikuti dengan

tertulis kepada Penanggung selambat–lambatnya 5 (lima) hari kalender sejak terjadinya kerugian atau kerusakan

2. Melaporkan kepada dan mendapat surat keterangan dari serendah–rendahnya

Kepolisian Sektor (Polsek) di tempat kejadian, jika terjadi kerugian dan atau kerusakan sebagian yang disebabkan oleh pencurian atau melibatkan pihak ketiga, yang dapat dijadikan dasar untuk menuntut ganti rugi kepada atau dari pihak ketiga.

3. Melaporkan kepada dan mendapat surat keterangan dari Kepolisian Daerah (Polda)

di tempat kejadian dalam hal kerugian total akibat pencurian.

       36 

Ismijati, Siti, Tinjauan umum mengenai asuransi, Mandar Maju, Bandung, 1994. .


(42)

Survey wajib dilakukan terhadap semua klaim, segera setelah menerima laporan klaim kecuali ada masalah pembayaran premi atau validasi polis yang mengalami kerugian. Yang harus dilengkapi pada saat survey adalah:

a. Foto Kendaraan Bermotor yang mengalami kerugian

b. Foto lokasi keadian (bila perlu)

c. Bukti cek fisik kendaraan (nomor mesin dan nomor rangka)

d. Laporan survey/laporan kerusakan.

Dalam hal terjadi kerugian dan atau kerusakan atas Kendaraan Bermotor

dan atau kepentingan yang dipertanggungkan, Penanggung berhak

menentukan pilihannya atas cara melakukan ganti rugi sebagai berikut :

a. Perbaikan di bengkel yang ditunjuk atau disetujui oleh Penanggung

b. Pembayaran tunai

c. Penggantian suku cadang atau kendaraan sesuai dengan merk, tipe, model dan tahun

yang sama sebagaimana tercantum pada polis

Penanggung wajib menyelesaikan pembayaran ganti rugi dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak adanya kesepakatan tertulis antara Penanggung dan

Tertanggung mengenai jumlah ganti rugi yang harus dibayar.37

 

E. Berakhirnya Asuransi Kendaraan Bermotor

Perjanjian asuransi berakhir apabila:38

1. Jangka waktu berlaku sudah berakhir

Perjanjian asuransi biasanya dilakukan untuk jangka waktu tertentu. Jangka waktu asuransi tersebut ditetapkan di dalam polis. KUHD tidak mengatur secara tegas       

37 http://www.reliance-insurance.com diakes tanggal 13 September 2011 

38 

Purwahid Patrik, 1994. Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan yang lahir dari perjanjian Asuransi dan dari Undang-Undang), Mandar Maju,Bandung.


(43)

jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu yang ditentukan itu habis, maka asuransi berakhir.

2. Perjalanan berakhir

Asuransi berdasarkan perjalanan ini umumnya diadakan untuk asuransi pengangkutan.

3. Terjadinya evenemen diikuti klaim

Di dalam polis dinyatakan bahwa terhadap evenemen apa saja asuransi itu diadakan. Apabila pada saat asuransi berjalan terjadi evenemen yang ditanggung dan menimbulkan kerugian, penanggung akan menyelidiki apakah benar tertanggung mempunyai kepentingan atas benda yang diasuransikan itu. Jika benar, maka dilakukan pemberesan berdasarkan klaim tertanggung. Pembayaran ganti rugi ini dipenuhi oleh penanggung berdasarkan asas keseimbangan. Dengan pemenuhan ganti kerugian berdasarkan klaim tertanggung, maka asuransi berakhir.

4. Asuransi berhenti atau dibatalkan

Asuransi dapat berakhir apabila asuransi itu berhenti. Berhentinya asuransi dapat berjalan karena kesepakatan antara tertanggung dan penanggung. Berhentinya asuransi dapat juga terjadi karena factor di luar kemauan tertanggung dan penanggung, misalnya terjadi pemberatan risiko setelah asuransi berjalan (Pasal 293 dan 638 KUHD).

