Sistem Keamanan Kendaraan Bermotor Dengan Smart Tag Rfid Dilengkapi Short Message Service (Sms) Berbasis Mikrokontroler At89s51 Dan Atmega 8535

(1)

SISTEM KEAMANAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN

SMART TAG RFID DILENGKAPI SHORT MESSAGE SERVICE

(SMS) BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DAN ATMEGA

8535

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sains

M. SYAHRIZAL PASARIBU

110821014

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETUAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

PERSETUJUAN

Judul :

Kategori :

Nama :

Nomor Induk Mahasiswa :

Program Studi :

Departemen :

Fakultas :

SISTEM KEAMANAN KENDARAAN

BERMOTOR DENGAN SMART TAG RFID DILENGKAPI SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DAN ATMEGA 8535

SKRIPSI

MUHAMMAD SYAHRIZAL PASARIBU 110821014

SARJANA (S1) FISIKA FISIKA

MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS SUMaTERA UTARA

Dilaksanakan di : Medan, Juni 2013

Diketahui/Disetujui oleh, Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua

Dr. Marhaposan Situmorang NIP. 19551030 198003 1 003

Pembimbing,

Dr. Marhaposan Situmorang NIP. 19551030 198003 1 003


(3)

PERNYATAAN

SISTEM KEAMANAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN SMART TAG RFID DILENGKAPI SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) BERBASIS

MIKROKONTROLER AT89S51 DAN ATMEGA 8535

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, jecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2013

M. SYAHRIZAL PASARIBU NIM. 110821014


(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan Skripsi, serta menyelesaikan penulisan laporan ini.

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Program Pendidikan Strata 1 (S1) pada jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuaan Alam (MIPA) Universitas Sumatera Utara. Dimana dalam kesempatan ini Penulis memilih judul “RANCANGAN SISTEM KEAMANAN KENDARAAN RODA EMPAT DENGAN SMART TAG RFID DILENGKAPI KENDALI PENGAPIAN JARAK JAUH DENGAN HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51”.

Dalam penulisan Laporan Skripsi ini, penulis menemukan berbagai kesulitan dan masalah, namun berkat bantuaan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, maka masalah-masalah yang dihadapi Penulis dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Marhaposan Situmorang, Ketua Departemen Fisika sekaligus sebagai Dosen Pembimbing skripsi Penulis.

2. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuaan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh staff dan Pegawai di Universitas Sumatera Utara, khususnya di bagiaan ADM Departemen Fisika Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuaan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Teristimewa untuk kedua orangtuaku dan sanak saudara yang telah memberikan dukungan materi dan moril yang tidak henti-hentinya sehingga sekarang ini saya dapat menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara.

5. Semua teman-teman seperjuangan angkatan ’11 Fisika Instrumen (Ekstensi) yang sama-sama merasakan pahit manisnya membuat Skripsi serta selama berkuliah di Universitas Sumatera Utara.


(5)

pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Medan, Juni 2013 Hormat Penulis


(6)

ABSTRAK

Sistem keamanan kendaraan dengan menggunakan radio frekuensi Idintification(RFID) merupakan alat yang dapat meningkatkan pengamanan kendaraan dari pencurian pada saat ditinggalkan pemiliknya. kendaraan hanya dapat dihidupkan dengan memasukan kode yang benar dari tag RFID melalui RFID reader, sedangkan apabila kode RFID tag yang dimasukan salah maka kendaraan tidak dapat dihidupkan. tingkat keamanan dari alat pengaman kendaraan yagn dirancang ini ditentukan oleh nomer identifikasi yang bersifat unik dan acak dari suatu RFID tag. alat tersebut menggunakan mkrokontroler yang pada dasarnya bekerja mirip dengan PC yaitu menerima masukan, memproses serta menyimpan data dan memberikan keluaran sesuai dengan yang diprogramkan. komponen yang dgunakan untuk memberikan data masukan (kode dalam ASCII) kemikrokontroller pada alat yang dirancang adalah sebuah tag RFID sedangkan hasil dari pemprosesan diterima oleh modul buzzer dan relai melalui driver. yang membuat kendaraan tidak dapat dihidupkan adalah sebuah relai yang dikontrol oleh mikrokontroler melalui driver, kontak relai tersebut memutuskan jalur power supply kendaraan sehingga tidak dapat memberikan percikan api pada busi di ruang pembakaran dan akibatnya kendaraan tidak dapat dihidupkan. Selain itu alat ini juga dilengkapi modem GSM untuk mengirimkan SMS kepada pemilik kendaraan sebagai informasi bahwa terjadi pencurian pada kendaraan.


(7)

ABSTRACT

Vehicle security system using Idintification radio frequency (RFID) is a tool that can increase the security of the vehicle from theft by the time abandoned. vehicles can only be turned on by entering the correct code from the RFID tag through the RFID reader, RFID tag, while if the code is entered incorrectly then the vehicle can not be turned on. security level of vehicle safety devices designed is determined by the identification number that is unique and random of an RFID tag. The tool uses microcontroller that basically works similar to a PC that is receiving input, processing and storing the data and gives the output in accordance with the programmed. uses components to provide input data (in ASCII code) to tool designed to microcontrolleris an RFID tag while the results of processing received by a buzzer and relay module through the driver. which makes the vehicle can not be turned on is a relay that is controlled by the microcontroller through the driver, the relay contacts cutting off the power supply so that the vehicle can not provide a spark at the spark plug in the combustion chamber and consequently the vehicle can not be turned on. In addition the tool also has a GSM modem to send SMS to the owner of the vehicle as information on vehicle theft that occurred.


(8)

DAFTAR ISI Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi DaftarGambar DaftarTabel

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang 1.2. RumusanMasalah 1.3. BatasanMasalah 1.4. TujuanPenelitian 1.5. ManfaatPenelitian 1.6. SistematikaPenulisan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AT89S51 2.2. Mikrokontroller ATMega8535

2.2.1. Konstruksi ATMega8535

i ii iii v vi vii ix x 1 1 2 2 2 3 3 4 4 15 16


(9)

2.3. RFID (Radio Frequency Identification) 2.3.1. Tag

2.3.2. RFID Tag 2.4. Modul GSM

2.4.1. Modem GSM M1306 Serial (Wavecom) 2.5. Interface RS 232

2.6. Buzzer/Alarm 2.7. Relay

BAB 3 PERANCANGAN ALAT 3.1. Diagram Blok Rangkaian 3.2. RangkaianPengendali 3.3. PengendaliUtama 3.4. Driver

3.5. PengendlaiPembantu 3.6. Modem GSM

3.7. Flowchart

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1. PengujianAlat

4.2. Pengujian power supplay 4.3. Pengujian RS232

4.4. Pengujian RFID 4.5. Pengujian Driver

4.6. Pengujian Analisa Program 4.7. Pengujian Modem GSM 4.8. Pengujian Alat Keseluruhan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran DaftarPustaka 20 20 21 22 23 25 27 28 29 30 31 32 33 34 36 37 37 37 38 38 41 43 51 53 56


(10)

Lampiran

DAFTAR GAMBAR

2.1. Blok Diagram dariMikrokontroler AT89S51 2.2. Konfigurasi Pin AT89S51

2.3. KonfigurasiXtalOsilator

2.4. StrukturMemoriMikrokontrolerKeluarga MCS 51 2.5. ArsitekturMemoriMikrokontroler 8051

2.6. PetaInterupsiMikrokontroler 8051 2.7. Memori Data Internal

2.8. RAM Internal 128 byte paling bawah 2.9. RAM Internal 128 byte paling atas 2.10. Pemetaan Data Pointer

2.11. Konfigurasi Pin ATMega8535 2.12. Bentuk RFID Reader

2.13. Modem GSM M1306BQ24034 2.14. Cara Kerja Modem GSM

2.15. HIN 232 untukKomunikasi Serial 2.16. SimbolBuzzer

2.17. SimbolRelay

6 7 9 10 11 11 12 13 13 15 18 21 23 24 27 27 28 3.1. Blok Diagram Rangkaian

3.2. Rangkaian AT89S51 3.3. Pengendali RFID

29 31 32


(11)

3.4. Rangkaian Driver

3.5. Pengendali Atmega 8535 3.6. Modem GSM

3.7. Flowchart

33 34 35 36 4.1. Tampilan Pengujian RS232

4.2. Pengujian Alat

39 53

DAFTAR TABEL

2.18. Port Multi Fungsi 2.19. FungsiKhususPort B 2.20. FungsiKhususPort C 2.21. FungsiKhususPort D

2.22. KarakteristikFisikdanOperasi Seri Modul ID 2.23. Spesifikasi Modem GSM

8 19 19 20 22 23 4.3. Pengukuran RS232

4.4. Jarak baca reader terhadap tag 4.5. Kode RFID

38 40 41


(12)

ABSTRAK

Sistem keamanan kendaraan dengan menggunakan radio frekuensi Idintification(RFID) merupakan alat yang dapat meningkatkan pengamanan kendaraan dari pencurian pada saat ditinggalkan pemiliknya. kendaraan hanya dapat dihidupkan dengan memasukan kode yang benar dari tag RFID melalui RFID reader, sedangkan apabila kode RFID tag yang dimasukan salah maka kendaraan tidak dapat dihidupkan. tingkat keamanan dari alat pengaman kendaraan yagn dirancang ini ditentukan oleh nomer identifikasi yang bersifat unik dan acak dari suatu RFID tag. alat tersebut menggunakan mkrokontroler yang pada dasarnya bekerja mirip dengan PC yaitu menerima masukan, memproses serta menyimpan data dan memberikan keluaran sesuai dengan yang diprogramkan. komponen yang dgunakan untuk memberikan data masukan (kode dalam ASCII) kemikrokontroller pada alat yang dirancang adalah sebuah tag RFID sedangkan hasil dari pemprosesan diterima oleh modul buzzer dan relai melalui driver. yang membuat kendaraan tidak dapat dihidupkan adalah sebuah relai yang dikontrol oleh mikrokontroler melalui driver, kontak relai tersebut memutuskan jalur power supply kendaraan sehingga tidak dapat memberikan percikan api pada busi di ruang pembakaran dan akibatnya kendaraan tidak dapat dihidupkan. Selain itu alat ini juga dilengkapi modem GSM untuk mengirimkan SMS kepada pemilik kendaraan sebagai informasi bahwa terjadi pencurian pada kendaraan.


