Kelembagaan Adat Adat Minangkabau

Sebatang, intinya demokrasi, berdaulat kepada rakyat, dan mengutamakan musyawarah untuk mufakat. 15 3 Adat Nan Teradat Adalah ketentuan adat yang disusun di nagari untuk melaksanakan adat nan sabana adat dan adat nan diadatkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan nagarinya. Adat ini disususn oleh para tokoh dan pemuka masyarakat nagari melalui musyawarah untuk mufakat. Adat nan teradat, merupakan kebiasaan setempat yang dapat berbeda-beda pada setiap nagari. Kebiasaan ini pada awalnya dirumuskan oleh ninik mamak pemangku nagari yang bertujuan untuk mewujudkan adat nan sabana adat dan adat nan diadatkan, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. 16 Adat Nan teradat ini dengan sendirinya menyangkut pengaturan tingkah laku dan kebiasaan pribadi orang perorangan seperti tata cara berpakaian, makan-minum, dan sebagainya. 17 4 Adat Istiadat Merupakan aturan adat yang dibuat dengan mufakat ninik mamak dalam suatu nagari. Peraturan ini, menampung segala kemauan anak nagari yang sesuai menurut alua jo patuik, patuik jo mungkin. Ada dua proses terbentuknya adat istiadat, yakni: 1 berdasarkan usul dari anak nagari, anak kemenakan, dan masyarakat setempat. 2 berdasarkan fenomena atau gejala yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. 18 Adat ini sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat.

2.3.3 Kelembagaan Adat

Satu hal penting bagi masyarakat Minangkabau, bahwa adat itu adalah suatu Limbago lembaga, dan mengandung unsur-unsur yang terdiri dari dari lembaga 15 Amir Sjarifoedin, Minangkabau; Dari Dinasti Iskandar Zulkarnain Sampai Imam Bonjol, Jakarta, 2014, hlm 98 16 Ibid, hlm. 99 17 Ir. Edison Piliang dan Nasrun Dt. Marajo Sungut, Tambo Minangkabau; Budaya dan Hukum Adat di Minangkabau, Bukittinggi, 2015, hlm. 142 18 Opcit, hlm.99 juga. Penghulu adalah lembaga, urang sumando adalah lembaga. Demikian juga perkawinan, suku, hukum, semuanya adalah lembaga. Secara legalistik atau kelembagaan, adat Minangkabau dapat dirangkum dalam Limbago nan Sapuluah, yaitu Cupak nan Duo; Kato nan Ampek; dan Undang nan Ampek lembaga yang sepuluh, yaitu: takaran yang dua, kata yang empat, dan undang yang empat. 1 Cupak nan Duo Cupak adalah alat takaran. Alat takar lain sering disebu, seperti gantang, taraju, bungka. Maksud alat-alat ini adalah simbol lembaga hukum yang menjadi acuan bagi masyarakat dalam menjalankan dan mengembangkan adatnya. Cupak nan Duo adalah cupak usali dan cupak buatan. kedua cupak ini menjamin perubahan dan kontinuitas dalam adat Minangkabau. Cupak usali adalah adat yang baku dan permanen, sedang cupak buatan adalah adat yang ditetapkan oleh orang cadiak pandai dan ninik mamak di nagari-nagari untuk merespon situasi dan perubahan zaman. namun keduanya, yang tetap dan yang berubah, adalah lembaga yang diakui dalam adat. 2 Kato Nan Ampek Kato atau kata adalah salah satu lembaga yang sangat penting dalam masyarakat Minangkabau. tanpa kato, adat Minangkabau kehilangan legitimasinya. Dalam masyarakat Minangkabau tempo doeloe, kekuasan dan undang-undang dipegang oleh raja dan penghulu karena keturunannya. Bagi masyarakat Minangkabau, kesahihan suatu hukum diukur dengan ada tidaknya kato-kato adat yang mendasarinya. Undang- undang dibuat oleh cerdik pandai, mufakat dibuat oleh seluruh kaum, hukum diputuskan oleh penghulu. Akan tetapi landasan dan acuannya adalah kato. Suatu pernyataan dan keputusan haruslah sesuai dengan salah satu dari empat macam kato, yakni. a Kato Pusako adalah pepatah pepitih dan segala undang-undang adat Minangkabau yang sudah diwarisi turun-temurun dan sama di seluruh alam Minangkabau. Kato pusako ini merupakan acuan tertinggi dan tidak dapat diubah. Jumlahnya sangat banyak dan merupakan kompilasi kebijaksanaan yang diambil dari falsafah Alam Takambang Jadi Guru. b Kato Mufakat adalah hasil mufakat kaum dan para penghulu yang harus dipatuhi dan dijalankan bersama-sama. Mufakat di Minangkabau haruslah dengan suara bulat, dan tidak dapat dilakukan voting. c Kato dahulu batapati, artinya keputusan yang sudah diambil dengan suara bulat, haruslah ditepati dan dilaksanakan. d Kato kudian kato bacari, artinya keputusan itu ada kemungkinantidak dapat dijalankan karena suatu hal. 3 Undang Nan Ampek Nenek moyang masyarakat Minangkabau sudah menetapkan undang- undang yang menjadi dasar pemerintahan adat zaman dahulu, mencakup undang-undang Luhak dan rantau; undang-undang Nagari; undang-undang dalam Nagari; dan undang-undang nan Duopuluah yang dua puluh 19

2.3.4 Sistem Adat