Security Dilemma Kerangka Pemikiran

14

1.4.3. Security Dilemma

Pengertian Security dilemma dapat diartikan sebagai suatu fenomena aksi dan reaksi antara beberapa negara. Tindakan suatu negara untuk meningkatkan keamanannya akan berakibat atau dianggap melemahkan keamanan negara lain. 22 Jadi pada dasarnya security dilemma merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan kondisi psikologi para pembuat keputusan yang didasari ketidak- percayaan dan ketidak-tahuan terhadap kemampuan dan atensi pihak lain musuh Menurut Barry R. Buzan seperti yang dikutip Amien Rais, definisi tentang dilema keamanan security dilemma adalah “…What one does to enhance one’s own security causes reactions that in the end can make one less secure” 23 Keamanan menjadi suatu hal yang diperjuangkan oleh negara. Terutama untuk mengatasi ancaman yang sifatnya militer. Untuk memenuhi tuntutan tersebut negara sering dihadapi pada pilihan kebijakan yang sifatnya dilematis. Dikarenakan usaha untuk mengamankan negara dengan meningkatkan kemampuan militer baik daya tangkal maupun daya serang menimbulkan kecurigaan atau dilema. Keadaan dilematis ini disebut sebagai security dilemma, dapat diartikan bahwa peningkatan pengamanan suatu negara yang mempengaruhi negara lain. Hal ini sebagaimana asumsi realis untuk melanggengkan balance of power antar 22 Robert Jervis, Coorperation Under the Security Dilemma, dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold War; Argument on Couses of War and Peace, Mac Millan Publishing Company, NY, 1994, hal. 315..httppublikasi.umy.ac.id.idindex.phphiarticleviewFile2090589.pdf..di akses tanggal 13112012 23 Ibid 15 negara. Jelasnya security dilemma merupakan suatu kondisi dimana usaha untuk memajukan keamanan nasional memiliki efek yang terlihat sebagai ancaman bagi negara lain, sehingga memprovokasi untuk melakukan tindakan balik, kondisi ini terjadi lebih karena keadaan dan lingkungan. John Herz adalah orang pertama yang mengartikulasikan konsep ini di tahun 1950an. Menurutnya hal tersebut merupakan tindakan alamiah negara terutama kaitannya dengan self-help untuk menciptakan rasa aman terhadap dirinya dan menjadikan hal tersebut sebagai potensi ancaman 24 . Berdasarkan perspektif realis dalam lingkungan yang menuntut adanya self-help, negara menghadapi ketidak pastian yang tidak dapat dipecahkan mengenai keberadaan militer yang disiapkan negara lain. Hal ini dimaksudkan untuk pertahanan maupun tujuan lain. Menurut Prof Kenneth Waltz, Scurity Dilemma adalah In the anarchic international environment, national statesregions are fearful of each other because of mutual misunderstandings. Security thus becomes the first priority. All countries try to gain security, obtain military superiority, and improve one’s own security status by increasing military expenditure. Since an arms race is a perpetual concern, one’s military superiority will quickly be surpassed by others’ military building-up efforts; absolute security is therefore impossible. So all countries are trapped in a dilemma. This kind of phenomenon is called the “Security Dilemma” 25 ,. 24 Ibrahimscript “security-dilemma-mereda-atau-selalu ada 20080121” diaksese tanggal 13112012 25 Xin Benjian “Security Dilemma, Balance of Power Vs. US Policy Towards China in the Post- Cold War Era”, atau dilihat John H. Herz, “Idealist Internationalism and Security Dilemma”, World Politics, Vol. 21950, p.157-158International Politics in the Atomic Age, Columbia University Press, 16 Peningkatan kemampuan militer suatu negara merupakan suatu hal yang lumrah dilakukan oleh suatu negara. Negara melakukan pembelian senjata baru untuk menambah atau memperbaharui alat utama sistem pertahanan alutsista. Dalam hal ini security dilemma bukan berarti perlombaan senjata arms race dikarenakan pemenuhan kemampuan pertahanan dalam penyediaan teknologi dan senjata bagi militer merupakan suatu keharusan. Hal ini akan terus dilakukan selama negara itu ada. Sehingga, security dilemma akan selalu ada terutama bila keamanan negara perlu untuk terus terjamin. Negara memiliki kewajiban untuk melindungi, mempertahankan negaranya dan juga memiliki hak untuk melakukan apapun dalam mewujudkannya stabilitas keamanan negara tersebut, dapat diartikan bahwa suatu negara dalam meningkatan keamanannya menimbulkan rekasi negara-negara lain. Sehingga setiap negara yang melakukan peningkatan kekuatan militer akan cenderung meningkatkan pula kekuatan militernya untuk menciptakan rasa aman bagi negaranya tersebut. Tetapi hal ini yang akan menambah besar potensi perselisihan yang akan menggunakan kekuatan militer untuk menyelesaikannya. Selain itu, dapat juga menimbulkan kecurigaan- kecurigaan yang dapat memperuncing hubungan antar negara. 1959, p.231.; http:www.uscc.govresearchpapers2000_2003pdfssecur.pdf, di akses tanggal 1422012 17

1.4.4. Teori Balance of Power