(13)

ABSTRACT

Vehicle security system using Idintification radio frequency (RFID) is a tool that can increase the security of the vehicle from theft by the time abandoned. vehicles can only be turned on by entering the correct code from the RFID tag through the RFID reader, RFID tag, while if the code is entered incorrectly then the vehicle can not be turned on. security level of vehicle safety devices designed is determined by the identification number that is unique and random of an RFID tag. The tool uses microcontroller that basically works similar to a PC that is receiving input, processing and storing the data and gives the output in accordance with the programmed. uses components to provide input data (in ASCII code) to tool designed to microcontrolleris an RFID tag while the results of processing received by a buzzer and relay module through the driver. which makes the vehicle can not be turned on is a relay that is controlled by the microcontroller through the driver, the relay contacts cutting off the power supply so that the vehicle can not provide a spark at the spark plug in the combustion chamber and consequently the vehicle can not be turned on. In addition the tool also has a GSM modem to send SMS to the owner of the vehicle as information on vehicle theft that occurred.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tindak kriminal terutama pencurian kendaraan bermotor belakangan ini semakin sering terjadi. Tidak hanya di tempat umum, parkiran kantor maupun kampus, bahkan di lingkungan tempat tinggal kita pun menjadi tempat yang tidak aman lagi. Hal ini mengakibatkan keresahan bagi pemilik kendaraan. Oleh karena itu, pemilik kendaraan selalu menggunakan kunci tambahan pada kendaraannya. Terkadang, cara tersebut pun tidak menjamin kendaraan menjadi lebih aman karena semakin canggih kunci pengaman yang kita gunakan, semakin canggih pula alat yang digunakan pencuri dalam menjalankan aksinya.

Berkembangnya teknologi canggih sekarang ini sangat membantu kita dalam mengatasi masalah keamanan pada kendaraan tersebut. Telah banyak kita jumpai di lapangan yang menggunakan alarm untuk keamanan pada kendaraannya. Penggunaan sensor juga telah banyak digunakan. Berdasarkan cara-cara tersebut, dikembangkan suatu ide dalam penelitian ini yaitu perancangan suatu sistem keamanan menggunakan sensor


(15)

kepada pemilik kendaraan melalui SMS bila terjadi pencurian. Pemilik kendaraan harus menggunakan kartu rfid terlebih dahulu untuk mengaktifkan pengapian sebelum menghidupkan mesin kendaraan. Jika orang lain menggunakan kartu rfid yang salah atau kendaraan di buka secara paksa maka alat ini akan menghidupkan alarm dan pengapian mobil anda tetap tidak aktif. Pada saat itu juga alat ini akan mengirimkan SMS kepada pemilik kendaraan bahwa terjadi pencurian.Dengan adanya alat ini diharapakan dapat mengurangi kekhawatiran para pemilk kendaraan bermotor pada saat kendaraannya diparkiran.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana merancang dan merealisasikan sistem keamanan kenderaan bermotor dengan RFID dilengkapi short message service (sms) berbasis mikrokontroler AT89S51 dan ATMEGA 8535.

1.3. Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini yaitu:

a. Mikrokontroler yang di gunakan adalah mikrokontroler AT89S51 sebagai pengendali RFID dan ATMEGA 8535 sebagai pengendali modem gsm.

b. RFID (Radio Frequensy Identification) yang digunakan hanya pada frekuensi rendah. c. Sebagai contoh digunakan 2 id card yg cocok dan 1 id card yang salah.

d. Sistem dalam pengiriman SMS menggunakan modem GSM sebagai informasi kepada pemilik kendaraan bila terjadi pencurian

e. Output dari pengontrolan sistem ini yaitu pengaktifan alarm dan pengiriman SMS ke pemilik kendaraan.

.


(16)

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Merancang suatu sistem keamanan kendaraan bermotor menggunakan RFID.

b. Memanfaatkan modem gsm sebagai pemberi informasi kepada pemilik kendaraan bila terjadi pencurian.

c. Membuat sistem keamanan kendaraan yang dapat menghidupkan alarm dan mengirimkan pesan kepada pemilik kendaraan secara otomatis ketika terjadi pencurian terhadap kendaraan.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Sebagai pengaman tambahan pada kendaraan bermotor.

b. Menggunakan kartu rfid sebagai akses sebelum menghidupkan kendaraan

c. Meningkatkan kenyamanan bagi pemilik kendaraan bermotor pada saat kendaraan berada di tempat parkir

d. Memodernisasi sistem keamanan kendaraan bermotor.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan, akan dijelaskan isi dari tiap-tiap bab pada laporan tugas akhir ini. Adapun sistematika penulisannya adalah :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab 1 adalah pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan laporan.

BAB 2 : DASAR TEORI

Pada bab ini dijelaskan landasan teori dari tiap-tiap komponen yang digunakan pada rangkaian.

BAB 3 : PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

Bab ini berisikan tentang bagaimana perancangan sistem, blok diagram secara keseluruhan serta realisasi rangkaian beserta cara kerjanya.


(17)

BAB 4 : PENGUJIAN DAN ANALISA

Pada bab ini membahas hasil-hasil pengujian alat sebagai pembuktian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penjelasan rangkaian-rangkaian yang digunakan, dan penjelasan program.

BAB 5 : PENUTUP

Bab ini diberisikan kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta memberikan saran yang dapat membangun pengembangan tugas akhir ini.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler merupakan sebuah sistem komputer yang seluruh atau sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering disebut Single Chip Microcomputer. Mikrokontroler merupakan sebuah sistem komputer yang mempunyai satu atau beberapa tugas yang sangat spesifik, berbeda dengan PC (personal computer) yang memiliki beragam fungsi. Perbedaannya adalah perbandingan RAM dan ROM yang sangat berbeda antara komputer dan mikrokontroler. Dalam


(18)

BAB 4 : PENGUJIAN DAN ANALISA

Pada bab ini membahas hasil-hasil pengujian alat sebagai pembuktian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penjelasan rangkaian-rangkaian yang digunakan, dan penjelasan program.

BAB 5 : PENUTUP

Bab ini diberisikan kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta memberikan saran yang dapat membangun pengembangan tugas akhir ini.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler merupakan sebuah sistem komputer yang seluruh atau sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering disebut Single Chip Microcomputer. Mikrokontroler merupakan sebuah sistem komputer yang mempunyai satu atau beberapa tugas yang sangat spesifik, berbeda dengan PC (personal computer) yang memiliki beragam fungsi. Perbedaannya adalah perbandingan RAM dan ROM yang sangat berbeda antara komputer dan mikrokontroler. Dalam


(19)

mikrokontroler ROM jauh lebih besar dibandingkan RAM, sedangkan dalam komputer atau PC, RAM jauh lebih besar disbanding ROM.

Contoh-contoh keluarga mikrokontroler: 1. Keluarga MCS-51

2. Keluarga MC68HC11 3. Keluarga MC68HC05 4. Keluarga AVR

5. Keluarga PIC 8

Dalam perancangan alat ini ,digunakan salah satu dari jenis mikrokontroler jenis MCS-51, karena mikrokontroler ini programnya relatif mudah dan harganya relatif murah.

Mikrokontroler tipe AT89S51 merupakan mikrokontroler keluarga MCS-51 dengan konfigurasi yang sama persis dengan AT89C51 yang cukup terkenal, hanya saja AT89S51 mempunyai fitur ISP (In-System Programmable Flash Memory). Fitur ini memungkinkan mikrokontroler dapat diprogram langsung dalam suatu sistem elektronik tanpa melalui Programmer Board atau Downloader Board. Mikrokontroler dapat diprogram langsung melalui kabel ISP yang dihubungkan dengan paralel port pada suatu Personal Computer.

Adapun fitur yang dimiliki Mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai berikut :

1. Sebuah CPU (Central Processing Unit) 8 bit yang termasuk keluarga MCS51. 2. Osilator internal dan rangkaian pewaktu, RAM internal 128 byte (on chip). 3. Empat buah Programmable port I/O,masing-masing terdiri atas 8 jalur I/O. 4. Dua buah Timer Counter 16 bit.

5. Lima buah jalur interupsi (2 interupsi external dan 3 interupsi internal). 6. Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART.

7. Kemampuan melaksanakan operasi perkalian, pembagian dan operasi Boolean (bit).

8. Kecepatan pelaksanaan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada frekuensi clock 12 MHz.

9. 4 Kbytes Flash ROM yang dapat diisi dan dihapus sampai 1000 kali. 10.In-System Programmable Flash Memory.