5. Asuransi gugur

Asuransi gugur biasanya terdapat di dalam asuransi pengangkutan. Jika barang yang akan diangkut diasuransikan, kemudian barang tidak jadi diangkut, maka asuransi gugur. Tidak jadi diangkut dapat terjadi karena kapal tidak jadi berangkat atau baru akan melakukan perjalanan tetapi dihentikan. Dengan demikian, asuransi bukan dibatalkan atau batal dengan asuransi adalah pada bahaya evenemen. Pada asuransi


(44)

dibatalkan atau batal, bahaya sedang atau sudah dijalani, sedangkan pada asuransi gugur, bahaya belum dijalani sama sekali.


(45)

BAB III

PERTANGGUNGAN ASURANSI DALAM HUKUM DAGANG

A. Pengertian dan pengaturan pertanggungan asuransi

Pengertian Asuransi sebagaimana tercantum di dalam Buku Kesatu Bab IX Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) adalah sebagai berikut : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk menberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.

Definisi yang lebih luas lagi dari pada definisi pasal 246 KUHD adalah definisi pasal 1 angka(1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian menyatakan bahwa : Asuransi atau pertanggungan itu adalah perjanjian antara kedua belah pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita pihak tertanggung, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Kiranya hal ini sudah merupakan suatu pengertian yang lazim, antara lain :

1. asuransi itu adalah satu institute yang direncanakan guna menangani resiko.

2. suatu pemindahan resiko itu lazim disebut sebagai asuransi.


(46)

4. asuransi selalu berhubungan dengan resiko (Insurance is to do with risk)39

Bila ditelaah lebih lanjut pengertian asuransi dalam pasal 246 KUHD, hanya mencakup bidang asuransi kerugian tidak termasuk dalam asuransi kendaraan bermotor, karena KUHD memandang jiwa manusia bukanlah harta kekayaan. Berbeda dengan pengertian asuransi jiwa menurut pasal 1 angka 1 Undang-undang No 2 Tahun

1992 Tentang Usaha Perasuransian kecuali asuransi kerugian (loss insurance) juga

meliputi asuransi jiwa (lifeinsurance). Hal itu terlihat jelas pada rumusan kata-kata :

“…atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang untuk yang dipertanggungjawabkan”. Walaupun begitu rumusan asuransi dari pasal 246 KUHD berlaku secara umum.

Dari definisi-definisi yang diberikan tentang asuransi tersebut di atas diketahui bahwa inti dari tujuan suatu asuransi adalah mengalihkan risiko dari tertanggung yang mempunyai kepentingan terhadap obyek asuransi kepada penanggung yang timbul sebagai akibat adanya ancaman bahaya terhadap harta kekayaan atau terhadap jiwanya. Sifat-sifat perjanjian asuransi berdasarkan batasan dari pasal 246 KUHD, adalah sebagai berikut:16

1. Perjanjian Asuransi pada dasarnya adalah suatu perjanjian penggantian kerugian

(shcadevezekering atau indemnitets contract). Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita (prinsip indemnitas).

       39 

Sri Rejeki Hartono, Op.Cit  


(47)

2. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersyarat. Kewajiban mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan kalau peristiwa yang tidak tertentu atas mana diadakan pertanggungan itu terjadi.

3. Perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik. Kewajiban penanggung

mengganti rugi diharapkan dengan kewajiban tertanggung membayar premi.

4. Kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa yang tidak tertentu atas

nama diadakan pertanggungan.

Diluar sifat yang terkandung dalam pasal 246 KUHD, ada beberapa sifat lain yang diatur oleh beberapa pasal dala KUHD, yaitu:

1. Bahwa perjanjian asuransi itu adalah suatu perjanjian konsensual yang berarti dapat

diadakan hanya berdasarkan kata sepakat antara para pihak-pihak.

