Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman menuntut adanya pendidikan yang lebih baik dari jaman-jaman sebelumnya. Hal ini terus dilakukan dengan meningkatkan pendidikan kearah yang lebih baik lagi. Pendidikan yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat sifatnya harus selalu menantang, dan mengharuskan adanya pendidik yang profesional Rusman, 2010:21. Guru yang profesional adalah guru yang mampu meningkatkan kemampuan yang dimilikinya sesuai dengan perkembangan jaman yang ada, hal ini didukung oleh pernyataan Kunandar 2010:37 yang menyatakan bahwa guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Dengan ilmu yang dimiliki guru diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang baik dan melalui sentuhan guru di sekolah diharapkan mampu menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Pembelajaran yang baik adalah proses belajar mengajar yang selalu melibatkan interaksi antara guru dan murid. Guru memiliki peran sebagai seorang pengajar, dan siswa berperan sebagai objek dalam pross pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar guru dan murid harus saling aktif agar dalam proses belajar mengajar dapat tercipta suasana yang kondusif dan dapat menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Namun, berbicara pada kenyataan yang ada, kegiatan pembelajaran matematika yang ada sekarang masih bersifat tradisional, guru berperan penuh dalam proses pembelajaran, dan siswa hanya sebagai penonton yang hanya mendengarkan penjelaskan dari guru dan tidak aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini didukung pernyataan dari Soedjadi 2000 Setiawan, dkk. 2012:73 bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik, yakni seorang guru secara aktif 2 mengajarkan matematika, kemudian memberikan contoh dan latihan, siswa berfungsi sebagai mesin, siswa mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan. Melihat kondisi di atas dapat dikatakan bahwa penting sekali untuk terjadi perubahan dalam proses pembelajaran. Guru sebagai seorang fasilitator harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat membuat siswa tidak selalu bergantung kepada guru. Maka guru harus mampu merancang suatu pembelajaran. Merancang suatu pembelajaran dapat dilakukan oleh guru dengan cara menyusun bahan ajar sebagai sumber belajar siswa. Dengan menyusun bahan ajar diharapkan dapat memperbaiki kegiatan pembelajaran matematika yang masih bersifat tradisional. Hal ini didukung oleh pernyataan Majid.A, 2007:173 bahwa bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Dengan disusunya bahan ajar diharapkan proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Bahan ajar yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah modul dan LKS Lembar Kerja Siswa. Namun penggunaan bahan ajar seperti LKS ternyata masih belum bisa memenuhi kebutuhan siswa dalam pembelajaran, karena LKS hanya berisi lembaran-lembaran tugas yang harus diselesaikan oleh siswa, dan tugas-tugas sebuah lembaran tidak akan dapat dikerjakan oleh siswa secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi dan tugasnya Majid.A, 2007:177. Sedangkan untuk buku paket atau buku siswa juga belum dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi serta pengamatan di SMA Negeri 7 Malang bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran adalah buku paket dari sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa buku paket yang mereka gunakan sulit untuk dipahami bahasanya, contoh soal dan cara pengerjaannya kurang jelas. Hal ini menjadikan siswa malas dan kesusahan jika diberi latihan dari buku paket tersebut. Dalam kegiatan belajar siswa menjadi pasif karena siswa kesulitan belajar jika tidak didampingi oleh guru. Kemudian berdasarkan wawancara dengan guru mata matematika, buku paket yang digunakan memang memiliki 3 bahasa yang sulit untuk dipahami siswa, dan contoh-contoh soal latihan yang susah untuk dipahami siswa karena sistematika penulisan yang tidak runtut. Keterbatasan bahan ajar ini membuat kemampuan siswa dalam belajar matematika terutama kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih kurang. Hal ini terlihat siswa yang masih kesulitan jika diberi permasalahan matematika oleh guru. Kegiatan pembelajaran seharusnya dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun oleh siswa. Tidak hanya terbatas di dalam ruangan kelas. Namun jika melihat kondisi di atas, hal tersebut tidak memungkinkan untuk siswa dapat belajar secara mandiri di luar lingkungan sekolah jika hanya berpacu pada bahan ajar buku paket. Buku paket hanya bisa digunakan dan mempermudah siswa dalam belajar namun hanya pada saat ada guru yang membimbing. Oleh karena itu perlu sekali dikembangkan bahan ajar yang dapat membuat siswa terus belajar dengan mudah, dapat dipelajari secara individu, berisi ringkasan materi serta contoh dan latihan soal yang terperinci, dan dapat mengasah kemampuan pemecahan masalah siswa serta memberikan siswa pengalaman dalam belajar matematika. Pendekatan problem based learning PBL merupakan belajar dan pembelajaran yang diorientasikan kepada pemecahan berbagai masalah terutama yang terkait dengan aplikasi materi di dalam kehidupan nyata Gintings.A, 2008:210. Pendekatan PBL menurut Jefferson 2001 Izzaty, 2006:80 memiliki karakteristik : 1 dalam menyelesaikan masalah siswa saling bertukar pikiran agar dapat meningkatkan pemahaman, 2 masalah dalam pembelajaran terlebih dahulu diberitahukan kepada siswa, 3 mendorong kemampuan siswa untuk mencari pengetahuan baru agar masalah yang ada dapat diselesaikan dengan baik, 4 evaluasi terhadap masalah yang telah diselesaikan. Dengan menggunakan pendekatan PBL ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam proses pembelajaran, karena selama proses pembelajaran siswa belajar untuk dapat mencari pengetahuan-pengetahuan baru yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi, selain itu siswa juga dapat untuk bertukar berfikiran dengan siswa lainnya yang dapat meningkatkan komunikasi siswa. 4 Dengan begitu siswa akan menjadi mudah dalam menyelesaikan masalah yang ada. Maka dalam mengembangkan bahan ajar penting untuk memperhatikan pendekatan yang digunakan, agar nantinya bahan ajar yang telah dikembangkan mampu memudahkan siswa dalam belajar memecahkan masalah, membuat siswa mudah belajar secara mandiri, meningkatkan kemampuan siswa dan mendorong siswa untuk membangun pengetahuan yang dimilikinya dalam belajar matematika. Dari masalah diatas maka dapat dibuat suatu bahan ajar modul matematika berbasis LKS yang merupakan suatu bahan ajar yang berisi kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dipadukan dengan lembaran-lembaran soal sehingga dapat membantu dan mempermudah siswa dalam belajar matematika. Modul matematika berbasis LKS dengan pendekatan problem based learning adalah suatu bahan ajar berupa buku, dan materi di dalamnya disusun dengan menyesuaikan dengan soal yang ada pada lembar kerja siswa, sehingga materi yang disajikan mempermudah siswa dalam pengerjaan lembar-lembar latihan soal, dapat melatih siswa untuk menemukan suatu pemecahan masalah pada matematika, dan dapat membantu siswa dalam proses belajar baik secara individu maupun saat belajar bersama dikelas. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nuraisyah 2014 dengan mengembangkan modul pembelajaran dengan pendekatan problem based learning hasilnya adalah valid, praktis, dan efektif. Berdasarkan permasalahan di atas maka akan dikembangkan suatu bahan ajar untuk pembelajaran matematika yaitu berupa modul matematika berbasis LKS dengan menggunakan pendekatan problem based learning sehingga diharapkan modul berbasis LKS ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi matematika serta membantu siswa dalam belajar matematika baik secara individu maupun kelompok.

1.2 Rumusan Masalah