(20)

Dengan keistimewaan diatas, pembuatan alat menggunakan AT89S51 menjadi lebih sederhana dan tidak memerlukan IC pendukung yang banyak. Sehingga mikrokontroler AT89S51 ini mempunyai keistimewaan dari segi perangkat keras. Adapun blok diagram dari mikrokontroler 89S51 diperlihatkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Blok Diagram dari Mikrokontroler AT89S51

Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S51


(21)

Gambar 2.2. Konfigurasi Pin AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 memiliki pin berjumlah 40 dan umumnya dikemas dalam DIP (Dual Inline Package). Masing-masing pin pada mikrokontroler AT89S51 mempunyai kegunaan sebagai berikut:

Port 0

Port 0 merupakan port dua fungsi yang berada pada pin 32-39 dari AT89S51. Dalam rancangan sistem sederhana port ini sebagai port I/O serbaguna. Untuk rancangan yang lebih kompleks dengan melibatkan memori eksternal jalur ini dimultiplek untuk bus data dan bus alamat.

Port 1

Port 1 disediakan sebagai port I/O dan berada pada pin 1-8. Beberapa pin pada port ini memiliki fungsi khusus yaitu P1.5 (MOSI), P1.6 (MISO), P1.7 (SCK) yang digunakan untuk jalur download program.

Port 2

Port 2 (pin 21-28) merupakan port dua fungsi yaitu sebagai I/O serbaguna, atau sebagai bus alamat byte tinggi untuk rancangan yang melibatkan memori eksternal.


(22)

Port 3

Port 3 adalah port dua fungsi yang berada pada pin 10-17, port ini memiliki multi fungsi, seperti yang terdapat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1. Port Multi Fungsi

BIT NAME BIT ADDRESS ALTERNATE FUNCTION P3.0 RXD B0h Receive data for serial port P3.1 TXD B1h Transmit data for serial port P3.2 INT0 B2h External interrupt 0

P3.3 INT1 B3h External interrupt 1

P3.4 T0 B4h Timer/counter 0 external input P3.5 T1 B5h Timer/counter 1 external input P3.6 WR B6h External data memory write strobe P3.7 RD B7h External data memory read strobe

PSEN (Program Store Enable)

PSEN adalah sebuah sinyal keluaran yang terdapat pada pin 29. Fungsinya adalah sebagai sinyal kontrol untuk memungkinkan mikrokontroler membaca program (code) dari memori eksternal. Biasanya pin ini dihubungkan ke pin EPROM. Jika eksekusi program dari ROM internal atau dari flash memory (ATMEL AT89SXX), maka berada pada kondisi tidak aktif (high).

ALE (Address Latch Enable)

Sinyal output ALE yang berada pada pin 30 fungsinya sama dengan ALE pada microprocessor INTEL 8085, 8088 atau 8086. Sinyal ALE dipergunakan untuk demultiplek bus alamat dan bus data. Sinyal ALE membangkitkan pulsa sebesar 1/6 frekuensi oscillator dan dapat dipakai sebagai clock yang dapat dipergunakan secara umum.


(23)

Masukan sinyal terdapat pada pin 31 yang dapat diberikan logika rendah (ground) atau logika tinggi (+5V). Jika diberikan logika tinggi maka mikrokontroler akan mengakses program dari ROM internal (EPROM/flash memory). Jika diberi logika rendah maka mikrokontroler akan mengakses program dari memori eksternal.

RST (Reset)

Input reset pada pin 9 adalah reset master untuk AT89S51. Pulsa transisi dari tinggi selama 2 siklus ke rendah akan mereset mikrokontroler.

Oscillator

Oscillator yang disediakan pada chip dikemudikan dengan XTAL yang dihubungkan pada pin 18 dan pin 19. Diperlukan kapasitor penstabil sebesar 30 pF. Besar nilai XTAL sekitar 3 MHz sampai 33 MHz. XTAL1 adalah input ke pembalikan penguat osilator (inverting oscillator amplifier) dan input ke clock internal pengoperasian rangkaian. Sedangkan XTAL2 adalah output dari pembalikan penguat osilator.

Gambar 2.3. Konfigurasi Xtal Osilator

Power

AT89S51 dioperasikan pada tegangan supply +5v, pin Vcc berada pada nomor 40 dan Vss (ground) pada pin 20.

Organisasi Memori


(24)

Semua device 8051 mempunyai ruang alamat yang terpisah untuk memori program dan memori data, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1. dan gambar 2.2. Pemisahan secara logika dari memori program dan data, mengijinkan memori data untuk diakses dengan pengalamatan 8 bit, yang dengan cepat dapat disimpan dan dimanipulasi dengan CPU 8 bit. Selain itu, pengalamatan memori data 16 bit dapat juga dibangkitkan melalui register DPTR. Memori program (ROM, EPROM dan FLASH) hanya dapat dibaca, tidak ditulis. Memori program dapat mencapai sampai 64K byte. Pada 89S51, 4K byte memori program terdapat didalam chip. Untuk membaca memori program eksternal mikrokontroller mengirim sinyal PSEN (program store enable) . Memori data (RAM) menempati ruang alamat yang terpisah dari memori program. Pada keluarga 8051, 128 byte terendah dari memori data, berada didalam chip. RAM eksternal (maksimal 64K byte). Dalam pengaksesan RAM eksternal, mikrokontroller mingirimkan sinyal RD (baca) dan WR (tulis).


(25)

Gambar 2.5. Arsitektur Memori Mikrokontroller 8051

b. Memori Program

Gambar 2.5. menunjukkan suatu peta bagian bawah dari memori program. Setelah reset CPU mulai melakukan eksekusi dari lokasi 0000H. Sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 2.6, setiap interupsi ditempatkan pada suatu lokasi tertentu pada memori program. Interupsi menyebabkan CPU untuk melompat ke lokasi dimana harus dilakukan suatu layanan tertentu. Interupsi Eksternal 0, sebagi contoh, menempatai lokasi 0003H. Jika Interupsi Eksternal 0 akan digunakan, maka layanan rutin harus dimulai pada lokasi 0003H. Jika interupsi ini tidak digunakan, lokasi layanan ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan sebagai Memori Program.

Gambar 2.6. Peta Interupsi Mikrokontroller 8051 c. Memori Data


(26)

Pada gambar 2.7. menunjukkan ruang memori data internal dan eksternal pada keluarga 8051. CPU membangkitkan sinyal RD dan WR yang diperlukan selama akses RAM eksternal. Memori data internal terpetakan seperti pada gambar 2.7. Ruang memori dibagi menjadi tiga blok, yang diacukan sebagai 128 byte lower, 128 byte upper dan ruang SFR. Alamat memori data internal selalu mempunyai lebar data satu byte. Pengalamatan langsung diatas 7Fh akan mengakses satu alamat memori, dan pengalamatan tak langsung diatas 7Fh akan mengakses satu alamat yang berbeda. Demikianlah pada gambar 2.7 menunjukkan 128 byte bagian atas dan ruang SFR menempati blok alamat yang sama, yaitu 80h sampai dengan FFh, yang sebenarnya mereka terpisah secara fisik 128 byte RAM bagian bawah dikelompokkan lagi menjadi beberapa blok, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.8. 32 byte RAM paling bawah, dikelompokkan menjadi 4 bank yang masing-masing terdiri dari 8 register. Instruksi program untuk memanggil register-register ini dinamai sebagai R0 sampai dengan R7. Dua bit pada Program Status Word (PSW) dapat memilih register bank mana yang akan digunakan. Penggunaan register R0 sampai dengan R7 ini akan membuat pemrograman lebih efisien dan singkat, bila dibandingkan pengalamatan secara langsung.


(27)

Gambar 2.8. RAM internal 128 byte paling bawah

Semua pada lokasi RAM 128 byte paling bawah dapat diakses baik dengan menggunakan pengalamatan langsung dan tak langsung. 128 byte paling atas hanya dapat diakses dengan cara tak langsung, gambar 2.9.

Gambar 2.9. RAM Internal 128 byte paling atas


(28)

Sebuah peta memori yang disebut ruang special function register ( SFR ) ditunjukkan pada gambar berikut. Perhatikan bahwa tidak semua alamat-alamat tersebut ditempati, dan alamat-alamat yang tak ditempati tidak diperkenankan untuk diimplementasikan. Akses baca untuk alamat ini akan menghasilkan data random, dan akses tulis akan menghasilkan efek yang tak jelas.

e. Accumulator

ACC adalah register akumulator. Mnemonik untuk instruksi spesifik akumulator ini secara sederhana dapat disingkat sebagai A.

f. Register

Register PSW terdiri dari informasi status dari program Register B digunakan pada saat operasi perkalian dan pembagian. Selain untuk keperluan tersebut diatas, register ini dapat digunakan untuk register bebas.

g. Program Status Word

Register PSW terdiri dari informasi status dari program.

h. Stack Pointer

Register Pointer Stack mempunyai lebar data 8 bit. Register ini akan bertambah sebelum data disimpan selama eksekusi push dan call. Sementara stack dapat berada disembarang tempat RAM. Pointer stack diawali di alamat 07h setelah reset. Hal ini menyebabkan stack untuk memulai pada lokasi 08h.

i. Data Pointer

Pointer Data (DPTR) terdiri dari byte atas (DPH) dan byte bawah (DPL). Fungsi ini ditujukan untuk menyimpan data 16 bit. Dapat dimanipulasi sebagai register 16 bit atau dua 8 bit register yang berdiri sendiri.


(29)

Gambar 2.10. Pemetaan Data Pointer

2.2. Mikrokontroler ATMega8535

Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus (Agus Bejo, 2007). Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan manual pada perangkat elektronika. Beberapa tahun terakhir, mikrokontroler sangat banyak digunakan terutama dalam pengontrolan robot. Seiring perkembangan elektronika, mikrokontroler dibuat semakin kompak dengan bahasa pemrograman yang juga ikut berubah. Salah satunya adalah mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) ATmega8535 yang menggunakan teknologi RISC (Reduce Instruction Set Computing) dimana program berjalan lebih cepat karena hanya membutuhkan satu siklus clock untuk mengeksekusi satu instruksi program. Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu kelas ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama. Mikrokontroler AVR ATmega8535 memiliki fitur yang cukup


(30)

EEPROM internal, Timer/Counter, PWM, analog comparator, dll (M.Ary Heryanto, 2008). Sehingga dengan fasilitas yang lengkap ini memungkinkan kita belajar mikrokontroler keluarga AVR dengan lebih mudah dan efisien, serta dapat mengembangkan kreativitas penggunaan mikrokontroler ATmega8535.