2. Bahwa dalam perjanjian asuransi itu unsur “utmost good faith” memegang peranan

penting sekali. Unsur utmost good faith yang dengan kata lain dapat disebut dengan itikad baik yang sebenarbenarnya, merupakan asas dari semua perjanjian.

3. Bahwa di dalam perjanjian asuransi itu pada tertanggung harus melekat sifat

sebagai orang yang mempunyai kepentingan (interest) atas peristiwa yang tidak

tentu artinya sebagai akibat dari peristiwa itu dia dapat menderita kerugian.

Pengaturan Asuransi atau pertanggungan ada dua tempat yaitu di dalam KUHD dan diluar KUHD.

a. Di dalam KUHD22

1. Buku I Bab IX tentang pertanggungan pada umumnya (Pasal 246- 268)

2. Buku II Bab X tentang pertanggungan kebakaran dan bahaya hasil panen dan

pertanggungan jiwa (Pasal 287-308)


(48)

4. Buku II Bab X tentang pertanggungan terhadap bahaya dalam pengangkutan darat dan perairan darat (Pasal 686-695)

b. Peraturan asuransi atau pertanggungan di luar KUHD ialah :

1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha perasuransian

2. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelesaian Usaha

Perasuransian.

3. Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968 dan Nomor 13 Tahun 1981 tentang

Kesehatan Pegawai Negeri dan Penerima Pensiunan Beserta Keluarganya

4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib

Kecelakaan Penumpang (Askep)

5. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas

Jalan (Askel)

6. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Astek)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai

Negeri Sipil

8. Peraturan pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 tentang Asuransi Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Kesehatan

Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan, beserta keluarganya.


(49)

B. Jenis dan Macam pertanggungan asuransi

Perkembangan asuransi di Indonesia dari sejak mulai berlakunya KUHD, dapatlah kita kemukakan jenis-jenis asuransi berdasarkan pengamatan kita tersebut, sebagai berikut:

1. Jenis asuransi menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang terdapat dua jenis

asuransi yaitu:.Komersiil (Diselenggarakan oleh Pemerintah atau swasta)

a. Asuransi Kerugian Umum

- Asuransi Pengangkutan - Asuransi Kebakaran - Asuransi Kredit

- Asuransi Kendaraan Bermotor

b. Asuransi Sejumlah Uang (Asuransi Jiwa) - Asuransi Hari Tua

- Asuransi Beasiswa - Asuransi Dwiguna

- Asuransi Sosial (Diselenggarakan oleh Pemerintah) - Asuransi Kecelakaan Penumpang

- Asuransi Korban Lalu Lintas

- Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri - Asuransi Sosial Tenaga Kerja19

Menurut ketentuan Pasal 247 KUHD Bab IX, pertanggungan atau asuransi itu antara lain dapat mengenai :

- Bahaya Kebakaran

- Bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipanen - Jiwa satu atau beberapa orang


(50)

- Bahaya laut dan perbudakan

- Bahaya yang mengancam pengangkutan , di daratan, sungaisungai dan perairan darat. 2. Pembagian jenis asuransi berikutnya adalah:

a. Asuransi secara premi yaitu ada suatu perusahaan asuransi di satu pihak yang

mengadakan persetujuan asuransi dengan masingmasing pihak terjamin. Di antara para pihak terjamin tidak ada hubungan hukum sama sekali. Asuransi dengan premi terdiri dari:

1) Asuransi ganti kerugian, misalnya asuransi pengangkutan, asuransi

kebakaran, dan lain-lain

2) Asuransi sejumlah uang

3) Asuransi campuran antara asuransi ganti kerugian dan asuransi sejumlah

uang.

b. Asuransi saling menjamin. Dalam asuransi ini ada suatu persetujuan

perkumpulan yang terdiri dari semua para pihak terjamin selaku anggota. Mereka membayar premi melainkan membayar semacam iuran kepada pengurus perkumpulan.

