Pengetahuan  umumnya  berasal  dari  pengalaman.  Pengetahuan  juga  dapat diperoleh melalui informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman dan surat
kabar  Tjitarsa,  1992.  Penelitian  menunjukkan  bahwa  seksualitas  remaja  paling banyak  dipengaruhi  oleh  orang  tua,  diikuti  oleh  teman-teman  sekelompok,  dan
akhirnya,  oleh  apa  yang  dipelajari  di  sekolah  Mitra  Inti  Foundation,  2002. Pendidikan  seksual  idealnya  diberikan  pertama  kali  oleh  orang  tua  di  rumah,
mengingat  yang  paling  tahu  keadaan  anak  adalah  orang  tuanya  sendiri  Mu’tadin, 2002c. Tetapi sayangnya, tidak semua orang tua mau terbuka terhadap anak dalam
membicarakan  masalah  kesehatan  reproduksi.  Selain  itu,  tingkat  sosial  ekonomi maupun tingkat pendidikan yang berbeda-beda dapat menyebabkan banyak orang tua
yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Pada akhirnya para remaja  mencari  sendiri  informasi  mengenai  kesehatan  reproduksi  dari  sumber  lain
yang  tidak  jelas  atau  bahkan  keliru  sama  sekali,  misalnya  dari  teman-teman sebayanya yang juga tidak tahu apa-apa, dari majalah, televisi, bahkan dari internet.
4.2.5 Sikap terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja
Sikap  terhadap  kesehatan  reproduksi  remaja  yang  dijadikan  parameter  untuk mengukur  sikap  siswa,  meliputi:  pengetahuan  mengenai  perilaku  seksual  remaja,
perilaku seks yang aman, seks pranikah, kehamilan yang tidak diinginkan KTD dan aborsi,  penyakit  menular  seksual  PMS  dan  HIVAIDS,  kekerasan  seksual,  dan
tayangan seks dan majalahvideo porno. Sikap siswa terhadap kesehatan  reproduksi remaja diukur dengan 10 pernyataan.
Sikap  siswa  terhadap  kesehatan  reproduksi  remaja  dikategorikan  menjadi  3 yaitu  negatif,  netral,  dan  positif.  Berdasarkan  hasil  penelitian  diketahui  bahwa
sebagian  besar  siswa  yaitu  sebanyak  82  siswa  94,3  memiliki  sikap  positif  dan tidak ada satupun siswa  yang memiliki sikap negatif terhadap kesehatan reproduksi
remaja.  Distribusi  sikap  siswa  terhadap  kesehatan  reproduksi  remaja  dapat  dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel  4.9  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan  Sikap  terhadap  Kesehatan
Reproduksi Remaja
No. Sikap terhadap Kesehatan
Reproduksi Remaja n
Persentase 1.
Positif 82
94,3 2.
Netral 5
5,7 3.
Negatif -
- Jumlah
87 100
Sumber: Data Primer Terolah, Desember 2007
Sikap siswa terhadap kesehatan reproduksi merupakan reaksi atau respon yang masih  tertutup,  baik  senang-tidak  senang,  setuju-tidak  setuju,  baik-tidak  baik,  dan
sebagainya  terhadap  kesehatan  reproduksi  remaja.  Menurut  Allport  1954  dalam Notoatmodjo,  2005,  sikap  itu  terdiri  dari  3  komponen  pokok,  yaitu:  kepercayaan
atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, kehidupan emosional atau evaluasi orang  terhadap  objek,  kecenderungan  untuk  bertindak  tend  to  behave.  Ketiga
komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Sehingga  peranan  pengetahuan,  pikiran,  keyakinan,  dan  emosi  memegang  peranan
penting  dalam  menentukan  sikap  yang  utuh  terhadap  kesehatan  reproduksi  remaja. Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang
telah diyakininya Notoatmodjo, 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 87 siswa terdapat 82 siswa memiliki
sikap  yang  positif  terhadap  kesehatan  reproduksinya.  Sikap  positif  tersebut  sangat ditentukan  oleh  pengetahuan  tentang  kesehatan  reproduksi  yang  tinggi,  pikiran  dan
kesadaran  mengenai  dampak-dampak  yang  terkait  dengan  kesehatan  reproduksi sehingga  para  remaja  mempunyai  keyakinan  dan  emosi  untuk  menunda  aktifitas
seksual yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab. Sikap  remaja  saat  ini  dapat  dikatakan  relatif  stabil.  Hal  ini  berarti  bahwa
remaja senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terhadap hal-hal  yang terkait dengan  kesehatan  reproduksinya,  didasarkan  oleh  hasil  pemikirannya  sendiri.  Sikap
yang  kuat  dalam  masa  remaja  adalah  tertutup  terhadap  orang  dewasa  khususnya
terhadap  pemecahan  persoalan-persoalan  yang  dihadapi,  terutama  bila  ada  masalah yang terkait dengan masalah seksualitas. Hal ini timbul disebabkan keinginan mereka
menentukan  sikap  dan  keinginan  untuk  menjadi  independen  serta  memecahkan persoalan-persoalannya sendiri Mappiare, 1982.
4.2.6 Praktek Kesehatan Reproduksi Remaja