Fitur-fitur yang dimiliki oleh mikrokontroler ATmega8535 adalah sebagai berikut:

1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan port D. 2. ADC internal sebanyak 8 saluran.

3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan. 4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

5. SRAM sebesar 512 byte.

6. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write. 7. Port antarmuka SPI

8. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi. 9. Antarmuka komparator analog.

10.Port USART untuk komunikasi serial.

11.Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz. 12.Dan lain-lainnya.

2.2.1. Konstruksi ATmega8535

Mikrokontroler ATmega8535 memiliki 3 jenis memori, yaitu memori program, memori data dan memori EEPROM. Ketiganya memiliki ruang sendiri dan terpisah.

a. Memori Program

ATmega8535 memiliki kapasitas memori progam sebesar 8 Kbyte yang terpetakan dari alamat 0000h – 0FFFh dimana masing-masing alamat memiliki lebar data 16 bit. Memori program ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian program boot dan bagian program aplikasi.

b. Memori Data

ATmega8535 memiliki kapasitas memori data sebesar 608 byte yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu register serba guna, register I/O dan SRAM.


(31)

ATmega8535 memiliki 32 byte register serba guna, 64 byte register I/O yang dapat diakses sebagai bagian dari memori RAM (menggunakan instuksi LD atau ST) atau dapat juga diakses sebagai I/O (menggunakan instruksi IN atau OUT), dan 512 byte digunakan untuk memori data SRAM.

c. Memori EPROM

ATmega8535 memiliki memori EEPROM sebesar 512 byte yang terpisah dari memori program maupun memori data. Memori EEPROM ini hanya dapat diakses dengan menggunakan register-register I/O yaitu register EEPROM Address, register EEPROM Data, dan register EEPROM Control. Untuk mengakses memori EEPROM ini diperlakukan seperti mengakses data eksternal, sehingga waktu eksekusinya relatif lebih lama bila dibandingkan dengan mengakses data dari SRAM.

ATmega8535 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Dalam mode operasinya, ADC ATmega8535 dapat dikonfigurasi, baik secara single ended input maupun differential input. Selain itu, ADC ATmega8535 memiliki konfigurasi pewaktuan, tegangan referensi, mode operasi, dan kemampuan filter derau yang amat fleksibel, sehingga dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan ADC itu sendiri.

ATmega8535 memiliki 3 modul timer yang terdiri dari 2 buah timer/counter 8 bit dan 1 buah timer/counter 16 bit. Ketiga modul timer/counter ini dapat diatur dalam mode yang berbeda secara individu dan tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, semua timer/counter juga dapat difungsikan sebagai sumber interupsi. Masing-masing timer/counter ini memiliki register tertentu yang digunakan untuk mengatur mode dan cara kerjanya.

Serial Peripheral Interface (SPI) merupakan salah satu mode komunikasi serial syncrhronous kecepatan tinggi yang dimiliki oleh ATmega8535. Universal Syncrhronous and Asyncrhronous Serial Receiver and Transmitter (USART) juga merupakan salah satu mode komunikasi serial yang dimiliki oleh ATmega8535. USART merupakan komunikasi yang memiliki fleksibilitas tinggi, yang dapat digunakan untuk melakukan transfer data


(32)

baik antar mikrokontroler maupun dengan modul-modul eksternal termasuk PC yang memiliki fitur UART.

USART memungkinkan transmisi data baik secara syncrhronous maupun asyncrhronous, sehingga dengan memiliki USART pasti kompatibel dengan UART. Pada ATmega8535, secara umum pengaturan mode syncrhronous maupun asyncrhronous adalah sama. Perbedaannya hanyalah terletak pada sumber clock saja.

Jika pada mode asyncrhronous masing-masing peripheral memiliki sumber clock sendiri, maka pada mode syncrhronous hanya ada satu sumber clock yang digunakan secara bersama-sama. Dengan demikian, secara hardware untuk mode asyncrhronous hanya membutuhkan 2 pin yaitu TXD dan RXD, sedangkan untuk mode syncrhronous harus 3 pin yaitu TXD, RXD dan XCK.

2.2.2. Pin-pin pada Mikrokontroler ATmega8535

Gambar 2.11. Konfigurasi pin ATmega8535

Konfigurasi pin ATmega8535 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual Inline Package) dapat dilihat pada gambar 2.1. Dari gambar di atas dapat dijelaskan fungsi dari masing-masing pin Atmega8535 sebagai berikut:


(33)

2. GND merukan pin Ground.

3. Port A (PortA0…PortA7) merupakan pin input/output dua arah dan pin masukan ADC.

4. Port B (PortB0…PortB7) merupakan pin input/output dua arah dan dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2. Fungsi Khusus Port B

Pin Fungsi Khusus

PB7 SCK (SPI Bus Serial Clock)

PB6 MISO (SPI Bus Master Input/ Slave Output) PB5 MOSI (SPI Bus Master Output/ Slave Input) PB4 SS (SPI Slave Select Input)

PB3

AIN1 (Analog Comparator Negative Input)

OC0 (Timer/Counter0 Output Compare Match Output)

PB2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input) INT2 (External Interrupt 2 Input)

PB1 T1 (Timer/ Counter1 External Counter Input) PB0 T0 T1 (Timer/Counter External Counter Input)

XCK (USART External Clock Input/Output)

5. Port C (PortC0…PortC7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.3. Fungsi Khusus Port C

Pin Fungsi Khusus

PC7 TOSC2 ( Timer Oscillator Pin2) PC6 TOSC1 ( Timer Oscillator Pin1) PC5 Input/Output

PC4 Input/Output PC3 Input/Output PC2 Input/Output

PC1 SDA ( Two-wire Serial Buas Data Input/Output Line) PC0 SCL ( Two-wire Serial Buas Clock Line)

6. Port D (PortD0…PortD7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.


(34)

Pin Fungsi Khusus

PD7 OC2 (Timer/Counter Output Compare Match Output) PD6 ICP (Timer/Counter1 Input Capture Pin)

PD5 OC1A (Timer/Counter1 Output Compare A Match Output) PD4 OC1B (Timer/Counter1 Output Compare B Match Output) PD3 INT1 (External Interrupt 1 Input)

PD2 INT0 (External Interrupt 0 Input) PD1 TXD (USART Output Pin)

PD0 RXD (USART Input Pin)

7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler. 8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.

9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC. 10.AREFF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

2.3. RFID (Radio Frequency Identification)

Radio Frequency Identification (RFID) adalah proses identifikasi suatu objek dengan menggunakan frekuensi transmisi radio. Frekuensi radio digunakan untuk membaca informasi dari sebuah device kecil yang disebut tag atau transponder (Transmitter + Responder). Tag RFID akan mengenali diri sendiri ketika mendeteksi sinyal dari device yang kompatibel, yaitu pembaca RFID (RFID Reader).

2.3.1. Tag

Tag (kartu/label) secara fisik ditempelkan pada barang. Tag tersusun dari microchip yang berfungsi untuk menyimpan dan komputasi yang disatukan dengan lilitan antena yang berfungsi untuk komunikasi.

Menurut klasifikasi tag dibedakan menjadi tiga yaitu : aktif, semi-pasif dan pasif. a. Tag aktif mempunyai sumber tenaga seperti baterai dan dapat dilakukan

komunikasi untuk dibaca dan ditulis.

b. Tag semi-pasif mempunyai baterai tetapi hanya dapat merespon transmisi yang datang (incoming transmissions).


(35)

c. Tag pasif menerima tenaga dari reader, antena yang akan menjadi sumber tenaga dengan memanfaatkan medan magnet yang ditimbulkan dari pembaca (reader).

2.3.2. RFID Tag Reader

Tag reader berfungsi untuk membaca data yang ada pada tag melewati RF interface. Untuk menambah fungsi reader dilengkapi dengan internal storage, dan aplikasi peragkat lunak untuk menyimpan data pada server database. Pada prakteknya tag reader dapat berupa perangkat keras yang terletak pada suatu tampat yang tetap. Pada aplikasinya tag reader dapat membaca sendiri tag yang dideteksi (smart self). Tag reader smart self dapat mendeteksi ketika ada penambahan keluar. Modul reader tersedia dengan variasi yang luas di pasaran. Variasi tersebut dimulai dari perbedaan vendor produsen, perbedaan kompatablitas dengan tag dan sebagainya.

Gambar 2.12. Bentuk RFID Reader

Innovations Electronic mengeluarkan beberapa produk modul ID, yaitu 2, ID-12 dan ID-20. Salah satu pembeda dari seri ini adalah rentang jarak bacanya seperti terlihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.5. Karakteristik Fisik dan Operasi Seri Modul ID

Parameters ID-2 ID-12 ID-20


(36)

antenna)

Dimensions 21 mm x 19 mm x 6 mm

26 mm x 25 mm x 7 mm

40 mm x 40 mm x 9 mm

Frequency 125 kHz 125 kHz 125 kHz

Card Format EM 4001 or compatible

EM 4001 or compatible

EM 4001 or compatible

Encoding Manchester 64-bit, modules 64

Manchester 64-bit, modules 64

Manchester 64-bit, modules 64

Power Requirement

5 VDC @ 13 mA nominal

5 VDC @ 30 mA nominal

5 VDC @ 65 mA nominal

I/O Output Current

+/- 200 mA PK - -

Voltage Supply Range

+4.6 V through +5.4 V

+4.6 V through +5.4 V

+4.6 V through +5.4 V

2.4. Modul GSM

Modul GSM adalah sebuah perangkat yang menawarkan layanan transit SMS, mentransformasikan pesan ke jaringan selular dari media lain atau sebaliknya, sehingga memungkinkan pengiriman atau penerimaan pesan SMS dengan atau tanpa menggunakan ponsel.