C. Premi dan Asuransi pertanggungan asuransi

Premi asuransi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung sebagai imbalan jasa atas pengalihan resiko kepada penanggung, dan premi tersebut merupakan

pengganti kerugian atau jaminan perlindungan dari penanggung kepada tertanggung.40

Fungsi Premi Asuransi Premi merupakan hal yang paling penting dalam asuransi, karena dengan premi yang berhasil dikumpulkan dari tertanggung, maka dalam waktu

       40


(51)

yang relatif lama, akan terkumpul sejumlah dana yang besar, sehingga dengan dana

tersebut pihak asuransi dapat:41

1. Mengembalikan tertanggung pada posisi (ekonomi) seperti sebelum terjadi kerugian

(resiko).

2. Menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan, sehingga tertanggung mampu

berdiri pada posisi semula seperti sebelum terjadinya kerugian.

3. Aktuaria dan Penentuan Tarif

Aktuaria merupakan bagian khusus dalam perusahaan asuransi yang menangani atau menghitung premi asuransi.

Beberapa faktor yang menentukan dalam penentuan tarif adalah: 1). Situasi persaingan.

2). Kondisi atau struktur perekonomian.

3). Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Perlu juga dipertimbangkan dalam penentuan tarif premi asuransi, terutama menyangkut pada asuransi kerugian, antara lain:

1). Jenis barang yang diasuransikan. 2). Kondisi pertanggungannya.

3). Macam alat pengangkut barang yang diasuransikan.

4). Cara penimbunan atau pengaturan barang dalam pengangkutan. 5). Jangka waktu pertanggungan.

Penentuan tarif asuransi banyak terkandung unsur-unsur, kemungkinan (probability), value judgement, dan kebijakan pemerintah (government policy). Dengan

demikian, penentuan tersebut tidak mudah, rumit (complicated), harus berhati-hati,

      

41

Arsel idjard, Nica ngani, Op.Cit  


(52)

karena jika terlalu rendah maka tidak dapat menutupi biaya operasi (cost of operation), sementara jika terlalu tinggi maka pembeli polisnya akan berkurang atau sedikit,

sehingga berdampak pada sulitnya operasi perusahaan asuransi.42

Untuk memenuhi terciptanya tarif premi premi asuransi yang ideal, setidaknya

perlu diperhatikan beberapa prinsip, antara lain:43

1). Adequate, artinya premi tersebut harus menghasilkan cukup uang untuk membayar kerugian yang diderita oleh subyek dimana uang dikumpulkan.

2). Notexcessive, bahwa tarif jangan berlebihan, tetapi harus memperhatikan kepentingan pembeli, persaingan dan sebagainya.

3). Equity, berarti tarif tersebut tidak membeda-bedakan resiko yang sama kualitasnya

(adil), bila kualitas exposurenya sama, maka tarifnya harus sama pula.

4). Flexible, tarif yang ditentukan selalu disesuaikan dengan keadaan, artinya bila keadaan berubah, maka tarifnya harus diubah pula.

Komponen Premi Asuransi

Adapun komponen dari tarif premi asuransi antara lain adalah:44

1). Premi dasar, merupakan premi asuransi yang dibebankan kepada tertanggung ketika polis dibuat atau dikeluarkan, dimana perhitungannya berdasarkan pada data dan keterangan yang diberikan oleh tertanggung kepada penanggung pada waktu penutupan asuransi pertama, dan luasnya resiko yang dijamin oleh penanggung sebagaimana yang dikehendaki tertanggung.

       42 

H. Man Suparman Sastra Widjaja dan Endang, Op.Cit

43

Ibid

44


(53)

Premi ini terdiri dari tiga kelompok, yaitu:45

a. Komponen premi untuk membayar kerugian yang terjadi, yang tingginya

didasarkan pada probabilitas terjadinya kerugian.

b. Komponen premi yang dimaksudkan untuk membiayai operasi perusahaan

asuransi (cost of operation/exploitations).

c. Komponen sebagai bagian keuntungan (profit) bagi perusahaan asuransi.