Sebagaimana penjelasan di atas,modul GSM dapat terhubung ke media lain seperti perangkat SMSC dan server milik Content Provider melalui link IP untuk memproses suatu layanan SMS.


(37)

Modem yang digunakan sistem yang berfungsi mengirimkan SMS yang berisikan peringatan jika terjadi pencurian kendaraan ke pemilik.

Gambar 2.13. Modem GSM M1306B Q2403A Serial

Spesifikasi dari device GSM M1306B Q2403A Serial :

Tabel 2.6. Spesifikasi Modem GSM

Bahan Alumunium Casing

Akses Sinyal Wireless akses internet with GPRS

Frekuensi Dual-band 900 / 1800 Mhz

Interface port Serial RS232

Fitur service -Receive voice

-Data -fax -e-mail - SMS -MMS Kecepatan pengiriman data 115KB/S

Catu daya 5 V – 24 V DC


(38)

Temperatur operasi kerja -20°C sampai 55 °C Temperatur penyimpanan data -25°C sampai 70 °C

Ukuran 98 x 54 x 25 mm

Alat dan bahan :

1. Modul microcontroller AVR 2. Modem GSM dengan serial Port 3. GSM SIM CARD (XL ,simpati ,tri, dll) 4. Software Codevision

Prinsip dan cara kerja mengirim SMS melalui microcontroller : microcontroller mengirim data (isi SMS dan No tujuan) ke modem GSM melalui RS232, kemudian modem GSM mengirim data tersebut ke SMS center yang akan menyampaikan ke nomor handphone yang dituju.

Gambar 2.14. Cara Kerja Modem GSM

Perintah yang di mengerti modem adalah “AT Command” . Disebut AT Command karena perintahnya didahului oleh “AT” (Atention). Contoh beberapa AT command untuk Modem GSM:

AT+CPBF : cari nomor telpon. AT+CPBR : membaca buku telpon.

AT+CPBW : menulis nomor telpon di buku telpon. AT+CMGF : menyeting mode SMS text atau PDU. AT+CMGL : melihat semua daftar sms yang ada.


(39)

AT+CMGS : mengirim sms. AT+CMGD : menghapus sms.

AT+CMNS : menyeting lokasi penyimpanan ME (hp) atau SM (SIM Card). AT+CGMI : untuk mengetahui nama atau jenis ponsel.

AT+CGMM : untuk mengetahui kelas ponsel.

AT+COPS? : untuk mengetahui nama provider kartu. GSM AT+CBC : untuk mengetahui level baterai. AT+CSCA : untuk mengetahui alamat SMS Center.

Dalam proses pengiriman atau penerimaan SMS, terdapat 2 mode yaitu: 1. Mode SMS Text

2. Mode SMS PDU (Protocol Data Unit).

Mode yang paling mudah digunakan yaitu mode teks (kode ASCII), tapi mode PDU (kode hexa) lebih powerful.

2.4. Interface RS232

Perangkat yang menggunakan kabel serial untuk komunikasi di bagi menjadi dua kategori. Yaitu DCE (Data Communications Equipment) dan DTE (Data Terminal Equipment). Peralatan komunikasi adalah perangkat seperti modem, adaptor, dll.

Komunikasi serial merupakan hal yang penting dalam system embedded, karena dengan komunikasi serial kita dapat dengan mudah menghubungkan mikrokontroler dengan device lainnya. Port serial pada mikrokontroler terdiri atas dua pin yaitu RXD dan TXD. RXD berfungsi untuk mengirim data dari komputer atau perangkat lainnya, standard komunikasi serial untuk komputer adalah RS-232. RS-232 mempunyai standard tegangan yang berbeda dengan serial port mikrokontroler, sehingga agar sesuai dengan RS-232 maka dibutuhkan suatu rangkaian level converter, IC yang digunakan bermacam-macam, tapi yang paling mudah dan sering digunakan ialah IC MAX232/HIN232.

Pada prinsipnya, komunikasi serial ialah komunikasi dimana pengiriman data dilakukan per bit, sehingga lebih lambat dibandingkan komunikasi parallel seperti pada port printer yang mampu mengirim 8 bit sekaligus dalam sekali detak. Beberapa contoh


(40)

komunikasi serial ialah mouse, scanner, dan system akuisisi data yang terhubung ke port COM1/COM2.

Device pada komunikasi serial port dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Data Communication Equipment (DTE). Contoh dari DCE ialah, modem, plotter, scanner, dll. Sedangkan contoh dari DTE ialah terminal di komputer. Spesifikasi elektronik dari serial port merujuk pada Electronic Industry Association (EIA) :

a. “Space” (logika 0) ialah tegangan antara +3 hingga +25V. b. “Mark” (logika 1) ialah tegangan antara -3 hingga -25V.

c. Daerah antara +3V hingga -3V tidak didefenisikan/tidak terpakai. d. Tegangan open circuit tidak boleh melebihi 25V.

e. Arus hubungan singkat tidak boleh melebihi 500A.

Port serial sering digunakan untuk interfacing komputer dan mikrokontroler, karena kemampuan jarak pengiriman data dibandingkan port paralel. Berikut contoh program assembly untuk komunikasi serial antara 2 PC. Untuk komunikasi ini, kita cukup menghubungkan :

a. Pin TxD ke pin RxD komputer lain.

b. Pin RxD dihubungkan ke pin TxD komputer lain. c. RTS dan CTS dihubungkan singkat.

d. DSR dan DTR dihubungkan singkat. e. GND dihubungkan ke GND komputer lain.

Gambar 2.14. berikut merupakan penggunaan IC MAX 232/HIN232 dalam rangkaian sebagai komunikasi serial.


(41)

Gambar 2.14. HIN 232 untuk Komunikasi Serial

2.5. Buzzer/Alarm

Buzzer adalah suatu alat yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara. Pada umumnya buzzer digunakan untuk alarm, karena penggunaannya cukup mudah yaitu dengan memberikan tegangan input maka buzzer akan mengeluarkan bunyi. Frekuensi suara yang di keluarkan oleh buzzer yaitu antara 1-5 KHz.

Gambar 2.15. Simbol Buzzer

2.6. Relay

Relay adalah suatu rangkaian switching magnetik yang bekerja bila mendapat catu dari rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus dipenuhi output rangkaian pen-driver-nya/pengemudinya. Arus yang digunakan pada rangkaian adalah arus DC.


(42)

Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan arus, inti besi lunak menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami gaya tarik magnet sehingga berpindah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay, dan relay akan kembali ke posisi semula yaitu normally-off, bila tidak ada lagi arus yag mengalir padanya. Posisi normal relay tergantung pada jenis relay yang digunakan. Pemakaian jenis relay tergantung pada keadaan yang diinginkan dalam suatu rangkaian/sistem.

Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi:

a. Normaly Open (NO); saklar akan tertutup bila dialiri arus. b. Normaly Close (NC); saklar akan terbuka bila dialiri arus.

c. Change Over (CO); relay ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya tertutup yang mana bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A, sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal B.

Analogi rangkaian relay yang digunakan adalah saat basis transistor ini dialiri arus maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung.

Gambar 2.16. Simbol Relay

BOSCH 4 kaki – 0 332 019 453

Relay yang digunakan pada sistem ini adalah BOSCH 0332 019 453.Relay ini merupakan relay otomotif dengan tegangan kerja 12volt DC, dan kapasitas arus yang dapat ditangani adalah maksimal 30A. Relay ini berkaki 4, di dalamnya terdapat resistor penahan arus balik yang umumnya bertegangan sangat tinggi hingga 200volt!.


(43)

BAB 3

PERANCANGAN ALAT

3.1. Diagram Blok Rangkaian

Diagram blok rangkaian merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancang. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1 berikut ini :


(44)

BAB 3

PERANCANGAN ALAT

3.1. Diagram Blok Rangkaian

Diagram blok rangkaian merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancang. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1 berikut ini :


(45)

Gambar 3.1. Blok Diagram Rangkaian

Diagram proses sistem digambarkan berupa diagram blok di atas dimana terdapat beberapa bagian yang membentuk suatu sistem.Sistem tersebut menggunakan dua buah mikrokontroler yaitu mikrokontroler AT89S51 dan ATmega 8535.Komunikasi data dari RFID dan MODEM GSM adalah serial,oleh sebab itu sistem ini menggunakan dua mikrokontroler untuk mengendalikan dua output serial. Input dari sistem adalah kondisi yang diberikan oleh user yaitu mengaktifkan atau menonaktifkan sistem alarm. Input ini diakses melalui sebuah kode serial terdaftar, dalam hal ini adalah kode identitas kartu. Sebagai akses input digunakan rangkaian RFID yaitu Radio Frequency Identity yang berupa sensor pembaca kartu ID. Output sensor yang di berikan kebagian masukan mikrokontroler yaitu kode serial, kemudian data input diproses dan diverifikasi. Jika data sesuai dengan data yang tersimpan di dalam mikrokontroler maka relay akan ON dan pengapian akan aktif. Selain sistem pengapian, output lain adalah alarm yang aktif jika kondisi tidak diinginkan terjadi, misalnya ada yang membuka pintu tanpa menggunakan kartu ID karena sistem ini menggunakan saklar pembatas sebagai pendeteksi keadaan. Sistem ini dilengkapi dengan sebuah pengirim informasi yaitu jika terjadi gangguan pada kendaraan. Dalam hal ini sebagai pengirim informasi menggunakan pengirim SMS yaitu menggunakan modem GSM.


(46)

3.2. Rangkaian RFID (Radio Frequency Identification)

RFID merupakan komponen input sistem dimana sensor akan memberikan suatu besaran atau kondisi pada bagian proses untuk diolah menjadi suatu output. Terdapat dua sensor pada rancangan yaitu sensor kode identitas. Sensor kode identitas atau tag reader berfungsi mendeteksi kode yang diberikan oleh user atau tag sebagai kode akses untuk masuk dan mengaktifkan pengapian kendaraan. Sebagai kode digunakan sistem kode identitas dengan frekuensi radio yang disebut tag RFID. Tag RFID berupa kartu, berfungsi sebagai transponder untuk merespon dan mentransmisikan gelombang radio 125 Khz - 134 Khz, lengkap dengan antena dan memori ROM yang diprogram untuk satu ID.

Tipe sensor RFID yang digunakan adalah ID12 yang merupakan sensor RFID dengan keluaran data serial. Cara kerja sensor adalah mendeteksi radiasi kartu RFID yaitu kode yang dipancarkan oleh kartu RFID jika kartu didekatkan dengan sensor. Kartu akan mengeluarkan 16 digit kode yang terformat kode ASCII. Kode tersebut pada sensor akan terbaca dan mengeluarkan dalam bentuk digital serial.


(47)

Gambar 3.2. Rangkaian Pengendali

Sensor lain merupakan sensor keadaan menggunakan sebuah limitswitch yang mendeteksi keadaan pintu dari kendaraan. Dengan sensor tersebut dapat dideteksi keadaan pintu tertutup atau terbuka, yaitu dengan mendeteksi posisi pintu dimana sensor terpasang pada sisi pintu sedemikian rupa. Jika pintu terbuka atau tertutup akan mempengeruhi posisi saklar mikro tersebut. Saklar yang digunakan adalah saklar mikro dengan 2 keadaan atau posisi. Dalam rangkaian saklar terhubung antara masukan mikrokontroler dengan ground. Jika saklar dalam keadaan terbuka, logika pada masukan mikrokontroler akan high dan jika saklar dalam keadaan tertutup, logika akan low. Dengan demikian mikrokontroler akan mendeteksi hal tersebut melalui logika yang terbaca.

3.3. Rangkaian AT89S51

Pengendali utama yaitu pengendali yang mengatur seluruh sistem. Tipe mikrokontroler untuk pengendali adalah AT89S51 yang diprogram menggunakan bahasa assembly. Mikrokontroler diprogram untuk membaca input yaitu sensor identitas dan sensor kondisi pintu. Data yang diberikan oleh sensor identitas akan diverifikasi dengan kode yang terekam pada rangkaian mikrokontroler. Jika kode ID sama (cocok), maka sistem dapat diakses untuk mengaktifkan relay. Pada mikrokontroler utama juga di rancang untuk mendeteksi keadaan pintu apakah pintu tertutup atau terbuka yang akan memberikan masukan mikrokontroler untuk melakukan aksi jika kondisi pintu berubah dari keadaan tertutup menjadi terbuka tanpa di akses melalui kode identitas. Jika hal ini terjadi, mikrokontroler akan mengaktifkan alarm dan member masukan ke mikrokontroler atmega 8535 untuk mengirimkan sms kepada pemilik kendaraan. Sebagai input akses kartu digunakan port serial yaitu P3.0, sedangkan untuk limit switch diprogram pada port P3.2. Output mikrokontroler diprogram pada port 2 yaitu P2.4 untuk sirene/buzzer, P2.6 untuk pengaktifan relay, sedangkan P2.7 untuk indikator sistem, dan untuk mengaktifkan SMS digunakan port 1 yaitu P1.6 dan P1.7.


(48)

Gambar 3.3. Rangkaian At89s51

3.4. Rangkaian Driver

Rangkaian driver merupakan rangkaian penguat arus yang berfungsi sebagai pengendali beban karena output mikrokontroler tidak dapat menggerakkan beban besar secara langsung. Dalam hal ini adalah relay pengapian, relay buzzer dan sebagainya. Penguat yang digunakan adalah transistor BD139 dengan resistor pull up 10 KΩ. Cara kerja penguat adalah membias transistor dengan arus bias pada basis sehingga transistor jenuh dan ON. Untuk menonaktifkan transistor adalah dengan memberikan logika NOL sehingga arus bias akan sama dengan nol dan transistor akan cut off. Rangkaian diperlihatkan pada gambar.


(49)

Gambar 3.4. Rangkaian Driver

3.5. Rangkaian ATMEGA 8535

Mikrokontroler atmega8535 pada sistem ini digunakan sebagai pengendali yang berfungsi untuk memberikan masukan data kemudian mengirimkan sms melalui modem gsm. Pengendali SMS dikendalikan oleh ATmega8535 melalui port PC yaitu PC.0 dan PC.1 dengan mendeteksi perintah yang diberikan AT89S51 melalui kedua port tersebut. Pengendali SMS akan mengirimkan SMS ke nomor tertentu. Pengendali ini menggunakan port serial untuk berkomunikasi dengan modem yaitu PD.0 dan PD.1 sebagai penerima dan pengirim data ke modem.


(50)

Gambar 3.5. Rangkaian pengendali SMS

3.6. Modem GSM

Modem GSM adalah suatu sitem pengirim sinyal menggunakan jaringan GSM. Dalam hal ini pengirim BSM digunakan untuk mengirim pesan singkat atau SMS ke suatu nomor GSM tertentu. Dalam proses pengiriman SMS,mode yang digunakan Modem adalah mode text sehingga mudah dalam pemrograman. Dengan demikian dibutuhkan sebuah kartu langganan jaringan GSM agar dapat menggunakan jaringan tersebut. Di antara komunikasi modem dengan kontroler terdapat suatu perantara atau interface yaitu converter RS 232 yang berfungsi menyetarakan level komunikasi kontroler dengan modem dimana level komunikasi modem atau level RS 232, sedangkan pada kontroler menggunakan level TTL. Modem yang digunakan sebagai pengirim SMS adalah modem dengan tipe M1306B merk wavecom.


(51)

Gambar 3.5. Rangkaian Modem GSM

3.7. Flowchart


(52)

(53)

(54)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA

Agar sistem memperoleh hasil yang diinginkan, maka dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengujian pada perangkat keras (hardware). Berikut merupakan hasil dari pengujian sistem.

4.1 Pengujian Power Supplay

Pengujian pada rangkaian power suplay bertujuan untuk mengukur besarnya tegangan yang dibutuhkan oleh setiap blok rangkaian. Tegangan yang dibutuhkan sebesar 5V dan 12 V. Setelah melakukan pengukuran keluaran dari rangkaian catu daya tidak murni sebesar 5V dan 12 V. Sehingga dari hasil pengukuran keluaran tegangan untuk adaptor berkisar antara 4,88 Volt sampai dengan 5,04 Volt. Sedangkan untuk keluaran dari adaptor berkisar antara 11,49 Volt.

4.2 Pengujian Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler akan bekerja jika sebuah program ditanamkan didalamnya. Mikrokontroler AT89S51 biasanya semua port akan di-set high “1”. Kecuali di dalam program telah di-set low “0”. Maka pengujian dilakukan dengan cara memasukkan sebuah program dengan men-set port 0 menjadi 00h atau menjadi low. Sehingga diperoleh hasil pengukuran sebagai berikut.

Port Tegangan Kondisi

Port 0 0 Volt Low

Port 1 4.98 Volt High

Port 2 4.98 Volt High

Port 3 4.98 Volt High

Pin 40/Vcc 5.01 Volt


(55)

Ket : Kondisi low berarti logic 0 Kondisi high berarti logic 1

Dengan demikian rangkaian minimum tersebut dapat bekerja dengan baik.

4.3 Pengukuran dan Pengujian Modul RS232 Konverter

Pengukuran dan pengujian ini dimaksudkan untuk menguji apakah konverter tersebut bisa digunakan untuk komunikasi antara alat dengan komputer. Pengukuran tegangan ini dilakukan dengan menggunakan multimeter digital. Berikut ini tabel hasil pengukurannya.

Keterangan Tegangan (Volt) Logika Pin 14 (Tx RS232) -7,2 High (RS232) Pin 13 (Rx RS232) +5,3 Low (RS232) Pin 10 (Tx TTL) 4,7 High (TTL) Pin 12 (Rx TTL) 0,3 Low (TTL)

Tabel 4.2 Hasil pengukuran RS232 konverter

Pengujian dilakukan dengan menghubungkan kabel data serial dari alat ke komputer, kemudian pin 10 dan pin 12 dari RS232 konverter (Max232) dihubungkan ke mikrokontroller. Pada program mikrokontroller telah dimasukkan program sederhana utuk menguji rangkaian komunikasi serial RS232, yaitu dengan mengirimkan karakter “a” hingga karakter “z”, setelah itu menjalankan program aplikasi Hyperterminal di windows.


(56)

Gambar 4.1 Tampilan Hyperterminal Pengiriman Data Serial

Tampilan yang dihasilkan dari pengujian hyperterminal terlihat pada gambar diatas. Dari data yang dikirimkan tersebut, semuanya berhasil diterima dengan baik sesuai dengan yang dikirimkan tanpa terjadi error data maupun kehilangan data. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa rangkaian komunikasi RS232 dapat digunakan karena proses komunikasi antara PC dengan rangkaian mikrokontroler bekerja dengan baik. Rangkaian Max232 dapat bekerja sebagai mana yang diharapkan dimana rangkaian Max232 berfungsi untuk mengkonversi tegangan level TTL ke tegangan level RS232.