2). Premi tambahan, merupakan data atau keterangan yang disampaikan oleh

tertanggung kepada penanggung ketika menutup asuransi atau interestnya tidak

selalu sama dengan keadaan yang sebenarnya atau pada waktu polis ditanda tangani, yang disebabkan pada saat itu data atau informasinya belum lengkap dan tertanggung menghendaki perubahan kondisi pertanggungan.

3). Reduksi premi, dimana penanggung dapat memberikan reduksi terhadap premi yang dikenakan, dimana Dewan Asuransi Indonesia menentukan bahwa dapat diberikan potongan 50 % atas premi dasar dan 20 % atas premi tambahan untuk pengangkutan dengan tujuan negeri Belanda, Belgia dan Inggris.

Demikian juga pada asuransi jiwa dapat diberikan potongan premi sebesar 5 % bila pembayaran melalui bank atau pos dan 3 % bila membayar di kantor perusahaan asuransi.

4). Tarif kompeni, dimana di Indonesia tarif kompeni disusun oleh Dewan Asuransi Indonesia, yang bertujuan standarisasi tarif premi dan syarat-syarat pertanggungan, disamping untuk menghindari persaingan yang tidak sehat.

      

45


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN  

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian serta penjelasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan pokok pembahasan serta sekaligus merupakan jawaban dari pada permasalahan yang penulis buat, yaitu:

1. Syarat-syarat dan prosedur pengajuan klaim ganti kerugian asuransi kendaraan bermotor adalah sebagai berikut :

(a) Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengajuan klaim ganti kerugian asuransi kendaraan bermotor roda 2 (dua) berupa formulir klaim ganti kerugian dan berita acara kerusakan atau kehilangan. Sedangkan bagi pihak tertanggung cukup melengkapi syarat-syarat yang lain berupa keterangan bukti diri, slip jaminan asuransi dan bukti pembayaran. Apabila dalam pengajuan klaim syarat tersebut tidak dipenuhi, maka hak tertanggung untuk mendapatkan ganti kerugian akan menjadi hilang atau batal. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 14 Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia.

(b) Prosedur dalam pengajuan klaim ganti kerugian asuransi kendaraan bermotor roda 2 (dua) pihak tertanggung secara langsung mengajukan klaim kepada pihak PT bussan auto finance. Pada saat pengajuan tuntutan ganti kerugian, pihak tertanggung tidak boleh melampaui batas waktu 12 (dua belas) bulan yang telah ditentukan dengan disertai dokumen pendukung yang ditetapkan oleh pihak penanggung.


(2)

2. Pelaksanaan tanggung jawab asuransi kerugian oleh pihak PT bussan auto finance, tertanggung diwajibkan membayar uang sebesar Rp. 200.000,00 sebagai biaya administrasi, kemudian pihak PT bussan auto finance mengambil alih risiko kerusakan yang dialami oleh tertanggung untuk diperbaiki sebagai bentuk tanggung jawab oleh pihak penanggung.

3. Hambatan dalam pengajuan klaim asuransi kendaraan bermotor roda 2 (dua) dengan berupa kualitas hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan harapan. Penyelesaian dapat dilakukan secara musyawarah.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka sebagai bagian akhir dari tulisan ini penulis memberikan saran:

1. Pembentukan peraturan perundang-undangan khusus mengenai leasing yang lebih lengkap dan efektif, serta pengaturan mengenai prosedur mekanisme leasing secara jelas dan rinci, sehingga terdapat kepastian hukum dan keseragaman pengaturan bagi usaha leasing khususnya.

2. Pembagian dan pengaturan tanggung jawab oleh para pihak dalam perjanjian leasing harus dilakukan berdasarkan atas itikad baik dan keadilan, seperti yang diatur dalam ketentuan buku KUHD, semua ketentuan mengenai perjanjian dan perikatan yang berlaku dalam hukum perjanjian juga harus dijadikan pedoman dalam pembagian dan pengaturan tersebut.

3. Terhadap kasus-kasus klaim yang bermasalah, perlu diadakan evaluasi kasus-kasus seperti apakah yang paling sering ditemui. Dari sanalah bisa ditarik kesimpulan dimanakah letak kesalahan mengapa kasuskasus seperti itu kerap dijumpai, apakah


(3)

polis, ketidakjelasan dalam pasal-pasal perjanjian, kurangnya pemahaman staf klaim dalam memberikan jawaban, atau memang karena kesengajaan yang dibuat tertanggung untuk melakukan kecurangan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Abdul Kadir Muhammad, 1978, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Alumni, Bandung

Adrian Hasymi, 1993. Pengantar Asuransi, Edisi Pertama, Penerbit Rajawali. Jakarta. Agus Sudjiono dan Abdul Sudjanto, 1997, Prinsip Dan Praktek Asuransi, LPAI

Jakarta.

Ali, Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum. Jakarta: Prenada Media

Andasasmita, Komar, Problem Asuransi kendaraan bermotor dan Praktek . Ikatan Notaris Bandung, 1993

Arsel idjard, Nica ngani, Profil Hukum Perasuransian Di Indonesia, Liberty

Barneveld, H, Pengantar Dalam Pengetahuan Umum Asuransi, (Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1980)

Charles Dulles Marpaung, Pemahaman Mendasar Atas Usaha Leasing, Integrita Press, Jakarta 1985

Djoko Prakoso, Leasing dan Permasalahannya, Effhar & Dahara Priza, Semarang, 1996

Djoko Prakoso, I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: PT Asdi Maha Satya, 2000.

Eddy P. Soekadi, Mekanisme Leasing, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986

Faried Wijaya dan Soetatwo Hadiwiguno, Perkembangan, Teori dan Kebijakan Asuransi kendaraan bermotor), BPFE UGM, Yogyakarta, Edisi Kedua

Gani Djemat, Menyusun Perjanjian Leasing Untuk Lessor dan Lessee, Asosiasi Leasing Indonesia Jakarta, 1984


(5)

Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000)

Ismijati, Siti, Tinjauan umum mengenai asuransi, Mandar Maju, Bandung, 1994 Mashudi dam Moch Chidir Ali, 1998, Hukum Asuransi, CV Mkitar Maju, Bandung Purwahid Patrik, 1994. Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan yang lahir dari

perjanjian Asuransi dan dari Undang-Undang), Mandar Maju,Bandung

Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, (Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1992)

Rahman, Hasanuddin, Aspek-aspek Hukum Pemberian Asuransi di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998

R. Ali Rido, Hukum Dagang : Tentang Aspek-aspek Hukum Asuransi Udara, Asuransi Jiwa, dan Perkembangan Perseroan Terbatas, (Bandung: Remadja Karya, 1986)

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988)

Ronny Hanitijo Sumitra, 1998, Asuransi Kendaraan bermotor, Ghalia Indonesia, Jakarta

Salim, Abbas, Dasar- dasar Asuransi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1993)

Salim, Abbas. 2005. Asuransi dan manajemen resiko. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Sri Rejeki Hartono, 2001, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta.

Sri Utami & J. Sudiarto, Problematika Leasing di Indonesia, Arikha Media Cipta, Jakarta 1983

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1991)


(6)

Tunggal, Amin, Wijaya dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Asuransi, Rineka Cipta, Jakarta, 2001

II. Perundang-undangan

1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang 2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

3. Undang-undang No 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian

III. Internet

http://www.perisai.co.id diakses tanggal 13 September 2011

http://www.reliance-insurance.com diakes tanggal 13 September 201 http:/www.asuransi.com diakses tanggal 13 September 2011