4.4 Pengujian RFID (Radio Frequency Identification)

Pengujian dilakukan untuk memperoleh hasil bahwa rangkaian dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan. IC RFID reader yg digunakan adalah ID-12 yang dapat memancarkan gelombang radio dengan frekuensi 125 KHz.Kemudian pengujian juga dilakukan untuk memperoleh jarak sebuah tag yang dapat dibaca oleh reader ID-12. Dalam pengujian ini posisi tag diletakakan di depan dan belakang reader. Data hasil pengukuran dapat dilihat seperti Tabel berikut:


(57)

Jarak Tag terhadap Reader (cm)

Tag

1 Terbaca

2 Terbaca

3 Terbaca

4 Terbaca

5 Terbaca

6 Tidak terbaca 7 Tidak terbaca 8 Tidak terbaca


(58)

Pembacaan tersebut dilakukan tanpa adanya penghalang di antara tag dengan reader. Dari data di atas dapat diketahui bahwa jarak baca reader terhadap tag sebesar 5 cm. Hal tersebut terjadi karena adanya kemungkinan bahwa daya yang dipancarkan oleh reader bernilai rendah.

Kemudian sebagai indikator pada rangkaian reader digunakan sebuah LED yang berkedip jika sebuah tag RFID dilewatkan pada ID-12. LED indikator ini berfungsi sebagai penanda apabila reader melakukan komunikasi dengan tag.

Kemudian dilakukan juga pengujian untuk memperoleh identitas dari tag RFID tersebut. Pengujian dilakukan dengan mendekatkan tag pada reader, lalu hasil pembacaan akan ditampilkan pada perangkat komputer melalui port serialCOM. Dengan memanfaatkan hyperterminal pada sebuah perangkat komputer, kita dapat memperoleh identitas dari tag RFID tersebut seperti pada table berikut:

NO Kartu RFID Terbaca

1 4200AB983E4F 2 4200AB4F0CAA 3 4200AB935822 4 4200AB990575 5 4200AB983E4F

Tabel 4.4 Kode RFID terbaca

4.5 Pengujian Driver

Pada alat ini transistor BD139 di gunakan sebagai driver yaitu mengendalikan alarm dan relay pemutus pengapian. Pengujian rangkaian driver ini dapat dilakukan dengan mengukur tegangan transistor pada kaki basis = 0,22V, kolektor = 4,61V , emitor = 0V


(59)

pada saat alarm tidak aktif,sedangkan pada saat alarm aktif tegangan resistor pada kaki basis = 0,71V,kolektor = 0,04V , emitor=0V.

Dengan mengikuti keterangan dari pengujian,pengujian RFID dan pengujian driver kita dapat membuat program untuk mengaktifkan alarm dan memutuskan pengapaian melalui relay:

Imb Bit P2.7 Siren Bit P2.6 Buzzer Bit P2.5 Switch Bit P3.7 LedH Bit P1.1 LedB Bit P1.0 SMS0 Bit P1.6 SMS1 Bit P1.7

Perintah di atas merupakan perintah untuk menginstal port dengan nama-nama tertentu, sehingga memudahkan pemrograman.

---

mov P1,#0FFH mov P3,#0FFH mov B,#1

Merupakan perintah untuk mengisi nilai awal port dan register P sesuai dengan fungsinya.

---


(60)

Perintah pemanggilan routine inisialisasi port serial.

---

Clr Siren Clr RI Setb LedH Clr LedB

ACALL DELAY_1S

Clr IMB

Merupakan perintah untuk men-set kondisi awal dari komponen-komponen yang digunakan, misalnya buzzer, lampu indikator, dan pengunci sistem pengapian sehingga pada kondisi awal sesuai dengan kondisi sebelum sistem alarmi dinonaktifkan.

---

RFID_Start:

Mov R1,#6 SR: MOV R0,#13 Sr1: Acall Serial_In

Perintah untuk membaca data serial yang diberikan oleh sensor RFID melalui port serial.

---


(61)

Menyimpan tiap digit data serial yang dibaca pada memori stuck.

---

DJNZ R0,Sr1

Perintah untuk mengurangi register 0 dengan 1 , dan membandingkannya. Jika Ro = 0, program akan diteruskan, dan jika tidak program akan kembali ke alamar Sr1.

---

Pop Acc Mov 53H,A Pop Acc Mov 52H,A Pop Acc Mov 51H,A Pop Acc Mov 50H,A

Perintah untuk menyimpan 4 digit kode ID yang terbaca pada memori RAM dengan alamat 50-53.

---

ID1:

Mov A,50H Cjne A,#'0',ID2 Mov A,51H Cjne A,#'C',ID2


(62)

Mov A,52H Cjne A,#'A',ID2 Mov A,53H Cjne A,#'A',ID2 Acall Delay_1S Ajmp PASSWORD

Perintah untuk menverifikasi kode yang diterima oleh sensor dengan kode yang tersimpan pada memori. Jika semua kode sama dan urutannya benar, program akan lompat ke password, dan jika tidak program akan lompat ke ID2 untuk verifikasi berikutnya.

---

PASSWORD: MOV A,B CJNE A,#0,NS Clr LedB Setb LedH mov B,#1

ACALL DELAY_1S

Mov R7,#0 Clr RI Clr IMB

Ajmp RFID_Start

Perintah untuk mengaktifkan sistem alarm, yaitu mengunci sistem pengapian dan men-set kondisi alarm dalam keadaan aktif.

---


(63)

Setb LedB mov B,#0

ACALL DELAY_1S

Mov R7,#0

Clr RI

Setb IMB SetB SMS0 SetB SMS1 NS1: Ajmp RFID_Start

Merupakan routine untuk menonaktifkan sistem alarm yaitu mengunci sistem pengapian dan menghidupkan atau membuka sistem pengapian.

---

Error:

SetB Siren Clr SMS0 Clr SMS1

ACALL DELAY_1S

SetB SMS0 SetB SMS1

Mov R2,#30 Clr IMB NCS:

Clr LedB Clr LedH

Acall Delay_500mS Setb LedB

Setb LedH


(64)

Djnz R2,Ncs Clr LedB Setb LedH Clr Siren Dec R7

Mov R6,#10 Clr RI AS: Clr LedB

Acall Delay_500mD Setb LedB

Acall Delay_500mD Djnz R6,AS

Ajmp RFID_Start

Merupakan routine untuk membunyikan sirine/buzzer serta memberi kode pada rangkaian pengirim SMS agar mengirim pesan peringatan. Proses ini akan berlanjut selama 30 detik. Jika kondisi normal kembali, sirine akan dimatikan.

---

Init_Serial:

MOV SCON,#52H ; Mode 1 Ren MOV TMOD,#20H ; T1 Mode 2 MOV TH1,#0FdH ; 9600 Baudrate MOV TCON,#040H ; T1 On, T0 Off MOV PCON,#00H ;

RET

Merupakan routine untuk inisialisasi port serial untuk komunikasi serial dengan sensor RFID.


(65)

---

Serial_In: TungguTerima:

Mov A,B CJNE A,#1,QS1

JnB Switch,QS1 Acall Delay_500mS JnB Switch,QS1 Acall Delay_500mS Acall Error

QS1: Jnb RI,TungguTerima Mov A,SBUF

Clr RI Ret

Merupakan routine untuk membaca data serial dari port serial disertai endeteksian sensor pintu. Jika pintu terbuka secara paksa, maka perintah akan memanggil routineerror.

---

Delay_1S:

Mov R4,#200

Tunggu_1detik:

Acall Delay_5mS Djnz R4,Tunggu_1detik Ret


(66)

Merupakan perintah untuk menunda waktu selama 1 detik dengan melakukan loop 200 x 5 ms.

---

Delay_500mS:

Mov R4,#100

Tunggu_500mdetik: Acall Delay_5mS

Djnz R4,Tunggu_500mdetik Ret

Delay_5mS:

Mov TMOD,#21H Mov TH0,#0EDH Mov TL0,#0FFH Setb TR0

Tunggu_5mS:

Jbc TF0,Sudah_5mS Ajmp Tunggu_5mS

Sudah_5mS: Clr TR0 Ret

Delay_5mD:

Mov TMOD,#21H Mov TH0,#0EDH


(67)

Setb TR0

Tunggu_5mD:

JNB RI,TTG AJMP RFID_Start TTG: Jbc TF0,Sudah_5mD

Ajmp Tunggu_5mD

Sudah_5mD: Clr TR0 Ret

Delay_500mD:

Mov R4,#100

Tunggu_500md:

Acall Delay_5mD

Djnz R4,Tunggu_500mD Ret

END

Menentukan routine untuk menunda waktu selama 5 ms dengan mengaktifkan timer 0 (nol).

---

4.6 Pengujian ATMEGA 8535

Karena pemrograman menggunakan mode ISP (In System Programming) mikrokontroler harus dapat diprogram langsung pada papan rangkaian dan rangkaian mikrokontroler harus dapat


(68)

dikenali oleh program downloader. Pada pengujian ini berhasil dilakukan dengan dikenalinya jenis mikrokontroler oleh program downloader yaitu ATMega8535.

ATMega menggunakan kristal dengan frekuensi 8 MHz, apabila Chip Signature sudah dikenali dengan baik dan dalam waktu singkat, bisa dikatakan rangkaian mikrokontroler bekerja dengan baik dengan mode ISP-nya.


(69)

4.6 Pengujian Modem GSM

Pada alat ini modem gsm yang di gunakan adalah modem gsm M1306B serial keluaran dari wavecom. Modem ini menggunakan text fortmat dalam pengisian program,jadi kita dapat langsung memasukkan data text melalui mikrokontroler ATMEGA8535.Berikut program yang dapat kita isi:

#include <mega8535.h> #include <delay.h> #include <stdio.h>

// Declare your global variables here unsigned char Enter,Null;

void main(void) {

PORTA=0x00; DDRA=0x00;

PORTB=0x00; DDRB=0x00;

PORTC=0x03; DDRC=0x00;

PORTD=0x00; DDRD=0x00;

UCSRA=0x02; UCSRB=0x18; UCSRC=0x86; UBRRH=0x00; UBRRL=0x0C;

delay_ms(3000);


(70)

{

while (PINC.0 == 1) {} delay_ms(1000); while (PINC.0 == 1) {}

printf("AT+CMGS=085297197150"); delay_ms(500);

printf("%c",0x0D); delay_ms(2000);

printf("Alarm mobil anda aktif"); delay_ms(1000);

printf("%c",0x1A); delay_ms(300000); };

}

Pada program ini menggunankan perintah “AT Command” karena modem gsm hanya mengerti dengan perintah tersebut. Disebut “AT Command” karena perintahnya didahului pleh “AT”(Attention).

Program ini akan memerintahkan modem gsm untuk mengirimkan sebuah pesan singkat ke nomor tertentu. Perintah (AT+CMGS) digunakan untuk mengirimkan sebuah pesan ke nomor yang sudah dimasukkan. Pada saat pengujian alat modem gsm bekerja dengan baik dengan mengirimkan sebuah pesan singkat ke nomor user.

4.7 Pengujian Keseluruhan Rangkain

Pengujian ini dilakukan sebagai ujicoba seluruh perangkat. Pada pengujian ini nantinya dapat disimpulkan apakah sistem ini bekerja dengan baik atau tidak.

Pengujian ini dimulai dengan menghubungkan adaptor sebagai power supply. Jika indicator LED berwarna biru hidup maka alat ini telah aktif seperti pada gambar berikut.


(71)

Gambar 4.3 Kondisi alat sedang aktif

Setelah alat ini aktif maka kita akan mencoba menggunakan kartu RFID yang mempunyai kode benar.seperti pada gambar berikut.

Gambar 4.4 Kartu yang salah di dekatkan pada sensor

Pada gambar diatas terlihat bahwa ketika kita mendekatkan kartu yang mempunyai kode benar ke sensor RFID maka pengapian aktif yang di tandai dengan hidupnya LED berwarna hijau. Kemudian kita akan menggunakan kartu RFID yang salah untuk menghidupkan pengapian kendaraan dengan mendekatkan kartu ke sensor sebanyak 5 kali.


(72)

Gambar 4.5 Kartu user didekatkan pada sensor

Gambar di atas menunujukan bahwa ketika kita mendekatkan kartu RFID yang salah sebanyak 5 kali maka kedua LED akan berkedip-kedip dan alarm akan aktif.Pada beberapa detik kemudian masuk SMS ke handphone user yang memberikan informasi bahwa alarmnya tidak aktif.sepert pada gambar barikut.

Gambar 4.6 SMS yang diterima user

Dari pengujian rangkaian secara keseluruhan ini terlihat bahwa alat bekerja dengan baik. Namun dalam kecepatan pengiriman SMS ini sangat bergantung pada sinyal dari provider.


(73)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil perancangan alat hingga pengujian dan pembahasan sistem maka penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain :

a. Pada pengujian rangkaian secara keseluruhan terlihat bahwa sistem sudah bekerja dengan baik sesuai dengan instruksi yang di berikan dan tiap blok sudah berfungsi dengan baik. b. Pengujian sensor RFID dilakukan dengan tidak ada yang menghadang antara Tag RFID

dan RFID reader.

c. Sinyal dari provider sangat mempengaruhi kecepatan dalam pengiriman SMS.

d. Pada pengujian untuk mengaktifkan dan menonaktifkan pengapian ditunjukkan dengan relay.

e. Pengujian alat ini tidak dilakukan secara langsung pada kendaraan,melainkan di uji sebagai prototype.

5.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran untuk dapat dilakukan perancangan lebih lanjut, yaitu :

a. Pada saat mengaplikasikan alat ini pada kendaraan ada beberapa komponen yang harus di sesuaikan dengan kendaraan tersebut seperti penggunaan relay sebagai penghubung pengapian dan adaptor sebagai sumber tegangan.

b. Alat ini di desain belum sempurna sehingga perlu di desain ulang agar komponen-komponen pada rangakaian terlindungi dan ukuran alat akan menjadi minimalis sehingga mudah pada saat mengaplikasikan pada kendaraan.

c. Pemanfaatan RFID memiliki resiko antara lain seperti tergores, hilang, patah dan tertukar. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan konsep pengaman yang lebih kuat dan bagus.


(74)

DAFTAR PUSTAKA

Wahana Komputer. 2005. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Akademik Berbasis SMS dengan Java. Jakarta: Salemba Infotek.

Cooper, William D. 1999.Instrumentasi Elektronik Dan Teknik Pengukurann Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.

www.wikipedia.org www.atmel.com

www.pdf-search-engine.com www.digilib.petra.ac.id www.mytutorialcafe.com www.alldatasheet.com


(75)

(1)

{

while (PINC.0 == 1) {} delay_ms(1000); while (PINC.0 == 1) {}

printf("AT+CMGS=085297197150"); delay_ms(500);

printf("%c",0x0D); delay_ms(2000);

printf("Alarm mobil anda aktif"); delay_ms(1000);

printf("%c",0x1A); delay_ms(300000); };

}

Pada program ini menggunankan perintah “AT Command” karena modem gsm hanya mengerti dengan perintah tersebut. Disebut “AT Command” karena perintahnya didahului pleh “AT”(Attention).

Program ini akan memerintahkan modem gsm untuk mengirimkan sebuah pesan singkat ke nomor tertentu. Perintah (AT+CMGS) digunakan untuk mengirimkan sebuah pesan ke nomor yang sudah dimasukkan. Pada saat pengujian alat modem gsm bekerja dengan baik dengan mengirimkan sebuah pesan singkat ke nomor user.

4.7 Pengujian Keseluruhan Rangkain

Pengujian ini dilakukan sebagai ujicoba seluruh perangkat. Pada pengujian ini nantinya dapat disimpulkan apakah sistem ini bekerja dengan baik atau tidak.

Pengujian ini dimulai dengan menghubungkan adaptor sebagai power supply. Jika indicator LED berwarna biru hidup maka alat ini telah aktif seperti pada gambar berikut.


(2)

Gambar 4.3 Kondisi alat sedang aktif

Setelah alat ini aktif maka kita akan mencoba menggunakan kartu RFID yang mempunyai kode benar.seperti pada gambar berikut.

Gambar 4.4 Kartu yang salah di dekatkan pada sensor

Pada gambar diatas terlihat bahwa ketika kita mendekatkan kartu yang mempunyai kode benar ke sensor RFID maka pengapian aktif yang di tandai dengan hidupnya LED berwarna hijau. Kemudian kita akan menggunakan kartu RFID yang salah untuk menghidupkan pengapian kendaraan dengan mendekatkan kartu ke sensor sebanyak 5 kali.


(3)

Gambar 4.5 Kartu user didekatkan pada sensor

Gambar di atas menunujukan bahwa ketika kita mendekatkan kartu RFID yang salah sebanyak 5 kali maka kedua LED akan berkedip-kedip dan alarm akan aktif.Pada beberapa detik kemudian masuk SMS ke handphone user yang memberikan informasi bahwa alarmnya tidak aktif.sepert pada gambar barikut.

Gambar 4.6 SMS yang diterima user

Dari pengujian rangkaian secara keseluruhan ini terlihat bahwa alat bekerja dengan baik. Namun dalam kecepatan pengiriman SMS ini sangat bergantung pada sinyal dari provider.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil perancangan alat hingga pengujian dan pembahasan sistem maka penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain :

a. Pada pengujian rangkaian secara keseluruhan terlihat bahwa sistem sudah bekerja dengan baik sesuai dengan instruksi yang di berikan dan tiap blok sudah berfungsi dengan baik. b. Pengujian sensor RFID dilakukan dengan tidak ada yang menghadang antara Tag RFID

dan RFID reader.

c. Sinyal dari provider sangat mempengaruhi kecepatan dalam pengiriman SMS.

d. Pada pengujian untuk mengaktifkan dan menonaktifkan pengapian ditunjukkan dengan relay.

e. Pengujian alat ini tidak dilakukan secara langsung pada kendaraan,melainkan di uji sebagai prototype.

5.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran untuk dapat dilakukan perancangan lebih lanjut, yaitu :

a. Pada saat mengaplikasikan alat ini pada kendaraan ada beberapa komponen yang harus di sesuaikan dengan kendaraan tersebut seperti penggunaan relay sebagai penghubung pengapian dan adaptor sebagai sumber tegangan.

b. Alat ini di desain belum sempurna sehingga perlu di desain ulang agar komponen-komponen pada rangakaian terlindungi dan ukuran alat akan menjadi minimalis sehingga mudah pada saat mengaplikasikan pada kendaraan.

c. Pemanfaatan RFID memiliki resiko antara lain seperti tergores, hilang, patah dan tertukar. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan konsep pengaman yang lebih kuat dan bagus.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Wahana Komputer. 2005. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Akademik Berbasis SMS

dengan Java. Jakarta: Salemba Infotek.

Cooper, William D. 1999.Instrumentasi Elektronik Dan Teknik Pengukurann Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.

www.wikipedia.org www.atmel.com

www.pdf-search-engine.com www.digilib.petra.ac.id www.mytutorialcafe.com www.alldatasheet.com


(6)